Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


State Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
NURUL AENA ROSTAM
A1C121017

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(……………...……………) (…..…………………...…....)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022
A. KASUS ( MASALAH UTAMA)
Isolasi Sosial ( Menarik Diri)
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah merupakan suatu keadaan ketika seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang
lain yang bersifat sementara atau menetap (Wuryaningsih & i, 2020).
Menarik diri merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk
menghindari interaksi dengan orang lain atau menghindari hubungan dengan
orang lain. Menarik diri juga merupakan sebuah reaksi yang dapat ditampilkan,
dalam bentuk reaksi fisik maupun psikologis. Reaksi fisik individu antara lain,
pergi atau menghindari sumber stressor, misalnya, menjauhi polusi, gas beracun,
infeksi dan lain-lain. Adapun reaksi psikologis individu antara lain, menunjukkan
perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat melakukan sesuatu, rasa takut
dan atau bermusuhan (Ruswadi, 2021).
2. Etiologi
Penyebab dari isolasi sosial adalah peranan negative tentang diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang ditantai dengan
perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga cepat
mencederai diri (Badar, 2019).
3. Gejala- gejala Perilaku Menarik Diri
Menurut Yosep & Sutini (2014), gejala menarik diri terbagi menjadi dua:
a. Gejala subjektif
Gejala subjektif merupakan gejala yang dirasakan dan dapat
diungkapkan secara langsung oleh subjek. Orang lain dapat mengetahui
gejala tersebut dengan menanyakan langsung pada subjek. Gejala subjektif
antara lain nampak dalam gambaran perilaku sebagai berikut :
1) Perasaan kesepian
2) Merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4) Merasa bosan pada aktivitas sehari-hari.
5) Tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6) Merasa tidak berguna
7) Merasa tidak yakin dapat melangsungkan hidup
8) Merasa ditolak oleh orang lain
b. Gejala objektif
Gejala objektif merupakan gejala yang dapat langsung terlihat dan
dapat diamati oleh orang lain mengenai kondisi atau keadaan yang dialami
subjek antara lain :
1) Komunikasi verbal menurun
2) Tidak mengikuti kegiatan
3) Banyak berdiam diri di kamar
4) Tidak mau berinteraksi dengan orang lain
5) Apatis (acuh terhadap lingkungan sekitar)
6) berperilaku kurang spontan dalam menghadapi masalah
7) Aktivitas menurun, keengganan seseorang melakukan kegiatan
sehari-hari.
8) Ekspresi wajah kurang berseri(Muhith, 2019).
4. Patofisiologi
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan
yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan
dalam hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan
mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial
maladaptif.
2) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan.
Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif seperti lansia, orang cacat, dan penderita penyakit kronis.
4) Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam
gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal
yang negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
Seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan
dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga
yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.
b. Stressor presipitasi
1) Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan
faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah
dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di
rumah sakit.
2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi
(Prabowo, 2019).
5. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semkain tenggelam dalam perjalanan dan
tingkah laku masa lalu primitif antara lain pembicaraan yang asutik dan timgkah
laku yang tidak sesuai dengan kenyataan sehingga berakibat lanjut menjadi
:gangguan sensori perepsi, halusinasi, mencederai diri, orang lain serta
lingkungan. Selain itu juga nterjadi penurunan aktivitas, sehingga dapat
meyebabkan defisit perawatan diri (Dermawan,2018).
6. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa metode untuk penurunan perilaku menarik diri, yaitu :
a. Konseling Kelompok Rasional Emotif Perilaku.
Teknik ini merupakan pendekatan dalam konseling yang
menekankan hubungan kolaboratif antara konselor dan konseli. Konseli
didorong untuk menerima tanggung jawab terhadap kesulitannya sendiri,
sekaligus merencanakan dan melaksanakan perlakuan. Konselor
mengajarkan cara-cara berpikir rasional, membantu mengidentifikasi,
memperdebatkan dan memodifikasi keyakinan irasional, dan memasilitasi
upaya-upaya yang lebih rasional bagi klien. Konseling kelompok rasional
emotif perilaku mengajak anggota kelompok untuk mengidentifikasi
permasalahan secara bersama-sama yang diakibatkan oleh keyakinan atau
pemikiran negatif dan mengubah proses berfikir negatif ke pemikiran lebih
positif.
Konseling kelompok Adlerian.
Teknik ini merupakan suatu model konseling yang berorientasi pada
keutuhan dan keunikan individu untuk mengarahkan dirinya sendiri. Tujuan
konseling ini membentuk manusia dewasa yang utuh dan sehat secara
pribadi dan sosial.
b. Pelatihan Strategi Berteman.
Teknik ini merupakan pelatihan yang dilakukan pada remaja yang
menarik diri di sekolah. Pelatihan ini memberikan strategi berteman pada
peserta pelatihan.
c. Terapi Aktivitas Kelompok.
Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi modalitas yang
dilakukan kepada sekelompok orang yang memiliki masalah kelompok
yang sama
(Yoseph, 2019).
C. POHON MASALAH
Risiko gangguan presepsi sensori halusinasi
(effect)

Isolasi sosial
(core problem)

( Gangguan konsep diri ) Harga diri rendah kronik (Causa)

D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Risiko gangguan presepsi sensori : Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah kronik
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Pasien Keluarga
SP1p SP1k
1 Identifikasi penyebab isolasi social: Diskusikan masalah yang dirasakan
siapa yang serumah, siapa yang dalam merawat pasien
dekat, yang tidak dekat, dan apa
sebabnya
2 Keutungan punya teman dan Jelaskan pengertian, tanda & gejala,
bercakap- cakap dan proses tejadinya isolasi social
(gunakan booklet)
3 Kerugian tidak mempunyai teman Jelaskan cara merawat isolasi sosial
dan tidak bercakap-cakap
4 Latih cara berkenalan dengan Latih dua cara merawat berkenalan,
pasien dan perawat atau tamu berbicara saat melakukan kegiatn
harian
5 Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien seuai
untuk latihan berkenalan jadwal dan memberi pujian saat
besuk
SPIIp SPIIk
1 evaluasi kegiatan bekenalan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
(beberapa orang). Beri pujian merawat/ melatih pasien berkenalan
dan berbicara saat melakukan
kegiatan harian. Beri pujian
2 Latih cara berbicara saat melakukan Jelaskan kegiatan rumah tangga
kegiatan harian (latih 2 kegiatan) yang dapat melibatkan pasien
berbicara saat (makan, sholat
bersama) di rumah
3 Masukkan pada jadwal kegiatan Latih cara membimbing pasien
untuk latihan berkenalan 2-3 orang berbicara dan memberi pujian
pasien, perawat dan tamu, berbicara
saat melakukan 4 kegiatan harian
SPIIIp SPIIIk
1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dlam
berkenalan (berapa orang) & merawat/ melatih pasien
berbicara saat melakukan dua berkenalan, berbicara saat
kegiatan harian. Beri pujian melakukan kegiatan harian. Beri
pujian
2 Latih cara berbicara saat meakukan Jelaskan cara melatih pasien
kegiatan harian (2 kegiatan baru) melakukan kegiatan social seperti
berbelanja, meminta sesuatu dll
3 Masukkan pada jadwal kegiatan Latih keluarga mengajak pasien
untuk latihan berkenalan 4-5 orang, belanja saat besuk
orang baru, bebicara saat
melakukan 4 kegiatan harian
4 Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan berikan pujian saat
besuk
SPIVp SPIVk
1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan, bicara saat melakukan merawat/ me;atih pasien
4 kegiatan. Beri pujian berkenalan, berbicara saat
melakukan kegiatan harian/ RT,
berbelanja. Beri pujian
2 Latih cara bicara social: meminta Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM,
sesuatu, menjawab pertanyaan tand kambuh, rujukan
3 Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai
untuk latihan berkenalan >5 orang, jadwal kegiatan dan memberikan
orang baru, berbicara saat pujian
melakukan kegiatn harian dan
sosialisasi
SPVp SPVk
1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan, berbicara saa merawat/ melatih pasien
melakukan kegiatan harian dan berkenalan, berbcara saat
bersosialisasi. Beri pujian melakukan kegatan harian/ RT,
berbelanja & kegiatan lain follow
up. Beri pujian
2 Latih kegiatan harian Nilai kemampuan keluarga
merawat pasien
3 Nilai kemampuan yang telah Nilai kemampuan keluarga
mandri melakukan control ke RSJ/ PKM
4 Nilai apakah isolasi social teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Ruswadi, I. (2021). Keperawatan Jiwa : Panduan Praktis Untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jawa Barat: Penerbit Adab ( CV Adanu Abimata).

Wuryaningsih, W. E., & i. (2020). Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Kalimantan: UPT


Pecetakan dan Penerbitan Universitas Jember.

Badar. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Profesional Isolasi Sosial. Jakarta : In Media
Dermawan, D., & Rusdi. (2018). Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishin
Muhith, A. (2019). Pendidikan Keperawatan Jiwa( Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Andi.
Prabowo, E. (2020). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Yosep, I., & Sutini, T. (2019). Buku Ajar KeperawatanJiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai