Anda di halaman 1dari 27

PROTAP PENATALAKSANAAN

STANDAR PELAYANAN MEDIS


PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSU WOODWARD PALU


TAHUN 2008
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
tersusunnya buku Standar Pelayanan Medis.
Salah satu langkah yang penting dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan ialah adanya Standar Pelayanan Medis. Standar Pelayanan Medis
merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Woodward Palu, disusun oleh dokter-
dokter yang tergabung dalam Komite Medis Rumah Sakit Woodward dan para dokter
spesialis Konsultan Rumah akit Woodward Palu. Pola penyusunan disusun dengan
berpedoman pada Standar Pelayanan Medis yang disusun oleh Ikatan Dokter Indonesia
(IDI).
Dengan adanya Standar Pelayanan Medis ini diharapkan menjadi pedoman bagi
para pelaksana Pelayanan Kesehatan dan Masyarakat sebagai penerima pelayanan
kesehatan, manfaat lain dari standar adalah untuk melindungi profesi.
Kami menyadari bahwa buku Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Woodward
Palu masih banyak kekurangannya, baik dari segi penyusunan, keterbatasan tenaga,
waktu dan sarana yang belum memadai, untuk itu, kritik dan saran dari pembaca akan
sangat berguna bagi penyempurnaan penyusunan yang akan datang.
Kami menyadari pula bahwa Standar Pelayanan Medis ini tidak mungkin tersusun
tanpa bantuan berbagai pihak terutama Dewan Komite Medis Rumah Sakit Woodward
dan dokter-dokter konsultan Rumah Sakit.
Terima kasih kami ucapkan untuk semua pihak yang dengan rela membantu
menyusun standar ini.

Mengetahui, Palu, ………..2008


Direktur RS Woodward Koordinator Pelayanan Medis

Dr. Trijanto dr. T.I. Miting, MPH


KULIT DAN KELAMIN

1. ICD : LOO – LO8

2. Nama Penyakit/Diagnosis : SINDROMA STEVENS JOHNSON

3. Kriteria Diagnosis : Adanya kaitan pemakaian obat sebelumnya, infeksi


(bakteri, virus, jamur, parasit), neoplasma, paska
vaksinasi, radiasi dan makanan.
Sindroma Stevens Johnsons (SJJ) trias :
 Kelainan mata : Konjungtivitis kataralis,
konjungtivitis purulen, perdarahan, simble varon,
Ulkus kornea, Iritis dan Iridoksilitis.
 Kelainan Kulit : Eritema, Irishformis. Papel vesikel
& purpura Ptechie pada bentuk berat kelainannya
generalisata, simetris.
 Kelainan selaput lendir : Yang tersering mukosa
mulut disusul kelainan di lubang alat genital &
lubang hidung, anus.

4. Diagnosis Banding : - Nelrolisis Epidermal Toksik (NET)


- DHF ( Dengue Hemorrhagikc Fever )
- Pemphigus

5. Pemeriksaan Penunjang : Bila ada purpura : periksa darah rutin, Ht,


Thrombosit, waktu perdarahan, waktu pembekuan,
Rumpel Leede. Jika disangka penyebabnya infeksi :
periksa kultur darah.

6. Konsultasi : Spesialis Kulit, Mata, THT, Penyakit Dalam, ICU.

7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap segera. Di ruangan isolasi yang steril,
ICU.

8. Terapi : 8.1. Umum : hentikan obat yang dicurigai.


Atasi keadaan gawat darurat, bila
syok/perlu infus untuk mengatasi gangguan
keseimbangan cairan & elektrolit. Pada
purpura yang luas, berikan transfusi.
8.2. Sistemik : Deksametason 4-6 x 5 mg iv, lakukan
tapering off lalu diganti dengan tablet
kortikosteroid. Antibiotik garamisin bila
ada indikasi. Obat anabolik dan KCL
3x500 mg/hari.
8.3. Lokal : Bergantung kelainan kulit. Bedak talk,
kompres, krim atau salep.

9. Tempat Pelayanan : min – RS kelas C


10. Penyulit : - Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
respiratory distress syndrome, bronco pneumoni.
- Pada mata dapat terjadi kebutaan
- Kortikosteroid tinggi dapat menimbulkan “drug
induce DM”, infeksi sekunder.
-
11. Informed Consent
(tertulis) : Perlu
12. Lama Perawatan : 2 minggu
13. Masa Pemulihan : 1 minggu
14. Output/Hasil : Sembuh, dapat juga kematian.
15. PA : PA dari biopsi kulit untuk konfirmasi diagnosis.
16. Autopsi/Risalah Rapat : Bila terjadi kematian.

1. ICD : L10 – L22, L25 – L99


2. Nama Penyakit/Diagnosis: ERISIPELAS / CELULITIS / FLEGMON
3. Kriteria Diagnosis : - Trauma terinfeksi umumnya extremitas
- Gejala Konstitusi
- Gejala Klinis
Erisipelas : Eritrma luas (merah cerah) batas tegas,
edema, panas, nyeri.
Selulitis : Eritema, difus, edema, panas, nyeri.
Flegmon : Selulitis, supurasi.

4. Diagnosis Banding : Erisipelas, selulitis, flegmon.


5. Pemeriksaan Penunjang : - Leukosit
- Kultur + resistensi test.
- Ro” Foto
6. Konsultasi : Spesialis kulit
7. Perawatan Rumah Sakit : Ekstremitas interior rawat inap.
8. Terapi : - Topikal : Kompres dingin, insisi (supurasi) sistemik
- Antibiotika : Penisilin, entromisin, linkomisin.
Klindamisin
- Perbaiki keadaan umum (gizi, higiene).

9. Tempat Pelayanan : min – RS kelas C


10. Penyulit : Glomerulo Nephritis Kronik.
11. Informed Consent
(tertulis) : Tindakan perawatan.
12. Lama Perawatan : 1 - 2 minggu
13. Masa Pemulihan : 1 minggu
14. Output/Hasil : Sembuh total, atasi komplikasinya.
15. PA : -
16. Autopsi/Risalah Rapat : -

1. ICD : LOO – LO8


2. Nama Penyakit/Diagnosis: DERMATITIS EKSFOLIATIVA
(ERITRODERMA)
3. Kriteria Diagnosis : Eritema di seluruh tubuh/hampir di seluruh tubuh
dengan atau tanpa skauma. Suhu kulit lebih panas,
menggigil.
4. Diagnosis Banding : Kausa : - Perluasan penyakit kulit :
- Dermatitis seboroik, psoriasis
- Alergi obat
- Keganasan
- Infeksi virus
- Kontak
5. Pemeriksaan Penunjang : Biopsi kelenjar dan kulit bila ada kecurigaan
keganasan. Pemeriksaan darah : Hb, Leuko, Diff count,
LED, Rontgen, Foto thorax.
6. Konsultasi : Spesialis Kulit dan Kelamin, Penyakit Dalam dan Gigi.
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap segera dengan pengawasan Spesialis Kulit
dan Kelamin.
8. Terapi : 8.1. Sistemik : Prednison 20-30 mg/hari, taperig off,
bila lebih dari 2 minggu subtitusi
synacten, KCL, diet, TKTP,rendah
garam.

8.2. Lokal : Emolien dioleskan berselang-seling pada


sebagian (40%) luas permukaan kulit
misalnya dengan salep lanolin 10%.
9. Tempat Pelayanan : min – RS kelas C
10. Penyulit : - Gangguan faal kulit, keganasan, sindrome sezary.
- Ketergantungan steroid, efek samping steroid.
11. Informed Consent
(tertulis) : Perlu
12. Lama Perawatan : 2 – 4 minggu
13. Masa Pemulihan : 2 – 4 minggu
14. Output/Hasil : Sembuh total, kronis residif.
15. PA : Untuk konfirmasi diagnosis (penyebab).

1. ICD :
2. Nama Penyakit/Diagnosis: NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK (NET)
3. Kriteria Diagnosis : Anamnesis : obat yang dipakai beberapa hari sebelum
kelainan kulit timbul. Kelainan kulit terutama berupa
bula, erosi dan eskoriasi. Terjadi akut & generalisata,
nyeri bila disentuh, terdapat epidermolisis (fenomena
nikolsky positip) yang sering terlihat di pinggung dan
bokong. Tampak sakit berat dan kesadaran umum.

4. Diagnosis Banding : - SSSS ( Staphylococcus Scalled Skin Syndrome)


- Syndrome Stevens Johnson
- Dermatitis kontak

5. Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan ini untuk menyingkirkan diagnosis


SSSS. Darah rutin : LED, jumlah leukosit, kultur usapan
tenggorok, kultur darah.
6. Konsultasi : Spesialis Kulit, Mata, THT, Penyakit Dalam, ICU.
Penyakit ini sebaiknya ditangani oleh tim disipliner.
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap segera di ruangan isolasi yang steril atau
bila dapat di ICU.
8. Terapi : 8.1. Umum : segera hentikan obat-obat yang
dicurigai. Berikan infus untuk mengganti
cairan & elektrolit yang hilang. Transfusi
darah bila ada indikasi.
8.2. Sistemik : Deksametason iv 6 x 5 mg/hari kemudian
dosis diturunkan perlahan-lahan sesuai
perbaikan. Pada kasus berat dapat
diberikan deksametason 40 mg/hari.
Antibiotik garamisin atau eritromisin.
Tergantung keadaan dapat diberikan.
8.3. Topikal : Salep antibiotik atau dirawat seperti luka
bakar.
9. Tempat Pelayanan : min – RS kelas C
10. Penyulit : Gangguan keseimbangan cairan elektrolit, nekrosis
tubular akut pada ginjal, glomerulonefritis. Dapat terjadi
respiratory distress dan sepsis. Akibat terapi
kortikosteroid tinggi dapat terjadi “drug induced DM”
dan efek samping lainnya.

11. Informed Consent


(tertulis) : Perlu
12. Lama Perawatan : 2 minggu
13. Masa Pemulihan : 2 minggu
14. Output/Hasil : Sembuh total, atau terjadi kematian.
15. PA : PA dari biopsi kulit untuk memastikan NET.
16. Autopsi/Risalah Rapat : Bila terjadi kematian.

1. ICD : B 02
2. Nama Penyakit/Diagnosis : HERPES ZOSTER OFTALMIKUS :
HZ yang mengenai Dermat saraf kranialis V ramus
oftalmikus, biasanya disertai saraf siliaris.
3. Kriteria Diagnosis : Lokalisasi unilateral di dahi, kepala, pangkal hidung
dan mata sesuai dermatom saraf kr V ramus 1.
Timbulnya akut, didahului gejala prodromal lesi
vesikobulosa berkelompok, atap tegang di atas dasar
eritematosa.

4. Diagnosis Banding : - Herpes Simpleks (HSV 1) Zosteriformis.


- Nyeri yang merupakan gejala prodromal lokal sering
salah diagnosa dengan penyakit reumatik atau angina
pektoris bila terdapat di daerah setinggi jantung.
5. Pemeriksaan Penunjang : Tidak perlu
6. Konsultasi : Spesialis Saraf, pada herpes zoster dengan post
herpetic neuralgia. Spesialis mata, pada HZ
Oftalmikus.
7. Perawatan Rumah Sakit : Tidak perlu
8. Terapi : - Herpes Zoster : Terapi simptomatik, analgesik,
antibiotik bila perlu. Topikal bedak talk.
- Pada stadium dini dan bila mampu diberikan
asiklovir sistemik 5x400 mg/hari.
- Sistemik kortikosteroid.
9. Tempat Pelayanan :
10. Penyulit : - Bila terjadi infeksi sekunder
- Ensefalitis
1. Informed Consent
(tertulis) : diperlukan
2. Lama Perawatan : 2 minggu
3. Masa Pemulihan : 1 minggu
4. Output/Hasil : Herpes zoster : sembuh total atau pada orang tua dapat
timbul post herpetik neuralgia.
Keratitis.
5. PA : Tidak ada.
6. Autopsi/Risalah Rapat : Bila ada indikasi.

1. ICD : A 30
2. Nama Penyakit/Diagnosis : REAKSI LEPRAE dibedakan atas 2 jenis :
o TRUE LEPRAE REACTION atau ERITREMA
NODOSUM LEPROSUM (ENL). Terjadi pada
tipe LL dan BL diduga akibat reaksi Immun
kompleks (humoral immunity).
o REAKSI RESERVAL : Upgrading atau
Downgrading terjadi pada perubahan Cellular
Mediated Immunity yang memerlukan perawatan
adalah ENL berat.
3. Kriteria Diagnosis : ENL : Terdapat eritrema & nodus, nyeri,
berlangsung beberapa hari, biasanya
diekstensor ektremitas. Umumnya disertai
gejala konstitusi : demam, malaise, tidak nafsu
makan, anemia.
Tanda-tanda MH tipe BL atau LL selalu ada : infiltrat
multipel, tersebar di seluruh tubuh hampir simetris,
disiosiasi sensibilitas tidak jelas, basil tahan asam
selalu positif.

4. Diagnosis Banding : ENL perlu dibedakan dengan EN pada TBC, erupsi


obat, demam rheuma.
5. Pemeriksaan Penunjang : Periksa hasil tahan asam dengan Ziehl Neelsen
pemeriksaan anjuran : Test Lepromin & Biopsi, bila
ada keraguan konsul ke Spesialis Kulit.
6. Konsultasi : Perlu : Untuk MH dalam : (1) reaksi, (2) resisten
terhadap terapi atau, (3) dengan kompilkasi misalnya
kealat-alat dalam (ginjal,mata, dll).
Mata, THT, Penyakit Dalam.
7. Perawatan Rumah Sakit : - Reaksi MH/ENL, perlu dirawat konsul Spesialis
Kulit.
- Sifat perawatan biasa
8. Terapi : 8.1. Dalam kondisi ENL obat-obatan
MDT Lepra tetap diberikan ditambah dengan
obat antireaksi : Prednison/prednisolon 30
mg/hari, diturunkan perlahan-lahan setelah ada
perbaikan, sampai terapi dihentikan.
Obat pilihan lainnya : Clofazimin, dosis dapat
dimulai dengan 3 x 100 mg/hari dan diturunkan
berangsur-angsur sampai reaksi berhenti, dan
dilanjutkan dengan dosis biasa, Talidomide
(kalau tersedia).
8.2. Tetap dilanjutkan terapi untuk golongan multi
basiler : Selama reaksi yaitu : DDS 100 mg/hari.
Rifampisin : 600 – 1200 mg/bulan.
8.3. Terapi pada MH reaksi reserval atau ENL :
Konsul Spesialis Kulit, rawat di bagian kulit.
Bila ada neuritis diberikan prednison 20 – 30
mg/hari bergantung keadaan, selajutnya tapering
off. Atau bila tanpa neuritis dapat dipilh
lepromin.

9. Tempat Pelayanan :
10. Penyulit : - Gangguan faal hati,
- Dengan fungsi hati.
11. Informed Consent :
(tertulis) : Perlu
12. Lama Perawatan : 2 minggu – 1 bulan, sampai ENL teratasi.

13. Masa Pemulihan : 2 minggu


14. Output/Hasil : Umumnya sembuh partial, atau sering
residif ENL, cacat motorik.
15. PA : Bila meragukan/ada indikasi dapat direncanakan
PA. Immuno Histo Kimia.
16. Autopsi/Risalah Rapat : Pada keadaan khusus bila diperlukan.

1. ICD : L 10 – L 22, L 25 – L 99
2. Nama Penyakit/Diagnosis : ULKUS VARIKOSUM atau ULKUS VENOSUM
: Ulkus yang terjadi akibat bendungan aliran vena,
umumnya disekitar maleolus medialis didahului
dermatitis statis.
3. Kriteria Diagnosis : Pada orang tua, varises medial maleolus, 1/3 tungkai
bawah, ulkus dangkal, bentuk nemular, didahului
dermatitis atatis, sekitar ulkus jaringan mengeras dan
hiper pigmentasi, biasa tidak nyeri.
4. Diagnosis Banding : - Ulkus Tropikum
- Ulkus Ateriosum
5. Pemeriksaan Penunjang : Flebografi, bila ada indikasi.
6. Konsultasi : Spesialis Bedah untuk perawatan jaringan atau
transplantasi bila kondisi memungkinkan.
7. Perawatan Rumah Sakit : - Rawat inap biasa.
8. Terapi : 8.1. Umum : Istirahat, perbaiki aliran vena,
hindari trauma.
8.2. Sistemik : Antibiotik bila ada infeksi sekunder.
8.3. Topikal : Kompres bila ada granulasi buruk,
bila bersih rangsang jaringan
granulasi dengan salep bioplasenta
dan untuk epitelisasi salap salisil 2%.

9. Tempat Pelayanan :
10. Penyulit : Sering residif
11. Informed Consent : Perlu
12. Lama Perawatan : 1 bulan, sampai ulkus menutup.

13. Masa Pemulihan : 1 bulan


14. Output/Hasil : Tidak perlu

1. ICD : L10 – L22, L25 – L99


2. Nama Penyakit/Diagnosis : PEMFIGUS VULGARIS : Penyakit kulit berlepuh
akibat auto immun.
3. Kriteria Diagnosis :- Keadaan umum buruk
- Kulit berlepuh, bila kendur, mudah pecah,
epidermolisis, fenomena Nikolsky, Positif,
Hiperpigmentasi.
- Terjadi secara kronis dan residif.
4. Diagnosis Banding :- Pemfigoid bulosa
- Drug eruption
- Dermatitis herpertiformis
5. Pemeriksaan Penunjang : Biopsi kulit dan immunofluoresen langsung dan
tidak langsung. Deposit IgG, Complement ditaut
dermoepidermal.
Laboratorium : Kadar IgG di dalam serum > 1800.
6. Konsultasi : Spesialis THT dan alergi Imunologik, Spesialis
Penyakit Dalam bila ada penyulit.
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap segera dengan pengawasan Spesialisasi
Kulit.
8. Terapi : Kortikosteroid dosis tinggi, bergantung kondisi 60 –
100 mg/hari, tapering off disesuaikan kondisi klinis
dan kadar IgG di dalam darah, sampai dosis
pemeliharaan. KCL, anabolik, immuno supresan
sitostatik pada kasus rekalsitrans.
9. Tempat Pelayanan :
10. Penyulit : 1. Sepsis, kakeksia, gangguan keseimbangan
elektrolit.
2. Drug induced diabetes, akibat steroid dosis tinggi.
11. Informed Consent
(tertulis) : Perlu
12. Lama Perawatan : 2 – 4 minggu
13. Masa Pemulihan : 2 – 4 minggu
14. Output/Hasil : Sembuh partial, selamanya dependen
kortikosteroid dengnan dosis pemeliharaan yang
sesuai.
Sekunder infeksi – sikatrik.
15. PA : Pemeriksaan PA/Imunofouresensi langsung untuk
diagnostik.
16. Autopsi/Risalah Rapat : Bila ada indikasi.

1. ICD : L10 – L22, L25 – L99


2. Nama Penyakit/Diagnosis : DERMATITIS ATOPIK
3. Kriteria Diagnosis : - Sangat gatal-stigmata-kronis residif
- Umur 2 bln-2 thn, umur 4-10 thn, umur > 2 thn.
- Simetris di kedua : pipi, fosakubiti, poplitea.
- Morfologi : polimorfi (eritema, papel, vasikel,
erosi, ekslorasi, skuama, krust).

4. Diagnosis Banding : - Dermatomikosis, skabies.

5. Pemeriksaan Penunjang : Bila dicurigai dermatomikosis : sediakan kerokan


kulit KOH 20 % (menyingkirkan diagnosis)
penyakit sarcoptes scabiei, scibala.

6. Konsultasi : Spesialis kulit, paru, THT pada Dermatitis Atopik


yang berat, Anak.
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat jalan.
8. Terapi : 8.1. Umum : Yang penting hindarkan alergen
penyebab yang dicurigai.
8.2. Farmakologik :
Sistemik : Antihistamin dosis tergantung
jenisnya, atau sedatif ringan. Bila
sangat berat dapat diberikan
kortikosteroid, secara singkat dengan
dosis tidak terlalu tinggi dan
“tapering off”.
Lokal : Bergantung stadium : basah kompres
antiseptik agak basah/subakut :
kortikosteroid ringan/rendah, Emolien.
9. Tempat Pelayanan :
10. Penyulit : - Pada atopik karena kronis dapat terjadi keratokonus.
- Infeksi sekunder, asma bronkiale, rintis alergika.
- Dependent terhadap steroid, sehingga dapat terjadi
efek samping :
 Atrofi kulit (striae)
 Gangguan HPA pada anak kecil.
 Superinfeksi jamur dan kandida
 Xerosis kutis.
11. Informed Consent
(tertulis) : Perlu sesuai indikasi.
12. Lama Perawatan : Penyakit atopik memerlukan observasi lebih
(-) lama oleh karena residif.

13. Masa Pemulihan : 1 minggu


14. Output/Hasil : - Dermatitis atopik : atopik-residif
- Keratitis
15. PA : Tidak perlu
16. Autopsi/Risalah Rapat : Tidak perlu

1. ICD : L10 – L22, L25 – L99


2. Nama Penyakit/Diagnosis : AKNE VULGARIS
3. Kriteria Diagnosis : Keluhan subjektif, gatal, nyeri, kosmetik
mengganggu. Lokalisasi dimuka dapat meluas ke
dada, interskapular, lengan atas. Gejala : eritema,
papul, pustula, komedo, miliaria. Kulit muka
berminyak. Ada pengaruh hormonal makanan
berlemak dan pedas, higiene kulit muka.
4. Diagnosis Banding : - Dermatitis seboroik dengan infeksi sekunder,
Rosasea.
- Dermatitis perioral
- Erupsi akneiformis oleh obat.
5. Pemeriksaan Penunjang : Tidak perlu
6. Konsultasi : Spesialis kulit. Bila rekalsitrans atau timbul
aknenodosa/kistik..
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat jalan.
8. Terapi : 8.1. Sistemik : Tetrasiklin, eritromisin.
8.2. Lokal : Sulfur misalnya lotio kumerfeldi.
8.3. Umum : Penyuluhan & pendidikan kepada
penderita : higiene muka, diet lemak &
makanan yang merangsang aktivitas
kelenjar sebum.
9. Tempat Pelayanan :
10. Penyulit : - Infeksi sekunder, menjadi berat, kistik, konglobata.
- Fotosesitivitas tetrasiklin.
- Sikatrik

11. Informed Consent


(tertulis) : Atas indikasi.
12. Lama Perawatan : -
13. Masa Pemulihan : Tidak ada
14. Output/Hasil : Sembuh partial, meninggalkan sikatriks.
15. PA : Tidak ada
16. Autopsi/Risalah Rapat : Tidak ada

1. ICD : L 06 – L 08
2. Nama Penyakit/Diagnosis : FLEGMON : Selulitis yang mengalami supurasi,
biasanya disertai gejala konstitusi.
3. Kriteria Diagnosis : Penyakit dapat dimulai karena (1) trauma, (2) terjadi
erisipelas dan berkembang menjadi (3) selulitis
kemudian mengalami (4) supurasi.
1. Erisipelas, selulitis, flegmon : Pada ketiganya
terdapat gejala konstitusi, umumnya mengenai
jaringan longgar atau eksteremitas. Gejala klinis
erisipelas : Eritrema luas terbatas tegas merah
cerah, edema, panas, nyeri.
2. Gejala klinis selulitis : Eritema tidak terlalu cerah
dengan batas difus, edema, panas dan nyeri.
3. Gejala klinis Flegmon : Seperti pada selulitis,
hanya perbedaannya telah terjadi supurasi
sehingga terdapat fluktuasi.
4. Diagnosis Banding : Flegmon, selulitis dan erisipelas.
5. Pemeriksaan Penunjang : Kultur dan test resistensi, bila ada indikasi.
6. Konsultasi : Spesialis Kulit
7. Perawatan Rumah Sakit : - rawat inap untuk Flegmon.
- rawat jalan untuk erisipelas dan selulitis.
8. Terapi : Sistemik
 Penisilin masih merupakan terapi pilihan dapat
diberikan per injeksi atau per oral dengan derivat
penisilin.
 Pilihan lain adalah : Eritromisin, Kloksasilin,
Linkomisin.
 Topikal : Pada Erisipelas, klokalisin dan Flegmon
dilakukan kompres sebelum dikonsulkan.
 Penyuluhan : Perbaiki higiene dan gizi.
 Terapi bedah : Dilakukan insisi pada abses dan
fregmon, selanjutnya diberi drain dan kompres.
9. Tempat Pelayanan :
10. Penyulit : - Karena galur nefritogenik dapat terjadi
glomerulonefritis kronik.
- Efek samping obat.

11. Informed Consent


(tertulis) : Perlu
12. Lama Perawatan : Untuk erisipelas, sulitis dan flegmon
biasanya 1 minggu, paling lama 2 minggu.

13. Masa Pemulihan : 1 minggu


14. Output/Hasil : Sembuh total, komplikasi infeksi ginjal.

Standar Pelayanan Medis Penyakit Kulit & Kelamin


RS. Woodward Palu
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Ditetapkan
Tanggal Terbit
Dr. Trijanto
direktur
ICD : L 10 – L 22, L 25 – L 99

Diagnosis SKABIES

Kriteria Diagnosis Gejala yang menonjol adalah rasa gatal terutama padamalam hari. Lesi yang
khas patognomonis berupa terowongan kecil, sedikit meninggi, berkelok-
kelok berwarna putih keabu-abuan. Panjangnya kurang lebih 10 mm.
kelainan dapat berupa papula, vesikula, urika, ekskoriasi, krusta dan bila
timbul infeksi sekunder terdapat pustuleyang dapat mengaburkan lesi
primernya. Tempat-tempat predileksi : Sela-sela jari tangan, telapak tangan,
pergelangan tangan, daerah pusar dan perut bagian bawah, daerah genetalia
eksterna dan bokong. Pada anak-anak terutama bayi dapat mengenai bagian
lain seperti telapak kaki, sela jari-jari dan juga muka.

Diagnosis banding Prioderma, pedikulosis, korporis, dermatitis, prurigo.

Pemeriksaan Laboratorium sediaan langsung dengan mengorek dasar


Penunjang vesikula/pustule/terowongan.

Konsultasi -

Perawatan RS Rawat jalan

Terapi Penatalaksanaan :
a. Setelah mandi dengan sabun, seluruh badan diolesi dengan :
- Salep yang mengandung asam salisilat 2 % dan sulfur 4 % selama 3-4
hari, kemudian dapat diulang setelah 1 minggu.
- Salep yang mengandung benzilicus 25 % selama 3 malam kemudian
dapat diulang setelah 1 minggu. Jangan berikan pada anak-anak dan
bayi, karena dirasakan sangat panas sekali pada kulitnya.
- Salep yang mengandung Gamma benzene hexachlorida selama 1
malam, kemudian dapat diulang setelah 1 minggu. Jangan berikan
pada bayi, anak-anak dan wanita hamil karena bila diserap kulit dapat
bersifat neurotoksik.
b. Semua pakaian dan sprey dicuci dengan air panas serta mandi
dengan sabun.
c. Semua anggota keluarga atau seisi rumah yang berkontak dengan
penderita harus diperiksa dan bila juga menderita scabies perlu diobati
bersamaan agar tidak terjadi penularan kembali
d. Keluhan gatal dapat diberi anthitaminika.

Penyulit Eksema Ingantum, urtikaria, post scabietic dermatitis, persistent nodule,


infeksi sekunder-lymphadenitis acuta, folikulitis, Furunkel, infiltrate

Informed Consent Perlu untuk perawatan dan tindakan insisi


(tertulis)

Lama Perawatan -

Masa Pemulihan -

Out Put/Hasil -

PA -
Autopsi/Risalah -
Rapat

Standar Pelayanan Medis Penyakit Kulit dan Kelamin


No. Dokumen No. Revisi Halaman
Tanggal Terbit Ditetapkan
RS. Woodward Palu

Dr. Trijanto

ICD : L 10-L 22, L 25-L 99

Diagnosis IMPEGTIGO

Kriteria Diagnosis * Impegtigo Krustosa/impegtigo kontagiosa : eritema, erosi, krustosa,


tebal kekuningan disekitar mulut dan hidung
* Impegtigo Vesikobulosa : Vesikel, bulla, krusta kecoklatan pada
wajah, lengan tungkai.

Diagnosis Banding Ektima

Pemeriksaan Penunjang -

Konsultasi -

Perawatan RS Rawat Jalan

Terapi Penatalaksanaan :
1. Pengobatan Topikal
- Bila infeksi ringan, cukup diberikan antibiotika topical, misalnya
: Neomisin, Basitrasin, MU Pirocin, Sedium Fuidat
- Untuk menhindari penumpukan krusta, dilakukan pencucian 3 X
sehari . Bila Krusta melekat dikompres dengan larutan garam
fisiologis atau dengan larutan kalium permanganate.
2. Pengobatan Sistemik.
Diberikan pada kasus-kasus berat, lama pengobatan paling sedikit 7-
10 hari.
- Penesilin dan semisintetiknya (pilih salah satu)
* Penesilin G Prokain infeksi
Dosis : 0,6-1,2 juta U.I.M, 1-2 kali/hari
Anak-anak : 25.000-50.000 LU/Kg/dosis, 1-2 kali/hari
* Ampicilin untuk Impegtigo Krustosa
Dosis 4 X 250 mg/dosis/hari
Anak-anak : 7,5-25 mg/dosis/hari – 4 kali/hari a.c
* Amoxicilin (untuk staphylococci yang tebal penisilin) untuk
impegtigo vesikobulosa.
Dosis 4 X 125-500 mg/dosis. 3 kali/hari a.c
Anak-anak : 5-15 mg/dosis/hari a.c
* Eritromisin untuk impegtigo krustosa
Dosis : 4x250 mg/dosis/hari p.c
Anak-anak : 12,5-25 mg/kg/dosis, 4 kali/hari p.c bila alergi
penisilin.
Catatan : Antibiotik yang diberikan secara sistemik, seharusnya
tidak diberikan secara topikal.

Penyulit Glomerulo Nephritis Akut (GNA)

Informed Consent -
(tertulis)

Lama Perawatan -

Masa Pemulihan -

Out Put/Hasil -

Autopsi/Risalah Rapat -
Standar Pelayanan Medis Penyakit Kulit dan Kelamin

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RS. Woodward Palu Tanggal Terbit Ditetapkan

Dr. Trijanto

ICD : L 00 - L 08

Diagnosis DERMATOFITOSIS

Kriteria Diagnosis * Tinea kapitis : Sering terjadi pada anak. Biasanya asimptomatis,
bentuk kerion terasa nyeri, rambut rontok setempat,
rambut putus (black-dot), peradangan, skuama.
* Tinea korporis : Gatal, makin lama makin melebar, macula
eritematos berbatas jelas, skuama, tepi polisiklis dan
aktif, terdapat penyembuhan di bagian tengah.
* Tinea kruris (daerah inguinal, genital, perineum, perianal). : Lesi
kulit sama dengan tinea korporis, simetris.

Diagnosis Banding * Tinea kapitis : Alopesta, rikotilomania, dermatitis, seboroik,


impegtigo.
* Tinea korporis : MH tipe tuberuloid. Lues stadium II, pitiriasis rosea,
psoriasis vulgaris, dermatitis seboroik, impegtigo,
dermatitis numularis.
* Tinea kruris : Kandidiosis kutis, eritrasma, dermatitis seboroik,
dermatitis kontak, psoriasis vulgaris.
Pemeriksaan Penunjang Preparat basah dengan Koh 10-20%, pemeriksaan lampu wood, kultur
dengan media agar sabouraud.

Konsultasi -

Perawatan RS Rawat jalan

Terapi Penatalaksanaan :
1. Obat topikal
Bila lesi tidak luas :
 krim mikonasol nitrat 2% pagi-sore
 salep AAV 1 berisi asidum salisicum 3% dan asidum benzolkum
6% pagi-sore
2. Obat oral
 Tablet griseofulvin (125 mg.tablet, 500 mg/tablet
Dosis anak : 10 mg/kg/BB/hari
Dosis dewasa : 500 mg/hari
Diberikan sekali sesudah makan siang atau 2 kali sehari sesudah
makan.
 Indikasi pada :
- Tinea kapitis, tinea imbrikata, tinea lingcium, tinea pedis
- Tinea korporis/tinea kruris yang luas, sering kambuh atau
dengan obat topikal tidak sembuh-sembuh.

Standar Pelayanan Medis Penyakit Kulit dan Kelamin

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RS. Woodward Palu Tanggal Terbit Ditetapkan

Dr. Trijanto

ICD : L 10 – L 22, L 25-L99

Diagnosis TINEA VERSIKOLOR

Kriteria Diagnosis * Gatal bila berkeringat.


* Pada kulit berwarna gelap, kelainannya berwarna putih, sedang orang
berkulit terang kelainannya berwarna merah sampai coklat.
* Ada 2 ruam kulit yaitu macular :
Soliter atau saling bertemu dan tertutup skuama halus.
Folikuler : Ferfolikuler, sekitar folikel rambut dan tertutup skuama
halus.

Diagnosis Banding Vitiligo, dermatitis seboroik, pitriasis alba, MH tipe tuberkuloid, tinea
korporis, eritrasma.

Pemeriksaan Penunjang Preparat basah dengan KOH 10-20% lampu wood

Konsultasi -

Perawatan RS Rawat jalan

Terapi Penatalaksanaan :
1. Obat topikal
 Krim mikonazole 2% pagi-sore untuk lesi dimuka dan lesi di
badan yang tidak luas.
 Solusio AAVI, pagi-sore, berisi asidum salisikum 3% dan
asidum benzokum 6%.
 Lama pengobatan sampai beberapa minggu (3-4 minggu) atau
sampai 2 minggu sesudah pemeriksaan KOH negative, untuk
mencegah kekambuhan.
 Bila lesi luas, sebaiknya obat dioleskan seluruh badan.
1. Obat oral
 Tablet ketokonasol (200 mg/tablet)
Dosis dewasa : 200 mg/hari
Lama : 10 hari
Indikasi pada P. Vesikolor yang :
- Resistensi pada pengobatan topikal
- Sering kambuh-kambuh
- Mengenai bagian badan yang luas
Dapat diberikan bersama dengan obat topikal.
2. Nasihat pencegahan kambuh
Pakaian dalam dan luar, handuk harus sering diganti dan dicuci serta
direndam air panas selama waktu pengobatan.
Penyulit Sering kambuh, leukoderma (kulit berwarna putih)
Informed Consent Perlu
(tertulis)

Lama Perawatan -

Masa Pemulihan -

Out Put/Hasil -

PA -

Autopsi/Risalah Rapat -

Standar Pelayanan Medis Penyakit Kulit dan Kelamin

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RS. Woodward Palu Tanggal Terbit Ditetapkan

Dr. Trijanto

ICD : A55 – A56

Diagnosis GONORE

Kriteria Diagnosis Pada laki-laki keluar dari tubuh, warna kekuningan, mukopurulen dari
OVE.

Diagnosis Banding UNG

Pemeriksaan Penunjang Laboratorium, pewarnaan gram, kultur, oksidasi, permentasi.

Konsultasi -

Perawatan RS Rawat jalan

Terapi Pengobatan :
a. Gonore tanpa komplikasi : (pria : uretris anterior akuta, wanita :
servisitis).
- Penisilin prokain 3 juta unit I.M sekali dengan Probenicid 1
gram.
- Ampicilin 3,5 gram + Probenicid 1 gram sekali.
- Tiamfenicol 3,5 gram peroral dosis tunggal.
b. Gonore dengan komplikasi : (pada keadaan berat harus rawat inap)
- Penisilin prokain 3 juta unit i.m + Probenicid 1 gram 1,5 gram,
dilanjutkan 1,5 juta unit hari berikutnya selama 7 hari.
- Ampisilin 3,5 gram dengan Probenicid 1 gram dilanjutkan 4x500
mg setiap hari berikutnya selama 7 hari.
- Tiamfenicol 3,5 gram dilanjutkan 4x500 mg setiap hari selama 7
hari.
c. Pada strain yang memproduksi pensilinase (NGPP)
- Tiamfenicol 3,5 gram dosis tunggal untuk yang non
komplikasi, bila dengan komplikasi dilanjutkan 3 x 500
mg setiap hari selama 7 hari.
- Kanamisin 2 gram dosis tunggal untuk yang non
komplikata.
d. Gonore
- Penisilin prokain dosis 100.000,- unit/kg berat badan,
dengan Probenicid 25 gram/kg berat badan.
- Ampisilin 50 mg/kg berat badan Probenicid 25 mg/kg
berat badan dosis tunggal.
- Penderita gonoblenore dirawat di bagian penyakit mata.

Catatan : Kanamisin tidak boleh diberikan pada penderita dngan


gangguan fungsi ginjal.

Penyulit -

Informed Consent
(tertulis) Perlu

Lama Perawatan -

Masa Pemulihan -

Out Put/Hasil -

PA -

Autopsi/Risalah Rapat -
Standar Pelayanan Medis Penyakit Kulit dan Kelamin

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RS. Woodward Palu Tanggal Terbit Ditetapkan

Dr. Trijanto

ICD : A57 – A64

Diagnosis KONDILOMA AKUMINANTUM

Kriteria Diagnosis Adanya vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan kalau masih
baru, jika telah lama agak kehitaman.
Permukaan berjonjot (papilomatosa). Vegetasi yang besar disebut giant
condiloma (buschke).
- Lokalisasi : Daerah lipatan yang lembab (misalnya genetalia externa).
- Pria : Perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis,
muara uretra externa, mkorpus dan pangkal penis.

Diagnosis Banding Veruka vulgaris, mkondiloma latum, karsinoma sel skuamosa.

Pemeriksaan Penunjang Hispatologi

Konsultasi Bagian bedah, bagian kandungan.

Perawatan RS Rawat jalan, rawat inap biasa

Terapi 1. Kemoterapi
a. Podofilin (tiangtur podofilin 25%)
Kulit sekitarnya dilindungi vaselin agar tidak terjadi iritasi,
setelah 4-6 jam dicuci lalu diulangi lagi setelah 3 hari, setiap kali
pemberian jangan melebihi 0,3 cc.
b. Asam Trikloro asetat
Konsentrasi 50% dioles setiap minggu dapat diberikan pada
wanita hamil.
c. S. fluorourasil
Konsentrasi 1,5% dalam krim, dipakai terutama pada lesi meatus
uretra, pemberiannya setiap ahri sampai lesi hilang. Sebaiknya
penderita tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan.
2. Bedah listrik
3. Bedah beku
4. Bedah skapel
5. Laser karbondioksida
6. Interveron suntikan i.m atau intralesi dan topikal) dosis 4-6 mu 3
seminggu selama 6 minggu.
7. Immunoterapi

Penyulit -

Informed Consent
(tertulis) Perlu

Lama Perawatan -

Masa Pemulihan -

Out Put/Hasil Sering mengalami residif

PA PA dari biopsi untuk konfirmasi diagnosis

Autopsi/Risalah Rapat Bila ada indikasi


SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT WOODWARD PALU
NOMOR : /DIR/HK/SK/RSW/2008

TENTANG

PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN STANDAR PELAYANAN MEDIS


RUMAH SAKIT WOODWARD PALU

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan medis di Rumah


Sakit Umum, diperlukan suatu standar pelayanan medis untuk menjadi
pedoman yang wajib diikuti oleh semua tenaga staf medis fungsional
yang melaksanakan tugas di Rumah Sakit Woodward Palu.

b. Bahwa untuk mencapai maksud tersebut pada sub a di atas perlu


dibentuk Tim Penyusunan Standar Palayanan Medis Rumah Sakit
Wodward Palu yang ditetapkan dalam surat keputusan Direktur
Medis.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.


1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
436/MENKES/SK/VI/1993, tentang berlakunya Standar
Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis di
Rumah Sakit..
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
983/MENKES/XI/1992, tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit Umum.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
159b/Men.Kes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit.
4. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan R.I, Nomor : HK.00.06.3.5.5797 tanggal 17 April
1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Upaya Pelayanan
Kesehatan Swasta di Bidang Medik Spesialis.

Memperhatikan : Surat Keputusan Direktur Medis Rumah Sakit Woodward


Palu Nomor : /HK/SK/RSW/2008, tentang Penyempurnaan
Keanggotaan Komuet Medis Rumah Sakit Woodward Palu.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : Membentuk Tim Penyusunan Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit


Woodward Palu sebagaimana terlampir dalam Keputusan ini.

Kedua : Tim Penyusunan mempunyai tugas :


01. Menyusun rencana kerja Tim.
02. Merumuskan dan menyusun Pedoman Standar Pelayanan Medis
Rumah Sakit Woodward Palu.
03. Mengkonsultasikan hasil rumusan kepada Ketua Komite Medis
Rumah Sakit Woodward Palu.
04. Melaporkan dan menyerahkan hasil tentang Pedoman Standar
Pelayanan Medis Rumah Sakit Woodward Palu kepada Direktur.
05. Menggandakan Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis Rumah
Sakit Woodward Palu setelah disetujui dan ditetapkan dengan
keputusan Direktur Medis.

Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dengan
ketentuan apabila di kemudian hari terdapat kesalahan, kekeliruan
dalam penetapannya, maka akan diadakan pembetulan sebagaimana
mestinya.

DITETAPKAN DI : PALU
PADA TANGGAL : MARET 2008
DIREKTUR
RUMAH SAKIT WOODWARD PALU

dr. TRIJANTO
Tembusan disampaikan Yth :
 Ketua Badan Pembina Rumah Sakit Woodward Palu.

Lampiran : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT WOODWARD PALU


NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG

SUSUNAN TIM PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN MEDIS


RUMAH SAKIT WOODWARD PALU

Koordinator :
Sekretaris :
Anggota :

DIREKTUR
RUMAH SAKIT WOODWARD PALU

dr. TRIJANTO

Anda mungkin juga menyukai