Anda di halaman 1dari 18

Problem Basic Learning

“KEPERAWATAN JIWA”

Dosen Tutor : Ns. Rachmawaty Hunawa, M.Kep

OLEH :

KELOMPOK 4

Sri Wahyuni Dj. Mardani 841420147

Vera Veronika Yunus 841420150

Sitti Miftah Rivai 841420154

PRODI STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2021
A. KASUS / SKENARIO
Seorang laki-laki usia 22 tahun dirawat di RS Jiwa karena sering dibullying teman temannya
sebab dirinya cerdas dengan IPK 4.00. Pasien mengeluh sangat kesepian, di asingkan oleh
teman teman sekitar, di tolak pacarnya, dan saat ini ia tidak memiliki teman atau orang
terdekat sehingga lebih senang berdiam dan menyendiri. Dari hasil pengkajian tampak
menyendiri, menunduk, kontak mata sedikit, dan ketika tidur dengan posisi menekuk
lututnya hingga menyentuh badannya. Menurut informasi keluarga, pasien merupakan anak
yang aktif, namun beberapa bulan terakhir menjadi pemalu.

B. MASALAH UTAMA :
Isolasi Sosial : Menarik Diri

C. KONSEP TEORI
1. Proses terjadinya masalah
a. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
b. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya isolasi sosial, meliputi:
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter dimana
ada riwayata anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Adanya risiko bunuh
diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA. Selain
itu ditemukan adanya kondisi patologis otak, yang dapat diketahui dari hasil
pemeriksaan struktur otak melalui pemeriksaan CT Scan dan hasil pemeriksaan MRI
untuk melihat gangguan struktur dan fungsi otak (Thomb, 2000).
2) Faktor Psikologis
Pasien dengan masalah isolasi sosial, seringkali mengalami kegagalan yang
berulang dalam mencapai keinginan/harapan, hal ini mengakibatkan terganggunya
konsep diri, yang pada akhirnya akan berdampak dalam membina hubungan
dengan orang lain. Koping individual yang digunakan pada pasiendengan isolasi
sosial dalam mengatasi masalahnya, biasanya maladaptif. Koping yang biasa
digunakan meliputi: represi, supresi, sublimasi dan proyeksi. Perilaku isolasi sosial
timbul akibat adanya perasaan bersalah atau menyalahkan lingkungan, sehingga
pasienmerasa tidak pantas berada diantara orang lain dilingkungannya.
Kurangnya kemampuan komunikasi, merupakan data pengkajian
keterampilan verbal pada pasien dengan masalah solasi sosial, hal ini disebabkan
karena pola asuh yang keluarga yang kurang memberikan kesempatan pada pasien
untuk menyampaikan perasaan maupun pendapatnya. Kepribadian introvert
merupakan tipe kepribadian yang sering dimiliki pasien dengan masalah isolasi
sosial. Ciri-ciri pasiendengan kepribadian ini adalah menutup diri dari orang
sekitarnya. Selain itu pembelajaran moral yang tidak adekuat dari keluarga
merupakan faktor lain yang dapat menyebabkan pasien tidak mampu menyesuaikan
perilakunya di masyarakat, akibatnya pasienmerasa tersisih ataupun disisihkan dari
lingkungannya.
Faktor psikologis lain yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah kegagalan
dalam melaksanakan tugas perkembangan. Kegagalan dalam melaksanakan tugas
perkembangan akan mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada
orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang
lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa
tertekan. Kondisi diatas, dapat menyebabkan perilaku tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri,
kegiatan sehari-hari terabaikan (Stuart & Laraia, 2005).
3) Faktor Sosial Budaya
Faktor predisposisi sosial budaya pada pasiendengan isolasi sosial, sesringkali
diakibatkan karena pasienberasal dari golongan sosial ekonomi rendah hal ini
mengakibatkan ketidakmampuan pasiendalam memenuhi kebutuhan. Kondisi
tersebut memicu timbulnya stres yang terus menerus, sehingga fokus pasien hanya
pada pemenuhan kebutuhannya dan mengabaikan hubungan sosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya.
Stuart & Laraia (2005) dan Townsend (2005) mengatakan bahwa faktor usia
merupakan salah satu penyebab isolasi sosial hal ini dikarenakan rendahnya
kemampuan pasiendalam memecahkan masalah dan kurangnya kematangan pola
berfikir. Pasiendengan masalah isolasi sosial umumnya memiliki riwayat penolakan
lingkungan pada usia perkembangan anak, sehingga tidak mampu menyelesaikan
masalah tugas perkembangannya yaitu berhubungan dengan orang lain.
Pengalaman tersebut menimbulkan rasa kurang percaya diri dalam memulai
hubungan, akibat rasa takut terhadap penolakan dari lingkungan.
Lebih lanjut Stuart & Laraia (2005) mengatakan bahwa, tingkat pendidikan
merupakan salah satu tolok ukur kemampuan pasien berinteraksi secara efektif.
Karena faktor pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Pasiendengan masalah isolasi sosial biasanya memiliki
riwayat kurang mampu melakukan interaksi dan menyelesaikan masalah, hal ini
dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan pasien.
c. Faktor Presipitasi
Ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan
struktur otak. Faktor lainnya pengalaman abuse dalam keluarga. Penerapan aturan
atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien dan
konflik antar masyarakat. Selain itu Pada pasienyang mengalami isolasi sosial, dapat
ditemukan adanya pengalaman negatif pasien yang tidak menyenangkan terhadap
gambaran dirinya, ketidakjelasan atau berlebihnya peran yang dimiliki serta mengalami
krisis identitas. Pengalaman kegagalan yang berulang dalam mencapai harapan atau
cita-cita, serta kurangnya penghargaan baik dari diri sendiri maupun lingkungan.
Faktor-faktor diatas, menyebabkan gangguan dalam berinteraksi sosial dengan orang
lain, yang pada akhirnya menjadi masalah isolasi sosial.
d. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan pasienyang
menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan sosial dan didukung dengan data
hasil observasi.
1) Data subjektif: Pasien mengungkapkan tentang
a) Perasaan sepi
b) Perasaan tidak aman
c) Perasan bosan dan waktu terasa lambat
d) Ketidakmampun berkonsentrasi
e) Perasaan ditolak
2) Data Objektif:
a) Banyak diam
b) Tidak mau bicara
c) Menyendiri
d) Tidak mau berinteraksi
e) Tampak sedih
f) Ekspresi datar dan dangkal
g) Kontak mata kurang
2. Pohon Masalah

Gangguan Sensori Persepsi : Halusiasi AKIBAT

Isolasi Sosial: Menarik Diri MASALAH UTAMA

Harga Diri Rendah PENYEBAB

3. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial
b. Harga diri rendah
c. Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
4. Rencana Tindakan Keperawatan :
Tindakan keperawatan pada isolasi social, dilakukan terhadap pasiendan keluarga. Saat
melakukan pelayanan di poli kesehatan jiwa di Puskesmas atau kunjungan rumah, perawat
menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui klien. Bersama keluarga, perawat
mengidentifikasi masalah yang dialami pasiendan keluarga. Setelah itu, perawat menemui
pasienuntuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi isolasi sosial yang
dialami klien. Setelah perawat selesai melatih klien, maka perawat kembali menemui
keluarga dan melatih keluarga untuk merawat klien, serta menyampaikan hasil tindakan
yang telah dilakukan terhadap pasiendan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk
membimbing pasien melatih kemampuan mengatasi isolasi sosial yang telah diajarkan oleh
perawat.
a. Fase Orientasi:
- Salam terapeutik
- Memperkenalkan diri
- Evaluasi /validasi tindak lanjut pada pertemuan sebelumnya
- Membuat /memvalidasi kontrak ( topik,waktu,tempat)
b. Fase Kerja
c. Terminasi
- Evaluasi perasaan pasien setelah berbincang-bincang
- Evaluasi kemampuan pasien
- Tindak Lanjut
- Kontrak untuk pertemuan yang akan datang (topik,waktu,tempat)
d. Strategi Pelaksanaan pertemuan pertama
PERTEMUAN
NO DIAGNOSA TINDAKAN
1 2 3 4 5 S.D 12
1 ISOLASI PASIEN 1. Identifikasi penyebab 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi
SOSIAL isolasi sosial: siapa berkenalan latihan berkenalan latihan berkenalan, kegiatan
yang serumah, siapa (berapa orang). (berapa orang) & bicara saat latihan
yang dekat, yang tidak Beri pujian. bicara saat melakukan empat berkenalan,
dekat, dan apa 2. Latih cara melakukan dua kegiatan harian. berbicara saat
sebabnya. berbicara saat kegiatan harian. Beri pujian. melakukan
2. Keuntungan punya melakukan Beri pujian. 2. Latih cara bicara kegiatan
teman dan bercakap- kegiatan harian 2. Latih cara sosial: meminta harian dan
cakap. (latih 2 kegiatan). berbicara saat sesuatu, menjawab sosialisasi.
3. Kerugian tidak punya 3. Masukkan pada melakukan pertanyan. Beri,> pujian.
teman dan tidak jadual kegiatan kegiatan harian (2 3. Masukkan pada 2. Latih kegiatan
bercakap-cakap. untuk latihan kegiatan baru). jadual kegiatan harian.
4. Latih cara berkenalan berkenalan 2- 3 3. Masukkan pada untuk latihan 3. Nilai
dengan pasien dan orang pasien, jadual kegiatan berkenalan >5 kemampuan
perawat atau tamu. perawat dan untuk latihan orang, orang baru, yang telah
5. Masukan pada jadual tamu, berbicara berkenalan 4-5 berbicara saat mandiri.
kegiatan untuk latihan saat melakukan orang, berbicara melakukan 4. Nilai apakah
berkenalan. kegiatan harian. saat melakukan 4 kegiatan harian isolasi sosial
kegiatan harian. dan sosialisasi. teratasi

KELUARGA 1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien.


2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya isolasi sosial (gunakan booklet).
3. Jelaskan cara merawat isolasi social.
4. Latih dua cara merawat berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian.
5. Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan pasien berbicara (makan, sholat bersama) di
rumah.
6. Latih cara membimbing pasien berbicara dan memberi pujian.
7. Jelaskan cara melatih pasien melakukan kegiatan sosial seperti berbelanja, meminta sesuatu dll.
8. Latih keluarga mengajak pasien belanja saat besuk.
9. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan.
10. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual kegiatan dan memberikan pujian.
11. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien.
12. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ/PKM.
PERTEMUAN
NO DIAGNOSA TINDAKAN
1 2 3 4 5 S.D 12
2 HARGA DIRI PASIEN 1. Identifikasi kemampuan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
RENDAH melakukan kegiatan dan aspek pertama yang pertama dan kedua pertama, kedua, dan latihan dan
positif pasien (buat daftar telah dilatih dan yang telah dilatih ketiga yang telah berikan pujian.
kegiatan). berikan pujian. dan berikan pujian. dilatih dan berikan 2. Latih kegiatan
2. Bantu pasien menilai kegiatan 2. Bantu pasien 2. Bantu pasien pujian. dilanjutkan
yang dapat dilakukan saat ini memilih kegiatan memilih kegiatan 2. Bantu pasien sampai tak
(pilih dari daftar kegiatan) : kedua yang akan ketiga yang akan memilih kegiatan terhingga.
buat daftar kegiatan yang dilatih. dilatih. keempat yang akan 3. Nilai kemampuan
dapat dilakukan saat ini. 3. Latih kegiatan 3. Latih kegiatan dilatih. yang telah
3. Bantu pasien memilih salah kedua kedua (alat ketiga (alat dan 3. Latih kegiatan mandiri.
satu kegiatan yang dapat dan cara). cara). keempat (alat dan 4. Nilai apakah
dilakukan saat ini untuk 4. Masukkan pada 4. Masukkan pada cara). harga diri pasien
dilatih. jadual kegiatan jadual kegiatan 4. Masukkan pada meningkat.
4. Latih kegiatan yang dipilih (alat untuk latihan: untuk latihan: tiga jadual kegiatan
dan cara melakukannya). dua kegiatan kegiatan, masing- untuk latihan: empat
5. Masukan pada jadual kegiatan masing2 dua kali masing dua kali per kegiatan masing-
untuk latihan dua kali per hari. per hari. hari. masing dua kali per
hari.

KELUARGA 1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien.


2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya harga diri rendah (gunakan booklet).
3. Diskusikan kemampuan atau aspek positif pasien yang pernah dimiliki sebelum dan setelah sakit.
4. Jelaskan cara merawat harga diri rendah terutama memberikan pujian semua hal yang positif pada pasien.
5. Latih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan pertama yang dipilih pasien: bimbing dan beri pujian.
6. Bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan kegiatan kedua yang dipilih pasien.
7. Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegiatan ketiga yang dipilih.
8. Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegiatan keempat yang dipilih.
9. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan.
10. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian.
11. Nilai kemampuan keluarga mmbimbing pasien.
12. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ/PKM.
PERTEMUAN
NO DIAGNOSA TINDAKAN
1 2 3 4 5 S.D 12
3 HALUSINASI PASIEN 1. Identifikasi halusinasi: 1. Evaluasi kegiatan 1. valuasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
isi, frekuensi, waktu menghardik. Beri latihan menghardik latihan menghardik & latihan
terjadi, situasi pencetus, pujian. & obat. Beri pujian. obat & bercakap- menghardik &
perasaan, respon. 2. Latih cara mengontrol 2. Latih cara cakap. Beri pujian. obat & bercakap-
2. Jelaskan cara halusinasi dengan obat mengontrol 2. Latih cara mengontrol cakap & kegiatan
mengontrol halusinasi: (jelaskan 6 benar: halusinasi dg halusinasi dg harian. Beri
hardik, obat, bercakap- jenis, guna, dosis, bercakap-cakap melakukan kegiatan pujian.
cakap, melakukan frekuensi, cara, saat terjadi harian (mulai 2 2. Latih kegiatan
kegiatan. kontinuitas minum halusinasi. kegiatan). harian.
3. Latih cara mengontrol obat). 3. Masukkan pada 3. Masukkan pada jadual 3. Nilai kemampuan
halusinasi dg 3. Masukkan pada jadual jadual kegiatan kegiatan untuk latihan yang telah
menghardik. kegiatan untuk latihan untuk latihan menghardik, minum mandiri.
4. Masukan pada jadual menghardik dan menghardik, obat, bercakap-cakap 4. Nilai apakah
kegiatan untuk latihan minum obat. minum obat dan dan kegiatan harian. halusinasi
menghardik. bercakap-cakap. terkontrol.

KELUARGA 1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien.


2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya halusinasi (gunakan booklet).
3. Jelaskan cara merawat halusinasi.
4. Latih cara merawat halusinasi: hardik.
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian.
6. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat.
7. Latih cara memberikan/ membimbing minum obat.
8. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian.
9. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat.
10. Latih cara memberikan/ membimbing minum obat.
11. Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk mengontrol halusinasi.
12. Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan pasien terutama saat halusinasi.
13. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan.
14. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien.
15. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ/PKM.
D. KONSEP KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS
1. Alasan Masuk RS
Seorang laki-laki usia 22 tahun dirawat di RS Jiwa karena sering dibullying
temantemannya sebab dirinya cerdas dengan IPK 4.00.
2. Keluhan Utama : Pasien tampak menyendiri, menunduk, kontak mata sedikit, dan ketika
tidur dengan posisi menekuk lututnya hingga menyentuh badannya
Keluhan Lain / Penyerta : Diadiasingkan oleh teman teman sekitar, di tolak pacarnya, dan
saat ini ia tidak memiliki teman atau orang terdekat sehingga lebih senang berdiam dan
menyendiri. Menurut informasi keluarga, pasien merupakan anak yang aktif, namun
beberapa bulan terakhir menjadi pemalu.
3. Masalah keperawatan :
Isolasi sosial b/d harga diri rendah d/d Pasien tampak menyendiri, menunduk, kontak mata
sedikit, dan ketika tidur dengan posisi menekuk lututnya hingga menyentuh badannya
4. Analisa Data

Symptomp Etiology Problem


Data Subyektif: Effect: Isolasi sosial
Pasien mengeluh sangat kesepian, di Halusinasi
asingkan oleh teman teman sekitar,
di tolak pacarnya, dan saat ini ia
tidak memiliki teman atau orang Core problem:
terdekat sehingga lebih senang Isolasi sosial
berdiam dan menyendiri.
Menurut informasi keluarga, pasien
merupakan anak yang aktif, namun Cause:
beberapa bulan terakhir menjadi Harga diri rendah
pemalu.

Data Obyektif:
Pasien tampak menyendiri,
menunduk, kontak mata sedikit, dan
ketika tidur dengan posisi menekuk
lututnya hingga menyentuh
badannya.
5. Rencana Tindakan Keperawatan (SP) :

SDKI SLKI SIKI


Dx. Keperawatan : Isolasi Setelah dilakukan tindakan Observasi :
sosial b/d harga diri rendah keperawatan diharapkan 1. Identifikasi respon
d/d Pasien mengeluh sangat masalah isolasi sosial cukup psikologis terhadap
kesepian, diasingkan oleh meningkat dengan kriteria situasi dan
teman-teman sekitar dan hasil : ketersediaan sistem
ditolak pacarnya. - Minat interaksi pendukung
(D.0121) meningkat (5) 2. Identifikasi sumber
Definisi : Ketidakmampuan - Verbalisasi tujuan daya untuk
untuk membina hubungan yang jelas ketersediaan
yang erat, hangat, terbuka, meningkat (5 pengasuh
dan interdependen dengan - Minat terhadap 3. Monitor situasi
orang lain. aktivitas meningkat keluarga saat ini dan
Data Subyektif: (5) sistem pendukung
Pasien mengeluh sangat - Verbalisasi sosial Terapeutik :
kesepian, di asingkan oleh menurun (5) 4. Berikan dukungan
teman teman sekitar, di - Perilaku menarik dan caring dalam
tolak pacarnya, dan saat ini diri menurun (5) pelayanan
ia tidak memiliki teman - Afek murung / sedih 5. Motivasi
atau orang terdekat menurun (5) berpatisipasi dalam
sehingga lebih senang - Kontak mata kegiatan sosial
berdiam dan menyendiri. membaik (5) masyarakat
Menurut informasi 6. Motivasi membina
keluarga, pasien merupakan hubungan dengan
anak yang aktif, namun pihak yang memiliki
beberapa bulan terakhir kebutuhan yang
menjadi pemalu. sama
7. Libatkan keluarga,
Data Obyektif: orang penting, dan
Pasien tampak menyendiri, teman dalam
menunduk, kontak mata perawatan
sedikit, dan ketika tidur Edukasi :
dengan posisi menekuk 8. Jelaskan hambatan
lututnya hingga menyentuh pada sistem
badannya. pendukung
9. Informasikan
jaringan sosial yang
tersedia
10. Informasikan tingkat
sistem pendukung
(mis, keluarga,teman,
dan masyarakat)
11. Anjurkan keluarga
terlibat dalam
perawatan
Kolaborasi :
12. Rujuk ke kelompok
swadaya
13. Kolaborasi dengan
program pencegahan
atau pengobatan
berbasis masyarakat,
jika perlu
6. Strategi Pelaksanaan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


.
1. Isolasi sosial Sp 1 : Sp 1 :
Bina hubungan 1. Identifikasi penyebab isolasi sosial:
saling percaya siapa yang serumah, siapa yang dekat,
yang tidak dekat, dan apa sebabnya.
2. Keuntungan punya teman dan bercakap-
cakap.
3. Kerugian tidak punya teman dan tidak
bercakap-cakap.
4. Latih cara berkenalan dengan pasien
dan perawat atau tamu.
5. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan berkenalan
Sp 2 : Sp 2 :
Menyadari isolasi 1. Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa
sosial yang orang). Beri pujian.
dialaminya 2. Latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian (latih 2 kegiatan)
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk
latihan berkenalan 2- 3 orang pasien,
perawat dan tamu, berbicara saat
melakukan kegiatan harian.
Sp 3 : Sp 3 :
Berinteraksi secara 1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan
bertahap dengan (berapa orang) & bicara saat melakukan
orang lain dua kegiatan harian. Beri pujian.
2. Latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian (2 kegiatan baru)
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk
latihan berkenalan 4-5 orang, berbicara
saat melakukan 4 kegiatan harian.
Sp 4 : Sp 4 :
Melatih kegiatan 1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan,
sesuai kemampuan bicara saat melakukan empat kegiatan
yang dimiliki pasien harian. Beri pujian.
2. Latih cara bicara sosial: meminta
sesuatu, menjawab pertanyan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan berkenalan >5 orang, orang baru,
berbicara saat melakukan kegiatan harian
dan sosialisas

E. ANALISIS KESENJANGAN ANTARA TEORI DAN KASUS

Teori Kasus
Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai Berdasarkan kasus di atas tanda dan
dari ungkapan pasien yang menunjukkan gejalanya sebagai berikut :
penilaian negatif tentang hubungan sosial dan Data Subyektif:
didukung dengan data hasil observasi. 1. Pasien mengeluh sangat
Data subjektif: kesepian,
• Perasaan sepi 2. Pasien mengeluh di asingkan
• Perasaan tidak aman oleh teman teman sekitar,
• Perasan bosan dan waktu 3. Pasien mengeluh
terasa lambat 4. Pasien mengeluh di tolak
• Ketidakmampun pacarnya,
berkonsentrasi 5. Pasien mengeluh saat ini ia
• Perasaan ditolak tidak memiliki teman atau orang
Data Objektif: terdekat sehingga lebih senang
• Banyak diam berdiam dan menyendiri.
• Tidak mau bicara 6. Menurut informasi keluarga,
• Menyendiri pasien merupakan anak yang
• Tidak mau berinteraksi aktif, namun beberapa bulan
• Tampak sedih terakhir menjadi pemalu.
• Ekspresi datar dan dangkal
• Kontak mata kurang Data Obyektif:
(Nurhalimah, 2016) 1. Pasien tampak menyendiri,
2. menunduk,
3. kontak mata sedikit,
4. dan ketika tidur dengan posisi
menekuk lututnya hingga
menyentuh badannya.

Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah, segera timbul
perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan intervensi lebih
lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori: halusinasi dan resiko mencederai
diri, orang lain, bahkan lingkungan (Herman Ade, 2011)

DAFTAR PUSTAKA
Nurhalimah. 2016. Modul Keperawatan Jiwa Komprehensif. Kemenkes. Jakarta

Nurhalimah. 2016. Modul Praktikum Keperawatan Jiwa. Kemenkes. Jakarta

TIM POKJA PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). PPNI. Jakarta

Elvidana Herni. 2019. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Ibu R. Harga Diri Rendah
Kronis Dengan Intervensi Inovasi Logoterapi Terhadap Masalah Harga Diri
Rendah Kronis Di Ruang Punai Rsjd Atma Husada Mahakam Samarinda.
Universitas Muhamadiyah Kalimantan Timur. Dapat diakses di
https://dspace.umkt.ac.id/diakses pada tanggal 3 Maret 2021

http://repository.pkr.ac.id/474/7/BAB%202.pdf/diakses pada tanggal 5 maret 2021

PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I Cetakan III. Jakarta: Tim
Pokja SDKI DPP PPNI
PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi I Cetakan II. Jakarta: Tim
Pokja SIKI DPP PPNI.
PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi I Cetakan II. Jakarta: Tim Pokja
SLKI DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai