Disusun Oleh :
202302040003
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abdominal pain merupakan gejala utama dari acute abdomen yang terjadi secara
tibatiba dan tidak spesifik. akut abdomen merupakan istilah yang digunakan untuk
gejalagejala dan tanda-tandadari nyeri abdomen dan nyeri tekanan yang tidaks pesifik
tetapi sering terdapat pada penderita dengan keadaan intra abdomen akut yang
berbahaya. Abdominal pain akan direspon oleh tubuh dengan meningkatkan pelepasan
subtansi kimia yang dapat menstimulus reseptor-reseptor nyeri seperti histamin,
prostaglandine , bradikinin dan substansi P yang akan menimbulkan persepsi nyeri
rmerupakan perasaan atau pengalaman yang tidak nyaman baik secara sensori maupun
emosional yang dapat ditandai dengan kerusakan jaringan ataupun tidak(Asociation for
the study pain).
Asosiasi Nyeri Internasionan menggambarkan nyeri sebagai perasaan yang tidak
menyenangkan dan pengalaman emosional yang dihubungkan dengan actual atau
potensial kerusakan jaringan tubuh. Nyeri seringkali merupakan tanda yang menyatakan
ada sesuatu yang fisiologis terganggu yang menyebabkan seseorang meminta
pertolongan,nyeri juga masalah yang serius yang harus direspon dan di intevensi dengan
memberikan rasa aman,nyaman dan bahkan membebaskan nyeri tersebut .
Perry & Potter (20015) Nyeri juga merupakan masalah yang serius yang harus
direspon dan diintervensi dengan memberikan rasa nyaman,aman dan bahkan
membebaskan nyeri tersebut.nyeri adalah salah satu keluhan yang paling umum
Sembilan dari sepuluh orang amerika serikat berusia 18 tahun atau lebih , menderita
nyeri minimal sekali sebulan dan 42% merasakan setiap hari. Insiden nyeri abdomen
akut dilaporkan berkisar 5-10% pada kunjungan pasien ke unit gawat darurat. Kegawatan
abdomen yang datang ke rumah sakit dapat berupa kegawatan bedah ataupun kegawatan
non bedah. Penyebab tersering dari akut abdomen antara lain apindiksitis , kolik billier,
obstruksi usus.
Perawat sebagai komponen tim kesehatan berperan penting untuk mengatasi nyeri
pasien. Perawat berkolaborasi dengan dokter ketiaka melakukan intervensi untuk
mengatasi nyeri, mengevaluasi keefektifan obat dan berperan sebgai advocate pasien
ketika intervensi untuk mengatasi nyeri meenjadi tidak efektif atau ketika pasien tidak
dapat berfungsi secara adekuat (Black & Hawk,20015).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar abdominal pain
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien abdominal pain
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa di
abdomen. Nyeri di perut adalah gejala paling penting dari proses patologis perut akut.
Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.
1. Nyeri Abdomen Akut
Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan
onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi nyeri
pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri. Keluhan yang menonjol
dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut. Rasa nyeri perut dapat
disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar abdomen seperti organ-
organ di rongga toraks.
2. Nyeri Abdomen Kronis
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
berlanjut,baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri
kronis dapat berhubungan dengan ekserbasi akut (Nurarif, 2015).
B. Etiologi
Menurut (Nurarif, 2015) nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang
saluran pencernaan atau di berbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
1. Ulkus yang mengalami perforasi
2. Irritable bowel syndrome (gangguan jangka panjang pada sistem pencernaan yang
umum terjadi.)
3. Apendisitis
4. Pankreasitis
5. Batu empedu
C. Patafisiologi dan Pathways
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada: visera abdomen (organ yang ada di abdomen), organ lain di luar
abdomen, lesi pada susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa
nyeri pada abdomen berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh
peritoneum ke ujung saraf, yang lebih dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat
melokalisasi rasa nyeri daripada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan
pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan
diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik yang
dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas
peritonitis.
Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan nervus frenikus
( syaraf diafragma), misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus
akan timbul didaerah abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus
besar akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus
digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom
pada mukosa usus. Jarak syaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat
meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan
dari kulit oleh serabut saraf A. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak
jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen atas ( lambung, duodenum,
pankreas, hati, dan sistem empedu ), mencapai medula spinalis pada segmen torakalis
6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus
yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen
torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung
kemih, dan traktus genetalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan
12 serta segmen lumbalis pertama.
Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalar ke labium
atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan
oleh serabut aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang disebabkan oleh
kelainan metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum jelas patofisiologi
dan patogenesisnya. Jadi permasalahan keperawatannya adalah nyeri dan ketika nyeri
muncul akan mengakibatkan pola tidur pasien terganggu (Nurarif, 2015).
D. Manifestasi Klinis
Menurut (Tanto,2014) manifestasi klinis berupa :
1. Nyeri abdomen
2. Mual, muntah dan tidak nafsu makan
3. Lidah dan mukosa bibir kering
4. Turgor kulit tidak elastis
5. Urine sedikit dan pekat
6. Lemah dan kelelahan
E. Pemeriksaaan Penunjang dan Diagnostik
Menurut (Nurarif,2015) (Tanto,2014) pemeriksaaan penunjang dan diagnostik
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan DL
3. Amilase Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankreatitis.
4. β-hcg(serum) : Kehamilan ektopik (kadar β-hcg dalam serum lebih akurat daripada
dalam urine)
5. Gas darah arteri : Asidosis metabolic (iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
6. Urin
7. EKG: Infark miokard
8. Rotgen thorak: viskus perforasi(udara bebas), pneumonia
9. Rotgen Abdomen : Usus iskemik (dilatasi, usus yang edema dan menebal),
pancreatitis (pelebaran jejunum bagian atas sentimel), kolangitis (udara dalam
cabang bilier), kolitis akut (kolon mengalami dilatasi, edema dan gambaran
menghilang), obstruksi akut (usus mengalami dilatasi,tanda string of pearl ) Batu
Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal )
10. Ultrasonografi
11. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi peritonium
yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang didiagnosis bandingnya
luas,pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan laparotomi dan diagnosis
belum pasti,,pankreatitis,trauma hati/limpa/mesenterium,divertikulitis,aneurisma
12. IVU (urografi intravena) : batu ginjal,obtruksi saluran ginjal
F. Komplikasi
1. Porporasi Gastrointestinal
2. Obstruksi Gastrointestinal
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
Menurut Pengkajian Virginie Henderson, masalah yang ditemui pada pasien
dengan masalah Abdominal pain hanya yang muncul beberapa dari 14 pengkajian
tersebut
a. Pola Oksigenasi
Biasanya ditemukan kondisi pada pasien seperti pernafasan dangkal karena
nyeri pada abdomen, RR meningkat
b. Pola Persepsi Kesehatan (Pemahaman klien tentang kesehatan dan bagaimana
kesehatan mereka diatur)
c. Pola Nutrisi Metabolik (Konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik)
d. Pola Eliminasi (Menggambarkan pola fungsi eliminasi dalam kehidupan sehari
– hari apakah ada gangguan atau tidak)
e. Pola Aktivitas dan Latihan (Menggambarkan pola aktivitas dalam kehidupan
sehari - hari)
f. Pola Istirahat dan Tidur (Menggambarkan pola tidur dan istirahat pasien)
Biasanya ditemukan permasalahan yaitu gangguan pola tidur yang diakibatkan
nyeri
g. Pola Nyeri / Kenyamanan Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis nyeri, misal migrain, ketegangan otot,
cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah
wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku
tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang,
frigiditas vokal.
h. Pola Konsep Diri (Menggambarkan cara menggambarkan diri sendir,
bagaimana cara seseorang memandang dirinya)
i. Pola Peran – Hubungan (Keterikatan peran dan hubungan)
j. Pola Reproduksi (Kepuasan atau tidaknya seks)
k. Pola Koping (Menggambarkan pola koping pada umumnya)
l. Pola Nilai Kepercayaan (Keyakinan spiritual pasien)
m. Pola Gerak dan Ketahanan Tubuh
n. Suhu Tubuh
(Nurarif, 2015) (Tanto, 2014).
2. Diagnosa Keperawatan
Anoreksia menurun
Intervensi Keperawatan:
Merigis menurun
Intervensi Keperawatan:
Berikan pemijatan
3. Ansietas (D.0080)
Orientasi membaik
Heardman, H. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Jakarta: RGC. Moorhead, S. (2014). Nursing Outcomes Classifications. Indonesia:
Elsevier.
PPNI 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta
PPNI, 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 Cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta
PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta
Tanto, C., Liwang, Sonia, & Adip, E. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 4. Jakarta:
Media Aesculapius.