PE M B IMB ING:
D R . WA H YU W I DJANA RKO S P. JP
D R . R I R I N FAUJI YA H S P. JP.
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
PENDAHULUAN
ST elevation myocardial infarction (STEMI) merupakan salah
satu spektrum sindroma koroner akut (SKA) yang paling
berat (Kumar dan Canon, 2009).
Pada pasien STEMI, terjadi penurunan aliran darah koroner
secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak
aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Trombus arteri
koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler. Injuri
vaskuler dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok,
hipertensi, dan akumulasi lipid (Alwi, 2014).
Epidemiologi
kejadian STEMI sekitar 25-40% dari infark miokard, yang dirawat di
rumah sakit sekitar 5-6% dan mortalitas 1 tahunnya sekitar 7-18%
(O’Gara et al., 2013).
Sekitar 865.000 penduduk Amerika menderita infark miokard akut per
tahun dan sepertiganya menderita STEMI (Yang et al., 2008).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2012
penyakit kardiovaskuler lebih banyak menyebabkan kematian daripada
penyakit lainnya. Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu
penyakit kardiovaskuler terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit
negara-negara industri (Antman dan Braunwald, 2010).
ANATOMI
Cabang – cabang arteri Koronaria dekster sebagi berikut
◦ Rami Marginalis: memperdarahi atrium dekster dan ventrikulus
dekster
◦ Rami Interventrikularis (desenden )Posterior : memperdarahi 2
dinding belakang ventrikel,epikardium,atrium dekstra dan SA
node
Cabang – cabang dari arteri koronaria sinister :
◦ Rami interventrikularis ( desenden ) Anterior : meperdarahi
ventrikel dekstra dan sinistra
◦ Rami sirkumfleksa : memperdarahi bagian belakang bawah
ventrikel sinistra dan atrium sinistra
(Raden, 2010)
Saraf simpatis
1. Berasal dari ganglion cervicalis (superior,media dan inferior) nervus
cardiacus thoracis (superior,media dan inferior)
2. Mempengaruhi kerja otot ventrikel,atrium dan arteri koronaria
3. saraf simpatis menghasilkan akselerasi jantung, meningkatnya daya
kontraksi jantung dan dilatasi arteria koronaria
Saraf parasimpatis
1. Berasal dari nervus vagus (X) plexus cardiacus
2. Mempengaruhi SA node, atrio-ventrikular, ventrikel kiri dan serabut-
serabut otot atrium
3. Saraf parasimpatis mengakibatkan berkurangnya denyut dan daya
kontraksi jantung dan konstriksi arteria koronaria
(Snell, 2006)
DEFINISI
Infark Miokard Akut (IMA) merupakan gangguan aliran darah ke jantung
yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di pembuluh
darah terhenti setelah terjadi sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah
kecil aliran kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya. Daerah otot di
sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat aliran darah atau alirannya
sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot
jantung, dikatakan mengalami infark
Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST Elevation Myocardial
Infarct) merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA)
yang terdiri atas angina pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST, dan
IMA dengan elevasi ST
(Sudoyo, 2009).
FAKTOR RESIKO
Faktor Resiko Aterosklerosis Koroner
Tidak Dapat Diubah
- Usia (laki-laki > 45 tahun; perempuan >55 tahun atau menopause prematur
tanpa terapi pengganti esterogen)
- Riwayat CAD pada keluarga (MI pada ayah atau saudara laki-laki sebelum usia
55 tahun atau pada ibu atau saudara perempuan sebelum usia 65 tahun)
Dapat Diubah
- Hiperlipidemia (LDL-C): batas atas, 130-159 mg/dL; tinggi > 160 mg/dL
- HDL-C rendah: <40 mg/dL
- Hipertensi (> 140/90 mmHg atau pada obat antihipertensi)
- Merokok sigaret
- Diabetes melitus (bergantung-insulin atau tidak bergantung-insulin)
- Obesitas, terutama abdominal
- Ketidakaktifan fisik
- Hiperhomosisteinemia (> 16 µmol/L
dada.
Berdasarkan PERKI 2018
Diagnosis kerja Infark miokard harus telah di buat berdasarkan
- riwayat nyeri dada yang berlangsung 20 menit atau lebih, dan tidak
membaik dengan pemberian nitrogliserin.
- Adanya riwayat PJK dan penjalaran nyeri ke leher, rahang wajah, atau
lengan kanan.
Diagnosis IMA EST perlu di buat segera selambat lambatnya 10 menit
dari saat pasien tiba.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
ELEKTROKARDIOGRAFI
STEMI
Elevasi Segmen ST pada 2 lead yg berhubungan
≥0.25 mV Pada laki-laki dibawah 40th
≥0.2 mV pada laki-laki diatas 40th, or ≥0.15
mV pada wanita di lead V2–V3 dan/atau
≥0.1 mV pada lead lainnya
NSTEMI/UAP
ESC Guidelines for the management of acute myocardial infarction in patients presenting with ST-segment elevation. 2011.
CARDIAC MARKER
ESC Guidelines for the management of Acute Coronary Syndrome in patients without persistent ST Elevation.2012
Angiography Coroner
TATALAKSANA
Tindakan Umum & Langkah
Awal
Tirah Baring (Kelas 1C)
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.2015
24
TATALAKSANA
DENGAN
FIBRINOLITIK
Terapi Fibrinolitik
Merupakan strategi reperfusi yang penting terutama di layanan medis
yang tidk dapat melakukan IKP paa STEMI dalam waktu yang disarankan
Direkomendasikan diberikan dalam 12 jam sejak awitan gejala pada
pasien pasien tanpa kontraindikasi apabila IKP primer tidak bisa
dilakukan oleh tim yang berpengalaman dalam 120 menit sejak kontak
medis pertama
Agen yang spesifik terhadap fibrin (tenecteplase, alteptase, reteplase)
lebih disarankan gibandingkan agen yang tidak spesifik terhadap fibrin
(streptokinase)
Antikoagulan direkomendasikan pada pasien STEMI yang diobati
dengan fibrinolitik sampai revaskularisasi (bila dilakukan) atau selama
dirawat di rumah sakit hingga 5 hari
LANGKAH
PEMBERIAN
FIBRINOLITIK PADA
STEMI
KONTRAINDIKASI PEMBERIAN
FIBRINOLITIK
REGIMEN FIBRINOLITIK
UNTUK IMA
KOTERAPI ANTIKOAGULAN
Pasien yang mendapat terapi fibrinolitik sebaiknya mendapat terapi
antikoagulan selama minimal 48 jam dan lebih baik selama rawat inap
sampai maksimum 8 hari (dianjurkan regimen non UFH bila lama terapi
>48 jam)
Pasien STEMI yang tidak mendapatkan terapi reperfusi dapat diberikan
terapi antikoagulan (regimen non UFH) selama rawat inap sampai
maksimum 8 hari pemberian
LMWH atau fondaparinux dengan regimen dosis sama dengan pasien
yang mendapat terapi fibrinolitik
Terapi Jangka Panjang
Kendalikan faktor resiko seperti hipertensi, diabetes, dan terutama merokok dengan
ketat
Terapi anti platelet dengan aspirin dosis rendah (75-100mg) diindikasikan tanpa henti
DAPT (Aspirin dengan penghambat reseptor ADP) diindikasikan hingga 12 bulan
setelah STEMI
Pengobatan oral dengan penyekat beta diindikasikan untuk pasien dengan gagal
ginjal atau disfungsi ventrikel kiri
Profil lipid puasa harus didapatkan pada setiap pasien STEMI sesegera mungkin sejak
dating
Statin intensitas tinggi perlu diberikan atau dilanjutkan segera setelah pasien masuk
rumah sakit bila tidak ada indikasi kontra atau riwayat intoleransi, tanpa memandang
nilai kolesterol inisial.
ACE inhibitor diindikasikan sejak 24 jam untuk pasien-pasien STEMI dengan gagal
ginjal, disfungsi sistolik ventrikel kiri, diabetes, atau infark anterior. Sebagai
alternative dari ACE inhibitor, dpat digunakan ARB
Antagonis Aldosteron diindikasikan bila fraksi ejeksi <= 40% atau terdapat gagal ginjal
atau diabetes, bila tidak ada gagal ginjal atau hiperkalemia.
LAPORAN KASUS
Indentitas Pasien
No RM : 42-12-81
Tanggal : 10 Okt2018
Nama pasien : Tn. Y
Umur : 57 tahun
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Deket Kulon – Deket - Lamongan
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Keluhan Utama
Panas dada
Riwayat Sosial
Merokok (+), Minum alcohol (-), suka makan gorengan (+) Suka makan
makanan asin (+),
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Cukup GCS : 456
Vital sign
TD : 140/80 N : 74 RR : 20 Suhu : 36.2
Kepala Leher
A/I/C/D : -/-/-/- Jvp : FlatKgb : -
Thorak
I : Simetris , retraksi dinding dada (-), Massa (-)
P : gerak dinding dada simetris, nyeri tekan (-) , kuat angkat (-)
P : Sonor , batas paru hepar normal
A : S1S2 tunggal, Vesikular +/+, Wheezing -/- , Rhonki -/- . Murmur (-) , Gallop (-)
Abdomen
I : flat, gerak peristaltik (-) , massa (-) ,
Ekstremitas
HKM, CRT <2 detik, edema (-)
LABORATORIUM
Hasil Laboratorium(10 Oktober 2018)
Darah lengkap
Hemoglobin : 15.1
Eritrosit : 4.920.000 K : 3.83
Leukosi : 14.470 Cl : 107
Hematokrit : 43.2
Trombosit : 254.000 Cardiac Marker (nano)
GDA : 167 Myoglobin : >500.00
Ureum : 23.2 Troponin -1 : 15.07
Kreatinin : 0.72 CKMB : 18.22
OT/PT : 18/12
Na : 128
FOTO THORAX
Bed Rest
Inf RL 14 tpm
Streptase 1,5jt IU
Arixtra 1x2,5mg
ISDN 3x5mg
Aspilet 1x80mg
CPG 1x300
Simvastatin1x20mg
Captopril 3x12,5mg
PLANNING MONITORING
• Keluhan pasien
• Vital sign
•Tanda –tanda perdarahan
• EKG
PLANING EDUKASI
•Menjelaskan tentang penyakit yang dialami pasien yaitu adanya penyakit
jantung koroner yang merupakan adanya sumbatan atau penyempitan pada
pembuluh darah di jantung yang menyebabkan suplai nutrisi ke jaringan
jantung berkurang
•Menjelaskan tentang prognosis dari penyakit pasien yaitu baik apabila segera
dilakukan penanganan.
Cardiac marker Peningkatan nilai enzim di atas 2 kali nilai batas atas
normal menunjukkan ada nekrosis jantung (infark miokard).
Myoglobin : >500.00
Troponin -1 : 15.07
CKMB : 18.22