Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


State Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
Delika Glorianti Gogoan
A1C22117

CI LAHAN CI INSTITUSI

……………...…………… …..…………………...…....

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

A. KASUS ( MASALAH UTAMA)


Isolasi Sosial ( Menarik Diri)
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah merupakan suatu keadaan ketika seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain yang
bersifat sementara atau menetap (Wuryaningsih & i, 2020).
Menarik diri merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk
menghindari interaksi dengan orang lain atau menghindari hubungan dengan
orang lain. Menarik diri juga merupakan sebuah reaksi yang dapat ditampilkan,
dalam bentuk reaksi fisik maupun psikologis. Reaksi fisik individu antara lain,
pergi atau menghindari sumber stressor, misalnya, menjauhi polusi, gas beracun,
infeksi dan lain-lain. Adapun reaksi psikologis individu antara lain,
menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat melakukan
sesuatu, rasa takut dan atau bermusuhan (Ruswadi, 2021).
2. Etiologi
Penyebab dari isolasi sosial adalah peranan negative tentang diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang ditantai dengan
perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga cepat
mencederai diri (Badar, 2019).
3. Gejala- gejala Perilaku Menarik Diri
Menurut Yosep & Sutini (2014), gejala menarik diri terbagi menjadi dua:
a. Gejala subjektif
Gejala subjektif merupakan gejala yang dirasakan dan dapat diungkapkan
secara langsung oleh subjek. Orang lain dapat mengetahui gejala tersebut
dengan menanyakan langsung pada subjek. Gejala subjektif antara lain
nampak dalam gambaran perilaku sebagai berikut :
1) Perasaan kesepian
2) Merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4) Merasa bosan pada aktivitas sehari-hari.
5) Tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6) Merasa tidak berguna
7) Merasa tidak yakin dapat melangsungkan hidup
8) Merasa ditolak oleh orang lain
b. Gejala objektif
Gejala objektif merupakan gejala yang dapat langsung terlihat dan dapat
diamati oleh orang lain mengenai kondisi atau keadaan yang dialami
subjek antara lain :
1) Komunikasi verbal menurun
2) Tidak mengikuti kegiatan
3) Banyak berdiam diri di kamar
4) Tidak mau berinteraksi dengan orang lain
5) Apatis (acuh terhadap lingkungan sekitar)
6) berperilaku kurang spontan dalam menghadapi masalah
7) Aktivitas menurun, keengganan seseorang melakukan kegiatan
sehari-hari.
8) Ekspresi wajah kurang berseri(Muhith, 2019).
4. Patofisiologi
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan
yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan
dalam hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan
mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial
maladaptif.
2) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif

3) Faktor sosial budaya


Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan.
Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif seperti lansia, orang cacat, dan penderita penyakit
kronis.
4) Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam
gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal
yang negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
Seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan
dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga
yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.
b. Stressor presipitasi
1) Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan
faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah
dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat
di rumah sakit.
2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk
berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan
tingkat tinggi
(Prabowo, 2019).
5. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semkain tenggelam dalam perjalanan dan tingkah
laku masa lalu primitif antara lain pembicaraan yang asutik dan timgkah laku
yang tidak sesuai dengan kenyataan sehingga berakibat lanjut
menjadi :gangguan sensori perepsi, halusinasi, mencederai diri, orang lain serta
lingkungan. Selain itu juga nterjadi penurunan aktivitas, sehingga dapat
meyebabkan defisit perawatan diri (Dermawan,2018).
6. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa metode untuk penurunan perilaku menarik diri, yaitu :
a. Konseling Kelompok Rasional Emotif Perilaku.
Teknik ini merupakan pendekatan dalam konseling yang menekankan
hubungan kolaboratif antara konselor dan konseli. Konseli didorong untuk
menerima tanggung jawab terhadap kesulitannya sendiri, sekaligus
merencanakan dan melaksanakan perlakuan. Konselor mengajarkan cara-
cara berpikir rasional, membantu mengidentifikasi, memperdebatkan dan
memodifikasi keyakinan irasional, dan memasilitasi upaya-upaya yang
lebih rasional bagi klien. Konseling kelompok rasional emotif perilaku
mengajak anggota kelompok untuk mengidentifikasi permasalahan secara
bersama-sama yang diakibatkan oleh keyakinan atau pemikiran negatif dan
mengubah proses berfikir negatif ke pemikiran lebih positif.
Konseling kelompok Adlerian.
Teknik ini merupakan suatu model konseling yang berorientasi pada
keutuhan dan keunikan individu untuk mengarahkan dirinya sendiri.
Tujuan konseling ini membentuk manusia dewasa yang utuh dan sehat
secara pribadi dan sosial.
b. Pelatihan Strategi Berteman.
Teknik ini merupakan pelatihan yang dilakukan pada remaja yang menarik
diri di sekolah. Pelatihan ini memberikan strategi berteman pada peserta
pelatihan.
c. Terapi Aktivitas Kelompok.
Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi modalitas yang dilakukan
kepada sekelompok orang yang memiliki masalah kelompok yang sama
(Yoseph, 2019).
C. POHON MASALAH
Risiko gangguan presepsi sensori halusinasi
(effect)

Isolasi sosial
(core problem)

( Gangguan konsep diri ) Harga diri rendah kronik (Causa)


D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Risiko gangguan presepsi sensori : Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah kronik
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Pasien Keluarga
SP1p SP1k
1 Identifikasi penyebab isolasi Diskusikan masalah yang dirasakan dalam
social: siapa yang serumah, siapa merawat pasien
yang dekat, yang tidak dekat, dan
apa sebabnya
2 Keutungan punya teman dan Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan
bercakap- cakap proses tejadinya isolasi social (gunakan
booklet)
3 Kerugian tidak mempunyai teman Jelaskan cara merawat isolasi sosial
dan tidak bercakap-cakap
4 Latih cara berkenalan dengan Latih dua cara merawat berkenalan,
pasien dan perawat atau tamu berbicara saat melakukan kegiatn harian
5 Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien seuai jadwal
untuk latihan berkenalan dan memberi pujian saat besuk
SPIIp SPIIk
1 evaluasi kegiatan bekenalan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
(beberapa orang). Beri pujian merawat/ melatih pasien berkenalan dan
berbicara saat melakukan kegiatan harian.
Beri pujian
2 Latih cara berbicara saat Jelaskan kegiatan rumah tangga yang
melakukan kegiatan harian (latih 2 dapat melibatkan pasien berbicara saat
kegiatan) (makan, sholat bersama) di rumah
3 Masukkan pada jadwal kegiatan Latih cara membimbing pasien berbicara
untuk latihan berkenalan 2-3 orang dan memberi pujian
pasien, perawat dan tamu,
berbicara saat melakukan 4
kegiatan harian
4 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
saat besuk
SPIIIp SPIIIk
1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dlam merawat/
berkenalan (berapa orang) & melatih pasien berkenalan, berbicara saat
berbicara saat melakukan dua melakukan kegiatan harian. Beri pujian
kegiatan harian. Beri pujian
2 Latih cara berbicara saat Jelaskan cara melatih pasien melakukan
meakukan kegiatan harian (2 kegiatan social seperti berbelanja,
kegiatan baru) meminta sesuatu dll
3 Masukkan pada jadwal kegiatan Latih keluarga mengajak pasien belanja
untuk latihan berkenalan 4-5 saat besuk
orang, orang baru, bebicara saat
melakukan 4 kegiatan harian
4 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
dan berikan pujian saat besuk
SPIVp SPIVk
1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan, bicara saat melakukan merawat/ me;atih pasien berkenalan,
4 kegiatan. Beri pujian berbicara saat melakukan kegiatan harian/
RT, berbelanja. Beri pujian
2 Latih cara bicara social: meminta Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM, tand
sesuatu, menjawab pertanyaan kambuh, rujukan
3 Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
untuk latihan berkenalan >5 orang, kegiatan dan memberikan pujian
orang baru, berbicara saat
melakukan kegiatn harian dan
sosialisasi
SPVp SPVk
1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan, berbicara saa merawat/ melatih pasien berkenalan,
melakukan kegiatan harian dan berbcara saat melakukan kegatan harian/
bersosialisasi. Beri pujian RT, berbelanja & kegiatan lain follow up.
Beri pujian
2 Latih kegiatan harian Nilai kemampuan keluarga merawat
pasien
3 Nilai kemampuan yang telah Nilai kemampuan keluarga melakukan
mandri control ke RSJ/ PKM
4 Nilai apakah isolasi social teratasi

DAFTAR PUSTAKA
Ruswadi, I. (2021). Keperawatan Jiwa : Panduan Praktis Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jawa Barat: Penerbit Adab ( CV Adanu Abimata).
Wuryaningsih, W. E., & i. (2020). Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Kalimantan: UPT
Pecetakan dan Penerbitan Universitas Jember.
Badar. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Profesional Isolasi Sosial. Jakarta : In Media
Dermawan, D., & Rusdi. (2018). Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishin
Muhith, A. (2019). Pendidikan Keperawatan Jiwa( Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Andi.
Prabowo, E. (2020). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Yosep, I., & Sutini, T. (2019). Buku Ajar KeperawatanJiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai