Anda di halaman 1dari 20

PEMASANGAN

INFUS DAN
KOMPLIKASINYA
(PHLEBITIS)
SUBTITLE
PEMASANGAN INFUS

▪ Merupakan metode yang digunakan untuk mensuplai cairan elektrolit, nutrisi,


obat melalui pembuluh darah vena (Mubarak, 2008).
▪ Merupakan tindakan yang dilakukan dengan cara memasukan cairan,
elektrolit, obat intra vena dan nutrisi kedalam tubuh melalui pembuluh darah
vena (Aryawitl, 2009).
▪ Merupakan metode paling efektif dan efisien dalam memberikan suplai cairan
dalam tubuh melalui intravaskuler.
▪ Diberikan berdasarkan pesanan dari dokter, dan perawat bertanggung jawab
dalam memelihara terapi intra vena.
ALASAN PEMBERIAN TERAPI INFUS

1. Tujuan dan lamanya terapi


2. Diagnosa pasien
3. Usia
4. Riwayat kesehatan
5. Kondisi vena pasien
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TERAPI INFUS

KEUNTUNGAN

1. Efek terapeutik segera tercapai karena obat lebih cepet sampai ke organ target.

2. Absorbsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat

3. Kecepatan pemberian dapat di kontrol sehingga efek terapeutik dapat di


pertahankan maupun di modifikasi.

4. Reaksi sakit dan iritasi obat tertentu dapat di hindari

5. Sesuai untuk obat yang tidak dapat di absorbsi dengan rute lain karena molekul
ynag besar, iritasi atau ketidak stabilan dalam traktus gastrointestinal.
KERUGIAN

1. tidak dapat dilakukan “drug recall” dan mengubah aksi obat


tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi.

2. kontrol pemberian yang tidak baik bisa menimbulkan “speed


shock”.

3. komplikasi tambahan dapat timbul misalnya phlebitis.


INDIKASI (Wahit Iqbal Mubarak,2008)

1. Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP) yang memungkinkan pemberian


obat langsung intra vena.

2. Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap pemberian obat.

3. Klien yang mendapatkan terapi obat dalam dosis yang besar secara terus
menerus melalui intra vena.

4. Klien yang mendapatkan terapi yang tidak bisa di berikan melalui oral atau
intramuskuler
KONTRAINDIKASI (Aryawiti, 2009)

1. Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau trombosis.


2. Daerah yang berwarna merah, kenyal,bengkak dan hangat saat di insersikan.
3. Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya/ di bawah area phlebitis
4. Vena yang sklerotik / trombosis
5. Lengan dengan pirai arteriovena / fistula
6. Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah atau kerusakan kulit
7. Lengan yang mengalami luka bakar
KOMPLIKASI LOKAL

1. PHLEBITIS 9. Reaksi vasovagal


2. Infiltrasi 10.Kerusakan syaraf, tendon, dan
ligamen
3. Iritasi vena
4. Hematom
5. Tromboplebitis
6. Trombosis
7. Oclusi
8. Spasme vena
PHLEBITIS
PENGERTIAN

▪ Phlebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia


maupun mekanik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya daerah yang
merah, nyeri dan pembengkakan di daerah penusukan atau sepanjang
vena.
KLASIFIKASI PHLEBITIS

▪ Pengklasifikasian phlebitis didasarkan pada faktor penyebabnya. ‘


▪ Ada empat kategori penyebab terjadinya phlebitis yaitu : kimia, mekanik,
agen infeksi, dan post infus (INS, 2006)
1. Chemical Phlebitis (Phlebitis kimia)

▪ Kejadian phlebitis ini dihubungkan dengan bentuk respon yang terjadi pada tunika intima vena
dengan bahan kimia yang menyebabkan reaksi peradangan.
▪ Reaksi peradangan dapat terjadi akibat dari jenis cairan yang diberikan atau bahan material kateter
yang digunakan.
▪ Larutan sering dikategorikan sebagai :
a. larutan isotonik adalah larutan yang memiliki osmolalitas total sebesar 280 – 310 mOsm/L.
contoh : normal saline (Na Cl0,9%), Ringer Laktat (RL).
b. hipotonik adalah larutan yang memliki osmolalitas kurang dari 280 – 310 mOsm/L. misalnya :
D5%
c. Hipertonik adalah larutan yang memliki osmolalitas lebih dari 280 – 310 mOsm/L. Contohnya
adalah cairan manitol.
2. Mechanical Phlebitis (phlebitis mekanik)

▪ Phlebitis mekanikal sering dihubungkan dengan pemasangan atau penempatan


katheter intravena. Penempatan katheter pada area fleksi lebih sering
menimbulkan kejadian phlebitis, oleh karena pada saat ekstremitas digerakkan
katheter yang terpasang ikut bergerak dan meyebabkan trauma pada dinding
vena.
▪ Penggunaan ukuran katheter yang besar pada vena yang kecil juga dapat
mengiritasi dinding vena. (The Centers for Disease Control and Prevention, 2002)
3. Backterial Phlebitis (Phlebitis Bakteri)

▪ Phlebitis bacterial adalah peradangan vena yang berhubungan dengan adanya kolonisasi bakteri.
▪ Berdasarkan laporan dari The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2002 dalam
artikel intravaskuler catheter – related infection in adult and pediatric kuman yang sering dijumpai pada
pemasangan katheter infus adalah stapylococus dan bakteri gram negative, tetapi dengan epidemic HIV
/ AIDS infeksi oleh karena jamur dilaporkan meningkat.
▪ Faktor –faktor yang berperan dalam kejadian phlebitis bakteri antara lain :
1) Tehnik cuci tangan yang tidak baik.
2) Tehnik aseptik yang kurang pada saat penusukan.
3) Tehnik pemasangan katheter yang buruk.
4) Pemasangan yang terlalu lama. (INS, 2002)
4. Post Infus Phlebitis

▪ Phlebitis post infus juga sering dilaporkan kejadiannya sebagai akibat pemasangan
infus.
▪ Phlebitis post infus adalah peradangan pada vena yang didapatkan 48 – 96 jam
pelepasan infus.
▪ Faktor yang berperan dengan kejadian phlebitis infus, antara lai :
1) Tehnik pemasangan catheter yang tidak baik.
2) Pada pasien dengan retardasi mental.
3) Kondisi vena yang tidak baik.
4) Pemberian cairan yang hipertonik atau terlalu asam.
5) Ukuran katheter terlalu besar pada vena yang kecil.
SKALA PENILAIAN LOKASI INTRAVENA PERIFER
SKOR 0 1a 1b 2 3 4
NYERI Tidak ada Tidak ada nyeri Nyeri di lokasi IV Nyeri di lokasi IV Nyeri di lokasi IV Nyeri di lokasi IV
Kaji intensitas nyeri di sekitar nyeri
lokasi insersi IV kateter

KEMERAHAN Tidak ada Tampak sedikit Tampak sedikit Kemerahan > 4 Kemerahan >7,5 Kemerahan >7,5
Kaji tingkat kemerahan di kemerahan kemerahan <2,5 kemerahan >2,5- cm - < 7,5 cm cm cm
sekitar lokasi insersi IV cm <4 cm
BENGKAK Tidak ada Tidak ada Dan/bengkak ≥ Dan/bengkak Bengkak >7,5 cm Bengkak >7,5 cm
Kaji adanya bengkak di bengkak bengkak 2,5 cm <7,5 cm
sekitar lokasi insersi IV

PENGERASAN Tidak ada Tidak ada Tidak ada Garis Garis Garis
Kaji adanya pengerasan pengerasan pengerasan pengerasan kemerahan/peng kemerahan/peng kemerahan/peng
jaringan di bagian distal dari erasan yang erasan yang erasan yang
lokasi insersi IV meluas sepanjang meluas sepanjang meluas sepanjang
vena <7,5 cm dari vena >7,5 cm dari vena >7,5 cm dari
titik insersi titik insersi titik insersi
PENGELUARAN DARI AREA Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada pengeluaran
INSERSI pengeluaran pengeluaran pengeluaran pengeluaran pengeluaran cairan yang
Kaji adanya pengeluaran dari purulen
area insersi IV
Tindakan Pencegahan Phlebitis

a. Mencegah phlebitis bakterial


▪ Menekankan pada kebersihan tangan, tehnik aseptik, perawatan daerah infus
serta antisepsis kulit. Untuk pemilihan larutan antisepsis, CDC merekomendasikan
penggunaan chlorhexedine 2 %, akan tetapi penggunaan tincture yodium, iodofor
atau alcohol 70 % bisa digunakan.
b. Selalu waspada dan tindakan aseptic.
▪ Selalu berprinsip aseptic setiap tindakan yang memberikan manipulasi pada
daerah infus. Studi melaporkan Stopcock (yang digunakan sebagai jalan
pemberian obat, pemberian cairan infus atau pengambilan sampel darah )
merupakan jalan masuk kuman.
c. Rotasi katheter.
▪ Dalam uji kontrol acak yang dipublikasi baru-baru ini oleh Webster dkk disimpulkan
bahwa kateter bisa dibiarkan aman di tempatnya lebih dari 72 jam jika tidak ada
kontraindikasi.
▪ The Centers for Disease Control and Prevention menganjurkan penggantian kateter
setiap 72-96 jam untuk membatasi potensi infeksi.
d. Aseptic dressing
▪ INS merekomendasikan untuk penggunaan balut transparan sehingga mudah
untuk melakukan pengawasan. Penggunaan balutan konvensional bisa dilakukan,
tetapi kassa steril harus diganti tiap 24 jam.
e. Kecepatan pemberian
▪ Para ahli umumnya sepakat bahwa makin lambat larutan hipertonik diberikan makin
rendah risiko flebitis.
f. Titrable acidity
▪ Titratable acidity mengukur jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menetralkan pH larutan
infus. Semakin rendah titrable acidity larutan infus makin rendah risiko phlebitisnya.
g. Heparin dan hidrokortison
▪ Heparin sodium, bila ditambahkan ke cairan infus sampai kadar akhir 1 unit/mL,
mengurangi masalah dan menambah waktu pasang katheter.
▪ Risiko phlebitis yang berhubungan dengan pemberian cairan tertentu (misal, kalium
klorida, lidocaine, dan antimikrobial) juga dapat dikurangi dengan pemberian aditif IV
tertentu, seperti hidrokortison.

Anda mungkin juga menyukai