Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Disusun Oleh :

1. Hartono
2. I made dwi mardika
3. I nyoman trio .s
4. Iwan indriawan
5. Joni budi santoso
6. Ketut siswanti
7. Kholistin yusrenda
8. Krisdiyantoro
9. Maita lindawaty

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN REGULER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Allah SWT dan puji syukur atas kehadirat-Nya atas karunia yang telah

dilimpahkan kepada kami selaku penyusun sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang 

berjudul”ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ISOLASI SOSIAL”.

            Makalah ini bertujuan untuk memenuhi kurikulim akademik yang harus dikerjakan oleh

mahasiswa dalam  menempuh jenjang pendidikan pada jurusan S1 KEPERAWATAN.

Diharapkan dengan penulisan makalah ini dapat memperdalam dan sekaligus melatih mahasiswa

agar dapat menerapkan ilmu yang didapat pada waktu kuliah dengan kondisi yang

sesungguhnya.

            Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,karena itu saran dan kritik yang

membangun sangat kami harapkan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan

sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain sekitarnya. Px merasa ditolak, tidak

diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yg berarti dg orang lain.

Gangguan berhubungan dengan sosial atau isolasi sosial merupakan suatu gangguan hubungan

interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadiannyang tidak fleksibel yang menimbulkan

perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan sosial (Departemen

Kesehatan 2011)

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,


merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut
dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis. Agar dapat
memberikan asuhan keperawatan sebaik-baiknya, perlu dilakukan penggajian dan pemberian
intervensi  yang tepat. Kita juga mengetahui bahwa peran perawat yang paling utama adalah
melakukan promosi dan pencegahan terjadinya gangguan kesehatan baik l, sehingga dalam hal
ini perlu diberikan pendidikan kesehatan yang efektif guna meningkatkan kualitas kesehatannya.

2.2 TUJUAN

1.   Untuk mengetahui dan memahami tentang pengkajian pada klien dengan isolasi sosial

2.   Untuk mengetahui dan memahami tentang  diagnose yang muncul pada klien dengan isolasi
sosial

3.   Untuk mengetahui dan memahami intervensi dan asuhan keperawatan yang diberikan pada
klien dengan isolasi sosial
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TINJAUAN TEORI


A.    Definisi
Isolasi sosial adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri pencapaian ideal diri /cita-cita /harapan langsung
menghasilkan perasaan berharga. (Hidayat, 2016).
Isolasi sosial adalah menarik diri atau prilaku menghindari interaksi dengan orang lain dan
berhubungan dengan orang lain (Rowlin, 2013).
Perilaku menarik diri/isolasi sosial disebabkan oleh perasaan tidak berharga, banyak
masalah, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan. Perilaku menarik diri merupakan percobaan/
menghindari interaksi dengan orang lain. Akibat menarik diri pasien lansia cepat mengalami
perasaan sensorik persepsi, halusinasi yang akan berakibat mencederai diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Adapun penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah (stuart dan
surdeen, 2015).
Isolasi sosiala adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain.

  B. Tanda dan gejala


a.       Apatis, ekspresif, efek tumpul
b.      Menghindari diri dari orang lain (menyendiri). Pasien nampak memmisahkan diri dari orang
lain, misalnya pada saat makan.
c.       Komunikasi tidak ada, pasien tidak tampak bercakap-cakap dengan pasien atau perawat lain.
d.      Tidak ada kontak mata dan Pasien sering menunduk.

e.       Berdiam diri dikamar/ tempat terpisah, pasien kurang mobilitas.


f.       Menolak berhubungan dengan orang lain. Pasien memutuskan percakapan atau pergi jika
bercakap-cakap.
g.      Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
h.      Pasien sering menjawab dengan singkat dengan kata-kata “tidak, dan tidak tahu”

C.     Psikopatologi
1.      Faktor Predisposisi
Berbagai faktor bisa menimbulkan respon sosial yang maladaptif. Walaupun banyak penelitian
telah dilakukan pada gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal, tapi belum ada
suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan ini. Mungkin saja disebabkan oleh
kombinasi dari berbagai faktor. Faktor yang mungkin mempengaruhi termasuk:

a.       Faktor Perkembangan


Tiap gangguan dalam pencapain tugas perkembangan yang akan mencetuskan seseorang
sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu
yang mempunyai masalah ini adalah orang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orangtuanya.
Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain diluar
keluarga. Peran keluarga seringkali tidak jelas. Orangtua pecandu alkohol dan penganiaya anak
juga dapat mempengaruhi seseorang berespon sosial maladaptif. Organisasi anggota keluarga
bekerja sama dengan tenaga professional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat
tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya
mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga professional.
b.      Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang
terlibatnya neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap masih diperlukan
penelitian lebih lanjut.
c.       Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan penyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok budaya mayoritas.
Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan
gangguan ini (Stuart dan Sundeen, 2018).

2.      Faktor Presipitasi : streesor sosial dan psikologi


Tingkat kecemasan yang berat dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu mengatasi
masalah, diyakini akan menimbulkan berbagai masalah/ancaman gangguan berhubungan
tuntutan yang berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain yang memenuhi
kebutuhan yang ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tinggi. Stress juga dapat
ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit kerja, berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupannya.

3.      Faktor Pendukung : sosial budaya


Terjadi gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain : misal anggota keluarga yang
tidak produktif diasingkan dari orang lain. Misalnya lansia.

D. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering dilakukan oleh pasien menarik diri adalah regresi. Dimana
regresi adalah Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu
taraf perkembangan yang lebih dini. Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila
berada dalam situasi frustrasi. Regresi dapat mempengaruhi keseluruhan atau sebagian aspek
kepribadian yang dapat menimbulkan macam-macam prilaku antara lain: gangguan asosiasi,
pembicaran, austistik, prilaku kekanak-kanakan atau gejala katatonik lainnya.
Pasien mula-mula “merasa rendah diri, tidak berharga lagi dan tidak berguna sehingga tidak
aman dalam membina hubungan dengan orang lain, pasien dengan prilaku menarik diri biasanya
berasal dari keluarga yang penuh permasalahan” ketegangan dan kecemasan yang tidak
menjamin/ mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang
lain dan pada lansia disebabkan karena pensiun sehingga para lansia merasa tidak produktif dan
berguna lagi.. Akibatnya pasien tak dapat membantu kuantitas diri, penghayatan diri dan kurang
mampu mengembangkan dan mempelajari cara berhubungan dengan orang lain yang dapat
menumbuhkan rasa aman pada pasien dan prilaku menarik diri, keadaan ini terjadi karena pada
masa perkembangan sebelumnya pasien tidak dapat mengidentifikasi dari orangtua jenis yang
sama, sehingga pasien merasa takut tidak diterima bila mencintai orang lain. Pasien memerlukan
usaha-usaha melindungi diri sehingga dia merasa pasif dan berkepribadian kaku, pasien tak mau
mencari penyebab dan berusaha menyesuaikan diri dengan kenyataan, tetapi dia
mengembangkan rasionalisasi dan menghamburkan realitas.

2.2 TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
Untuk mengkaji pasien lansia dengan isolasi sosial perawat dapat menggunakan wawancara dan
observasi.
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:
   Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
 Pasien merasa tidak aman dengan orang lain.
 Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
 Pasien merasa bosan dan dan lambat menghabiskan waktu.
 Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
 Pasien merasa tidak berguna.
 Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.

Pertanyaan- pertanyaan berikut ini dapat ditanyakan pada waktu wawancara untuk mendapatkan
data subjektif:
   Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang disekitarnya (keluarga atau tetangga)?
   Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat itu?
 Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang terdekat dengannya?
 Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?
Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami pasien?
 Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan orang sekitarnya?
 Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
 Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan observasi, adalah:
 Pasien banyak diam dan tidak mau berbicara.
 Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang terdekat.
 Pasien tanpak sedih, ekspresi dangkal dan datar.
 Kontak mata kurang.
 Apatis
 Afek tumpul
 Berdiam diri dikamar
 Perawatan diri kurang

B.     Diagnosa keperawatan


Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi dan wawancara maka perawat dapat
menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien lansia dengan isolasi sosial sebagai berikut:
Isolasi Sosial / Menarik Diri

C.    Tindakan keperawatan


1.      Tindakan keperawatan pada klien:
a. Tujuan: setelah tindakan keperawatan, pasien mampu:
1.      Membina hubungan saling percaya
2.      Menyadari penyebab isolasi sosial
3.      Berinteraksi dengan orang lain

b. Tindakan
1. Membina hungan saling percaya
o Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.
o Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang perawat
sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien.
o Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
o Buat kontrak asuhan: apa yang perawat akan lakukan bersama pasien, berapa lama
akan dikerjakan, dan tempatnya dimana.
o Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentinga terapi.
o Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien.
o Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.

2.      Membantu pasien menyadari prilaku isolasi sosial


o Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinterkasi dengan orang lain.
o Tanyakan kepada pasien apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain.
o Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan
mereka.
o Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan
orang lain.
o Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.

3.      Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap


o Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain.
o Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain.
o Beri kesempatan pasien mempraktekan cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan dihadapan perawat.
o Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu teman / anggota keluarga.
o Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua,
tiga, empat orang dan seterusnya.
o Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
o Siap mendengar ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain.
Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri
dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
    Evaluasi
1.      Evaluasi kemampuan pasien
o Pasien menjelaskan kebiasaan interaksi
o Pasien menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang lain
o Pasien menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain
o Pasien menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain
o Pasien memperagakan cara berkenalan dengan orang lain
o Pasien bergaul/ berinteraksi dengan perawat, keluarga, tetangga
o Pasien mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain
o Pasien menggunakan obat dengan patuh

2.      Evaluasi kemampuan keluarga


o Keluarga menyebutkan masalah isolasi sosial akibatnya
o Keluarga menyebutkan penyebabkan dan proses terjadinya isolasi sosial
o Keluarga membantu pasien dengan orang lain
o Keluarga melibatkan pasien melakukan kegiatan di rumah tangga
PENGKAJIAN GERONTIK

1.    Identitas klien
Nama                                              : Tn  D. S.                                                       
Jenis Kelamin                                 : Laki-laki
Umur                                              : 74 tahun                                                       
Suku:                                              : Sentani
Alamat                                            : Panti Werdha Pos 7 sentani                         
Agama                                            : Kristen Protestan
Pendidikan                                     : SD                                                    
Status perkawinan                          : Kawin          
Tanggal pengkajian                        : 7 – 01 - 2015
                                               
2.    Status Kesehatan saat ini
Keluhan kesehatan utama:        
         mengeluh  sakit kepala dan nyeri tengkuk Sakit gigi, penurunan daya ingan.

3.    Riwayat kesehatan dahulu:       


         Klien tidak pernah sakit

4.    Riwayat kesehatan keluarga: tidak ada penyakit keluarga


5.    Tinjauan sistem
a.    K eadaan  umum: sakit ringan, kesadaran compos mentis
b.    Integumen:
c.    Sistem hemopoietik (darah)
d.   Kepela:
1.         Rambut  :  rambut  beruban, tampak bersih, kepala pusing, nyeri trkan(-)
2.         Mata         : tidak ada keluhan penurunan penglihatan, tidak memakai kaca mata : tidak ada luka
dan tampak bersih.
3.         Hidung : simetris, bersih, tidak ada masa
4.         Mulut : gigi utuh, rutin sikat gigi.
5.         simetris atara telinga kanan dan kiri, tidak ada serumen, Bpk D  mengatakan masih dapat
mendengar menurun
6.         Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar betah bening, dan tidak ada masa, tidak ada keluhan pada
leher, kaku kuduk tidak ada
e.    Dada/thorax
1.        Dada           : simetris, tidak ada nyeri, S1 dan S2 normal
2.        Paru-paru    :suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing, ronchi.
3.        Jantung       :S1 dan S2 normal, tidak ada keluhan nyeri.
f.     Sistem pernapasan,
         Pernafasan terarur, bunyi nafas vesikuler, gerakan dada mengikuti pernafasan
         Respirasi 24×/m
         Tidak ada gangguan
g.    Sistem kardiovaskuler
         Tidak ada gangguan pada peredaraan darah,
         Didapat TD=100/50mmHg
         Nadi= 65 ×/mnt
h.    Sistem gastrointestinal
           Abdomen : Lunak,
            tidak ada nyeri tekan,
           tidak kembung, bising usus (+),
           tidak ada kelainan
i.      Sistem muskuluskeletal
      Bpk D  mengatakan tangan dan kakinya baik-baik, dan tidak pernah patah tulang
j.      Sistem saraf pusat,
      Saraf pendengan dan ingatan yang terganggu
k.    Sistem Endokrin
Tidak ada kelainan

6.    Pengkajian psikososial dan spiritual


1.      Psikososial
2.      Identifikasi masalah emosional
-       Apakah klien mengalami sukar tidur? (Tidak)
-       Apakah klien sering merasa gelisah? (tidak)
-       Apakah klien sering murung atau menangis sendiri (tidak)
-       Apakah klien sering was-was atau kuatir  Tidak
3.      Spiritual
-       Agama : Kristen Protestan
-       Kegiatan keagamaan  : Mengikuti Ibadah Setiap hari minggu
-       Konsep tentang kematian : Meninggal itu hal biasa, ya kalau Tuhan panggil pulang ya... trima
sjaa..
-       Harapan-harapan klien  : tetap panjang umur

7.    Pengkajian Fungsional Klien


1.      Mandiri
      Makan (Ya)
      BAB/BAK(Ya)
      Mengunakan pakaian(Ya)
      Pergi toilet(Ya)
      Berpindah(Ya)
      Mandi(Ya)
2.      Modifikasi Barthel Indeks
Termasuk manakah klien
No Kriteria Dengan Mandiri Ket :
Bantuan

1. Makan 5 10 Frekuensi: 3x
Jumlah: 1porsi
Jenis:
2. Minum 5 10 Frekuensi: 6x
Jumlah:300-500
Jenis:teh, air bening
3. Berpindah 5-10 15
4. Personal Hygiene (cuci muka, 0 5 Frekuensi:2x
menyisir rambut,  gosok gigi)
5. Kelur masuk toilet (membuka 5 10
pakaian, menyeka tubuh,
menyiram
6. Mandi 5 15 Frekuensi:
7. jalan 0 5
8. Naik turun tangga 5 10
9. Mengenakan Pakaian 5 10
10. Kontrol Bowel (BAK) 5 10 Frekuensi:
Konstisten:
11. Kontrol Bladder (BAK) 5 10 Frekuensi:
Warna:
12. Olahraga/Latihan 5 10 Frekuensi:
Jenis:
13. Rekreasi/ Pemanfaatan Waktu 5 10 Frekuensi:
luang Jenis:
Total Nilai= 125
Keterangan:
a.    130 : Mandiri
b.   60-125: ketergantungan sebagian
c.    55 : Ketergantungan total

8.    Pengkajian Status Mental gerontik


1.      Identifikasi kerusakan tingkat intelektual dengan mengunakan Short portable Mental status
Questioner (SPMSQ)
Intruksi: anjurkan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat  jumlah kesalahan  total berdasarkan 10 pertanyaan dan masukan dalam
Benar Salah No. Pertanyaan

√ 1. Tangal berapa hari ini?

√ 2. Hari apa sekarang?

√ 3. Apa nama tempat ini?

√ 4. Dimana Alamat Anda?

√ 5. Berapa umur anda

√ 6. Kapan anda lahir

√ 7. Siapa presiden indonesia?

√ 8. Siapa presiden sebelumnya

√ 9. Siapa nama ibu anda?

10. Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap


anda angka baru, Semua secara menurun

Σ=3 Σ=6

      Interpretasi Hasil:
a.    Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b.    Salah 4-5: fungsi intelektual ringan
c.    Salah 4-5: fungsi intelektual ringan
d.   Salah 6-8: fungsi intelektual Sedang
e.    Salah 9-10 : fungsi intelektual Berat
2.      Identifikasi aspek kognitif dari fungsi ental dengan mengunakan MMSE (Mini Mental Status
Exam):
No. Aspek Nilai Nilai Kriteria
kognitif Maksimal Klien
Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar:
      Tahun
      Musim
      Tanggal
      Hari
      Bulan
Orientasi 4 Dimana kita sekarang berada?
      Negara Indonesia
      Provinsi Papua
      Kabupaten/kota
      Panti
      Wisma
Registrasi 3 3 Menyebutkan 3 nama objek ( pemerintahan)
identik untung menanyakan masing-masing
objek kemudian tanyakan kepada klien ketiga
objek tadi (untuk enyebutkan)
      Objek Presiden
      Objek gubernur
      walikota
Perhatian 5 3 Minta klien untuk memulai dari angka 100
dan kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali/tingkat
kalkulasi       93
      86
      79
      72
      65
Mengingat 3 3 Meminta klien untuk mengulangi ketiga objek
pada no 2(registrasi) tadi. Bila benar 1 poin
masing-masing  objek
Bahasa 9 3 Tunjukkan pada klien 1 benda dan tanyakan
namanya pada klien
      Misalnya jam tangan
      Misalnya pensil/bolpen
Minta klien untuk mengulangi kata berikut “
tak ada jika atau tetapi”
Bila benar nilai 1 poin
      Pertanyaan benar 2 buah (contoh: tak ada,
tetapi)
Minta klien untuk ikut perintah berikut yang
terdiri dari 3 langkah
      Ambil kertas ditangan anda
      Lipat dua
      Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal seperti
berikut (bila aktifitas sesuai perintah nilai 1
poin)
      “Tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis satu
kaliat dan menyalin gambar
      Tulis satu kalimat
      Menyalin gambar
Total Nilai=21
Interpretasi hasil:
1.      >23 : Aspek Kognitif dan fungsi mental baik
2.      18-22 : Kerusakan Aspek fungsi mental ringan
3.      ≤17    : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

9.    Pengkajian keseimbangan
Pengkajian keseimbangan dinilai dari 2 komponen utama dalam bergerak, dari kedua
komponen  tersebut dibagi dalam  beberapa gerakan yang  perlu diobservaso oleh  perawat.
Kedua  komponen  tersebut adalah :
1.      Perubahan  posisi atau  gerakan  keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukan kondisi dibawa ini, dan 1 bila menunjukkan kondisi
berikut ini
Perubahan  posisi atau  gerakan  keseimbangan Nilai
Bangun dari tempat duduk dengan mata terbuka 1
      Tidak bangun dengan sekali gerakan 0
      Mendorong tubuhnya keatas dengan tangan atau bergerak kebagian 0
depan kursi terlebih dahulu
      Tidak stabil pada saat berdiri 0
Duduk kekursi dengan mata terbuka
      Menjatuhkan diri 0
      Tidak duduk ditengah kursi 0
Bangun ditempat duduk dengan mata tertutup 0
      Tidak bangun dengan sekali gerakan 0
      Mendorong tubuhnya keatas dengan tangan atau bergerak kebagian 0
depan kursi terlebih dahulu
      Tidak stabil pada saat berdiri 0
Duduk kekursi dengan mata tertutup 0
      Menjatuhkan diri ke kursi 0
      Tidak duduk ditengah kursi 0
Menahan dorongan pada sternum dengan mata tertutup 0
      Klien mengerakan kaki 0
      Memegang objek untuk dukungan 1
      Kaki tidak menyenyu sisi-sisinya 0
Perputaran leher (klien sambil berdiri) 0
      Mengerakkan kaki 0
      Mengenggam objek untuk dukungan kaki: keluhan 0
        Vertigo 0
        Pusing 0
        Keadaan tidak stabil 0
Gerakan menggapai sesuatu 0
      Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi 0
sepenuhnya sementara berdiri pada ujung-ujung jari sementara 1
      Tidak stabil memegang sesuatu untuk dukungan 0
Membungkuk
0
      Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objk” sesuatu
      Memegang objek untuk berdiri 0
Melakukan usaha keras untuk berdiri/bangun 0
0

2.      Komponen gaya berjalan /pergerakkan


Beri nilai nol jika klien menunjukkan perilaku dibawa ini atau beri nilai 1 jika klien
menunjukkan salah satu dari kondisi dibawa ini
Komponen Gaya Berjalan /Pergerakkan Nilai
Minta klien untuk berjalan ditempat yang ditentukan:
      Ragu-ragu 0
      Tersandung 1
      Memegang objek 1
Ketinggian langkah kaki
      Mengangkat kaki saat melangkah 1
      Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten atau menyeret kaki, 0
      Mengangkat kaki terlalu tinggi >5Cm 1
Kontinuitas Langkah kaki
       Setelah langkah kaki awal menjadi tidak konsisten, 0
      memulai mengangkat satu kaki yang lain menyentuh lantai 1
Penyimpangan jalur saat berjalan
      tidak berjalan dengan garis lurus 1
      bergelombang dari sisi ke sisi 0
Berbalik 0
   Berhenti sebelum mulai berbalik
   Jalan sempoyongan 1
   Bergoyang 0
   Memegang objek untuk dukungan 0
0
Totai Nilai=7
Interpretasi Hasil:
0-5 resiko jatuh Rendah
6-10 Resiko jatuh Sedang
11-15 Resiko jatuh Tinggi

10.         ANALISA DATA
No. Data Masalah
1. DS: klie mengatakan Koping yang tidak
        
-       Bisa ambil makanan sndiri didapur efektif berhubungan
-       Sering mengalai sakit gigi dan biasa berobat ke dengan ketidak
petugas kesehatan yang ada di panti werdha mampuam
-       Komunikasi dengannya perlu menggunakan suara engungkapkan
yang keras perasaan secara
DO: klien Nampak: tepat
-       Keadaan umum sakit sedang, kesadaran Compos         Resiko jatuh dan
mentis penurunan daya
-       TTV ingat dan
TD    : 100/50mmHg pendegaran
N       : 65×/m, s=36,5°ϲ
R        : 24×/m
-       Tampak ceria dan senang diajak bicara
-       Klien bicara dengan suara keras karna pendengaranya
gangguan
-       Klien mandiri dalam melakukan ADL
2.
DS: - Klien mengatakan banyak yang mengeluh  sakit kepala Resiko peningkatan
dan nyeri tengkuk status
DO: - TD=100/50\mmHg hipertensi b/d proses
-leher kakuk kuduk penuaan.

11.         RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Cemas sehubungan Setelah dilakukan1.      Bina Hubungan saling percaya
dengan Isolasi tindakkan keperawatan 2.      Perawat memperkenalkan diri dan
sosial selama 4 jam diharapkan : menjelaskan maksud datang ke panti
       Kebutuhan nutrisi
3.      Berbicara lembut
terpenuhi 4.      Bicara tetap mempertahankan kontak
       Kebutuhan keamanan dan mata
kesehatan 5.      Memberi penjelasan tentang bahasa
       Kebutuhan personal yang mudah diegertidan dilakukan
Hygiene berulangkali dan memastikan klien
       Keseimbangan sudah memahami
istirahat/tidur 6.      Beri kesempatan untuk klien
       Kebutuhan interpersonal bertamya
melalui 7.      Hargai pendapat lansia
komunikasihdengan
sesama penghuni panti
Werdha.
Resiko peningkatan Setelah dilakukan tindakan1.    Ukur tanda-tanda vital secara teratur
status keperawatan selama 3 dan periodik terutama tekanan darah
hipertensib/d proses jamperubahan perfusi 2.      Jelaskan pada klien tentang
penuaan jaringan serebral tidak pengertian tekanan darah tinggi
terjadi 3.      Jelaskan pada klien tentang jenis dan
penyebab tekanan darah tinggi
Kriteria evaluasi:
4.      Jelaskan tentang tanda dan gejala
-     TD systolik 120-140
tekanan darah tinggi
mmHg
5.      Jelaskan tentang akibat bila tekanan
-     TD diastolik 80-95 mmHg
darah tinggi tidak ditangani yaitu
-     Tidak ada tanda dan gejala
penyakit jantung, pecahnya
hipertensi
pembuluh darah otak, kegagalan
Dapat melakukan
ginjal dan kelainan pada mata
perawatan hipertensi: olah
(penglihatan kabur)
raga teratur, memanfaatkan
6.      Ajarkan cara menanggulangi
obat tradisonal untuk
tekanan darah tinggi; diet makanan,
menurunkan tekanan
penurunan berat badan bila
kegemukan, olah raga tertur, dan
mengontrol tekanan darah secara
teratur.
7.      Ajarkan tentang diet makanan yang
boleh dimakan dan makanan yang
harus dihindari

8.      Ajarkan tentang manfaat olah raga


pada lansia yaitu memperlancar
aliran darah dang mengurangi stres
9.      Ajarkan tentang hal-hal yang perlu
diperhatikan pada tekanan darah
tinggi ringan yaitu kurangi rasa
cemas dan hindari penyebabnya;
pada tekanan darah tinggi sedang
yaitu diet rendah garam, dan kurangi
BB; pada tekanan darah tinggi berat
yaitu menghubungi petugas
kesehatan untuk perawatan lebih
lanjut
10.  Ajarkan cara minum obat dan dosis
pada lansia yang mendapatkan
pengobatan
11.  Ajarkan cara menanggulangi tekanan
darah tinggi dengan cara tradisonal:
Jus mentimun
Jus belimbing
Jus mengkudu
Air rebusan daun salam
12.         IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Tgl/jam Dx Kep Tindakan Evaluasi Paraf
Kamis 1. 1.   Membina Hubungan Kamis  07-10-2022
07-10-2022 saling percaya Jam 11: 25
Jam 11: 25 R/ klien menerima S: klien mengataka:
perawat dengan baik  -senang berkomunikasi
2.   Perawat memperkenalkan dengan perawat
diri dan menjelaskan - bicara suara besar
maksud datang ke panti O: klien nampak
R/ saling mengenal -. Keadaan sakit sedang,
3.   Memintah waktu kesadaran kompos mentis
R/ bpa bersediah - Ceria dan senang
4.   Bicara tetap perawat bicara
mempertahankan
5.   Beri kesempatan untuk A: masalah teratasi
klien bertanya Intervensi dihentikan
R/ klien kooperatif
6.   Hargai pendapat lansia
R/ klien semangat dalam
diskusi

Kamis 1.    Mengukur tanda-tanda vital Kamis, 07-10-2022


07-10-2022 terutama tekanan darah Jam: 13:45
Jam 11: 20 R          : 24 x/Mnt S:klien mengatakan
Nadi     : 65×/m         klien mengatakan

TD        : 100/50×/m Ibu  mengatakanmengatakan
S           : 36,5 °ϲ lehernya kaku kuduk.
2.    Mengkaji tanda dan gejala O: klien tampak
hipertensi yang dirasakan Nadi  : 65×/m,
Respon:klienmengatakan TD     :100/50×/m
lehernya kaku kuduk S         : 36.5°ϲ
A: masalah belum teratasi
P: intrvensi dihentikan
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak di
terima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti kepada orang.
Penyebab isolasi sosial adalah harga diri rendah yaitu perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap
diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merandahkan martababt,
percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri (Carpenito, L.J 2018)

3.2 SARAN

Dalam  pembuat makalah kami tidak lepas dari kesalahan dan demi kesempurnaan makalah kami
mengharap kritik dan saran agar pembuatan makalah selanjutnya kami bisa lebih baik dan
cermat.
DAFTAR PUSTAKA

Alfajar, P. A. T. R. I. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien Skizofrenia Dengan


Masalah Keperawatan Isolasi Sosial Di RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah.
Stikes Muhammadiyah Klaten.
Anita Ayu Affiroh, A. A. A. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien dengan Isolasi
Sosial Di Ruang Nakula Rs dr Arif Zaenudin Surakarta. Uniersitas Kusuma Husada
Surakarta.
Dermawan, Deden, S.K., Ns., & Rusdi, S.K., Ns. ( 2013). Keperawatan Jiwa ;Konsep dan
Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta, penerbit Gosyen Publisshing.
Dharma, K, K. (2011).Metodologi penelitian keperawatan panduan pelaksanaan dan menerapkan
hasil penelitian.Depok : TIM
Dr Rilla Sovitriana, P. M. S. P. (n.d.). Dinamika Psikologis Kasus Penderita Skizofrenia. Uwais
Inspirasi Indonesia. https://books.google.co.id/books?id=sYKGDwAAQBAJ
Endah Puspito Sari, E. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Isolasi Sosial. universitas
kusuma husada surakarta.
Hanafiah, (2012).Model Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Hartanto, D. (2014). Gambaran sikap dan dukungan keluarga terhadap penderita gangguan jiwa
di Kecamatan Kartasura. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Istimewa, D. (2020). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn . A Dengan Masalah Isolasi
Sosial Di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera Andika Rahmat Harefa.
Kusumo K.L.S, Damayanti R, Ardinata (2015) Buku Ajar Keperawan Jiwa, Bandar lampung,
LP2M Institusi Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Levia, D. E. A. S., & Maryatun, S. (2020). Pengaruh Terapi Psikoreligius Untuk Mengontrol
Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Pendengaran. Sriwijaya University.
N

Anda mungkin juga menyukai