Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN ABDOMINAL PAIN

DISUSUN OLEH :

116033

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2016/2017
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa
disetiap regio abdomen (Grace & Borley, 2006). Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri
abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.

B. Etiologi
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran pencernaan atau
diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
1. Ulkus yang mengalami perforasi
2. Adanya sesuatu yang menyumbat (seperti batu) daerah kandung kemih, ginjal
maupun empedu.
3. Apendisitis (radang pada usus buntu)
4. Pankreasitis (radang pada pankreas)
5. Spasme otot pada usus
6. Tumor pada usus.
(Asmadi, 2009)

C. Klasifikasi
1. Nyeri Viseral
Nyeri viseral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi organ
intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Peritoneum viseral
tidak sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau radang. Kita dapat melakukan
sayatan atau jahitan pada usus tanpa dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila
dilakukan tarikan, regangan atau kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme)
akan member rasa nyeri yang tumpul disertai rasa sakit.
2. Nyeri Somatik
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi oleh
saraf tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk atau
disayat dengan pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan
menunjukkannya memakai jari. Rangsangan dapat berupa rabaan, tekanan,
perubahan suhu, kimiawi atau proses peradangan.
Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan peritoneum parietal
akan menimbulkan rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat
peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat
menyebabkan rasa nyeri atau perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah yang
menjelaskan nyeri kontralateral pasien dengan apendisitis akut. Setiap gerakan
dari pasien juga akan menambah rasa nyeri, baik itu berupa gerakan tubuh
maupun gerakan pernafasan yang dalam atau batuk. Hal inilah yng menerangkan
mengapa pasien dengan abdomen akut biasanya berusaha untuk tidak bergerak,
bernafas dangkal dan menahan batuk.
(Asmadi, 2009)
D. Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada susunan saraf
spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik
berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan
melibatkan visera mesentrium yang beisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih
dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf
otonom. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah abdomen
bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar dan kandung kemih
akan timbul dibagian bawah abdomen.
Pathway:

Spasme otot, peradangan pada organ, adanya


tumor yg mendesak peritoneal, ulkus pada usus

Terjadi gesekan pada peritoneal yang memiliki bayak saraf


somatik yang langung menuju ke saraf pusat

Nyeri pada bagian tertentu

Gangguan istirahat dan tidur


Nyeri akut

Kualitas dan kuantitas tidur


menurun

Insomnia
E. Manifestasi Klinis
1. Nyeri tekan pada abdomen
2. Mual dan muntah
3. Tidak nafsu makan
4. Lidah dan mukosa bibir kering
5. Turgor kulit tidak elastis
6. Urine sedikit dan pekat
7. Lemah dan kelelahan
(Hidayat, 2014)

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. USG (Ultra Sono Graphy)
Digunakan untuk melihat adakah obstruksi (penyumbatan) pada daerah abdomen,
biasanya yang dilakukan USG adalah bagian ginjal sampai kandung kemih.
2. Rotgen Abdomen
Untuk mengetahui adanya usus iskemik (dilatasi,usus yang edema dan menebal),
pankreatitis (pelebaran jejunum), kolitis akut(kolon mengalami dilatasi,edema
dan pelebaran kolon).
(Hidayat, 2014)

G. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi untuk abdominal pain secara umum adalah dengan
diberikan obat analgesik yaitu obat pereda nyeri.
2. Medis
Apabila ada indikasi obstruksi akibat adanya penyumbatan oleh batu pada daerah
ginjal atau ureter maka dilakukan tindakan Extracorporeal Shock Wave
Lithotripsy (ESWL) untuk meluruhkan batu yang menyumbat. Namun ketika
nyeri abdomen terjadi karena adanya tumor maka harus dilakukan tindakan
pembedahan.
3. Keperawatan
a. Kaji nyeri dengan tehnik PQRST
b. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi nyeri yang dialami
c. Berikan posisi yang nyaman pada klien
(Asmadi, 2009)
H. Pengkajian

1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
1) Perhatikan keadaan sekitar mata, adakah terlihat mata lelah atau kantung
mata menghitam
2) Amati apabila pasien merasakan nyeri pada kepala, kepala berputar atau
kepala seperti tertimpa beban berat.
3) Catat bila ada keluhan seperti pusing atau nyeri kepala.

b. Palpasi :
1) Adanya nyeri pada daerah tertentu.
Dengan skala nyeri:
Ringan :0-3
Sedang :3-7
Berat : 7 – 10
2) Temperatur hangat pada abdomen yang nyeri.
(Hidayat, 2014)

2. Pemeriksaan Penunjang
1) USG (Ultrasonog raphy)
Digunakan untuk melihat adakah obstruksi (penyumbatan) pada daerah
abdomen, biasanya yang dilakukan USG adalah bagian ginjal sampai kandung
kemih
2) Rotgen Abdomen
Untuk mengetahui adanya usus iskemik (dilatasi,usus yang edema dan
menebal), pankreatitis (pelebaran jejunum), kolitis akut(kolon mengalami
dilatasi,edema dan pelebaran kolon)
(Hidayat, 2014)
3. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Insomnia berhubungan dengan
(Herdman, 2012)

4. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 5 jam, nyeri yang
dirasakan klien berkurang.
Kriteria Hasil :
1) Klien melaporkan nyeri berkurang
2) Klien tidak tampak mengeluh dan menangis
3) Eksprei wajah klien tidak menunjukkan nyeri
4) Klien tidak gelisah

NIC : Manajemen Nyeri


NA :
1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
2) Tentuka akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien ( tidur,
nafsu makan, pengertian perasaan hubungan, performa kerja dan tanggung
jawab peran.
3) Ajarkan cara penggunaan terapi non farmakologi (distraksi, guide imagery,
relaksasi)
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti nyeri (obat analgetik)

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak restoratif.


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
pasien dapat beraktivitas.

Kriteria Hasil: klien dapat beristirahat tanpa terbangun.


NIC : Peningkatan Tidur
NA :
1) Monitor pola tidur pasien, catat kondisi fisik, psikologis dan keadaan yang
mengganggu pasien
2) Ajarkan pasien langkah-langkah kenyamanan seperti pijat.
3) Ajarkan pada keluarga mengenai faktor yang berkontribusi terjadinya
gangguan pola tidur.
4) Kolaborasikan dengan ahli farmasi pemberian obat untuk mendukung
tidur/siklus bangun pasien.
(Bulechek & Gloria, 2012)
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.

Jakarta : Salemba Medika

Bulechek; Gloria. Nursing Intervention Classification. Yogyakarta : Elsevier

Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. (2006). At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr. Vidia
Umami. Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga.

HidayaT, Aziz. A., (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia .Edisi 2. Jakarta : Salemba

Medika

Herdman, T. Heater, (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai