Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat

memberikan tindakan yang cepat dan tepat pada seseorang atau kelompok

orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya

kecacatan. Upaya peningkatan pelayanan gawat darurat ditujukan untuk

menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat

darurat baik dalam keseharian maupun dalam keadaan bencana.Maka dari

itu, setiap petugas kesehatan harus memiliki kemampuan dalam penanganan

kegawatdaruratan. Untuk memfasilitasi peningkatan pengetahuan dan

kompetensi tenaga kesehatan dalam menangani pasien gawat darurat.

Indonesia merupakan Negara yang rawan bencana gempa, banjir,

tanah longsor, kebakaran dan penyakit menular. Hal tersebut dapat

menyebabkan korban masal yang memerlukan penanggulangan darurat dan

penanganan segera. Sementara itu, sebagai penyebab kematian baik di

Indonesia maupun di Negara-negara maju. Berdasarkan survey kesehatan

rumah tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI Tahun 2001, penyakit

jantung dan pembuluh darah menempati urutan tertinggi sebagai penyebab

kematian di Indonesia (26,4%) angka ini meningkat tajam dari tahun 1992

(9,9%) dan tahun 1995 (19%) . Sehubungan dengan permasalahan tersebut,

setiap perawat harus selalu mampu melakukan pertolongan secara tepat dan

tepat terhadap penderita kegawatdaruratan.Hal tersebutuntuk mencegah

terjadinya kecacatan dan kematian. Setiap perawat harus memiliki

1
kemampuan dan keterampilan yang memadai agar pertolongan yang

diberikan berjalan secara efektif dan efesien.

Cedera bahkan kematian dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan

dapat dialami oleh siapa saja. Bencana nasional seperti gempa bumi di

Kerinci, gempa bumi di Biak sampai terakhir Tsunami di Nangroe Aceh

Darussalam dan Sumatra Utara merupakan contoh bagaimana usibah tak

dapat kita hindari, sehebat apapun upaya kita untuk menghadapainya. Upaya

rasional yang efektif adaalh meminimalkan dampak yang mungkin timbul

akibat bencana/cedera. Kematian memang milik Tuhan Yang Maha Esa,

akan tetapi kematian karena sumbatan jalan napas, gangguan ventilasi paru,

dan pendarahan, seharusnya dapat kita cegah.

Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) menjadi solusi

terpilih terbaik untuk member bantuan bagi seseorang dengan criteria “gawat

darurat” (Pusponegoro) tahun 2005 menyatakan bahwa suatu system yang

baik akan tercermin dari waktu tanggap (Respon Time) sesaat setelah cedera

terjadi. Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat itu

tergantung kepada :

- Kecepatan ditemukannya penderita

- Kecepatan meminta bantuan pertolongan

- Kecepatan dan ketepatan bantuan yang diberikan

Melihat ketiga factor tersebut dapat dimengerti bahwa pertolongan

pertama di tempat kejadian (On the Spot) sebaiknya dilakukan oleh penolong

yang memahami prinsip resusitasi dan stabilisasi, ekstriksi dan evakuasi,

serta cara tranpsortasi penderita dengan benar.

Kedudukan tenaga kesehatan di dalam SPGDT memiliki posisi sangat

strategis. Kondisi penderita yang membutuhkan jalan napas yang bersih,

2
ventilasi paru adequate, dan terhindar dari pendarahan serta terlindungi dari

kecacatan menjdai poin penting bahwa seorang penolong pertama harus

mempunyai dasar keilmuan yang memandai tentang keterampialn

Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD). Kurikulum Program

Pendidikan Ners atau Bidan yang sekarang diterapkan, juga dapat

memudahkan mereka jika mengikuti pelatihan mengenai PPGD.

Pelatihan BTCLS (Basic Trauma and Cardiac Life Support)

merupakan salah satu bentuk kurikulum pelatihan berstandar nasional bagi

tenaga kesehatan yang mengenai teknik bantuan pertolongan untuk

penderita gawat darurat. Pelatihan ini menyediakan suatu metode yang

dipercaya dalam penanganan kasus trauma dan pengetahuan dasar kepada

pesertanya dengan cara :

1. Menilai kondisi pasien dengan cepat dan teliti

2. Resusitasi dan stabilisasi pasien menurut prioritas

3. Menentukan tindakan jika kebutuhan pasien melebihi sesuatu

kemampuan fasilitas

4. Transfer pasien sesuai dengan kebutuhan

5. Pastikan penanganan yang diberikan optimal

Pelatihan BTCLS adalah pelatihan yang sangat penting sekali bagi

seorang perawat maupun tenaga medis lainnya terutama dalam menangani

kasus Gawat Darurat, kaena jika tim medis tidak dapat menangani kasus

gawat darurat secara cepat dan tepat akan mengakibatkan hal yang sangat

fatal bagi pasiennya.

Untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam memberikan

pelayanan terhadap penderita gawat darurat trauma dan kardiovaskuler,

maka Balai Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Paru (BP4)

3
Pamekasan bekerja sama dengan Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118

Jakarta dan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan telah

menyelenggarakan pelatihan BTCLS (Basic Trauma and Cardiac Life

Support) bagi perawat khususnya seluruh perawat Balai Pemberantasan dan

Pencegahan Penyakit Paru (BP4) Pamekasan dan perawat di sarana

kesehatan lainnya, umumnya.

1.2 Tujuan

A. Tujuan Umum

Menyelenggarakan pelatihan dalam kegawatdaruratan secara

professional dengan mengedepankan aspek legalitas dan nilai jual dalam

rangka menciptakan lulusan pelatihan yang kompeten.

B. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pemahaman dan kompetensi tenaga kesehatan dalam

penanganan kasus kegawatdaruratan untuk mengurangi tingkat

kematian dan mencegah terjadinya kecacatan.

2. Menganalisa kebutuhan organisasi SPGDT dalam pelayanan gawat

darurat sehari-hari dan pelayanan gawat darurat dalam bencana di

wilayah kerjanya.

3. Mempraktekan keterampilan dalam mengidentifikasi kebutuhan

penderita gawat darurat secara cepat, tepat, dan akurat (Initial

Assessment)

4. Mempraktekan keterampilan dalam mengupayakan jalan nafas yang

bersih sekaligus memproteksi terhadap spinal (Airway Management)

4
5. Mempraktekan keterampilan dalam mengupayakan ventilasi paru dan

perfusi jaringan yang adekuat (Breathing and Ventilatory

Management)

6. Mempraktekan keterampilan dalam mengatasi syok dan mengontrol

perdarahan ( Circulatory Management)

7. Mempraktekan keterampilan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life

Support-Cardiopulmonal Rescucitation)

8. Mempraktekan keterampilan dasar gawat darurat bagi penderita yang

mengalami trauma/injury/cedera

9. Mempraktekan keterampilan dasar gawat darurat jantung : EKG dan

cardio shock

10. Mempraktekan keterampilan pemasangan balutan dan pembidaian.

11. Mempraktekan keterampilan ekstrikasi, evakuasi dan transportasi

dengan teknik yang benar.

1.3 Sasaran Peserta Pelatihan

Sasaran pelatihan BTCLS ini adalah tenaga medis yang berminat

untuk mengikuti pelatihan ini serta tenaga medis/pegawai Balai

Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Paru (BP4) Pamekasan wajib

diikuti. Jumlah peserta sebanyak 32 perawat yang terdiri dari :

- 26 perawat berasal dari perawat Balai Pemberantasan dan Pencegahan

Penyakit Paru (BP4) Pamekasan

- 3 perawat berasal dari RSUD Slamet Martodiwirjo (RSUD) Pamekasan

- 1 perawat dari RSUD Sumenep

- 1 perawat dari Rumah Sakit Bersalin Asiyah

- 1 perawat dari salah satu Puskesmas di Kabupaten Pamekasan

5
1.4 Materi Pelatihan

Prinsip dasar dan tujuan dalam penanganan management trauma dan

gawat darurat jantung, pelatihan BTCLS menggunakan metode dasar.

Adapun materi dalam pelatihan BTCLS yang diberikan selama 5 hari

diantaranya berupa teori dan praktek

Pre Test Teori :

1. Gawat Darurat Sehari-hari (Silent Disaster), Korban Masal dan Bencana

2. Initial Asessment

3. Bantuan Hidup Dasar (BHD)

4. Airway dan Breathing

5. Syok

6. Trauma Toraks

7. Trauma Kapitis

8. Trauma Muskoskeletal

9. Trauma Termal

10. Trauma pada Anak, Wanita Hamil, Geriatri

11. Merujuk Penderita

12. Biomekanik Trauma

13. Keracunan dan Gigitan Binatang

14. Triage

15. Jantung dan Aritmia

Post Test-Ujian Praktek :

1. Bantuan Hidup Dasar (BHD)

2. Airway dan Breathing

3. Initial Assesment

4. Stabilisasi Spinal Cord Injury

6
5. Stabilisasi Musculoskeletal

6. Membaca EKG dan DC Shock

1.5 Pelaksana Pelatihan

Kegiatan pelatihan diselenggarakan secara penuh oleh tim dari

Yayasan Ambulan Gawat Darurat (YGAD) 118 Jakarta yang dibina oleh

Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI) Jakarta. Narasumber utama adalah 4-5

orang instruktur yang terdiri dari :

1. Dokter ahli bedah bersertifikasi ATLS (Advance Trauma Life Support)

2. Dokter ahli jantung bersertifikasi ACLS (Advance Trauma Life Support)

3. Dokter umum dan perawat paramedic yang berpengalaman dalam

penanggulangan penderita gawat darurat, bencana, musibah masal dan

kejadian luar biasa.

1.6 Waktu dan Tempat

Pelatihan dilaksanakan selama 5 (lima) hari yakni dari tanggal 4-8

Desember 2012 dimulai pukul 08.00 sampai 17.00 setiap harinya. Tempat

pelatihan dilakukan di Gedung PKPRI New di Jalan. Kemuning, Pamekasan.

1.7 Metode Pelatihan

Proses belajar interaktif dengan ceramah, simulasi dan demonstrasi.

Diskusi dilakukan untuk membahas suatu kasus gawat darurat. Metode

pelatihan antara lain : ceramah, praktek skill station, diskusi triage scenario,

pre-test dan post-test tulis, dan ujian praktek pasien dan RJP.

Pelatihan BTCLS dilaksanakan dengan dukungan alat peraga dan

audiovisual sehingga memudahan peserta dalam memahami materi yang

7
diberikan. Pelatihan sendiri meliputi teori, praktek dan simulasi dengan

berbagai macam contoh kasus yang didesain secara menarik oleh tim

intruktur dari Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118 Jakarta.

1.8 Pembiayaan

Pembiayaan acara ini dibebankan pada Dokumen Pelaksanan

Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Kesehatan Propinsi Jawa

Timur Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pemberantasan dan Pencegahan

Penyakit Paru (BP4) Pamekasan Tahun 2012 untuk peserta yang berasal

dari tenaga medis/perawat Balai Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit

Paru (BP4) Pamekasan sendiri, sedangkan untuk tenaga medis/perawat

yang berasal di luar Balai Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Paru

(BP4) Pamekasan diharap membayar melakukan pembayaran pendaftaran

peserta sebesar Rp. 2.500.000,00.

1.9 Hasil yang Diharapkan

Setelah mengikuti pelatihan BTCLS diharapkan peserta dapat :

1. Mempraktekan sesuai dengan prinsip penanganan dan penilaian

penderita (primary dan secondary survey)

2. Menentukan manajemen penanganan kasus trauma berdasarkan prioritas

3. Memulai managemen primary dan secondary survey. Mengacu pada

“golden hour” dalam penanganan kasus gawat darurat

4. Dapat mempraktekan pengkajian fisik pada pasien multiple trauma sesuai

dengan konsep yan diajarkan.

5. Bekerja di ruang UGD, ambulans yang sesuai dengan standard an

bencana serta bila terjadi korban missal.

8
6. Membaca gambaran EKG dengan baik dan benar

7. Dapat mempraktekan pengkajian fisik dan menangani penderita dengan

henti jantung sesuai dengan konsep yang diajarkan.

9
BAB II

HASIL RAPAT KERJA PANITIA PRA-KEGIATAN

2.1 Susunan Panitia

Penanggung Jawab : dr. H. Farid Anwar, M.Kes

Ketua Panitia : Sarifuddin, S.Kep, Ns

Sekretaris : Ulivatul Wardiyyah, S.KM

Bendahara : Vina Indira Wardhani, SE

2. 2 Jadwal Acara

Adapun susunan acara pada saat kegiatan dilampirkan pada halaman

lampiran.

10

Anda mungkin juga menyukai