Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN


ISOLASI SOSIAL

NAMA KELOMPOK :

AJENG QURROTAA’YUN 40221001


AMILATUL FAIZAH 40221002
ANANDA GALUH RAKA S. 40221003
ANISAATUL AZIZAH 40221005
APRITIANA EKA P. 40221006
KRISTIANTY EKA A. 40221028
VRIYANKA OKI N. 40221045

PROGRAM STUDI PROFESI NURSE


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Peran keluarga dalam merawat pasien dengan isolasi

sosial

Sub Pokok Bahasan :

1. Menjelaskan pengertian isolasi sosial

2. Menjelaskan faktor penyebab isolasi sosial

3. Menjelaskan manifestasi klinis isolasi sosial

4. Menjelaskan komplikasi isolasi sosial

5. Menjelaskan penatalaksanaan isolasi sosial

6. Menjelaskan peran keluarga dalam merawat pasien dengan

isolasi sosial

Sasaran : Poli Jiwa

Waktu : 07.30-08.30 WIB

Hari/tanggal : Kamis, 6 Januari 2022

Tempat : Poli Jiwa RSJ Menur

Pelaksana : Kel. Flamboyan 1

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti penyuluhan tentang peran keluarga dalam merawat pasien

dengan isolasi sosial, diharapkan keluarga pasien poli jiwa dapat memahami

tentang hal-hal yang berkaitan dengan isolasi sosial.

2. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

1. Keluarga pasien mengetahui pengertian isolasi sosial

2. Keluarga pasien mengetahui faktor penyebab isolasi sosial

3. Keluarga pasien mengetahui manifestasi klinis isolasi sosial

4. Keluarga pasien mengetahui komplikasi isolasi sosial

5. Keluarga pasien mengetahui penatalaksanaan isolasi sosial

6. Keluarga pasien mengetahui peran keluarga dalam merawat pasien dengan

isolasi sosial
3. MATERI

1. Menjelaskan pengertian isolasi sosial

2. Menjelaskan faktor penyebab isolasi sosial

3. Menjelaskan manifestasi klinis isolasi sosial

4. Menjelaskan komplikasi isolasi sosial

5. Menjelaskan penatalaksanaan isolasi sosial

6. Menejlaskan peran keluarga dalam merawat pasien dengan isolasi social

4. PENGORGANISASIAN

a. Penanggung Jawab : Vriyanka Oki N, S.Kep

b. Moderator : Amilatul Faizah, S.Kep

c. Penyaji : Anisaatul Azizah, S.Kep

d. Notulen : Kristianty Eka, S.Kep

5. MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu

mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi

dengan orang lain disekitarnya. Pasien isolasi sosial mengalami gangguan

dalam berinteraksi dan mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi

dengan orang lain disekitarnya, lebih menyukai berdiam diri, mengurung

diri, dan menghindar dari orang lain (Yosep, Sutini, 2014).

B. Faktor Penyebab Isolasi Sosial

Gangguan ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan faktor

presipitasi. Kegagalan pada gangguan ini akan menumbulkan

ketidakpercayaan pada individu, menimbulkan ras pesimis, ragu, takut

salah, tidak percaya pada orang lain dan merasa tertekan. Keadaan yang

seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin untuk

berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka berdiam

diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).

a. Faktor predisposisi
Menurut Stuart G.W & Lararia, M.T, (2011) ada beberapa faktor

predisposisi penyebab isolasi sosial, meliputi :

1) Faktor perkembangan

Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam

perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya

bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang

tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga

mungkin tidak mendukung hubungan dengan pihak diluar

keluarga.

Tabel 1 Tahap Perkembangan

Tahap Perkembangan Tugas

Masa Bayi Menetapkan rasa percaya

Masa Bermain Mengembangkan otonom dan awal perilaku


Masa Pra Sekolah Belajar menunjukkan inisiatif, rasa tanggung jawab,

dan hati Nurani


Masa Sekolah Belajar berkompetisi, bekerjasama, dan

berkompromi
Masa Pra Remaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesama

jenis kelamin
Masa Remaja Menjadi intim dengan teman lawan jenis atau

bergantung
Masa Dewasa Muda Menjadi saling bergantung antara orang tua dan

teman, mencari pasangan, menikah, dan

mempunyai anak

Masa Tengah Baya Belajar menerima hasil kehidupan yang dilalui

Masa Dewasa Tua Berduka karena kehilangan dan mengembangkan

perasaan keterikatan dengan budaya

Sumber : Stuart dan Sundeen (2012)


b. Faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal

ini akibat dari transiensi; norma yang tidak mendukung pendekatan

terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang

kurang produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, dan

penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi

norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki

budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan

merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.

c. Faktor biologis

Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptif. Bukti

terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotransmiter dalam

perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih

lanjut.

d. Faktor presipitasi

Menurut Direja, (2011) ada beberapa faktor presipitasi isolasi sosial,

meliputi sebagai berikut:

1) Faktor eksternal

Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang

ditinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.

2) Faktor internal

Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi

akibat ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi

bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk

mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk

berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhnya kebutuhan

individu.
C. Manifestasi Klinis Isolasi Sosial

Menurut Yosep (2009) tanda dan gejala klien isolasi sosial bisa dilihat dari

dua cara yaitu secara objektif dan subjektif. Berikut ini tanda dan gejala

klien dengan isolasi sosial:

a. Gejala subjektif

1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.

2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.

3. Respons verbal kurang dan sangat singkat.

4. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.

5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.

6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.

7. Klien merasa tidak berguna.

b. Gejala objektif

1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara.

2. Tidak mengikuti kegiatan.

3. Klien berdiam diri di kamar.

4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang

terdekat.

5. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.

6. Kontak mata kurang.

7. Kurang spontan.

8. Apatis

9. Ekspresi wajah kurang berseri.

10. Mengisolasi diri

11. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar.

12. Aktivitas menurun.

Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai

dirinya rendah, segera timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan

orang lain. Bila tidak dilakukan intervensil ebih lanjut, maka akan
menyebabkan perubahan persepsi sensori: halusinasi dan resiko

mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan (Herman Ade, 2011).

D. Komplikasi Isolasi social

Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan

tingkah laku masa lalu primitif antara lain pembicaraan yang austistik dan

tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat

lanjut menjadi :

a. Resiko gangguan sensosi persepsi: halusinasi,

b. Mencederai diri sendri, orang lain serta lingkungan, dan

c. Penurunan aktifitas sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan

diri (Damaiyanti, 2012)

E. Penatalaksanaan Isolasi Sosial

Penatalaksaan yang dapat diberikan kepada kliendengan isolasi sosial

antara lain pendekatan farmakologi, psikososial, terapi aktivitas, terapi

okupasi,rehabilitasi, dan program intervensi keluarga (Yusuf, 2019).

1. Terapi Farmakologi

a. Chlorpromazine (CPZ)

Indikasi: Untuk Syndrome Psikosis yaitu berdaya berat dalam

kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai

norma sosial dan titik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-

fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan

perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam

fungsi kehidupan seharihari, tidak mampu bekerja, hubungan

sosial dan melakukan kegiatan rutin. Efek samping: sedasi,

gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik,

mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defikasi, hidung

tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan

irama jantung), gangguan endokrin, metabolik, biasanya untuk

pemakaian jangka panjang.


b. Haloperidol (HLP)

Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam

fungsi netral serta dalam kehidupan sehari-hari. Efek samping:

Sedasi dan inhibisi prikomotor, gangguan otonomik.

c. Trihexy Phenidyl (THP)

Indikasi: Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk paksa

ersepalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson, akibat obat misalnya

reserpine dan fenotiazine. Efek samping: Sedasi dan inhibisi

psikomotor gangguan otonomik.

2. Terapi Psikososial

Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting

dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi:

memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang

terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi

pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal,

bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien (Videbeck, 2012).

3. Terapi Individu

Terapi individual adalah metode yang menimbulkan perubahan pada

individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan

perilaku-perilakunya. Terapi ini meliputi hubungan satu-satu antara

ahli terapi dan klien (Videbeck, 2012). Terapi individu juga

merupakan salah satu bentuk terapi yang dilakukan secara individu

oleh perawat kepada klien secara tatap muka perawat-klien dengan

cara yang terstruktur dan durasi waktu tertentu sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai (Zakiyah, 2018). Salah satu bentuk terapi individu

yang bisa diberikan oleh perawat kepada klien dengan isolasi sosial

adalah pemberian strategi pelasanaan (SP). Dalam pemberian strategi

pelaksanaan klien dengan isolasi sosial hal yang paling penting

perawat lakukan adalah berkomunikasi dengan teknik terapeutik.


Komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi interpersonal antara

perawat dank klien, yang selama interaksi berlangsung, perawat

berfokus pada kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan

pertukaran informasi yang efektif antara perawat dan Klien

(Videbeck, 2012). Semakin baik komunikasi perawat, maka semakin

bekualitas pula asuhan keperawatan yang diberikan kepadaklien

karena komunikasi yang baik dapat membina hubungan saling

percaya antara perawat dengan klien, perawat yang memiliki

keterampilan dalam berkomunikasi secara terapeutik tidak saja mudah

menjalin hubungan saling percaya dengan klien, tapi juga dapat

menumbuhkan sikap empati dan caring, mencegah terjadi masalah

lainnya, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan

keperawatan serta memudahan dalam mencapai tujuan intevensi

keperawatan (Sarfika, 2018).

4. Terapi Aktivitas Kelompok

Menurut Keliat (2015) terapi aktivitas kelompok sosialisasi

merupakan suatu rangkaian kegiatan kelompok dimana klien dengan

masalah isolasi sosial akan dibantu untuk melakukan sosialisasi

dengan individu yang ada di sekitarnya. Sosialissai dapat pula

dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok, dan massa).

Aktivitas yang dilakukan berupa latihan sosialisasi dalam kelompok,

dan akan dilakukan dalam 7 sesi dengan tujuan:

Sesi 1 : Klien mampu memperkenalkan diri

Sesi 2 : Klienmampu berkenalan dengan anggota kelompok

Sesi 3 :Klienmampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok

Sesi 4 : Klienmampu menyampaikan dan membicarakan topik

percakapan

Sesi 5 : Klienmampu menyampaikan dan membicarakan masalah

pribadi pada orang lain


Sesi 6 : Klienmampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi

kelompok

Sesi 7 : Klienmampu menyampaikan pendapat tentang mamfaat

kegiatan TAKS yang telah dilakukan.

5. Terapi Okupasi

Terapi okupasi yaitu Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan

partisipasi seseorang dalam melaksanakan aktifitas atau tugas yang

sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat,

meningkatkan harga diri seseorang, dan penyesuaian diri dengan

lingkungan. Contoh terapi okupasi yang dapat dilakukan di rumah

sakit adalah terapi berkebun, kelas bernyanyi, dan terapi membuat

kerajinan tangan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

klien dalam keterampilan dan bersosialisasi (Elisia, 2014).

F. Peran Keluarga dalam Merawat Pasien dengan Isolasi Sosial

Keluarga penting artinya dalam perawatan dan penyembuhan pasien, keluarga

pemberi perawatan utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan

mengoptimalkan ketenangan jiwa bagi pasien.

Tujuan perawatan adalah :

1. Meningkatkan kemandirian pasien

2. Pengoptimalan peran dalam masyarakat

3. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah

4. Perawatan di rumah yang dapat dilakukan oleh keluarga :

a. Memenuhi kebutuhan sehari-hari

b. Bantu dan perhatikan pemenuhan kebutuhan makan, minum,

kebersihan diri, dan penampilan

c. Latih dan libatkan klien dalam kegiatan sehari-hari (cuci pakaian,

setrika, menyapu, dll)

d. Bantu komunikasi dengan teratur

e. Bicara jelas dan singkat


f. Kontak/bicara secara teratur

g. Pertahankan tatap mata secara teratur

h. Lakukan sentuhan yang akrab

i. Sabar, lembut, tidak terburu-buru

j. Hindari kecemasan pada klien

k. Libatkan dalam kelompok

l. Beri kesempatan untuk menonton TV, mendengarkan musik, membaca

buku, dll

m. Sediakan peralatan pribadi seperti tempat tidur, almari, dll.

6. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode


1. 07.15- 1. Pembukaan: Ceramah
07.25 a. Mengucapkan salam. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan dari kegiatan Memperhatikan
penyuluhan
d. Menyebutkan materi yang akan Memperhatikan
disampaikan
2. 7.25- 2. Pelaksanaan : Ceramah
7.55 a. Menjelaskan pengertian autism Memperhatikan
b. Menjelaskan faktor penyebab Memperhatikan
autism
c. Menjelaskan klasifikasi Memperhatikan
autisme
d. Menjelaskan manifestasi klinis Memperhatikan
autisme
e. Menjelaskan karakteristik Memperhatikan
autisme
3. 07.55- Evaluasi : Diskusi
08.05 Melakukan tanya jawab seputar Menjawab dan Tanya
materi yang diberikan pertanyaan jawab
4. 08.05- 3. Terminasi : Ceramah
08.10 a. Mengucapkan terimakasih atas Mendengar dan
waktu yang diluangkan, membalas ucapan
perhatian serta peran aktif klien terima kasih
selama mengikuti kegiatan
penyuluhan.
b. Salam penutup. Menjawab salam

VI. METODE

1. Ceramah

2. Diskusi

VII. MEDIA

1. Leaflet

VIII. EVALUASI

b. Struktur

1. Kelengkapan media-alat : Tersedia dan siap digunakan

2. Pelaksana siap melakukan PENKES

c. Proses

1. Pelaksana dan peserta (keluarga pasien) mengikuti PENKES sesuai

waktu atau sampai selesai.

2. Peserta aktif dalam PENKES

3. Peserta mampu menjawab pertanyaan

4. Pelaksana menyajikan semua materi secara lengkap

d. Hasil

Setelah diberikan PENKES peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian isolasi sosial

2. Menjelaskan faktor penyebab isolasi sosial

3. Menjelaskan manifestasi klinis isolasi sosial

4. Menjelaskan komplikasi isolasi sosial

5. Menjelaskan penatalaksanaan isolasi sosial

6. Menjelaskan peran keluarga dalam merawat pasien dengan isolasi

social
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama

Direja. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Elisia, L. 2014. Pengaruh Terapi Okupasi Terhadap Kemampuan Berinteraksi Pada


Pasien Isolasi Sosial. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol. 1(1): 3-4

Videbeck. Sheila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yosep, H. I., dan Sutini, T. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama

Yusuf, AH. 2019. Kesehatan Jiwa Pendekatan Holistic Dalam Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Mitra Wacana Media

Anda mungkin juga menyukai