Tugas Tak Anak Kelompok V
Tugas Tak Anak Kelompok V
OLEH :
KELOMPOK V
Nalbin Simbolon
Nahdah Dyah Nadilla
Yuli Fitria Subastiana
Yunikah
SAB
TERAPI BERMAIN MEWARNAI
Keterangan :
: Leader : Orang Tua
: Fasilitator : Observer
: Anak : Dokumentaror
: Co. Leader
Rancangan Bermain :
Permainan yang kita lakukan adalah menwarnai. Setiap anak diberikan buku gambar berpola
dan krayon atau spidol masing-masing satu. Kemudian leader memimpin jalannya
permaianan dengan mengintruksikan kepada anak-anak untuk menggambar sesuai dengan
apa yang diinginkan. Co leader, fasilitator, observer melakukan tugas masing-masing.
Kegiatan Terapi Bermain
Permainan mewarnai dilakukan dalam waktu kurang lebih 30 menit dengan susunan acara
sebagai berikut:
Waktu Kegiatan perawat Kegiatan peserta
5 Menit 1. Mengucapkan salam 1. Membalas salam
Pembukaan 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan penjelasan
Memperkenalkan Pembimbing 3. Mendengarkan penjelasan
3. Menjelaskan tujuan dan peraturan 4. Mendengarkan penjelasan
(perkenalan) kegiatan
4. Menjelaskan media yang akan
dijadikan media permainan
1. Mengumpulkan klien yang telah 1. Ikut berkumpul
diseleksi
2. Meminta kepada setiap anak untuk 2. Memperkenalkan diri dan
menyebutkan namanya masing-masing bersalaman dengan peserta
dan bersalaman dengan semua peserta yang lainnya
yang lain
20 Menit 3. Menjelaskan kembali tentang
Permainan permainan beserta alat-alatnya 3. Mendengarkan penjelasan
4. Meminta anak-anak untuk bersiap-
siap memulai mengambil kertas 4. Mulai bersiap-siap untuk
bergambar dan mewarnai dengan memulai mewarnai gambar
kreasi masing-masing
Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Sarana disiapkan pagi hari sebelum acara dimulai
b. Media dipersiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan
c. Struktur peran telah ditentukan 1 hari sebelum pelaksanaan
d. Kontrak dengan keluarga pasien/anak yang akan diberi terapi bermain dilakukan 1
hari sebelum dan pagi hari sebelum kegiatan dilaksanakan.
2. Evaluasi Proses
a. Leader dibentu co leader memandu terapi bermain dari awal hingga akhir kegiatan
b. Respon anak baik selama proses bermain berlangsung
c. Anak tampak aktif selama proses bermain berlangsung
d. Anak mau dan dapat mewarnai gambar dengan baik didampingi oleh fasilitator
e. Keluarga ikut membantu anak selama pelaksanaan proses bermain
f. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiwa tercapai dengan baik
g. Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan bermain dimulai tepat pada waktu yang telah ditentukan
b. Anak dapat melakukan pemilihan warna sesuai dengan yang disukainya
c. Anak mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir
LAMPIRAN MATERI
e. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungan. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima
(Supartini, 2014)
Salah satu bentuk sosialisasi anak usia prasekolah dalam kehidupan
seharihari adalah bermain bersosialisasi dengan keadaan bersama atau dekat dengan
anak-anak lain. Selama masa ini anak cenderung bercakap-cakap dengan dirinya
sendiri membeberkan individu, dan dunia berpusat dalam kehidupan dirinya
(Shacarin, 1996).
Pada masa usia prasekolah ini aktifitas anak yang meningkatt menyebabkan
anak sering kelelahan sehingga menyebabkan anak rentan terserang penyakit akibat
daya tahan tubuh yang lemah pula, sehingga anak diharuskan untuk menjalani
hospitalisasi.
3. Konsep Hospitalisasi
Hospitalisasi diartikan sebagai akibat adanya beberapa perubahan psikis yang dapat
dijadikan sebab seseorang dirawat di sebuah institusi seperti rumah sakit (Stevens, 1999;
dalam Mariyam dan Kurniawan, 2008). Hospitalisasi merupakan suatu proses yang
menjadi alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah
sakit, menjalani terapi pengobatan dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke
rumah (Supartini, 2014). Anak yang baru pertama kali dirawat di rumah sakit
menunjukan perilaku kecemasan. Selain pada anak, orang tua yang kurang mendapat
dukungan emosi dan sosial dari keluarga, kerabat, bahkan petugas kesehatan anak
menunjukan perasaan cemasnya pula (Tiedeman, 1997, dalam Supartini, 2014).
Hospitalisasi merupakan pengalaman penuh stres bagi anak maupun keluarga.
Stressor utama yang dialami dapat berupa perpisahan dengan keluarga, kehilangan
kendali, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri (Ambarwati, 2012)
a. Stresor dan Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit. Keadaaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi
dengan lingkungan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor
stresor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga. Adapun
stresor utama dari hospitalisasi dan reaksi anak prasekolah menurut Wong (2009)
adalah sebagai berikut:
b. Orang tua
Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menimbulkan masalah bagi anak,
namun juga bagi orang tua. Berbagai macam perasaan muncul pada orang tua yaitu
takut, rasa bersalah, stres dan cemas (Hallstrom dan Elander, 1997; Callery, 1997
dalam Supartini 2014). Perasaan orang tua tidak boleh diabaikan karena apabila
orang tua stres, hal ini akan membuat ia tidak dapat merawat anaknya dengan baik
dan akan menyebabkan anak akan menjadi semakin stres. Takut, cemas dan frustasi
merupakan perasaan yang banyak diungkapkan oleh orang tua. Takut dan cemas
dapat berkaitan dengan keseriusan penyakit dan prosedur medis yang dilakukan.
Sering kali kecemasan yang paling besar berkaitan dengan trauma dan nyeri yang
terjadi pada anak. Perasaan frustasi sering berhubungan dengan prosedur dan
pengobatan, ketidaktahuan tentang peraturan rumah sakit, rasa tidak diterima oleh
petugas, prognosis yang tidak jelas, atau takut mengajukan pertanyaan (Wong,
2009).
Dampak lain hospitalisasi pada anak dipengaruhi oleh tingkat perkembangan
usia, pengalaman sebelumnya, support system dalam keluarga keterampilan koping
dan berat ringannya penyakit. Dampak yang umumnya terjadi saat hospitalisasi
(Marrasaoly, 2009 Skripsi) adalah Takut, seperti unfamiliarity, lingkungan rumah
sakit yang menakutkan rutinitas rumah sakit, prosedur yang menyakitkan, takut akan
kematian, yang kedua isolasi, merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak
terutama berpengaruh pada anak dibawah usia 12 tahun. Pengunjung, perawat dan
dokter yang memakai pakaian khusus ( Masker, pakaian isolasi, sarung tangan
penutup kepala ) dan keluarga yang tidak dapat bebas berkunjung dan yang ketiga
Privasi yang terhambat seperti rasa malu dan tidak bebas bermain.
5. Konsep Bermain
a. Defenisi bermain
Bermain merupakan suatu aktifitas diamana anak dapat melakukan atau
memperaktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berprilaku dewasa. Bermain
merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan/kepuasan. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual,
emosional, dan sosial dan beramin merupakan media yang baik untuk belajar karena
dengan bermain, anak – anak akan berkata – kata (berkomunikasi), belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukanya dan
mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000 Dalam Supartini 2014)
Bermain adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak
sehari – hari karena bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, yang dapat
menurunkan stres anak, media yang baik bagi anak untuk belajar berkomunikasi
dengan lingkungannya, menyesuaikan diri terhadap lingkungan, belajar mengenal
dunia sekitar kehidupannya dan penting untuk meningkatkan kesejahteraan mental
serta sosial anak
b. Kategori Bermain
Dua kategori bermain (Dian A, 2011) adalah sebagai berikut:
a. Bermain Bebas
Bermain bebas artinya anak bermain tanpa aturan dan tuntuna. Anak bisa
mempertahankan minatnya dan mengembangkan sendiri kegiatannya.
b. Bermain Terstruktur
Bermain terstruktur direncanakan dan dipandu oleh orang dewasa. Kategori
bermain ini membatasi dan meminimalkan daya cipta anak.
Kedua kategori bermain ini sama pentingnya dan bila dilakukan secara
seimbang akan memberikan kontribusi untuk mencerdaskan anak.
c. Variasi dan Keseimbangan dalam Aktivitas Bermain
Menurut Dian A, 2011 variasi dan keseimbangan dalam aktivitas bermain
adalah sebagai berikut :
a. Bermain aktif
1) Bermain mengamati / menyelidiki (exploratory play).
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok –
ngocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan, dan kadang –
kadang berusaha membongkar.
2) Bermain kontruktif (contruction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya menyusun balok menjadi rumah –
rumahan.
3) Bermain drama
Misalnya bermain sandiwara boneka dan dokter – dokteran dengan
temannya
4) Bermain bola, tali dan sebagainya
b. Bermain Pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengarkan. Bermain pasif ini adalah ideal apabila anak sudah lelah
bermain dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya. Contoh bermain pasif sebagai berikut, (Dian A, 2011) :
1. Melihat gambar – gambar di buku / majalah
2. Mendengarkan cerita / musik
3. Menonton televisi, dll
d. Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Aktivitas Bermain
Adapun Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Aktivitas Bermain menurut
Dian A, 2011 adalah :
a. Energi ekstra / tambahan
Bermain memerlukan energi tambahan, anak sakit kecil keinginannya untuk
bermain.
b. Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain
c. Alat permainan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf
perkembangan
d. Ruang untuk bermain
Ruang tidak usah terlalu besar, anak juga bisa bermain dihalaman atau diatas
tempat tidur
e. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain melalui mencoba – coba sendiri, meniru temannya, atau
diberi tahu caranya.
f. Teman bermain
Anak harus yakin bahwa ia mempunyai teman bermain.
g. Reward
Berikan seemangat / pujian dan hadiah pada nak apabila berhasil melakukan
sebuah permainan.
e. Faktor – Faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain
Ada lima faktor yang mempengaruhi aktifitas bermain pada anak (Supartini, 2014),
yaitu :
a. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi tidak
lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Demikian
juga sebaliknya karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan perawat
harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap
tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak
Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi. Walaupun
demikian, bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit.
Kebutuhan bermain pada anak halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang
dewasa. Yang penting pada saat kondisi anak sedang menurun atau anka terkena
sakit, bahkan dirawat dirumah sakit, orang tua dan perawat harus jeli
memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip
bermain pada anak yang sedang dirawat di rumah sakit.
c. Jenis kelamin anak
Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis kelamin
laki – laki atau perempuan. Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak
laki – laki ataupun anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir,
imajinasi, kreativitas, dan keemampuan sosial anak. Akan tetapi ada pendapat
lain yang meyakini bahwa permainan adalah salah satu untuk membantu anak
mengenal identitas diri sehingga sebagian alat permainan anak perempuan tidak
dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki-laki.Lingkungan yang mendukung
d. Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan anak salah
satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan fisik rumah.
Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak
mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan, mondar-mandir, berlari,
melompat, dan bermain dengan teman sekelompoknya.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok
Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak.
Pilih yang sesuai dengan tahapan tumbuh – kembang anak. Label yang tertera
pada mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya, apakah mainan
tersebut sesuai dengan usia anak. Alat permainan tidak selalu harus yang dibeli
di took atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulasi
imajinasi dan kreativitas anak, bahkan sering kali disekitar kehidupan anak ,
akan lebih merangsang anak untuk kreatif. Alat permainan yang harus didorong,
ditarik, dan dimanipulasi, akan mengajarkan anak untuk dapat mengembangkan
kemampuan koordinasi alat gerak. Permainan membantu anak untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengenal norma dan aturan serta interkasi
social dengan orang lain.
f. Bermain Untuk Anak Yang Dirawat Di Rumah Sakit
Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan
stress, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah, menunjukkan
bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stress bagi anak
dan orang tuanya, baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat,
alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan
social, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan
itu sendiri. Perasaan, seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak
menyenangkan lainnya, sering kali dialami anak.
Hal tersebut terutama terjadi pada anak yang belum mampu mengekspresikan
secara verbal. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan
perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama
dalam perawatan.media yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan.
Permainan yang teraupetik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak
merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh
kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan
perasaan dan pikiran anak, mengalihkan parasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan
demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dan pelayanan kesehatan
anak dirumah sakit (Brennan, 1994).
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah sakit akan
memberikan keuntungan sebagai berikut :
1. Meningkatkan hubungan antara klien ( anak keluarga ) dan perawat karena
dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai kesempatan
untuk membina hubungan yang baik dan menyenangkan dengan anak dan
keluarganya. Bermain merupakan alat komunikasi yang efektif antara
perawat dan klien.
2. Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri.
Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada
anak.
3. Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri. Pada beberapa
anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran secara verbal
dan/ atau pada anak yang kurang dapat mengekspresikannya, permainan
menggambar, mewarnai, atau melukis akan membantunya mengekspresikan
perasaan tersebut.
4. Permainan yang teraupetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif.
5. Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk
berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak dan
keluarganya ( Supartini, 2014).
g. Fungsi Bermain Di RS
Menurut Dian A, 2011 adapun fungsi bermain di RS adalah sebagai berikut :
1. Memfalisitasi anak untuk beradaptasi dengan lingkungan yang asing
2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
3. Membantu mengurangi stress terhadap perpisahan
4. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang bagian – bagian tubuh,
fungsinya dan penyakit
5. Memperbaiki konsep – konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan
peralatan serta prosedur medis
6. Memberi peralihan (distraksi) dan reklasi
7. Membantu anak untuk merasa lebih aman dalam lingkungan yang asing
8. Memberi cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengeksplorasi perasaan
9. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap – sikap yang
positif terhadap orang lain
10. Memberi cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
11. Memberi cara untuk mencapai tujuan teraupetik
Menurut (Supartini, 2014), terapi bermain yang dilaksanakan di rumah sakit
tetap harus harus memperhatikan kondisi kesehatan anak. Ada pun beberapa
prinsip permainan pada anak dirumah sakit yaitu :
a. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang
dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan
yang dapat dilakukan ditempat tidur, dan anak tidak boleh diajaka bermain
dengan kelompoknya ditempat bermain khusus yang ada di ruangan rawat.
Misalnya, sambil tiduran anak dapat dibacakan buku cerita atau diberikan
buku komik anak-anak, mobil-mobilan yang tidak pakai remote control, robot-
robotan, dan permainan lain yang dapat dimainkan anak dan orang tuanya
sambil tiduran.
b. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana.
Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat
permainan yang ada pada anak dan/atau yang tersedia diruangan. Kalaupun
akan membuat suatu alat permainan, pilih yang sederhana, supaya tidak
melelahkan anak (misalnya, menggambar / mewarnai, bermain boneka dan
membaca buku cerita ).
c. Kelompok umur yang sama. Apabila dilakukan khusus dikamar bermain
secara berkelompok, permainan harus dilakukan pada kelompok umur yang
sama. Misalnya, permainan mewarnai pada kelompok usia prasekolah.
d. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat permainan
yang aman untuk anak, tidak tajam, tidak merangsang anak untuk berlari – lari
dan begerak secara berlebihan.
e. Melibatkan orang tua. Satu hal yang harus diingat bahwa orang tua
mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh
kembang pada anak walaupun sedang di rawat di rumah sakit,termasuk dalam
aktivitas bermain anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator
sehingga apabila permainan diinisiasi oleh perawat, orang tua harus terlibat
secara aktif dan mendampingi anak dari awal permainan sampai mengevaluasi
permainan anak bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya.
DAFTAR PUSTAKA