Disusun Oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
1.1.2. Klasifikasi
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan ,
yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
1.1.4. Etiologi
Ada beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya ulkus diabetik, yaitu :
1. Neuropati diabetik.
Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah
yang bisa merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau
menurunnya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami
trauma kadang-kadang tidak terasa. Gejala-gejala Neuropati : Kesemitan,
rasa panas (wedangan : bahasa jawa), rasa tebal ditelapak kaki, kram,
badan sakit semua terutama malam hari.
2. Angiopati Diabetik (Penyempitan pembuluh darah)
Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah menyempit
dan tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh
darah sedang/ besar pada tungkai maka tungkai akan mudah mengalami
gangren diabetik yaitu luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau
busuk. Adapun angiopati menyebabkan asupan nutrisi, oksigen serta
antibiotik terganggu sehingga menyebabkan kulit sulit sembuh.
3. Infeksi
Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik
(neoropati). (Roger Watson, 2002)
1.1.5. Patofisiologi
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang
DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh
darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik
akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan
terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang
luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah
rumitnya pengelolaan kaki diabetes. ( Askandar, 2001 )
Patway
1.1.8. Penatalaksanaan
1. Medis
penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes Mellitus meliputi:
a. hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1) Pemicu sekresi insulin.
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin.
3) Penghambat glukoneogenesis.
4) Penghambat glukosidase alfa.
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1) Penurunan berat badan yang cepat.
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
3) Ketoasidosis diabetik.
4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar
glukosa darah.
2. Keperawatanan
a. Memperbaiki keadaan umum penderita dengan nutrisi yang memadai
b. Pemberian anti agregasi trombosit jika diperlukan, hipolipidemik dan
anti hopertensi
c. Bila dicurigai suatu gangren, segera diberikan antibiotik spektrum luas,
meskipun untuk menghancurkan klostridia hanya diperlukan penisilin.
d. Dilakukan pengangkatan jaringan yang rusak. Kadang-kadang jika
sirkulasi sangat jelek, sebagian atau seluruh anggota tubuh harus
diamputasi untuk mencegah penyebaran infeksi.
e. Terapi oksigen bertekanan tinggi (oksigen hiperbarik) bisa juga
digunakan untuk mengobati gangren kulit yang luas. Penderita
ditempatkan dalam ruangan yang mengandung oksigen bertekanan
tinggi, yang akan membantu membunuh klostridia.
f. Bersihkan luka di kulit dengan seksama.
g. Waspada akan tanda-tanda terjadinya infeksi (kemerahan, nyeri,
keluarnya cairan, pembengkakan). (Soegondo, 2006)
1.1.9. Komplikasi
1. Osteomyelitis (infeksi pada tulang)
2. Sepsis
3. Kematian
(Soegondo, 2006)
1.2.2. Diagnosa
1. Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan kelebihan
folume cairan (D.0129 )
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis ulkus
diabetikum) (D.0007)
1.2.3. Intervensi SLKI dan implementasi SIKI
Diagnosa keperawatan 1 : Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan
dengan kelebihan folume cairan (D.0129 )
SLKI
Integritas kulit dan jaringan (L.14125)
Defisini: keutuhan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau
ligamen)
Menuru Cukup Sedang Cukup Meningka
n Menur Meningka t
un t
Elastisitas 1 2 3 4 5
Hidrasi 1 2 3 4 5
Perfusi jaringan 1 2 3 4 5
Mening Cukup Sedang Cukup Menurun
kat Menin Menurn
gkat
Kerusakan jaringan 1 2 3 4 5
Kerusakan lapisan 1 2 3 4 5
kulit
Nyeri 1 2 3 4 5
Perdarahan 1 2 3 4 5
Kemerahan 1 2 3 4 5
Hematoma 1 2 3 4 5
Pigmentasi 1 2 3 4 5
abnormal
Jaringan parut 1 2 3 4 5
Nekrosis 1 2 3 4 5
Abrasi kornea 1 2 3 4 5
Membur cukup Sedang Cukup Membaik
uk Memb Membaik
uruk
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Sensasi 1 2 3 4 5
Tekstur 1 2 3 4 5
Pertumbuhan 1 2 3 4 5
rambut
SIKI
Perawatan luka (1.14564)
Definisi
Mengidentifikasi dan meningkatkan penyembuhan luka serta mencegah terjadinya
komplikasi luka
Observasi
Monitor karakteristik luka (mis. Drainase, warna, ukuran, bau)
Monitor tanda infeksi
Terapeutik
Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
Cukur rambut di sekitar daerah luka,jika perlu
Bersihkan dengancairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
Bersihkan jaringan nekrotik
Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
Pasang balutan sesuai jenis luka
Pertahankan teknik steril saat perawatan luka
Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien
Berikan diet dengan kalori 30-45 kkal/kgBB/hari dan ptotein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
Berikan suplemen vitamin dan mineral( mis. Vitamin A, vitamin C, zinc.
Asam amino) sesuai indikasi
Berikan terapi TENS (stimulasi saraf transkutaneuos) jika perlu
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
Ajarkan prosedur perawatan lukan secara mandiri
Kaloborasi
Kaloborasi prosedur debridement (mis. Enzimatik, biologis, mekanis,
autolitik) jika perlu
Kaloborasi pemberian antibiotik, jika perlu
SIKI
Manajemen Nyeri (I.08238)
Definisi
mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau
lambat dan berinteraksi ringan hingga berat dan konstan
Observasi
Identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgesik
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis, TENS,
hipnosia, kupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitas istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemeliharaan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Anjurkan penggunaan analgesik secara tepat
Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Price, A.S (1995). Patofisologi: konsep klinis proses-proses penyakit. (edisi 4),
Jakarta: EGC
Brunner dan Suddarth. (2002). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta: EGC
Doenges, M.E.et all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (edisi 3). Jakarta: EGC
2. KELUHAN UTAMA
klien mengatakan sekitar ± 1 bulan lukannya tidak sembuh, lukanya berbau,
nyeri pada lukanya, rasa nyeri yang dirasakan klien seperti ditusuk-tusuk dan
nyeri timbul saat beraktivitas. Pada saat dilakukan penekanan pada daerah luka,
wajah klien meringis skala nyeri 4 (nyeri sedang),
Minum: Minum:
Jumlah : 4-6 l/hari Jumlah 6-7 l/hari
Minum kesukaan : air putih Minuman kesukaan: air putih
Pantangan : tidak ada Pantangan : tidak ada
BAK: BAK:
Frekuensi: 3-5 x/hari Frekuensi: 4-5 x/hari
Warna : kuning Warna : kuning
Bau: pesing Bau: pesing
Konsistensi : cair Konsistensi : cair
Kesulitan: tidak ada Kesulitan: tidak ada
3. Pola istirahat Lama tidur : 6-7 jam /hari Lama tidur : 5-6 jam /hari
Tidur Kesulitan tidur : tidak ada Kesulitan tidur : tidak ada
4. Personal Mandi : 2x/ hari Mandi : 1x/2 hari
Hygiene Cuci rambut : 1x/hari Cuci rambut : 1x/3hari
(Kebersihan Gosok gigi : 2x/hari Gosok gigi : 2x/hari
Diri) Potong kuku : 1x/minggu Potong kuku : 1x/minggu
5 Aktifitas Lain Aktifitas rutin : Aktifitas rutin :
Berdagang , menjadi IRT Berbaring ditemmpat tidur
D. Pemeriksaan Dada/Thorak
Thorax:
Inspeksi : Pergerakan dinding dada normal, dada tampak simetris kiri dan
kanan, tidak menggunakan otot bantu pernapasan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, fremitus traktil dalam intensitas getaran
yang sama antara paru kanan dan paru kiri
Paru-paru :
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler
E. Pemeriksaan Jantung
Inpeksi : Simetris kiri dan kanan, Ictus cordis terlihat
Palapasi : Ictus cordi teraba ,ictus cordis ada pada spatium (SIC) V
disebelah midklavikularis sinistra, irama jantung teratur.
Perkusi : Redup
Auskultasi : BJ1 BJ2 Normal, tidak ada bunyi tambahan (mur-mur).
F. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Warna kulit disekitar abdomen normal, tidak ada terlihat bekas
luka operasi, tidak ada lesi, perut tidak membuncit.
Auskultasi : Suara bising usus 10x/menit
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan abdomen, tidak ada pembesaran
hepar dan limfa
Perkusi : Tympani
H. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Atas : Tangan kanan klien terpasang infus RL 20 tts/i
Bawah : Terdapat 2 luka di kaki kiri klien, luka di jempol kaki kiri P :
±5cm L : ± 6 cm dan luka di punggung kaki dengan diameter ±6
cm. Luka ditutupi verban dengan kondisi verban tampak basah,
kotor. Skala nyeri 4 (nyeri sedang).
Kekuatan Otot
5555 5555
5555 5555
I. Pemeriksaan Neurologi
Kesadaran klien Compos Mentis
GCS:15 ( E4 V5 M6)
J. Pemeriksaan Status Mental
Klien mengatakan selama klien sakit klien sama sekali tidak mengeluh
tentang penyakitnya, tetapi klien tidak mau kalau kakinya diamputasi
12. Penalaksanaan/Therapi
Oral : Ranitidin 2x150 mg tab
Domperidol 3x10mg kapsul
Kaltropen supposs bila perlu
Injeksi : novarapid 3x12 unit
Infus : RL 20 tts/mnt
13. Harapan Klien/ Keluarga sehubungan dengan penyakitnya:
Klien dan kelarga berharap cepat sembuh dan dapat beraktifitas seperti biasa
2 2 14.00 S:
Klien mengatakan nyeri timbul saat
beraktivitas dan hilang setelah istirahat,
nyeri terasa seperti di tusuk – tusuk
O:
Klien dapat mengulangi apa saja penyebab
timbulnya nyeri
Klien tampak bisa melakukan teknik nafas
dalam
Wajah klien tampak meringis
Skala Nyeri 4
Ranitidin sudah diminum
TTV : TD: 110/60 mmHg
RR: 20 x/mnt
N :80 x/mnt
S : 360C
2 2 14.00 S:
Klien mengatakan rasa nyerinya sudah
berkurang dari pada sebelumnya
O:
Klien tampak mulai rileks
Wajah klien tampak tenang
TTV: TD : 110/70 mmHg
RR: 20 x/mnt
N: 80 x/mnt
S: 360C
Skala nyeri 3
Ranitidin sudah diminum
A : masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Analisa Situasi
1.1. Peserta
1. Pasien dan keluarga partisipan ulkus diabetik di Ruang Interne Wanita
RSUD Dr.Ahmad Mochtar Bukittinggi pada Bulan juni 2017
2. Jumlah: 2-4 orang.
3. Pendidikan: Tidak Tamat SD- Tamat SLTA.
4. Usia: 28-59 tahun.
1.2. Penyuluh
1. Mampu menguasai materi tentang tema penyuluhan
2. Sudah berpengalaman mengenai tema penyuluhan
3. Mampu mengkomunikasikan materi dengan metode yang sesuai
1.3. Ruangan
1. Ruang Interne Wanita RSUD Dr.Ahmad Mochtar Bukittinggi
2. Ventilasi: cukup.
3. Penerangan: cukup.
V. Metode
V.1.Ceramah
V.2.Demonstrasi
V.3.Tanya jawab
VI. Media
6.1. Leaflet
VII.Kegiatan Penyuluhan
Perilaku waktu
Tahap TIK Media
penyuluhan Sasaran
Pendidikan 1. Apersepsi
Menjelaskan Mendengarkan 2
2. Relevensi leaflet
dan menjawab menit
3. TIU/TIK
Penyajian 1. Definisi ulkus
diabetik
2. Tanda dan
gejala ulkus
Menjelaskan 10
diabetik Mendengarkan leaflet
menit
3. Cara
pengobatan
pada pasien
ulkus diabetik
Penutupan 1. Tes/evaluasi Memberi Tes lisan
2. Ringkasan pertanyaan Ceramah
3
3. Tindakan Meringkas ceramah -
menit
lanjut Kontrak dan
tindak lanjut
VIII. Materi
8. 1. Definisi Ulkus Diabetik
Ulkus/luka kaki diabetes adalah luka yang terjadi pada kaki penderita
diabetes, dimana terdapat kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes mellitus
yang tidak terkendali. (Tambunan, M, 2007 dalam Maryunani, 2015). Kondisi ini
timbul sebagai akibat terjadi peningkatan kadar gula darah yang tinggi. Jika
ulkus kaki berlangsung lama, tidak dilakukan penatalaksanaan dan tidak sembuh,
luka akan menjadi terinfeksi. Ulkus kaki, infeksi, neuroarthropati, dan penyakit
arteri perifer sering mengakibatkan gangren dan amputasi ekstermitas bagian
bawah (Parmet, 2005; Frykberg, et al, 2006 dalam Tarwoto, Wartonah, Taufiq, &
Mulyati, 2012).
3. Olahraga
Olahraga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran jasmani (Kariadi, 2009 dalam Aini & Aridiana, 2016). Namun, hal
ini tidak bisa dilakukan pada pasien yang telah mengalami ulkus yang tidak
memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas mandiri. Bagi pasien yang
telah mengalami ulkus diabetik, pasien dapat melakukan gerakan-gerakan
ringan pada ekstermitas sambil berbaring atau duduk.
4. Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Intervensi
farmakologis terdiri atas pemberian Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan
injeksi insulin (Aini & Aridiana, 2016).
Berikut ini merupakan edukasi perawatan kaki diberikan secara rinci
pada semua orang dengan ulkus maupun neuropati perifer atau peripheral
arterial disease (PAD):
a. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan di air
b. Periksa kaki setiap hari, dan laporkan pada dokter apabila kulit terkelupas,
kemerahan, atau luka
c. Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya
d. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan mengoleskan
krim pelembab pada kulit kaki yang kering
e. Potong kuku secara teratur
f. Keringkan kaki dan sela – sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar
mandi
g. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada
ujung – ujung jari kaki
h. Kalau ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur
i. Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus
j. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak tinggi
k. Hindari penggunaan bantal atau botol berisi air panas/batu untuk
menghangatkan kaki (PERKENI, 2015).
X. Literatur
Aini, N., & Aridiana, L. M. (2016). Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin
dengan Pendekatan NANDA NIC NOC. Jakarta: Salemba Medika.
Maryunani, A. (2013). Perawatan Luka Modern Praktis pada Wanita dengan Luka
Diabetes. Jakarta: Trans Info Media.
C. Standar
Prosedur
Pengobatan
Untuk
Penderita
Diabetes
1. Kontrol
gula
Oleh darah.
Chrismonando
setya pamungkas
01.3.20.00537
B. Tujuan
Perawatan 2. Kurangi
Luka pada tekanan
Penderita atau
Diabetes stress.
SEKOLAH 3. Perhatika
Mellitus
TINGGI ILMU 1. Proses n
KESEHATAN RS. penyem pemakaia
BAPTIS KEDIRI buhan n alas
2020/2021 luka kaki.
menuju
A. PENGERTIA ke arah
N LUKA perbaika
DIABETES n.
Suatu 2. Mengop
penanganan timalkan
professional kualitas
terhadap luka hidup
diabetes, baik penderit
pencegahan a DM
dan dengan
perawatannya luka 4. Kontrol
diharapkan terutama infeksi.
tindakan luka 5. Perawata
amputasi diabetik. n luka
dapat 3. Menuru optimal.
diturunkan. nkan 6. Kontrol
resiko edema.
ataupun
D. Tips untuk bantalan panas
Penderita (alas pijat
Diabetes dan kaki).
Tips untuk
Keluarga
1. Periksakan
kaki anda
ke tenaga
kesehatan
(dokter atau
perawat 4. Rawat kuku
diabetes) dan
secara kelembaban 10. Lancarkan
teratur. kulit kaki. sirkulasi darah
5. Pertahankan dengan
kaki tetap BERHENTI
bersih dengan MEROKOK.
rajin mencuci
dan merawat
kaki.
6. Gunting kuku
jangan terlalu
dalam.
2. Gunakan
sepatu dan
Referensi :
kaos kaki
yang tepat Gitarja, Widasari
sesuai Sri. 2008.
ukuran Perawatan
kaki. Luka Diabetes.
7. Rawat sepatu
Wocare
(periksa dan
bersihkan Publishing.
sebelum Bogor.
digunakan).
8. Cari tempat
perawatan kaki
dan
3. Periksa kaki kelainannya
setiap hari atau yang paling
dengan baik menurut
bantuan anda.
keluarga. 9. Hindari
merendam
kaki terlalu
lama dan
menggunakan
air panas