Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

ANAFILAKSIS (T78.2)
1. Pengertian (definisi) Anafilaksis adalah sindrom klinis sistemik yang terjadi sangat akut dan mengancam
nyawa. Anafilaksis terjadi akibat pelepasan masif mediator inflamasi dari sel mast
dan basofil sesudah pajanan alergen pada individu yang sudah tersensitisasi.
2. Anamnesis Harus didapatkan data tentang: (Lieberman, 2015)
1. Apakah ada manifestasi kulit (gatal, kemerahan, bentol, atau bengkak pada
kelopak mata dan bibir)
2. Apakah ada tanda sumbatan jalan napas atas atau bawah (napas tersumbat, suara
serak, sesak, mengi)
3. Apakah ada gejala saluran cerna (muah, muntah, diare)
4. Apakah ada gejala pingsan, mendadak tidak sadar atau gelisah, atau badan dingin
5. Gejala muncul mendadak setelah pajanan alergen.
6. Awitan dalam beberapa menit sesudah pajanan, dapat sangat singkat, bertahan
lama atau bifasik. Rekurensi dapat terjadi beberapa jam setelah sebelumnya
membaik dengan pengobatan.
7. Pasien sudah pernah terpajan dengan alergen tersebut sebelumnya, baik dengan
rute, dosis dan indikasi yang sama atau berbeda dengan pajanan terakhir.
8. Perlu identifikasi:
a. Riwayat penyakit alergi serta obat-obatan yang digunakan sebelumnya.
b. Gejala yang mirip dengan episode sakit ini tetapi lebih ringan sebelumnya
c. Alergen yang sudah diidentifikasi (makanan, obat-obatan,sengatan serangga,
bahan kimia, lateks)
d. Pencetus non-imunologis (panas atau dingin yang ekstrim, aktivitas fisik
terutama setelah makan, obat- obatan (opioid), dan sinar matahari/radiasi
ultraviolet.
9. Riwayat atopi pada pasien atau keluarga
3. Pemeriksaan Fisik 1. Saluran napas: sesak, disertai mata berair, rinore, bersin, hidung tersumbat, edema
uvula, suara parau, disfonia, stridor, takipneu, dan mengi.
2. Saluran cerna: nyeri perut kram, muntah dan diare.
3. Kulit dan mukosa: urtikaria, kemerahan, edema kelopak mata,bibir,lidah atau
uvula.
4. Kardiovaskular: takikardia hingga nadi tidak teraba, aritmia, hipotensi dan
sinkop.
5. Dapat timbul kejang.
6. Syok, edema jalan napas atas, dan obstruksi bronkial merupakan gambaran
klinis yang mengancam nyawa.
4. Kriteria Diagnosis Salah satu dari 3 kriteria berikut:
1. Onset akut keterlibatan kulit, jaringan mukosa, atau keduanya (contohnya:
pruritus, kemerahan, bengkak pada bibir-lidah-uvula) DAN minimal 1 dari hal
berikut :
a. Gejala respirasi (dyspnea, wheezing, bronkospasme, stridor, hipoksemia).
b. Penurunan tekanan darah atau gejala yang berhubungan dengan disfungsi
end-organ (hipotonia, sinkop, inkontinensia).
2. Dua atau lebih kriteria berikut ini yang terjadi secara cepat setelah pajanan
alergen :
a. Keterlibatan jaringan kulit-mukosa (bengkak, gatal, dan kemerahan pada
bibir-lidah-uvula).
b. Gejala respirasi (dyspnea, wheezing, bronkospasme, stridor, hipoksemia)
c. Penurunan tekanan darah atau gejala yang berhubungan dengan disfungsi
end-organ (hipotonia, sinkop, inkontinensia)
d. Gejala persisten saluran cerna (kram abdomen, muntah)
3. Penurunan tekanan darah setelah pajanan opamine yang diketahui
sebelumnya.
5. Diagnosis Kerja Anafilaksis (T78.2)
6. Diagnosis Banding 1. Obstruksi jalan napas karena benda asing
2. Heat stroke
3. Sinkop
4. Bila manifestasi berupa syok, bedakan dengan syok akibat penyebab lain
5. Disfungsi pita suara
6. Serangan panik
7. Refleks vasovagal
8. Flushing episode pada penggunaan obat-obat tertentu, alkohol, tumor
gastrointestinal, tumor tiroid, pheochromocytoma, hiperglikemia, red man
syndrome, sindrom post prandial. Flushing shyndrome mirip seperti sun burn.
7. Pemeriksaan - Darah rutin
Penunjang - Pulse oxymetri
- AGD dan elektrolit bila didapatkan tanda gagal nafas
8. Tata Laksana : Prinsip tatalaksana anafilaksis harus dilakukan segera dan simultan antara terapi dan
evaluasi:
1. Perawatan umum (airway, breathing, circulation)
a. Hentikan atau hindarkan pajanan
b. Bebaskan jalan nafas
c. Evaluasi nadi dan tekanan darah
d. Pasien dibaringkan dengan tungkai lebih tinggi
e. Oksigen nasal kanul 2L/menit
f. Pasang tourniquet di proksimal sengatan apabila penyebabnya sengatan
serangga dan buka torniquet setiap 10-15 menit
g. Semua perawatan umum harus diberikan secara simultan dengan
pemberian epinefrin
2. Epinefrin/adrenalin 1:1000, dosis 0,01 mg/kgbb/kali, (dosis maksimal 0,3
mg/kali) intramuskular di anterolateral paha, 1/3 medial. Dosis yang sama
dapat diulang dengan jarak 5-15 menit sampai 2-3 kali bila masih didapatkan
anafilaksis setelah pemberian epinefrin sebelumnya.
3. Obat lain diberikan setelah pasien stabil dengan epinefrin:
a. Infus kristaloid 20-30 mL/kgbb dalam 1 jam pertama
b. Salbutamol nebulisasi (dosis 0,1mL/kgbb/kali dalam NaCl 0,9%) tiap 8
jam, selama 3-7 hari, bila masih terdapat wheezing setelah pemberian
nebulisasi
c. Difenhidramin 1 mg/kgbb/kali (dosis maksimal 50 mg/kali)
intramuskular atau intravena diberikan setiap 4-6 jam selama 3-7 hari
d. Ranitidin 1 mg/kgbb/kali intravena tiap 8 jam, selama 3-7 hari, hanya
diberikan bersama dengan difenhidramin
e. Metilprednisolon 1-2 mg/kgbb/hari intravena tiap 8-12 jam, selama 3-7
hari
f. Observasi kemungkinan anafilaksis bifasik
1. Edukasi : 1. Diagnosis penyakit, penyebab, tata laksana, komplikasi, dan prognosis.
(Hospital Health 2. Bahan yang menyebabkan anafilaksis wajib dihindari.
Promotion) 3. Bila penyebabnya aktivitas, bila berolahraga harus ada pendamping.
4. Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengenali tanda-tanda anafilaksis dan
penanganan awal.
2. Prognosis Dubia ad bonam

3. Tingkat Evidens Tingkat evidens Ia untuk terapi


4. Tingkat Rekomendasi Rekomendasi A untuk terapi
5. Penelaah Kritis
6. Indikator Syok dan serangan akut teratasi teratasi. Membaik.
7. Lama hari rawat 3 – 7 hari (dapat lebih lama bila alergi berulang)
8. Kepustakaan 1. Emergency treatment of anaphylactic reactions, guidelines for healthcare provider
Working Group of The Resuscitation Council(UK). 2008.
2. Pediatric anaphylaxis. 2007.
3. Anaphylaxis and emergency treatment. 2003.
4. Anaphylaxis: an overview of assessment and management.2010.

CLINICAL PATHWAY
Nama Pasien BB Kg
Jenis Kelamin TB Cm
Tanggal Lahir Tgl Masuk
Diagnosis Masuk RS Syok Anafilaksis Tgl.Keluar
Penyakit Utama Syok Anafilaksis Kode ICD : T78.2
Rencana Rawat
Komplikasi Kode ICD: /
R.Rawat/Klas
Tindakan Kode ICD: Ya/Yidak
Rujukan
Dietary Counseling and Survaillance

HARI PENYAKIT
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 KETERANGAN

1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL Anamnesis
MEDIS Pemeriksaan Fisik
ASESMEN AWAL Perawat primer:
KEPERAWATAN Kondisi umum
Tingkat kesadaran
Tanda –tanda vital
Riwayat alergi
Skrining gizi
Risiko jatuh
Risiko decubitus
Kebutuhan edukasi dan budaya.
2. LABORATORIU Darah rutin
M
GDS
Serum triptase
3. RADIOLOGI/
IMAGING
4. KONSULTASI Dokter spesialis anak
5. ASESMEN LANJUTAN
a. ASESMEN Anamnesis
MEDIS
Pemeriksaan penunjang
b. ASESMEN Perawat primer:
KEPERAWATA Kondisi umum
N Tingkat kesadaran
Tanda –tanda vital
Riwayat alergi
Skrining gizi
Risiko jatuh
Risiko decubitus
Kebutuhan edukasi dan budaya
c. ASESMEN GIZI Melakukan pengkajian antropometri,
biokimia, fisik, klinis dan asupan
makanan
d. ASESMEN
FARMASI
6. DIAGNOSIS Syok Anafilaksis
a. DIAGNISIS Syok Anafilaksis
MEDIS
b. DIAGNOSIS
KEPERAWATA
N
d. DIAGNOSIS Prediksi suboptimal asupan inadekuat
GIZI
Persentasi capaian asupan
7. DISCHARGE
PLANNING
8. EDUKASI TERINTEGRASI
a. EDUKASI / Penjelasan diagnosis
INFORMASI Rencana terapi
MEDIS Informed consent
d. EDUKASI & Pemberian kalori dan protein sesuai
KONSELING Recommended Daily Allowance (RDA)
GIZI
f. EDUKASI
KEPERAWATA
N
h. EDUKASI
FARMASI
PENGISIAN
FORMULIR
INFORMASI DAN
EDUKASI
TERINTEGRASI
9. TERAPI MEDIKA MENTOSA
a. CAIRAN INFUS RL atau NaCl 0.9% sesuai kebutuhan
cairan. Hipotensi pesisten diberikan
bolus infus kristaloid 20-30 ml/kg
dalam 1 jam pertama
Cairan lainnya
c. INJEKSI Epinefrin konsentrasi 1:1000 dengan
dosis 0,01 mL/kg maksimal 0,3 ml
per kali disuntikkan intramuskular di
daerah mid-anterolateral paha. Dosis
yang sama dapat diulangi dengan
jarak 5-15 menit sampai 2–3 kali.
Antihistamin : Difenhidramin 1-2
mg/kg maksimal 50 mg dapat
disuntikkan intramuskular atau
intravena. Bila diberikan intravena
maka harus diberikan secara infus
selama 5-10 menit untuk
menghindari hipotensi.
Steroid: Bila diberikan segera setelah
kegawatan teratasi dapat mencegah
anafilaksis bifasik. Metilprednisolon
dosis 1-2 mg/kg diberikan secara
intravena setiap 4-6 jam.
Bila hipotensi berlanjut perlu
diberikan dopamin atau epinefrin
g. OBAT ORAL

i. LAIN-LAIN Oksigen dengan kanul atau sungkup


sesuai klinis
Nebulisasi beta 2 agonis 0,1
mg/kgBB/kali + NaCl 0,9% sampai 4 ml
tiap 6 jam (bila mengi)
10. TATA LAKSANA / INTERVENSI(TLI)
a. TLI MEDIS

c. TLI
KEPERAWAT
AN
e. TLI GIZI
f. TLI FARMASI
11. MONITORING DAN EVALUASI (Monitoring Perkembangan Pasien)
a. DOKTER DPJP
b. KEPERAWATAN

c. GIZI Monitoring asupan makanan


Monitoring antropometri
Monitoring Biokimia
Monitoring fisik / klinis terkait gizi
12. MOBILISASI /REHABILITASI
a. MEDIS
b. KEPERAWAT
AN
c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME / HASIL
a. MEDIS Gejala dan tanda syok menghilang
Klinis membaik
c. KEPERAWAT
AN
e. GIZI

g. FARMASI

14. KRITERIA Umum


PULANG
Khusus
15. RENCANA
PULANG/
EDUKASI
PELAYANAN
LANJUTAN
VARIAN

Bajawa,.............................

Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat peanggung Jawab Pelaksana Verifikasi

( ) ( ) ( )

Keterangan,

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS

JUDUL
1. Pengertian (definisi)
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Tata Laksana :
9. Edukasi :
(Hospital Health Promotion)
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator
15. Kepustakaan
CLINICAL PATHWAY
Nama Pasien BB Kg
Jenis Kelamin TB Cm
Tanggal Lahir Tgl Masuk
Diagnosis Masuk RS Tgl.Keluar
Penyakit Utama Kode ICD :
Rencana Rawat
Komplikasi Kode ICD: /
R.Rawat/Klas
Tindakan Kode ICD: Ya/Yidak
Rujukan
Dietary Counseling and Survaillance

HARI PENYAKIT
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 KETERANGAN

16. ASESMEN AWAL


ASESMEN AWAL
MEDIS
ASESMEN AWAL
KEPERAWATAN
17. LABORATORIU
M

18. RADIOLOGI/
IMAGING
19. KONSULTASI
20. ASESMEN LANJUTAN
e. ASESMEN
MEDIS
f. ASESMEN
KEPERAWATA
N
g. ASESMEN GIZI
h. ASESMEN
FARMASI
21. DIAGNOSIS
g. DIAGNISIS
MEDIS
h. DIAGNOSIS
KEPERAWATA
N
j. DIAGNOSIS
GIZI
22. DISCHARGE
PLANNING
23. EDUKASI TERINTEGRASI

j. EDUKASI /
INFORMASI
MEDIS
l. EDUKASI &
KONSELING
GIZI
n. EDUKASI
KEPERAWATA
N
p. EDUKASI
FARMASI
PENGISIAN
FORMULIR
INFORMASI DAN
EDUKASI
TERINTEGRASI
24. TERAPI MEDIKA MENTOSA
j. CAIRAN INFUS

l. OBAT ORAL

25. TATA LAKSANA / INTERVENSI(TLI)


h. TLI MEDIS

j. TLI
KEPERAWAT
AN
l. TLI GIZI
m. TLI FARMASI
26. MONITORING DAN EVALUASI (Monitoring Perkembangan Pasien)
b. DOKTER DPJP
b. KEPERAWATAN

d. GIZI Monitoring asupan makanan


Monitoring antropometri
Monitoring Biokimia
Monitoring fisik / klinis terkait gizi
27. MOBILISASI /REHABILITASI
d. MEDIS
e. KEPERAWAT
AN
f. FISIOTERAPI
28. OUTCOME / HASIL
l. MEDIS

n. KEPERAWAT
AN
p. GIZI

r. FARMASI

29. KRITERIA Umum


PULANG
Khusus
30. RENCANA
PULANG/
EDUKASI
PELAYANAN
LANJUTAN
VARIAN

Bajawa,.............................
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat peanggung Jawab Pelaksana Verifikasi

( ) ( ) ( )

Keterangan,

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan

Anda mungkin juga menyukai