Anda di halaman 1dari 44

PRAKTISI MENGAJAR 2023

ASKEP ISOLASI
SOSIAL
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelejari modul ini saudara diharapkan mampu :
 Menjelaskan konsep isolasi sosial.
 Melakukan pengkajian pada pasien dengan isolasi sosial.
 Menetapkan diagnosa keperawatan pasien isolasi sosial.
 Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dg isolasi sosial.
 Mengevaluasi kemampuan pasien dengan keluarga dlm merawat pasien
isolasi sosial.
 Mendokumentasikan hsl askep pasien dengan isolasi social.
 Mendokumentasikan hsl askep pasien dg ISOS sesuai SDKI
PENGERTI
AN
 Isolasi Sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya (Keliat, et al, 2006)
 Menarik diri merupakan suatu percobaan untuk menghindari interaksi
dan hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993).
 Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan,
pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang manivestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup
membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor Biologis
 Adanya faktor genetic inheritance : hipotesis dopamin, dmn gejala muncul
terutama krn aktivitas hiperdopaminergik (Crow, 1980)
 Studi neuroanatomik, temuan adl pembesaran ventrikular, atropi serebellar,
fungsi premorbid buruk, respons terapi buruk, dan kerusakan kognitif (Black et
al, 1988)
Faktor perkembangan
 Gangguan peran, dimana terjadi perpisahan/kehilangan ortu, gangguan hub
dengan ortu pada masa anak-anak.
 Pengalaman traumatik yaitu, penganiayaan, adopsi peran ortu yg buruk

Faktor sosiokultural
 Budaya keterbatasan b/d org lain antara lain perilaku diskriminasi, migrasi,
hospitalisasi
FAKTOR PRESIPITASI
a. Stresor sosiokultural yaitu perceraian, mobilitas, tradisi,
hospitalisasi
b. Stresor psikologis
 Tingkat ansietas berkepanjangan atau intens
 Gangguan personalitas borderline
 Peningkatan otonomi dan separasi
 Konsep diri rentan
 Kegagalan dlm berhub mis, ideal tinggi, terlalu mengevaluasi,
kecewa tdk terpenuhi kbthn yg tdk realistic, rasionalisasi dan
devaluasi serta penolakan org lain shg individu mengalami
cedera narsisistik
MEKANISME KOPING
 Proyeksi adalah memindahkan tanggung jawab perilaku anti sosial diri
sendiri pada orang lain
 Splitting adalah ketidakmampuan mengintegrasi aspek baik dan buruk
diri sendiri dan objek lain
 Identifikasi proyektif, yaitu memindahkan tanggung jawab perilaku anti
sosial diri sendiri pd org lain, secara tidak sadar umumnya pada
penderita Borderline Personality
TANDA DAN GEJALA
ISOS
 Merasa kesepian atau ditolak oleh orang lain
 Merasa tdk aman berada dengan orang lain
 Mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
 Merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
 Tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
 Merasa tidak berguna
 Tidak yakin dapat melangsungkan hidup
 Posisi janin pada saat tidur
 Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
 Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
TANDA DAN GEJALA YG
DIOBSERVASI
 Tdk memiliki tmn dekat
 Menarik diri
 Tdk komunikatif
 Tindakan berulang & tdk bermakna
 Asyik dg pikirannya sndri
 Tdk ada kontak mata
 Tampak sedih, afek tumpul
RENTANG RESPON

Adaptif Mal Adaptif

Menyendiri Kesepian Manipulatif


Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Respon Adpatif : respon individu dlm m’selesaikan masalah yg masih dpt
diterima oleh norma2 sosial dan budaya yg umum berlaku (masih dlm
batas normal), meliputi :
 Menyendiri : respon seseorg untuk merenungkan apa yg telah dilakukan
di lingkungan sosial dan juga suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah berikutnya.
 Otonomi : Kemampuan individu menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dlm hub sosial
 Kebersamaan : individu mampu saling memberi dan menerima
 Saling ketergantungan : hub saling tergantung antar individu dalam
rangka membina hub interpersonal
Respon mal adaptif : respon individu dlm penyelesaian masalah
menyimpang dari norma2 sosial dan budaya lingkungannya, meliputi :
 Manipulasi : orang lain diperlakukan sbg objek, hubungan terpusat pd
masalah pengendalian orang lain dan individu cenderung berorientasi
pd diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain
 Impulsif : individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan
 Narkisisme : harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha
m’dapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentris, pencemburu,
marah jika orang lain tidak m’dukung
PROSES KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Bagai mana perasaan anda saat berinteraksi dengan orang
lain ?
2. Apa ada perasaan tidak aman ?
3. Bagaimana pendapat anda terhadap orang2 disekitar ?
4. Apakah anda memiliki keluarga atau teman terdekat ?
5. Bila punya siapa nama keluarga atau teman terdekat anda
itu ?
6. Adakah anggota keluarga atau teman yang tidak dekat
dengan anda?
7. Bila punya siapa nama keluarga atau teman yang tidak dekat
dengan anda itu ?
8. Apa yang membuat anda tidak dekat dengan orang tersebut?
LANJUTAN PENGKAJIAN...

Pengkajian
 Faktor predisposisi ( faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
hubungan sosial).
 Faktor tumbang : tugas perkembangan pada fase tumbang tidak
terselesaikan.
 Faktor komunikasi dalam keluarga : komunikasi yang tidak jelas (suatu
keadaan dimana seorang anggota keluarga menerimapesan yang saling
bertentangan dalam waktu yg bersamaan), ekpresi emosi yg tinggi dlm
klg yg m’hambat untuk berhub dengan lingkungan diluar keluarga.
LANJUTAN PENGKAJIAN...
 Faktor sosial budaya : isolasi sosial/ mengasingkan diri dari lingkungan
sosial. Disebabkan norma2 yang salah dianut keluarga, spt : anggota klg
tdk produktif ( lansia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat)
diasingkan dr lingkungan sosialnya
 Faktor biologis : gangguan dlm otak, spt pada skizofrenia terdpt struktur
otak yg abnormal ( atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel2
dlm limbik dan daerah kortikal)
Faktor presipitasi
 Faktor eksternal : stressor sosial budaya : stres yg ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya ( keluarga)
 Faktor Internal : stresor psikologik : stres tjd akibat ansietas
berkepanjangan disertai keterbatasan kemampuan m’atasinya
Mekanisme koping (sangat bervariasi) :
 Perilaku curiga : regresi, proyeksi, represi
 Perilaku dependen : regresi
 Perilaku manipulatif : regresi, represi
 Isolasi/ menarik diri : regresi, represi, isolasi
Perilaku
 Menarik diri : kurang spontan, apatis, ekspresi wajah kurang berseri,
defisit perawatan diri, komunikasi kurang, isolasi diri, aktivitas
menurun, kurang berenergi, rendah diri, postur tubuh sikap fetus
 Curiga : tdk percaya org lain, bermusuhan, isolasi sosial, paranoia
 Manipulasi : kurang asertif, isolasi sosial, harga diri rendah, tergantung
pd orang lain, ekspresi perasaan tdk langsung pd tujuan
POHON MASALAH

Risiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


Diagnosis Keperawatan
1. Risiko perubahan sensori persepsi: halusinasi berhubungan dengan menarik
diri.
2. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Rencana Tindakan Keperawatan :
 Tujuan umum : menumbuhkan perasaan yg m’senangkan
dlm hub interpersonal yg optimal dan menetapkan serta
mempertahankan perubahan yg telah dicapai dalam
hubungan interpersonal
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu : Stlh .. P’temuan SP 1
 Menyadari klien mampu : Identifikasi
penyebab M’bina hub penyebab ISOS
isolasi sosial saling percaya Tanyakan
 Berinteraksi Menyadari keuntungan dan
dgn orang lain penyebab ISOS kerugian
Menyebutkan berinteraksi dgn
keuntungan dan org lain
kerugian Latih
berinteraksi dgn berkenalan
org lain Masukan dlm
jadwal kegiatan
pasien
LANJUTAN
* Melakukan SP 2 :
interkasi dgn  Evaluasi Sp 1
org lain scr  Latih berhub sosial scr
bertahap bertahap
 Masukan dlm jadwal
kegiatan pasien

Sp 3 :
 Evaluasi Sp1 & 2
 Latih cara berkenalan
dgn 2 org / lebih
 Masukan dlm jadwal
Klg mampu : Stlh .. P’temuan klg SP 1
Merawat pasien mampu m’jelaskan  Identifikasi
isolasi sosial di ttg : masalah yg
rumah  Masalah ISOS dan dihadapi klg dlm
dampak nya pd merawat pasien
pasien  Penjelasan isolasi
 Penyebab ISOS  Cara merawat
 Sikap klg u/ pasien ISOS
m’bantu pasien  Latih ( simulasi)
m’atasi ISOSnya
 Pengobatan yg
b’kelanjutan dan
m’cegah putus
obat
Tempat rujukan RTL klg/ jadwal
dan fasilitas kes klg u/ merawat
yg t’sedia bg pasien
pasien

SP 2
Evaluasi SP 1
Latih (langsung
ke pasien )
RTL klg/ jadwal
klg u/ merawat
pasien
SP 3
Evaluasi SP1 & 2
 Latih (langsung ke
pasien )
RTL klg/ jadwal klg
u/ merawat pasien

SP 4
Evaluasi
kemampuan klg
dan pasien
RTL keluarga :
-Follow up
-Rujukan
EVALUASI

 Berfokus pd perubahan perilaku klien stlh diberikan tindakan


 Keluarga juga perlu di evaluasi karena merupakan sistem pendukung yg
utama, bahkan keluarga merupakan indikator keberhasilan perawatan
klien
ASKEP
ISOS SDKI
PRAKTISI MENGAJAR 2023
Isolasi Sosial [SDKI D.0121]

Isolasi sosial merupakan diagnosis keperawatan


yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan
untuk membina hubungan yang erat, hangat,
terbuka, dan interdependen dengan orang lain.
Diagnosis ini diberi kode D.0121, masuk dalam
kategori relasional, subkategori interaksi sosial
dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI).
Tanda dan Gejala

DS:
•Merasa ingin sendirian
•Merasa tidak aman di tempat umum
DO:
•Menarik diri
•Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang
lain atau lingkungan
Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan


adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
status kesehatan.
Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat
untuk mengisi bagian “berhubungan dengan
….” pada struktur diagnosis keperawatan.
Penyebab (etiologi) untuk masalah isolasi sosialadalah:
1.Keterlambatan perkembangan
2.Ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
3.Ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan
4.Ketidaksesuaian nilai-nilai dengan norma
5.Ketidaksesuaian perilaku sosial dengan norma
6.Perubahan penampilan fisik
7.Perubahan status mental
8.Ketidakadekuatan sumber daya personal (mis: disfungsi
berduka, pengendalian diri buruk)
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti
penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
[masalah] + [penyebab] + [tanda/gejala].
Contoh:
Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental dibuktikan dengan
merasa ingin sendirian, merasa tidak aman ditempat umum, menarik diri,
menolak berinteraksi dengan orang lain.
Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:
Isolasi sosial b.d perubahan status mental d.d merasa ingin sendirian, merasa
tidak aman ditempat umum, menarik diri, menolak berinteraksi dengan orang
lain.
Perhatikan:
Masalah = isolasi sosial
Penyebab = perubahan status mental
Tanda/gejala = merasa ingin sendirian., dst
b.d = berhubungan dengan
d.d = dibuktikan dengan
Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk
diagnosis isolasi sosial adalah: “keterlibatan sosial meningkat.”

Keterlibatan sosial meningkat diberi kode L.13116 dalam SLKI.

Keterlibatan sosial meningkat berarti meningkatnya kemampuan untuk membina


hubungan yang erat, hangat, terbuka, dan independent dengan orang lain.
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa keterlibatan sosial meningkat adalah:
1.Minat interaksi meningkat
2.Verbalisasi isolasi menurun
3.Verbalisasi ketidakamanan ditempat umum menurun
4.Perilaku menarik diri menurun
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa
penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].
Contoh: Perhatikan:
Setelah dilakukan intervensi 1.Label = Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
keterlibatan sosial meningkat, dengan keterlibatan sosial
kriteria hasil:
2.Ekspektasi = Meningkat
1.Minat interaksi meningkat
3.Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil
2.Verbalisasi isolasi menurun 1, 2, 3, dst,
3.Verbalisasi ketidakamanan ditempat
umum menurun
4.Perilaku menarik diri menurun
Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat
harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat
harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur
luaran keperawatan.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk
diagnosis isolasi sosial adalah:
Promosi sosialisasi
Terapi aktivitas
Promosi Sosialisasi (I.13498)

Intervensi promosi sosialisasi dalam Observasi


Standar Intervensi Keperawatan
Identifikasi kemampuan melakukan
Indonesia (SIKI) diberi kode (I.13498).
interaksi dengan orang lain
Promosi sosialisasi adalah intervensi
Identifikasi hambatan melakukan
yang dilakukan oleh perawat untuk
interaksi dengan orang lain
meningkatkan kemampuan pasien untuk
berinteraksi dengan orang lain.
Tindakan yang dilakukan pada
intervensi promosi sosialisasi
berdasarkan SIKI, antara lain:
Terapeutik Diskusikan kekuatan dan keterbatasan
dalam berkomunikasi dengan orang lain
Motivasi meningkatkan keterlibatan
dalam suatu hubungan Diskusikan perencanaan kegiatan di
masa depan
Motivasi kesabaran dalam
mengembangkan suatu hubungan Berikan umpan balik positif dalam
perawatan diri
Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas
baru dan kegiatan kelompok Berikan umpan balik positif pada setiap
peningkatan kemampuan
Motivasi berinteraksi di luar lingkungan
(mis: jalan-jalan, ke toko buku)
Edukasi kacamata dan alat bantu dengar)
Anjurkan berinteraksi dengan orang Anjurkan membuat perencanaan
lain secara bertahap kelompok kecil untuk kegiatan khusus
Anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan Latih bermain peran untuk
kemasyarakatan meningkatkan keterampilan komunikasi
Anjurkan berbagi pengalaman dengan Latih mengekspresikan marah dengan
orang lain tepat
Anjurkan meningkatkan kejujuran diri
dan menghormati hak orang lain
Anjurkan penggunaan alat bantu (mis:
Terapi Aktivitas (I.01026)

Intervensi terapi aktivitas dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI) diberi kode (I.01026).
Terapi aktivitas adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat dalam
menggunakan aktivitas fisik, kognitif, sosial, dan spiritual tertentu untuk
memulihkan keterlibatan, frekuensi, atau durasi aktivitas individu atau
kelompok.
Tindakan yang dilakukan pada Identifikasi strategi meningkatkan
intervensi terapi aktivitas partisipasi dalam aktivitas
berdasarkan SIKI, antara lain:
Identifikasi makna aktivitas rutin (mis:
Observasi bekerja) dan waktu luang
Identifikasi defisit tingkat aktivitas Monitor respons emosional, fisik,
sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
Identifikasi kemampuan berpartisipasi
dalam aktivitas tertentu
Identifikasi sumber daya untuk aktivitas
yang diinginkan
Terapeutik Fasilitasi transportasi untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
Fasilitasi fokus pada kemampuan,
bukan defisit yang dialami Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
Sepakati komitmen untuk meningkatkan
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
frekuensi dan rentang aktivitas
Fasilitasi aktivitas rutin (mis: ambulasi,
Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan
mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai
tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kebutuhan
kemampuan fisik, psikologis, dan sosial
Fasilitasi aktivitas pengganti saat
Koordinasikan pemilhan aktivitas sesuai
mengalami keterbatasan waktu, energi,
usia
atau gerak
Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
Fasilitasi aktivitas aktivitas dengan Fasilitasi mengembangkan motivasi dan
komponen memori implisit dan emosional penguatan diri
(mis: kegiatan keagamaan khusus) untuk
Fasilitasi pasien dan keluarga memantau
pasien demensia, jika sesuai
kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
Libatkan dalam permainan kelompok yang
Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-
tidak kompetitif, terstruktur, dan aktif
hari
Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas
Berikan penguatan positif atas partisipasi
rekreasi dan diversifikasi untuk menurunkan
dalam aktivitas
kecemasan (mis: vocal group, bola voli, tenis
meja, jogging, berenang, tugas sederhana,
permainan sederhana, tugas rutin, tugas
rumah tangga, perawatan diri, dan teka-teki
dan kartu)
Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
Edukasi Anjurkan keluarga untuk memberi
penguatan positif atas partisipasi dalam
Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-
aktivitas
hari, jika perlu
Kolaborasi
Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih Kolaborasi dengan terapis okupasi
dalam merencanakan dan memonitor
Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
program aktivitas, jika sesuai
sosial, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan Kesehatan Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas, jika perlu
Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai
Your best quote that reflects your
approach… “It’s one small step
for man, one giant leap for
mankind.”

- NEIL ARMSTRONG

Anda mungkin juga menyukai