Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

SMF : KULIT DAN KELAMIN RSUD dr.PALEMMAI TANDI


KOTA PALOPO TAHUN 2021

URTIKARIA

Penyakit kulit yang ditandai dengan adanya


urtika berbatas tegas, dikelilingi oleh daerah
1. Pengertian ( Definisi)
berwarna kemerahan dan terasa gatal. Urtikaria
dapat terjadi dengan atau tanpa angioedema
o Durasi ruam dan gatal(Onset)
o Frekuensi dan durasi wheals
o Bentuk, ukuran dan distribusi wheals
2. Anamnesis o Riwayat urtikaria sebelumnya
o Faktor pencetus
o Obat-obatan yang sedang diminum
o Riwayat alergi keluarga
Edema setempat meninggi di kulit terjadi
secara cepat (Urtika) yang memiliki ciri :
o edema di bagian sentral dengan ukuran
bervariasi & hamper selalu dikelilingi dgn
3. Pemeriksaan Fisik
warna eritema
o gatal /sensasi terbakar
o Berakhir cepat kulit kembali normal dlm
waktu 1-24 jam
o Anamnesis
o Pemeriksaan Fisik
o Tes dermatografisme
4. Kriteria Diagnosis
Klasifikasi urtikaria :
Urtikaria akut : < 6 minggu
Urtikaria kronis : > 6 minggu
5. Diagnosis Kerja Urtikaria

Penyakit kulit yang dapat bermanifestasi


6. Diagnosis Banding
sebagai lesi urtika

Urtikaria Kronik :
Pemeriksaan laboratorium: Darah
7. Pemeriksaan Penunjang
Lengkap,faeses(bila ada penyebab yang
dicurigai)
8. Tata Laksana : Prinsip : atasi keadaan akut terutama pada
angioedema/konsul THT
Topikal : anti pruritus
Sistemik :
1. Urtikaria akut : AH non sedatif/sedative
2. Urtikaria Kronik :
- Antihistamin H1
- Kombinasi antihistamin H1/H2
- Kortikosteroid
9. Edukasi Identifikasi & Menghindari kemungkinan
(Hospital Health Promotion) penyebab
Ad vitam : ad bonam
10. Prognosis Ad sanationam : ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Indikator Kondisi pasien membaik
o Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit &
Kelamin (Perdoski)., Panduan Praktik
Klinis, 2017
o Odom R.B., et al. Andrew’s Disease of the
Skin.9,hed. Philadelphia: WB Saunders
12. Kepustakaan
Company.2000
o Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of
Dermatologic Therapeutic.&*&!,.
Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins. 2002.

Palopo, Juli 2020


Ketua Komite Medik Poli Kulit dan Kelamin

(dr. Mesak Sulle, Sp.B) (dr. Zakiyah Salim, Sp.KK.,M.Kes)

Direktur RSUD dr.PALEMMAI TANDI

Dr.Hj.Utia Sari Umar.,M.Kes


NIP. 19650905 200012 2 003
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF : KULIT DAN KELAMIN RSUD dr.PALEMMAI TANDI
KOTA PALOPO TAHUN 2020

MORBUS HANSEN + REAKSI +


o Penyakit kusta adalah infeksi
granulomatosa kronis yang
disebabkan oleh basil
Mycobacterium leprae yang bersifat
obligat intraseluler. Saraf perifer
sebagai afinitas pertama, lalu
menyerang kulit, danmenyebar ke
1. Pengertian ( Definisi) jaringan tubuh lainnya, kecuali
sususan saraf pusat
o Reaksi kusta adalah interupsi dengan
episode akut pada perjalanan
penyakit sebenarnya kronik, terbagi
atas dua reaksi yaitu reaksi reversal
dan Eritema Nodosum Leprosum
(ENL)
Bercak di kulit yang terasa tebal, otot
mengecil, deformitas seperti drop hand,
drop foot, atau claw hand, luka kronis,
2. Anamnesis riwayat kontak lama dengan penderita
leprosi. Pada reaksi Kusta terdapat
demam ringan hingga berat dan rasa
nyeri sering terjadi
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan saraf tepi dicari adanya
gangguan sensibilitas suhu, nyeri, raba,
dan otonomik. Pembesaran saraf tepi
diraba pada n. Auricularis magnus, n.
Ulnaris, n. Peroneus communis, n.
Tibialis. Tanda-tanda leprosi yang lain
berupa facies leonina (gejala infiltrasi
difus pada wajah), madarosis
(penipisan alis bagian lateral),
penebalan cuping telinga, gloves and
stocking anestesia.
Klasifikasi menurut WHO :
Pausi Basiler Multibasiler
o Makula Asimetris oMakula simetris
o Jumlah 1 – 5 oJumlah > 5
o Batas tegas, kering, oTidak tegas, halus,
kasar mengkilat
o Anestesi jelas oAnestesi tidak jelas
o Hipopigmentasi oEritematous
o Penebalan saraf Penebalan saraf tepi
Tepi Terjadi dini terjadi lanjut dan
dan asimetris simetris
o BTA - o BTA +
Reaksi berat ditandai salah satu dari
gejala berikut yaitu adanya :
- Lagoftalmos baru dapat terjadi dalam
3 bulan terakhir
- Nyeri raba saraf tepi
- Kekuatan otot yang berkurang dalam
6 bln terakhir
- Makula pecah atau nodul pecah
- Makula aktif diatas lokasi saraf tepi
- Gangguan pada organ lain
Diagnosis ditegakkan jika ditemui 1
tanda kardinal pada daerah endemis
(kriteria WHO) 1. Makula
hipopigmentasi atau eritematosa dengan
anestesi yang jelas, dengan/tidak
disertai penebalan saraf tepi
2. Hapusan kulit positif untuk BTA
Sedangkan untuk reaksi berdasarkan
4. Kriteria Diagnosis anamnesis dan pemeriksaan Fisik :
o Waktu timbulnya
o Keadaan umum pasien
o Peradangan dikulit
o Neuritis
o Radang mata
o Edema ekstremitas
o Peradangan pada organ lain

5. Diagnosis Kerja MH PB & MH MB


1. Pytiriasis versicolor
2. Dermatofitosis
3. Psoriasis vulgaris
4. Pytiriasis alba
6. Diagnosis Banding Untuk Reaksi Kusta :
1. Sellulitis
2. Urtikaria
3. Erisipelas
4. Gigitan Serangga
Pewarnaan BTA pada kerokan kulit dan
7. Pemeriksaan Penunjang
serum cuping telinga
Terapi Pengobatan menggunakan
MDT, diperoleh di PKM
Terapi untuk reaksi tipe Reversal :
Reaksi ringan ; dapat diberikan
paracetamol bebrapa minggu
Bila berat + neuritis akut :
Ditambahkan Kortikosteroid :
40mg/hari tapp.off per 2 minggu 5 mg.
Terapi untuk tipe ENL :
8. Tata Laksana :
Reaksi ringan : analgetik dan
antiinflamasi
Reaksi Berat : ditambahkan
Kortikosteroid dosis tinggi awal 40-
60mg sampai ada perbaikan klinis lalu
tap off 5-10 mg setiap minggu selama
6-8 mg.
Untuk lesi pada kulit terapi
simptomatik
1.
1. Ventilasi rumah > 1/10 luas lantai
2. Cahaya matahari dapat masuk
kerumah
3.Minum obat secara teratur, bila perlu
ada
9. Edukasi pengawas minum obat
(Hospital Health Promotion) Untuk edukasi post reaksi diberikan
tambahan edukasi berupa pengenalan
gejala awal reaksi kusta dan neuritis
danpemeriksaan secara berkala minimal
satu kali sebulan, memulai terapi reaksi
sedini mungkin.
Quo ad vitam : bonam sampai dubia ad
bonam
Quo Ad sanationam : dubia ad
10. Prognosis
bonam/malam
Quo Ad fumgsionam : dubia ad
bonam/malam
11. Indikator Kondisi pasien membaik
12. Kepustakaan  Perhimpunan Dokter spesialis Kulit
dan Kelamin Indonesia, Panduan
Praktik Klinik, 2017
 Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of
DermatologicTherapeutic.&*&!,.
Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins. 2002.

Palopo, Juli 2020


Ketua Komite Medik Poli Kulit dan Kelamin

(dr. Mesak Sulle, Sp.B) (dr. Zakiyah Salim, Sp.KK.,M.Kes)

Direktur RSUD dr.PALEMMAI TANDI

Dr.Hj.Utia Sari Umar.,M.Kes


NIP. 19650905 200012 2 003
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF : KULIT DAN KELAMIN RSUD dr.PALEMMAI TANDI
KOTA PALOPO TAHUN 2020

HERPES ZOSTER
Penyakit Infeksi kulit yang disebabkan
oleh reaktivasi virus varicella-zoster
1. Pengertian ( Definisi)
yang laten endogen diganglion sensoris
radiks dorsalis setelah infeksi primer.
Gejala prodromal meliputi malaise,
2. Anamnesis nyeri kepala, demam, gatal/nyeri pada
dermatom yang terserang
Lesi kulit berupa papul atau plakat
berbentuk urtika yang setelah 1 – 2 hari
akan timbul gerombolan vesikel diatas
kulit yang eritematus sedangkan kulit
diantara kumpulan vesikel tetap
normal, usia lesi pada satu kelompok
sama, sedangkan dengan kelompok
lain tidak sama. Lokasi lesi sesuai
3. Pemeriksaan Fisik
dengan dermatom, unilateral, dan
biasanya tidak melewati garis tengah
tubuh. Vesikel dapat menjadi purulen,
mengalami krustasi, dan lepas dalam
waktu 1 – 2 minggu. Sering terjadi
neuralgia post herpetika, terutama pada
orang tua yang dapat berlangsung
berbulan-bulan.

1. Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis
2. Efloresensi

5. Diagnosis Kerja Herpes zoster


1. Herpes simplex
6. Diagnosis Banding 2. Dermatitis venenata
3. Dermatitis kontak

Pada pemeriksaan tzank smear


7. Pemeriksaan Penunjang ditemukan sel raksasa yang
multilokuler dan sel-sel akantolitik.
1. Antivirus asiklovir 5x800 (7-10
hr),anak<12thn 30mg/KgBB/hr
8. Tata Laksana :
selama 7 hari , dapat diberikan
simptomatik analgetik : paracetamol
3x500 mg,/tramadol, dsn bila
terdapat kemungkinan terjadinya
NPH dapat diberikan antidepresan
trrisiklik, gabapentin 300mg/hr 4-6
mg
2. Topikal ; bedak salicil,, kompres
terbuka dengan larutan antiseptik ,
dan Antibiotik topikal untuk infeksi
sekunder
1. Memulai pengobatan sesegera
mungkin
2. Istirahat hingga stadium krustasi
3. Tidak menggaruk lesi
9. Edukasi
4. Tidak ada pantangan makanan
(Hospital Health Promotion)
5. Tetap mandi
6. Mengurangi kecemasan dan
ketidak pahaman pasien

Usia < 60 tahun :


Ad vitam ad bonam
Ad sanationam bonam
Ad fumgsionam bonam
10. Prognosis Usia > 60 tahun & Imunokompromais :
Ad vitam ad bonam
Ad sanationam dubia ad bonam
Ad fumgsionam dubia ad bonam

 Perhimpunan Dokter spesialis Kulit


dan Kelamin Indonesia, Panduan
Praktik Klinik, 2017
 Odom R.B., et al. Andrew’s Disease
of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB
11. Kepustakaan
Saunders Company.2000
 Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of
Dermatologic Therapeutic.&*&!,.
Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins. 2002.

Palopo, Juli 2020


Ketua Komite Medik Poli Kulit dan Kelamin
(dr. Mesak Sulle, Sp.B) (dr. Zakiyah Salim, Sp.KK.,M.Kes)

Direktur RSUD dr.PALEMMAI TANDI

Dr.Hj.Utia Sari Umar.,M.Kes


NIP. 19650905 200012 2 003

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


SMF : KULIT DAN KELAMIN RSUD dr.PALEMMAI TANDI
KOTA PALOPO TAHUN 2020

ERITRODERMA
Keradangan kulit yang sangat luas,
mencapai lebih dari 90% permukaan
tubuh, apapun penyebabnya. Penyebab
tersering pada orang dewasa:
- 40% Kelompok
dermatitis/eczema
1. Pengertian ( Definisi) - 25% Psoriasis
- 15% Erupsi obat
- 10% Limfoma dan leukimia
10% Lainnya (penyakit-
penyakit herediter, pemfigus,
scabies, dll)

Onset penyakit, penyakit-penyakit


sebelumnya, obat-obatan yang
2. Anamnesis diminum sebelum dan sesudah sakit,
pekerjaan/hobi/kebiasaan penderita.

1) Keadaan umum: Perlu dicari apakah


ada tanda-tanda dehidrasi dan
hipotermi
2) Vital sign: Perlu dicari apakah ada
tanda-tanda dehidrasi, hipotermi, atau
3. Pemeriksaan Fisik
sepsis
3) Status lokalis: Eritema > 90% luas
tubuh, bisa ditemukan skuama dan
likenifikasi.

Aamnesis & Efloresensi


4. Kriteria Diagnosis

Eritroderma
5. Diagnosis Kerja

6. Diagnosis Banding -

1. Darah lengkap
2. Albumin
7. Pemeriksaan Penunjang
3. Ureum dan kreatinin serum

1. Dirawat di rawat inap dengan rawat


bersama bagian penyakit dalam jika
8. Tata Laksana :
terdapat komplikasi.
2. Perbaiki kondisi umum seperti terapi
dehidrasi, hipotermia,
hipoalbuminemia, gangguan elektrolit,
dsb.
3. Atasi infeksi sekunder
4. Hindari/eliminasi faktor penyebab
5. Jika psoriasis sebagai penyebab
eritroderma sudah disingkirkan, dapat
diberikan kortikosteroid sistemik ;
Prednison 3 x 10 tapp off hingga 1 x 1
mg
6. Antipruritik dengan
Chlorpheniramine maleat 3 x 4 mg
7. Seluruh kulit diolesi pelembab yang
sesuai lesi kulit
8. Dapat diberikan krim steroid
1. Menjaga kelembaban kulit
9. Edukasi 2. Menghindari garukan
(Hospital Health Promotion) 3. Minghindari faktor pencetus

Ad vitam : dubia ad bonam/malam


Ad sanationam : dubia ad
bonam/malam
10. Prognosis
Ad fumgsionam : dubia ad
bonam/malam

11. Indikator Kondisi pasien membaik

 Odom R.B., et al. Andrew’s Disease


of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB
Saunders Company.2000
12. Kepustakaan  Arndt JC.A, Bowers, K.E. Manual of
Dermatologic Therapeutic.&*&!,.
Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins. 2002

Palopo, Juli 2020


Ketua Komite Medik Poli Kulit dan Kelamin

(dr. Mesak Sulle, Sp.B) (dr. Zakiyah Salim, Sp.KK.,M.Kes)


Direktur RSUD dr.PALEMMAI TANDI

Dr.Hj.Utia Sari Umar.,M.Kes


NIP. 19650905 200012 2 003

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


SMF : KULIT DAN KELAMIN RSUD dr.PALEMMAI TANDI
KOTA PALOPO TAHUN 2020

PEMFIGUS

Penyakit autoimun kronik akibat


autoantibody IgG terhadap desmoglein di
1. Pengertian ( Definisi) intradermal.Penyakit ini menyebabkan
terbentuknya bula pada kulit dan membran
mukosa
o Umumnya terjadi pada usia 40-60
tahun
o Umumnya diawali lesi pada
2. Anamnesis membrane mukosa mulut berupa erosi
yang tersa nyeri
o Perjalanan klinis dapat berulang
sering diperlukan terapi seumur hidup
o Keadaan umum buruk
o Erupsi kulit : bula kendur mudah
pecah dan menjadi erosi dan dapat
meluas keseluruh tubuh
o Predileksi terdapat bula kendur
3. Pemeriksaan Fisik
lentikular sampai nummular diatas
kuliut normal atau eritematosa, isi
mula-mula jernih kemudian menjadi
keruh
o Tanda Nikolsky positif
o Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis o Pemeriksaan Fisik

5. Diagnosis Kerja Pemfigus

o Dermatitis herpetiformis
6. Diagnosis Banding
o Pemfigoid bullosa

Pemeriksaan laboratorium: Darah,


urin,feses, dan bila terapi kortikosteroid
7. Pemeriksaan Penunjang jangka panjang diperlukan pemeriksaan
fungsi ginjal dan fungsi hati, kadar gula
darah
Prinsip : mengatasi keadaan umum,
memantau efek samping terapi KS jangka
panjang
8. Tata Laksana :
Topikal : kortikosteroid
Sistemik : KS dengan dosis 1
mg/kGBB/Hari

9. Edukasi o Menjelaskan kepada pasien/keluarga


(Hospital Health Promotion) mengenai penyebab terapi dan
prognosis penyakit
o Memberi edukasi cara merawat lesi
lukit yang lepuh
o Menghindari penggunaan obat-obat
tanpa sepengetahuan dr
o Meminimalisir trauma pada kulit lesi
karena dapat memperluas lesi
o Menjelaskan pada pasien bahwa
penyakit ini merupakan penyakit
kronis & mudah sekali kambuh
o Menjelaskan kepada pasien mengenai
dosis obat dan gejala toksisitas obat
sehingga mereka dapat melaporkan
kepada dr dengan segera
o Menjelaskan kepada pasien mengenai
pentingnya perawtan lesi yang
eksudatif
Quo Ad vitam : dubia ad bonam
10. Prognosis Qua Ad sanationam : dubia ad bonam
Quo Ad fumgsionam : ad bonam

11. Indikator Kondisi pasien membaik

o Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit &


Kelamin (Perdoski)., Panduan Praktik
Klinis, 2017
12. Kepustakaan o Odom R.B., et al. Andrew’s Disease
of the Skin.9,hed. Philadelphia: WB
Saunders Company.2000

Palopo, Juli 2020


Ketua Komite Medik Poli Kulit dan Kelamin

(dr. Mesak Sulle, Sp.B) (dr. Zakiyah Salim, Sp.KK.,M.Kes)


Direktur RSUD dr.PALEMMAI TANDI

Dr.Hj.Utia Sari Umar.,M.Kes


NIP. 19650905 200012 2 003

Anda mungkin juga menyukai