Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

RINITIS ALERGI (J30.9)


1. Pengertian (definisi) Rinitis alergi secara klinis merupakan gangguan fungsi
hidung yang terjadi setelah pajanan alergen melalui
inflamasi yang diperantarai oleh Imunoglobulin E yang
spesifik terhadap alergen tersebut pada mukosa hidung.
2. Anamnesis 1. Hidung berair, bersin-bersin, hidung tersumbat, post-
nasal drip (terasa ada lendir di kerongkongan saat
bangun pagi), gatal di hidung dan palatum
2. Mata merah, gatal dan berair
3. Keluhan berulang setelah pajanan tertentu (umumnya:
bulu hewan, debu namun juga dapat berupa makanan
atau obat.
4. Ditanyakan onset pajanan, frekuensi, waktu timbulnya
dan beratnya penyakit, dampak terhadap tidur dan
aktivitas sehari-hari (sekolah dan bermain) minimal
dalam 4 minggu terakhir
5. Riwayat atopi dalam keluarga (asma,dermatitis atopi,
rhinitis alergi)
3. Pemeriksaan Fisik 1. Petanda atopi: allergic shiner, geographic tongue,
Dennie Morgan’s line, allergic salute.
2. Sekret hidung bening dan cair namun dapat kuning
hijau atau coklat serta berbau bila terdapat infeksi
sekunder, hipertrofi konka, mukosa dan konka hidung
pucat.
3. Hiperemi dan edema konjungtiva
4. Kriteria Diagnosis Berdasarkan lama gejala, rinitis alergi dibagi menjadi:
1. Intermiten: Gejala <4 hari per minggu dan lamanya <4
minggu
2. Persisten: Gejala >4 hari per minggu dan lamanya >4
minggu
Berdasarkan berat gejala, rinitis alergi dibagi menjadi:
1. Ringan:
a. Tidur normal
b. Aktivitas sehari-hari, saat olahraga dan santai
normal
c. Tidak ada keluhan yang mengganggu
2. Berat: (satu atau lebih gejala)
a. Tidur terganggu (tidak normal)
b. Aktivitas sehari-hari, saat olahraga dan santai
terganggu
c. Gangguan saat bekerja dan sekolah
d. Ada keluhan yang mengganggu
e. sehingga dengan demikian derajat penyakit dapat
dibagi menjadi ringan intermitten, moderate-
severe intermitten, ringan persisten, dan moderate-
severe persisten
5. Diagnosis Kerja Rinitis alergi (J30.9)
6. Diagnosis Banding 1. Rinitis vasomotor
2. Rhinitis hormonal
3. Drug induced rhinitis
4. Nasal polyposis
5. Tumor
6. Granuloma
7. Faktor mekanik : deviasi septum dan atresia khoana
7. Pemeriksaan Penunjang  Darah tepi: hitung jenis eosinofil meningkat, hitung
total eosinofil meningkat
 Foto sinus paranasalis (usia 4 tahun ke atas).
8. Tata Laksana :  Hindari alergen
 Medikamentosa:
1. Antihistamin H1 generasi 2, misalnya cetirizine
(0,25 mg/kg/kali; 1 kali/hari untuk anak usia > 2
tahun, 2 kali/hari untuk anak usia 6 bulan – 2
tahun).
2. Dekongestan: pseudoefedrin 1 mg/kg/kali, diberikan
3 kali sehari.
3. Metilprednisolon 1 mg/kg/hari dibagi 3 dosis, paling
lama 7 hari.
 Tindakan bedah. Tindakan bedah hanya dilakukan pada
kasus-kasus selektif misalnya sinusitis dengan air-fluid
level atau deviasi septum nasi
9. Edukasi : Komunikasi dengan pasien dan orangtua diperlukan agar
(Hospital Health Promotion) pemeriksaan berkala dilakukan dan pemberian obat dapat
disesuaikan dengan fluktuasi gejala.
Pada gejala yang menetap dan berat, diperlukan penilaian
menyeluruh dan tatalaksana lanjut, antara lain imunoterapi.
10. Prognosis Dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens Tingkat evidens Ia untuk terapi
12. Tingkat Rekomendasi Rekomendasi A untuk terapi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Kekambuhan berkurang
15. Lama hari rawat -
16. Kepustakaan 1. PPK IKA FKUI 2015
2. Buku ajar alergi-imunologi anak. Jakarta: BP-
IDAI;1996.
3. Asthma and rhinitis Edisi ke-2. Oxford: Blackwell
Science;2000
4. An update practice parameter. J Allergy Clinical
Immunology 2008;1:1-83.
5. Use of antihistamines in pediatrics. J Investig Allergol
Clin Immunol 2007;17:28-40.
CLINICAL PATHWAY
Nama Pasien BB Kg
Jenis Kelamin TB Cm
Tanggal Lahir Tgl Masuk
Diagnosis Masuk RS Tgl.Keluar
Penyakit Utama Kode ICD : J30.9
Rencana Rawat
Komplikasi Kode ICD: /
R.Rawat/Klas
Tindakan Kode ICD: Ya/Yidak
Rujukan
Dietary Counseling and Survaillance

HARI PENYAKIT
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 KETERANGAN

1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL Anamnesa
MEDIS Pemeriksaan fisik
ASESMEN AWAL
KEPERAWATAN
2. LABORATORIU Darah
M
Uji kulit
3. RADIOLOGI/ Foto sinus paranasalis
IMAGING
4. KONSULTASI THT – KL bila ada komplikasi
5. ASESMEN LANJUTAN
a. ASESMEN Anamnesa
MEDIS Pemeriksaan penunjang
b. ASESMEN
KEPERAWATA
N
c. ASESMEN GIZI
d. ASESMEN
FARMASI
6. DIAGNOSIS
a. DIAGNISIS Rhinitis alergi
MEDIS
b. DIAGNOSIS
KEPERAWATA
N
c. DIAGNOSIS
GIZI
7. DISCHARGE
PLANNING
8. EDUKASI TERINTEGRASI

a. EDUKASI / a) Penjelasan diagnosis


INFORMASI
MEDIS b) Rencana terapi
c) Informed consent
b. EDUKASI &
KONSELING
GIZI
c. EDUKASI
KEPERAWATA
N
d. EDUKASI
FARMASI
PENGISIAN
FORMULIR
INFORMASI DAN
EDUKASI
TERINTEGRASI
9. TERAPI MEDIKA MENTOSA
a. CAIRAN INFUS Dekstrosa 5% 0,225 NaCl 0,9%
atau dekstrosa 5% 0,45 NaCl
0,9% sesuai kebutuhan cairan
harian
b. OBAT ORAL Antihistamin H1 generasi ke-2
Dekongestan
Kortikosteroid intranasal
Kortikosteroid oral

10. TATA LAKSANA / INTERVENSI(TLI)


a. TLI MEDIS Terapi rhinitis alergi
b. TLI
KEPERAWAT
AN
c. TLI GIZI De
d. TLI FARMASI
11. MONITORING DAN EVALUASI (Monitoring Perkembangan Pasien)
a. DOKTER DPJP Berkurangnya gejala klinis dan
kekambuhan
b. KEPERAWATAN

c. GIZI Monitoring asupan makanan


Monitoring antropometri
Monitoring Biokimia
Monitoring fisik / klinis terkait gizi
12. MOBILISASI /REHABILITASI
a. MEDIS
b. KEPERAWAT
AN
c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME / HASIL
a. MEDIS Kekambuhan berkurang

b. KEPERAWAT
AN
c. GIZI

d. FARMASI

14. KRITERIA Umum


PULANG
Khusus
15. RENCANA
PULANG/ Anjurkan untuk kontrol berkala dan
EDUKASI mengajarkan cara pemakaian obat
PELAYANAN semprot hidung.
LANJUTAN
VARIAN

Bajawa,.............................

Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat peanggung Jawab Pelaksana Verifikasi

( ) ( ) ( )

Keterangan,

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan

Anda mungkin juga menyukai