Anda di halaman 1dari 29

Syok Anafilaktik

Alexander Siagian Lab. Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unjani/Rumkit Dustira Cimahi

Sejarah
Portier & Richet pertama kali menggunakan istilah anaphylaxis (1902): Dosis kedua vaksinasi toksin anemon laut menyebabkan kematian anjing. Asal kata bhs Yunani: ana - (melawan) & phylaxis (menjaga, melindungi, kekebalan).

Anafilaksis
Suatu keadaan emergensi medikal. Reaksi multiorgan akut, berpotensi fatal Disebabkan reaksi alergi hipersensitivitas tipe I: penglepasan mediator kimiawi dari sel mast dan basofil. Mekanisme imunologis: sentisisasi awal terhadap alergen dan pemaparan berulang.

Epidemiologi
Insidensi 4 5/ 100.000, risiko 0,5 2% seumur hidup. Risiko lebih tinggi pada orang muda & wanita. Angka kematian: AS: 2,4/ 1000; UK: 0,33/ 1000 Australia: 0,64/ 1000 Penyebab kematian tersering: obat2an.

Pencetus
Gigitan serangga, makanan, obat-obatan & karet lateks. Makanan: kacang-kacangan, gandum, kenari, kerang, ikan, susu & telur. Obat: antibiotik (khususnya laktam), aspirin, ibuprofen & beberapa analgesik lainnya.

Reaksi anafilaktoid
Terjadi pada paparan pertama. Terutama terjadi akibat reaksi toksik (degranulasi sel mast), bukannya mekanisme sistem imun. Contoh: polimiksin, morfin, zat kontras & beberapa obat lainnya.

Imunologis vs Nonimunologis
Secara tradisional, anafilaksis adalah IgEmediated & anafilaktoid adalah non IgE (secara klinis tak dapat dibedakan). Rekomendasi World Allergy Organization: - anafilaksis imunologis (IgE-mediated and nonIgE-mediated [mis, IgG & immune complex complementmediated]) - anafilaksis nonimunologis.

Sistem organ yang terkena


Kulit (80-90 %), pernapasan (70 %), kardiovaskular (10-45 %) & gastrointestinal (30-45 %). Kulit: urtikaria & angioedema Respirasi: bronkokonstriksi berat (adanya wheezing atau stridor) gangguan pernapasan.

Syok anafilaktik
Anafilaksis yang disertai hipotensi Diakibatkan baik oleh vasodilatasi sistemik maupun spasme A. koronaria. Umumnya disertai nadi > Refleks Bezold-Jarisch (10% kasus): nadi < Dapat mengakibatkan pusing dan penurunan kesadaran Disertai bronkokonstriksi berat (adanya wheezing atau stridor) gangguan pernapasan.

Diagnosis
1. gejala timbul beberapa menit hingga beberapa jam setelah terpajan alergen, dengan gejala pada kulit (seperti urtikaria & gatal-gatal), mukosa (pembengkakan bibir, lidah & uvula), atau keduanya, ditambah - gangguan pernapasan, dan/atau - penurunan tekanan darah.

Diagnosis (lanj)
2. dua atau lebih gejala berikut timbul dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah terpapar alergen: a. gejala dermatologis; b. gangguan pernapasan; c. hipotensi; d. gejala gastrointestinal (kram abdomen, diare, dan muntah-muntah).

Diagnosis (lanj)
3. terjadinya hipotensi dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah terpapar alergen. (Diagnosis ditegakkan dengan salah satu atau lebih gejala di atas)

Pemeriksaan penunjang
Penegakkan diagnosis secara klinis, pemeriksaan penunjang tidak selalu memungkinkan dilakukan dalam keadaan emergensi. Pemeriksaan triptase, yang dihasilkan oleh sel mast. Uji alergi kulit (skin test) atau uji darah RAST kadang dapat mengidentifikasi penyebabnya.

Diagnosis banding
Serangan asma akut: hipotensi (-), gatal2 (-), urtikaria (-), edema mukosa (-), nyeri abdomen (-). Ansietas/panik: hipotensi (-), gatal2 (-), urtikaria (-), edema mukosa (-), Sinkop: gatal2 (-), urtikaria (-), edema mukosa (-), nyeri abdomen (-).

Penatalaksanaan dasar (rekomendasi WAO 2011)


Langkah awal: 1. Protap tertulis harus tersedia. 2. Hentikan pemberian obat/makanan yang dicurigai bila sedang diberikan. 3. Nilai adanya obstruksi jalan napas (stridor dan/atau wheezing), cek nadi & TD. Tentukan kesadaran, lihat kulit, hitung perkiraan berat badan.

Penatalaksanaan dasar (rekomendasi WAO 2011)


Segera dan secara simultan: 4. Panggil bantuan (bila memungkinkan). 5. Epinefrin 0,01 mg/ kg BB IM di midanterolateral paha, maks 0,5 mg (dewasa) atau 0,3 mg (anak). Evaluasi 5 15 menit, ulang bila perlu. 6. Posisi terlentang dengan kaki lebih tinggi daripada kepala. Longgarkan pakaian.

Penatalaksanaan dasar (rekomendasi WAO 2011)


Bila ada indikasi: 7. Oksigen suplemen 6 8 L/menit. 8. Pasang jalur IV, resusitasi cairan: bolus 1 2 L kristaloid (NaCl/RL) dalam 5-10 menit, hingga sistolik > 90 mmHg. 7. RJP atas indikasi. Sebagai tambahan: 10. Monitoring TD, N, R, EKG, SpO2 secara kontinu.

Epinefrin
Vasokonstriktor yang mengaktivasi reseptor alfa. Efek samping: tremor, cemas, palpitasi, nyeri kepala, aritmia ventrikel, stroke, krisis hipertensi & edema paru.

Epinefrin
Sediaan: 1 ampul @ 1 cc larutan 1 : 1.000 (1 mg/cc). Untuk IV: diencerkan menjadi 1 : 10.000 (0,1 mg/cc) atau 1 : 100.000 (0,01 mg/cc). Epinefrin 0,05 - 0,1 mg IV (5% - 10% dosis henti jantung) bila sudah ada jalur IV. Infus epinefrin kontinu (5 - 15 mcg/m) lebih baik daripada IV, IM, atau SC.

Adjuvan
Antihistamine-H1 mis. klorfeniramin 10 mg (dewasa), 2,5 5 mg (anak), difenhidramin 25 50 mg (dewasa) (1 mg/kg BB) maks 50 mg (anak) Nebulisasi dengan agonis 2-adrenergic, mis. salbutamol (albuterol) 2,5 mg/3 cc atau 5 mg/3 cc (dewasa), (2.5 mg/3 cc [anak])

Adjuvan
Glukokortikoid, mis. hidrokortison 200 mg (dewasa), maks 100 mg (anak); metilprednisolon 50 100 mg (dewasa); 1mg/kg BB, maks 50 mg (anak) Antihistamin-H2 mis. ranitidin 50 mg (dewasa) atau 1 mg/kg BB, maks 50 mg (anak)

Penatalaksanaan tambahan
Pemasangan jalan napas definitif (intubasi/surgikal) perlu dipertimbangkan, sebaiknya dilakukan oleh tenaga ahli di RS rujukan. Pasien harus segera dirujuk ke RS setelah kondisi stabil.

Observasi
Anafilaiksis bifasik: kejadian berulang dalam 1 72 jam tanpa terpajan alergen. Insidensi: 20% kasus (beberapa studi) Paling sering dalam 8 jam. Observasi di RS 2 - 24 jam setelah keadaan kembali normal.

Prognosis
Prognosis baik, bila penyebab diketahui dan segera bertindak. Meskipun penyebab tidak diketahui, bila segera diberikan obat-obatan umumnya baik.

Kepustakaan
1. Simons, FE; World Allergy, Organization (2010 May). "World Allergy Organization survey on global availability of essentials for the assessment and management of anaphylaxis by allergy-immunology specialists in health care settings.". Annals of allergy, asthma & immunology : official publication of the American College of Allergy, Asthma, & Immunology 104 (5): 40512.

Kepustakaan
2. Tintinalli, Judith E. (2010). Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide (Emergency Medicine (Tintinalli)). New York: McGraw-Hill Companies. pp. 177 182.

Kepustakaan
3. Simons FE (October 2009). "Anaphylaxis: Recent advances in assessment and treatment". J. Allergy Clin. Immunol. 124 (4): 62536; quiz 6378.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai