“KEPERAWATAN JIWA”
OLEH :
KELOMPOK 4
B. MASALAH UTAMA :
Isolasi Sosial : Menarik Diri
C. KONSEP TEORI
1. Proses terjadinya masalah
a. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
b. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya isolasi sosial, meliputi:
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter dimana
ada riwayata anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Adanya risiko bunuh
diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA. Selain
itu ditemukan adanya kondisi patologis otak, yang dapat diketahui dari hasil
pemeriksaan struktur otak melalui pemeriksaan CT Scan dan hasil pemeriksaan MRI
untuk melihat gangguan struktur dan fungsi otak (Thomb, 2000).
2) Faktor Psikologis
Pasien dengan masalah isolasi sosial, seringkali mengalami kegagalan yang
berulang dalam mencapai keinginan/harapan, hal ini mengakibatkan terganggunya
konsep diri, yang pada akhirnya akan berdampak dalam membina hubungan
dengan orang lain. Koping individual yang digunakan pada pasiendengan isolasi
sosial dalam mengatasi masalahnya, biasanya maladaptif. Koping yang biasa
digunakan meliputi: represi, supresi, sublimasi dan proyeksi. Perilaku isolasi sosial
timbul akibat adanya perasaan bersalah atau menyalahkan lingkungan, sehingga
pasienmerasa tidak pantas berada diantara orang lain dilingkungannya.
Kurangnya kemampuan komunikasi, merupakan data pengkajian
keterampilan verbal pada pasien dengan masalah solasi sosial, hal ini disebabkan
karena pola asuh yang keluarga yang kurang memberikan kesempatan pada pasien
untuk menyampaikan perasaan maupun pendapatnya. Kepribadian introvert
merupakan tipe kepribadian yang sering dimiliki pasien dengan masalah isolasi
sosial. Ciri-ciri pasiendengan kepribadian ini adalah menutup diri dari orang
sekitarnya. Selain itu pembelajaran moral yang tidak adekuat dari keluarga
merupakan faktor lain yang dapat menyebabkan pasien tidak mampu menyesuaikan
perilakunya di masyarakat, akibatnya pasienmerasa tersisih ataupun disisihkan dari
lingkungannya.
Faktor psikologis lain yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah kegagalan
dalam melaksanakan tugas perkembangan. Kegagalan dalam melaksanakan tugas
perkembangan akan mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada
orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang
lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa
tertekan. Kondisi diatas, dapat menyebabkan perilaku tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri,
kegiatan sehari-hari terabaikan (Stuart & Laraia, 2005).
3) Faktor Sosial Budaya
Faktor predisposisi sosial budaya pada pasiendengan isolasi sosial, sesringkali
diakibatkan karena pasienberasal dari golongan sosial ekonomi rendah hal ini
mengakibatkan ketidakmampuan pasiendalam memenuhi kebutuhan. Kondisi
tersebut memicu timbulnya stres yang terus menerus, sehingga fokus pasien hanya
pada pemenuhan kebutuhannya dan mengabaikan hubungan sosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya.
Stuart & Laraia (2005) dan Townsend (2005) mengatakan bahwa faktor usia
merupakan salah satu penyebab isolasi sosial hal ini dikarenakan rendahnya
kemampuan pasiendalam memecahkan masalah dan kurangnya kematangan pola
berfikir. Pasiendengan masalah isolasi sosial umumnya memiliki riwayat penolakan
lingkungan pada usia perkembangan anak, sehingga tidak mampu menyelesaikan
masalah tugas perkembangannya yaitu berhubungan dengan orang lain.
Pengalaman tersebut menimbulkan rasa kurang percaya diri dalam memulai
hubungan, akibat rasa takut terhadap penolakan dari lingkungan.
Lebih lanjut Stuart & Laraia (2005) mengatakan bahwa, tingkat pendidikan
merupakan salah satu tolok ukur kemampuan pasien berinteraksi secara efektif.
Karena faktor pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Pasiendengan masalah isolasi sosial biasanya memiliki
riwayat kurang mampu melakukan interaksi dan menyelesaikan masalah, hal ini
dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan pasien.
c. Faktor Presipitasi
Ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan
struktur otak. Faktor lainnya pengalaman abuse dalam keluarga. Penerapan aturan
atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien dan
konflik antar masyarakat. Selain itu Pada pasienyang mengalami isolasi sosial, dapat
ditemukan adanya pengalaman negatif pasien yang tidak menyenangkan terhadap
gambaran dirinya, ketidakjelasan atau berlebihnya peran yang dimiliki serta mengalami
krisis identitas. Pengalaman kegagalan yang berulang dalam mencapai harapan atau
cita-cita, serta kurangnya penghargaan baik dari diri sendiri maupun lingkungan.
Faktor-faktor diatas, menyebabkan gangguan dalam berinteraksi sosial dengan orang
lain, yang pada akhirnya menjadi masalah isolasi sosial.
d. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan pasienyang
menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan sosial dan didukung dengan data
hasil observasi.
1) Data subjektif: Pasien mengungkapkan tentang
a) Perasaan sepi
b) Perasaan tidak aman
c) Perasan bosan dan waktu terasa lambat
d) Ketidakmampun berkonsentrasi
e) Perasaan ditolak
2) Data Objektif:
a) Banyak diam
b) Tidak mau bicara
c) Menyendiri
d) Tidak mau berinteraksi
e) Tampak sedih
f) Ekspresi datar dan dangkal
g) Kontak mata kurang
2. Pohon Masalah
3. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial
b. Harga diri rendah
c. Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
4. Rencana Tindakan Keperawatan :
Tindakan keperawatan pada isolasi social, dilakukan terhadap pasiendan keluarga. Saat
melakukan pelayanan di poli kesehatan jiwa di Puskesmas atau kunjungan rumah, perawat
menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui klien. Bersama keluarga, perawat
mengidentifikasi masalah yang dialami pasiendan keluarga. Setelah itu, perawat menemui
pasienuntuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi isolasi sosial yang
dialami klien. Setelah perawat selesai melatih klien, maka perawat kembali menemui
keluarga dan melatih keluarga untuk merawat klien, serta menyampaikan hasil tindakan
yang telah dilakukan terhadap pasiendan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk
membimbing pasien melatih kemampuan mengatasi isolasi sosial yang telah diajarkan oleh
perawat.
a. Fase Orientasi:
- Salam terapeutik
- Memperkenalkan diri
- Evaluasi /validasi tindak lanjut pada pertemuan sebelumnya
- Membuat /memvalidasi kontrak ( topik,waktu,tempat)
b. Fase Kerja
c. Terminasi
- Evaluasi perasaan pasien setelah berbincang-bincang
- Evaluasi kemampuan pasien
- Tindak Lanjut
- Kontrak untuk pertemuan yang akan datang (topik,waktu,tempat)
d. Strategi Pelaksanaan pertemuan pertama
PERTEMUAN
NO DIAGNOSA TINDAKAN
1 2 3 4 5 S.D 12
1 ISOLASI PASIEN 1. Identifikasi penyebab 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi
SOSIAL isolasi sosial: siapa berkenalan latihan berkenalan latihan berkenalan, kegiatan
yang serumah, siapa (berapa orang). (berapa orang) & bicara saat latihan
yang dekat, yang tidak Beri pujian. bicara saat melakukan empat berkenalan,
dekat, dan apa 2. Latih cara melakukan dua kegiatan harian. berbicara saat
sebabnya. berbicara saat kegiatan harian. Beri pujian. melakukan
2. Keuntungan punya melakukan Beri pujian. 2. Latih cara bicara kegiatan
teman dan bercakap- kegiatan harian 2. Latih cara sosial: meminta harian dan
cakap. (latih 2 kegiatan). berbicara saat sesuatu, menjawab sosialisasi.
3. Kerugian tidak punya 3. Masukkan pada melakukan pertanyan. Beri,> pujian.
teman dan tidak jadual kegiatan kegiatan harian (2 3. Masukkan pada 2. Latih kegiatan
bercakap-cakap. untuk latihan kegiatan baru). jadual kegiatan harian.
4. Latih cara berkenalan berkenalan 2- 3 3. Masukkan pada untuk latihan 3. Nilai
dengan pasien dan orang pasien, jadual kegiatan berkenalan >5 kemampuan
perawat atau tamu. perawat dan untuk latihan orang, orang baru, yang telah
5. Masukan pada jadual tamu, berbicara berkenalan 4-5 berbicara saat mandiri.
kegiatan untuk latihan saat melakukan orang, berbicara melakukan 4. Nilai apakah
berkenalan. kegiatan harian. saat melakukan 4 kegiatan harian isolasi sosial
kegiatan harian. dan sosialisasi. teratasi
Data Obyektif:
Pasien tampak menyendiri,
menunduk, kontak mata sedikit, dan
ketika tidur dengan posisi menekuk
lututnya hingga menyentuh
badannya.
5. Rencana Tindakan Keperawatan (SP) :
Teori Kasus
Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai Berdasarkan kasus di atas tanda dan
dari ungkapan pasien yang menunjukkan gejalanya sebagai berikut :
penilaian negatif tentang hubungan sosial dan Data Subyektif:
didukung dengan data hasil observasi. 1. Pasien mengeluh sangat
Data subjektif: kesepian,
• Perasaan sepi 2. Pasien mengeluh di asingkan
• Perasaan tidak aman oleh teman teman sekitar,
• Perasan bosan dan waktu 3. Pasien mengeluh
terasa lambat 4. Pasien mengeluh di tolak
• Ketidakmampun pacarnya,
berkonsentrasi 5. Pasien mengeluh saat ini ia
• Perasaan ditolak tidak memiliki teman atau orang
Data Objektif: terdekat sehingga lebih senang
• Banyak diam berdiam dan menyendiri.
• Tidak mau bicara 6. Menurut informasi keluarga,
• Menyendiri pasien merupakan anak yang
• Tidak mau berinteraksi aktif, namun beberapa bulan
• Tampak sedih terakhir menjadi pemalu.
• Ekspresi datar dan dangkal
• Kontak mata kurang Data Obyektif:
(Nurhalimah, 2016) 1. Pasien tampak menyendiri,
2. menunduk,
3. kontak mata sedikit,
4. dan ketika tidur dengan posisi
menekuk lututnya hingga
menyentuh badannya.
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah, segera timbul
perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan intervensi lebih
lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori: halusinasi dan resiko mencederai
diri, orang lain, bahkan lingkungan (Herman Ade, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Nurhalimah. 2016. Modul Keperawatan Jiwa Komprehensif. Kemenkes. Jakarta
TIM POKJA PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). PPNI. Jakarta
Elvidana Herni. 2019. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Ibu R. Harga Diri Rendah
Kronis Dengan Intervensi Inovasi Logoterapi Terhadap Masalah Harga Diri
Rendah Kronis Di Ruang Punai Rsjd Atma Husada Mahakam Samarinda.
Universitas Muhamadiyah Kalimantan Timur. Dapat diakses di
https://dspace.umkt.ac.id/diakses pada tanggal 3 Maret 2021
PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I Cetakan III. Jakarta: Tim
Pokja SDKI DPP PPNI
PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi I Cetakan II. Jakarta: Tim
Pokja SIKI DPP PPNI.
PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi I Cetakan II. Jakarta: Tim Pokja
SLKI DPP PPNI.