ABDOMINAL PAIN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medis
1. Definisi Abdominal Pain
Abdominal pain (nyeri abdomen) merupakan sensasi subjektif yang tidak
menyenangkan yang terasa di setiap regio abdomen. Nyeri abdomen akut
biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan onset mendadak dan
atau durasi pendek. Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk
menggambarkan nyeri berlanjut baik yang berjalan dalam waktu lama atau
berulang/hilang timbul. Abdominal pain adalah rasa nyeri di perut, baik perut
bagian atas atau bawah dan dapat berkisar dari nyeri ringan sampai nyeri kronis.
Nyeri abdomen dibedakan menjadi dua yaitu nyeri visceral dan nyeri
somatik. Nyeri viscelar terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi
organ intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Peritoneum
viseral tidak sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau radang. Nyeri somatic
terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi oleh saraf
tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk atau
disayat dengan pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan
menunjukkannya memakai jari. Rangsangan dapat berupa rabaan, tekanan,
perubahan suhu, kimiawi atau proses peradangan (Dwi 2022).
2. Etiologi
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran
pencernaan atau di berbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a. Ulkus yang mengalami perforasi
b. Irritable Bowel Syndrome (gangguan jangka panjang pada sistem pencernaan
yang umum terjadi.)
c. Apendisitis
d. Pankreasitis
e. Batu empedu
3. Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya
selalu bersumber pada : visera abdomen (organ yang ada di abdomen), organ lain
di luar abdomen, lesi pada susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan
psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen berasal dari suatu proses penyakit yang
menyebar ke seluruh peritoneum ke ujung saraf, yang lebih dapat meneruskan
rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf otonom.
Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan
menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri
somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik yang dalam akan
disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas peritonitis.
Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan nervus
frenikus ( syaraf diafragma), misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal
dari usus halus akan timbul didaerah abdomen bagian atas epigastrium,
sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul dibagian bawah abdomen.
Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak
bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus. Jarak syaraf
ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih
menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut
saraf A. Impuls nyeri dari visera abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas,
hati, dan sistem empedu ), mencapai medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8
serta dirasakan didaerah epigastrium. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih,
dan traktus genetalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan
12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan
kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke
peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks
spinal segmentalis 1,3. nyei yang disebabkan oleh kelainan metabolik seperti
pada keracunan timah, dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya
(Dwi 2022).
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala abdominal pain adalah sebagai berikut:
a. Nyeri abdomen
b. Muntah
c. Tidak nafsu makan
d. Lidah dan mukosa bibir kering
e. Turgor kulit tidak elastis
f. Urine sedikit dan pekat
g. Lemah dan kelelahan
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan darah lengkap
c. Amilase Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankreatitis
d. β-hcg(serum) : Kehamilan ektopik (kadar β-hcg dalam serum lebih akurat
daripada dalam urine)
e. Gas darah arteri : Asidosis metabolic (iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
f. Urin
g. EKG : Infark miokard
h. Rotgen thorak : viskus perforasi (udara bebas), pneumonia
i. Rotgen Abdomen : Usus iskemik (dilatasi,usus yang edema dan menebal),
pankreatitis (pelebaran jejunum bagian atas sentimel), kolangitis (udara
dalam cababg bilier), kolitis akut (kolon mengalami dilatasi, edema dan
gambaran menghilang), obstruksi akut (usus mengalami dilatasi, tanda string
of pearl ) Batu Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal)
j. Ultrasonografi
k. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi
peritonium yang tidak terdiagnosis
l. IVU (urografi intravena) : batu ginjal,obtruksi saluran ginjal (Narita 2021)
6. Penatalaksanaan
a. Kaji nyeri dengan teknik PQRST
b. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
c. Berikan posisi yang nyaman
d. Berikan health education tentang nyeri
e. Pemberian analgetik
f. pembedahan
B. Konsep Aspek Legal Etik Keperawatan
1. Autonomy (Kebebasan)
Autonomi yaitu hak pasien untuk memilih tindakan apa yang akan di berikan,
menghormati keputusan pasien untuk menentukan nasibnya, dalam hal ini setiap
keputusan medis ataupun keperawatan harus memperoleh persetujuan dari pasien
atau keluarga terdekat. Perawat menejelaskan tindakan yang akan diberikan
kepada pasien dimulai dari informed consent untuk diberikan intervensi terapi
oksigen.
2. Beneficience (kemurahan hati)
Beneficience yaitu keharusan untuk berbuat baik kepada pasien, setiap
tindakan harus ditujukan untuk kebaikan pasien. Berarti melakukan yang baik
yaitu mengimplementasikan tindakan yang menguntungkan pasien dan keluarga.
Perawat selalu berbuat baik dengan pasien, keluarga pasien, teman sejawat
maupun dengan profesi lain. Memberikan asuhan keperawatan dengan ikhlas dan
sepenuh hati.
3. Justice (Keadilan)
Justice merupakan sikap dan tindakan medis dan keperawatan harus bersifat
adil, dokter dan perawat harus menggunakan rasa keadilan apabila akan
melakukan tindakan kepada pasien. Perawat dalam pemberian oksigenasi tidak
membedakan –bedakan pasien berdasarkan agama , suku, ras, golongan dll dan
memberikan perlakuan yang sama pada semua pasien.
4. Non-Maleficence (tidak merugikan)
Non-Maleficence yaitu keharusan untuk menghindari berbuat yang
merugikan pasien, setiap tindakan medis dan keperawatan tidak boleh
memperburuk keadaan pasien. Perawat memberikan tindakan oksginesi dengan
baik dan benar serta memperhatikan oksigen yang diberikan kepada pasien.
5. Veracity (kejujuran)
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu
kebenaran, tidak berbohong atau menipu orang lain. Perawat memberitahukan
kepada pasien mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa berbohong dan
menyatakan yang sejujurnya.
6. Fidelity (loyality / ketaatan)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain, perawat setia pada komitmennya dan menepati janji pada
klien. Perawat setia pada komitmennya dan meneati janji serta menyimpan
rahasia pasien, ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya, kesetiaan, menggambarkan
kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab
dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
7. Confidenciality (Kerahasiaan)
Pasien harus dapat menerima bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga
profesional kesehatan akan dihargai dan tidak disampaikan/diberbagikan kepada
pihak lain secara tidak tepat. Prinsip ini dilakukan pada saat perawat melakukan
pengkajian pada pasien dan perawat tersebut menjaga kerahasiaan klien mengenai
keadaan kesehatan yang dialami, penyakit yang di derita serta keluhan klien yang
tidak di sebarluaskan dan tidak di ceritakan pada orang lain.
8. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan dapat mempertanggung jawabkan suatu tindakan
yang dilakukan dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan tersebut. Prinsip
ini dilakukan pada saat perawat melakukan tindakan keperawatan seperti
pemberian terapi oksigen harus dilakukan pendokumentasian agar segala sesuatu
yang dikerjakan ada bukti dan menegaskan suatu tindakan keperawatan yang
benar-benar terlah dilakukan atau tidak.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Pengkajian psiko, sosio, spiritual
e. Pemeriksaan fisik meliputi: kesadaran pasien, pemeriksaan 6B (breathing,
blood, brain, bladder, bowel, dan bone)
f. Riwayat penyakit sekarang
g. Riwayat penyakit keluarga
h. Pengkajian aktivitas sehari-hari
i. Pemeriksaan diganostik
j. Terapi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
c. Risiko Defisit Nutrisi dibuktikan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
3. Intervensi Keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan (SDKI)
(SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)
pencedera fisiologis (D.0077) Setelah dilakukan tindakan Tindakan
Gejala dan Tanda Mayor: selama ….x24 jam Tingkat Observasi
Subjektif : Mengeluh nyeri Nyeri Menurun dengan - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
Obektif: kriteria hasil : intensitas nyeri.
- Tampak meringis - Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
- Bersikap protektif (mis. waspada, posisi - Meringis menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
menghindari nyeri) - Sikap protektif menurun Terapeutik
- Gelisah - Gelisah menurun - Berikan teknik nonfarmkologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Frekuensi nadi meningkat - Kesulitan tidur menurun (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
- Sulit tidur terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
Gejala dan Tanda Minor hangat/dingin, terapi bermain)
Subjektif: (tidak tersedia) - Fasilitas istirahat dan tidur
Objektif - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
- Tekanan darah meningkat meredakan nyeri
- Pola napas berubah Edukasi
- Nafsu makan berubah - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Proses berpikir terganggu - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Menarik diri - Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
- Berfokus pada diri sendiri Kolaborasi
- Diaphoresis - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)
kelemahan (D.0056) (L.05047) Tindakan
Gejala dan Tanda Mayor: Setelah dilakukan tindakan Observasi
Subjektif : Mengeluh lelah 3x24 jam toleransi aktivitas - Monitor kelelahan fisik dan emosional
Obektif: meningkat dengan kriteria - Monitor pola dan jam tidur
- Frekuensi jantung meningkat >20% hasil : - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
dari kondisi istirahat - Frekuensi nadi meningkat aktivitas
Gejala dan Tanda Minor - Keluhan lelah meningkat Terapeutik
Subjektif: - Dispnea saat aktivitas - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
- Dispnea saat/setelah aktivitas meningkat Cahaya, suara, kunjungan)
- Merasa tidak nyaman setelah - Dispnea setelah aktivitas - Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
beraktivitas meningkat - Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
- Merasa lemah atau berjalan
Objektif Edukasi
- Tekanan darah berubah >20% dari - Anjurkan tirah baring
kondisi istirahat - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Gambaran EKG menunjukkan aritmia Kolaborasi
saat/setelah beraktivitas - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
- Gambaran EKG menunjukkan iskemia makanan
- Sianosis
3. Risiko Defisit Nutrisi dibuktikan dengan Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
ketidakmampuan mencerna makanan Setelah dilakukan tindakan Tindakan
(D.0056) selama ….x24 jam Status Observasi
Faktor Risiko: Nutrisi Membaik dengan - Identifikasi status nutrisi
1. Ketidakmampuan menelan makanan kriteria hasil : - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan - Porsi makan yang - Identifikasi makanan yang disukai
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi dihabiskan meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
nutrien - Berat badan membaik - Monitor asupan makanan
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme - Indeks massa tubuh - Monitor berat badan
5. Faktor ekonomi (mis: finansial tidak (IMT) membaik - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
mencukupi) Terapeutik
6. Faktor psikologis (mis: stres, - Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
keengganan untuk makan) - Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Ajarkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Oleh karena itu, jika
intervensi keperawatan yang telah dibuat dalam perencanaan dilaksanakan atau
diaplikasikan pada pasien, maka tindakan tersebut dikatakan implementasi
keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan,
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.
D. Mind Mapping dan Pathway
Mind Mapping
Abdominal pain (nyeri abdomen) merupakan
sensasi subjektif yang tidak menyenangkan yang
terasa di setiap regio abdomen. Abdominal pain
adalah rasa nyeri di perut, baik perut bagian atas
atau bawah dan dapat berkisar dari nyeri ringan
sampai nyeri kronis
Nyeri abdomen
DEFINISI Muntah
Ulkus yang mengalami Tidak nafsu makan
perforasi Lidah dan mukosa bibir
Irritable Bowel Syndrome Manifestasi kering
(gangguan jangka panjang ETIOLOGI ABDOMINAL Turgor kulit tidak elastis
Klinis
pada sistem pencernaan yang PAIN
Urine sedikit dan pekat
umum terjadi.) Lemah dan kelelahan
Apendisitis
Pankreasitis
Penatalaksanaan
Batu empedu
Edema
Diapesis bakteri
Ulserasi mukosa
Menekan gaster
Peningkatan
produksi HCL
Mual, Muntah
Risiko Defisit
Nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Dunlap,J. J., & Patterson, S. (2020). Assessing Abdominal Pain. Gastroenterology
Nursing, 43(3), 267–270. doi:10.1097/sga.0000000000000531.
Dwi, Priharsiwi. 2022. “ASUHAN KEPERAWATAN ABDOMINAL PAIN.”
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.
Narita, M. M. 2021. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Accute
Abdominal Pain.” Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.