Antihistamin
a) Dypenhydramin
Anti Kejang
a) Phenobarbital( Sibital )
b) Phenitoin
Diuretik
a) Furosemid
Bronkodilator
a) Aminophylin
b) Salbutamol
Obat – obat penanganan aritmia
a) Sulfas atropin b) Epinephrin
Obat – obat lain
a) Natrium bikarbonat
b) Calsium gluconas 10%
c) KCL 7,4%
d) Nacl 3%
Unit terkait Ruang Perinatologi
Ruang VK Bersalin
Ruang IGD
Ruang OK
Prosedur 1. Diagnosa
1.1 Anamnesa
-Riwayat Persalinan :-Ketuban Jernih / tidak
-Ada tidaknya Ketuban Pecah Dini
1.2 Pemeriksaan fisik
-Bayi tampak kuning
-Waktu timbulnya kuning
-Malas minum, letargi
-Kejang
1.3 Pemeriksaan penunjang
2. Terapi
2.1 Menghilangkan penyebab
2.2 Pencegahan peningkatan kadar bilirubin
2.3 Merubah bilirubin tidak larut dalam air menjadi larut
dalam air
RSUD dr. R. Koesma PELAYANAN MEDIS BAYI HIPERBILIRUBINEMIA
Kabupaten Tuban
Lanjutan Prosedur
Neonatus cukup bulan dengan ikterus umur ≤ 24 jam, buakn neonatus sehat dan
perlu observasi ketat
PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
kehamilan ≥ 35 minggu
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Perinatologi
CARA MEMANDIKAN BAYI DENGAN CARA DISEKA
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban
Persiapan pasien
1. Pasien dalam kondisi baik (suhu, pernafasan, detak jantung
dalam keadaan normal)
Pelaksanaan
1. Petugas terlebih dahulu memakai skort dan masker
2. Sebelum melaksanakan tindakan, kita siapkan peralatan di
dekat bayi
CARA MEMANDIKAN BAYI DENGAN CARA DISEKA
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban
Persiapan petugas
1. Masker
2. Skort
3. Sarung tangan
Persiapan pasien
1. Pasien dalam kondisi baik (suhu, pernafasan, detak
jantung dalam keadaan normal)
SPO CARA MEMANDIKAN BAYI DENGAN CARA
RSUD dr. R. Koesma DIRENDAM
Kabupaten Tuban
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pelaksanaan
1. Perawat memakai skort dan masker
2. Cuci tangan dengan cairan A (Hibiscrub dan aquades)
dan cairan B (Hibiscrub dan alkohol) dengan 7 langkah
mencuci tangan
3. Pakai sarung tangan
4. Siapkan lingkungan (menutup gorden)
5. Tata handuk bayi diletakkan di atas baby table
6. Lepas pakaian bayidan meletakkan bayi di baby table
7. Bersihkan mulut bayi dengan kasa steril, hidung dan
telinga dengan cotton bud, membersihkan mata bayi
dengan kapas lembab, lalu membersihkan muka
8. Sabun seluruh badan mulai dari muka, kepala, telinga,
leher, badan, kaki dan terakir genitalia kemudian
mengusap sabun dengan kain
9. Masukkan bayi ke dalam baskom berisi air hangat
dengan posisi punggung atas bayi terletak di atas
lengan perawat, sedang lengan perawat memegang
erat pangkal lengan kiri bayi
10. Bersihkan badan bayi dengan menggunakan washlap
mulai dari muka, kepala, telinga, leher, lengan,
terutama lipatan-lipatan, badan, punggung, kaki dan
terakir genitalia
11. Angkat bayi dari baskom mandi (meletakkannya di atas
handuk dan menutupkan sebagian handuk ke tubuh
bayi dan terakir punggung)
12. Bersihkan daerah lipatan dengan baby oil (untuk kulit
bayi yang terlalu kering)
13. Beri minyak telon ke perut dan punggung bayi
14. Pasang pakaian bayi dan menggedong, menyisir
rambut bayi
15. Bersihkan tempat tidur bayi dengan air bayclin dan
mengeringkan lalu memberi alas
16. Baringkan bayi dengan posisi sesuai kebutuhan
17. Bersihkan alat-alat, membereskan dan mengembalikan
ke tempat semula
Unit terkait Ruang Perinatologi
MENCUCI TANGAN SEBELUM DAN SESUDAH
RSUD dr. R. Koesma MERAWAT BAYI
Kabupaten Tuban
No.Dokumen Nomor Revisi Halaman
0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten
Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Membersihkan tangan dengan larutan disinfektan dan air
bersih yang mengalir
Tujuan Mencegah infeksi silang
Menjaga kebersihan perorangan
Kebijakan Sebelum dan sesudah merawat bayi harus mencuci tangan
lebih dulu
Prosedur I. Sebelum masuk ruangan perawatan
Gulung lengan baju melepas arloji, cincin, gelang
harus dilepas
Mencuci tangan dengan larutan A (hibiscrub dan
aquadest 1:1) sampai sebatas siku
Membilas tangan dengan air mengalir
Mencuci tangan dengan larutan B (hibiscrub dan
alkohol 1:1) sampai sebatas pergelangan tangan
Teknik mencuci tangan mengikuti 7 langkah
mancuci tangan (Masuk ruangan bayi mencuci
tangan selama 3 menit)
Petugas
A. Prosedur cuci tangan
B. Prosedur lain
1. Menggunakan gaun penutup dan sepatu tertutup
2. Menggunakan sarung tangan jika akan kontak
dengan darah, cairan tubuh, selaput lendir atau
kulit yang tidak utuh
Neonatus
1. Neonatus harus dimandikan 3 kali/minggu dengan air
hangat
2. Elektroda harus diganti setiap tiga hari
3. Tali pusat harus dirawat dengan alkohol setiap
pergantian tugas jaga
4. Salep/ tetes mata profilaksis pada semua neonatus
pada hari pertama
PENGENDALIAN INFEKSI DI UNIT PERAWATAN
RSUD dr. R. Koesma NEONATUS
Kabupaten Tuban
No.Dokumen Nomor Revisi Halaman
0 1/2
Tanggal Terbit
Ditetapkan
: Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
5. Neonatus dari luar harus di tempatkan di area khusus
di ruang bayi selama 72 jam pertama
6. Neonatus dengan kondisi berikut memerlukan isolasi :
a. Infeksi stafilokokus
b. Konjungtivitis bakteri
c. Gastroenteritis
d. Infeksi luka
e. Infeksi yang menular : varicella (isolasi ketat)
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Menilai usia kehamilan berdasarkan klinis
Tujuan 1. Membandingkan bayi menurut nilai standar pertumbuhan
berdasar masa kehamilan (temuan dianggap akurat dengan
kisaran ± 2 minggu
2. Verivikasi perkiraan obstetri untuk usia kehamilan dan identifikasi
bayi kurang bulan, lebih bulan, besar atau kecil untuk masa
kehamilan
3. Amati dan rawat terhadap kemungkinan komplikasi
Kebijakan Dilakukan oleh dokter atau perawat terlatih
Prosedur 1. Semua bayi yang masuk ke unit pelayanan neonatus
2. Waktu pemeriksaan 1 jam setelah lahir dan tidak lebih dari 12
jam setelah kelahiran
3. Pemeriksaan berdasarkan Ballard score( Lihat Lampiran )
4. Jika pasien dalam kondisi tidak stabil, pemeriksaan maturitas
neurologi harus dievaluasi ulang 24 jam
5. Jika maturitas neurologi tidak dapat dilakukan maka perkiraan
usia kehamilan berdasarkan score ganda maturitas fisik
6. Bandingkan nilai total pada kolom skor dengan perkiraan usia
kehamilan pada kolom minggu
7. Kurang bulan : < 37 minggu
8. Cukup bulan : 37-42 minggu
9. Lebih bulan : > 42 minggu
10. Dokumentasikan :
a. Nama
b. Usia saat pemeriksaan
c. Perkiraan usia kehamilan (kurang bulan, cukup bulan, lebih
bulan)
d. Berat dalam gram
e. Panjang dalam sentimeter
f. Lingkar kepala dalam sentimeter
g. Berdasarkan grafik Lubchenco dokumentasikan :
BMK (Besar masa kehamilan) : di atas 90 persentil
SMK (Sesuai masa kehamilan) : 10-90 persentil
KMK (Kecil masa kehamilan) : di bawah 10 persentil
(Di baliknya dapat di lihat grafik Ballard Score)
RSUD dr. R. Koesma PENILAIAN USIA KEHAMILAN
Kabupaten Tuban
No.Dokumen Nomor Revisi Halaman
0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
Maturitas fisik
RSUD dr. R. Koesma PENILAIAN USIA KEHAMILAN
Kabupaten Tuban
No.Dokumen Nomor Revisi Halaman
0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
-1 0 1 2 3 4 5
Kulit Lengket- Gelatin Merah Permu Pecah- Perka Leath
friabel- us halus, kaan pecah, men ery
transpara merah tampak terkelu daerah terbela crack
n translus gambara pas gundul, h ed
en n vena dan vena dalam, wrinkl
atau sangat tak ed
ruam sedikit terlihat
tampa vena
k vena
Lanugo Tidak ada Jarang Banyak Halus Daerah Umum
kebota nya
kan tanpa
lanugo
Permuk Tumit-jari > 50 Faint Garis Garis Garis
aan kaki mm bercak kaki kaki kaki di
plantar 40-50 tanpa kemerah hanya sampai seluruh
mm:-1 garis an di dengan telapak
< 40 mm kaki anterio 2/3 kai
: -2 r anterio
r
Payudar Impercept Sedikit Areola Areola Areola Areola
a ible percepti rata agak menonj sangat
ble tanpa menon ol, menonj
bantalan jol, bantala ol
bantal n 3-4 bantala
an 1-2 mm n 5-10
mm mm
Mata/ Kerapata Kelopa - - - -
Telinga n kelopak k Sedikit Lengk Bentuk Tulang
longgan :- terbuka melengk ung dan rawan
1 , telinga ung, terbent kekera cukup
Rapat :-2 rata lunak, uk san tebal,
tetap rekoil baik, sudah daun
terlipat lambat lunak, baik, telinga
tapi rekoil sudah
rekoil langsu kaku
baik ng
Genital Skrotum Skrotu Testis di Testis Testis Testis
(pria) rata, m bagian sudah jelas sudah
halus kosong, atas turun, dalam bergel
guratan kanal, terlihat skrotu ayut,
kulit guratan gurata m, rugae
halus kulit n rugae cukup
jarang cukup cukup dalam
jelas jelas
Persiapan pemeriksa
Pemeriksa melakukan prosedur 7 langkah mencuci tangan
sebelum dan sesudah memeriksa bayi
A. Tanda vital
1. Neonatus stabil penilaian dilakukan sebelum memberi
asupan
2. Neonatus tidak stabil 1 – 2 jam
3. Suhu :
a. Suhu rektum dilakukan hanya sekali saat bayi masuk
ruangan selanjutnya suhu axilla
b. Suhu normal axilla 36,5-37,5
c. Neonatus ditempatkan di tempat tidur dg penghangat
harus dipasang probe termometer suhu diukur tiap jam
sampai stabil
4. Jika hipotermia :
a. Pastikan tempat tidur penghangat / inkubator dinyalakan
& bekerja baik
b. Hangatkan kembali neonatus dg perlahan
c. Periksa suhu bayi tiap jam sampai normal
d. Bila mungkin kontak kulit ke kulit
e. Beritahu dokter
f. Untuk mencegah hipotermi kepala memakai topi +
lampu penghangat jika membuka inkubator
g. Gunakan lubang pada inkubator
h. Periksa sumber hilangnya panas seperti O2 yg dingin
ruangan yg dingin
RSUD dr. R. Koesma PENILAIAN FISIK
Kabupaten Tuban
B.Ukuran pertumbuhan
1. Terdapat 3 komponen
a. Berat badan :
a) Harus diukur tiap hari, pada waktu yg tetap
bersama dg perawatan rutin dan pembersihan
inkubator
b) Harus diplotkan pd grafik berat badan pd saat bayi
masuk ruangan & setiap hari Jika berat badan
berbeda bermakna dari hari sebelumnya ukur 2
kali jika tetap beritahu dokter
c) Jika tidak stabil harus ada perintah dokter untuk
tidak menimbang
b. Panjang badan :
a) Dari puncak kepala sampai dg tumit diukur saat
bayi masuk & tiap minggu
b) Catat pada grafik dan diukur tiap minggu
c) Bayi harus terlentang dan hindari mengganggu bayi
RSUD dr. R. Koesma PENILAIAN FISIK
Kabupaten Tuban
C.Penilaian sistim
a. Penilaian neurologis
-Harus dilakukan tiap hari, jika tidak stabil lebih sering
b. Penilaian pernafasan
- Sesuai jadwal / jika ada perubahan
c. Penilaian kardiovaskular
-Sesuai jadwal / jika ada perubahan
d.Penilaian Gastrointestinal
- Setiap hari / jika ada perubahan
e.Penilaian sistem lain
- Gambaran luka dan pembalutannya
- Gambaran sistem genitourinari
- Kolostomi
D.ASI
Penilaian menyusui :
a. Frekuensi : diberi ASI sesuai dg permintaan selama 3 hari
pertama tiap 2 jam
b. Posisi :
a) Ibu posisi nyaman,
b) kepala dan badan neonatus pada 1 gari lurus
c) Mengahadap ibu
d) Dekat payudara
e) Sentuh bibir bayi dg jari / putting
f) Kelekatan : bibir bawah terlipat ke arah luar, sebagian
besarareola masuk, areola lebih banyak
terlihat di atas,ndagu menyentuh
Unit terkait Ruang Perinatologi
PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA BAYI DENGAN RISIKO
RSUD dr. R. Koesma INFEKSI NEONATAL/SEPSIS
Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Tabel 1
Tabel 3
RSUD dr. R. Koesma PERAWATAN METODE KANGURU
Kabupaten Tuban
3. Tahap Evaluasi
1) Pantau kondisi bayi mencakup tanda-tanda vital status
oksigenasi
2) Identifikasi tanda-tanda bahaya yang menetap dan lakukan
tindakan sesuai masalah yang ditemukan
]MASKER
Selang oksigen dihubungkan dengan masker zat
asam atau kateter. Masker dipasang pada mulut
dan hidung dengan tali dikaitkan kebelakang
kepala melewati telinga
KANULA
Ujung kanula dimasukkan kedalam hidung, lalu
pasang plester pada kedua pipi klien
OXYHOD (Sungkup)
Selang oksigen dihubungkan dengan oxyhod
melalui lubang yang tersedia, pemberian oksigen
minimal 5-7 liter/menit
NEOPUFF
Diukur dulu PEEP nya lalu sungkup dipasang
menutupi mulut dan hidung bayi. Pemberian O2 4-
6 L/ menit
NASAL CPAP
Diatur dulu PEEP nya lalu dihubungkan dengan
nasal yang dipasang pada hidung bayi. Pemberian
O2 1-2 Lpm
7. Pemberian oksigen ini dapat diteruskan, selang-seling
(intermiten) atau terus menerus tergantung program
pengobatan
8. Rapihkan dan atur posisi bayi senyaman mungkin
9. Petugas mencuci tangan
10. Catat pemberian oksigen dalam catatan perawatan
D. Perhatian
- Hindari tindakan yang menyebabkan klien merasa
sakit
- Tabung oksigen yang berisi harus selalu dalam
keadaan terkunci
- Pengisian aquabides tidak boleh melebihi batas (level)
dan jaga humidifier jangan sampai kering
- Jauhkan oksigen dari api, alkohol dan benda yang
dapat menimbulkan kebakaran
- Bila pasien gelisah, pasang manset pada tangan
- Bersihkan kateter oksigen bila kotor atau digunakan
lebih dari 24 jam
- Bahaya pemberian oksigen: menyebabkan retinolental
RSUD dr. R. Koesma PEMBERIAN OKSIGEN PADA NEONATUS BERESIKO
Kabupaten Tuban
BBLC = BB ( Kg ) x kebutuhan
8
Kebutuhan Minum BBLC (> 2500 gr)
Hari I = 60 cc /Kg BB/Hr
Hari II = 80 cc /Kg BB/ Hr
Hari III = 100 cc/ Kg BB/ Hr
dst
3. Pilih PASI sesuai kebutuhan dan mengencerkan
dengan air hangat dengan takaran 1 takar susu dengan
30 cc air.
RSUD dr. R. Koesma PEMBERIAN MINUM / NUTRISI
Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Memberikan nutrisi yang cukup untuk bayi yang mengalami
masalah kesehatan.
Tujuan Untuk memasok nutrien dan kalori yang dibutuhkan untuk
mencapai peningkatan berat badan yang diharapkan.
Kebijakan Pemberian asupan nutrisi dapat dimulai untuk bayi sakit atau
beresiko saat temuan fisik sudah stabil dan langkah pertama
yang diberikan adalah ASI
Prosedur 1. Mulai Trophic Feeding (sejumlah kecil pemberian asupan
enteral secara dini bagi bayi yang tidak dapat mentoleransi
asupan yang asupan mengandung nutrisi reguler), yaitu :
a. Mulai pada hari kedua dan ketiga kehidupannya
menggunakan ASI atau formula yang diencerkan (⅟2 – St).
b. Mulai 1 ml setiap 6 ml dan tingkatkan perlahan – lahan,
jangan melebihi 15-20 ml/kg/hari dalam satu sampai dua
minggu kehidupan tergantung pada berat bayi.
2. Mulai pemberian nutrisi
Pemberian Nutrisi Langsung ke dalam lambung
a. Gunakan sonde orogastrik atau nasogastrik polietilen,
nomor 5 atau 8 Fr.
b. Hadapkan kepala bayi ke samping dan ukur panjang
proxesusu xiphoideus ke daun telinga dan kemudian ke
hidung.
c. Beri tanda panjang sonde pemberian asupan
menggunakan sepotong selotip.
d. Masukkan sonde melalui hidung atau mulut dengan
leher bayi dalam posisi fleksi.
e. Masukkan udara melalui sonde saat melakukan
auskultasi perut untuk menimbulkan bising gelembung
udara kemudian lakukan aspirasi isi perut
secara lembut.
3. Tentukan Metode Pemberian Asupan yang Tepat
A. Berikan asupan secara bolus
a. Bayi kurang bulan dengan berat > 1.000 gram
umumnya dapat mentoleransi pemberian asupan
secara bolus hingga pemberian asupan biasa.
b. Berikan asupan masuk secara gravitasi, bukan
didorong dengan semprit.
c. Pemberian asupan dilakukan setiap 3 jam.
d. Ukur residu lambung setiap kali sebelu pemberian
asupan berikutnya.
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PEMBERIAN ASUPAN BAGI NEONATUS BERESIKO
TINGGI
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
B. Pemberian asupan per drip secara berkesinambungan
Diindikasikan untuk bayi dengan refluks
gastroesofageal berat dan neonatus dengan berat lahir
a. sangat rendah (< 1.000 gram).
b. Gunakan pompa otomatis.
c. Kecepatan pompa ditentukan pada kecepatan per jam
yang diinginkan.
4. Tentukan volume dan jenis susu
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Mengoperasikan Infant Warmerpada setiap persalinan
Tujuan Mampu mengoperasikan Infant Warmer dengan benar
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
:775/Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor: 1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency komprehensi
( PONEK) 24 Jam di Rumah sakit.
Prosedur 1. Persiapan alat : Infant Warmer
2. Di kamar operasi :
Ketika ibu dilakukan anestesi spinal, Infant
Warmer dinyalakan dengan menekan tombol
‘POWER’ dan ‘LAMP’, kemudian membuat ke
posisi ‘PREWARM’ dengan cara menekan tombol
‘SET’ (gambar kunci) lalu menekan tombol
‘MODE’ (gamabar panah ganda yang mengarah
ke atas) ke posisi ‘PREWARM’,atau dapat juga
dengan tidak menekan tombolapapun, maka
Infant Warmer akan berubah menjadi
‘PREWARM’ secara otomatis dalam waktu 10
detik
Saat kepala bayi dilahirkan, Infant Warmer
dialihkan ke posisi manual dengan cara menekan
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PENGOPERASIAN INFANT WARMER
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Catatan :
Kurangi 20 cc/kg/hari jika bayi menderita RDS
Tambahkan 20 cc/kg/hari jika di rawat dalam incubator
pertimbangan lain :
1. jika bayi harus mulai mendapatkan terapi sinar, naikkan
asupan cairan total sebanyak 20 cc/kg/hari.
2. Infuse glucose harus dimulai pada kecepatan 4-6
mg/kg/mnt dan sesuaikan untuk menjaga agar kadar
glukosa plasma berada antara 50-120 mg/dl, jangan
menginfuskan cairan dengan konsentrasi lebih dari
D12,5W pada vena perifer.
3. Anda dapat menghitung kecepatan infuse glukosa /
glukosa infuse rate (GIR) dengan mengunakan persamaan
berikut.
GIR (mg/kg/menit) = kec.cairan(cc/jam)x konstanta
dekstrosa
4. Mulai infuse asam amino, jika tersedia pada usia dua hari
dengan jumlah 0,5-1,0 gram/kg/hari sepanjang 20-24 jam.
Berikan mulai jalur iv terpisah dengan jalur spuit( syring
pump)
5. Jika bayi stabil mulailah pemberian asupan secara enteral
pada hari kedua atau ketiga seelah lahir,
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Bayi resiko tinggi adalah bayi yang berpotensi mengalami
masalah pertumbuhan dan perkembangan. Bayi tersebut
sangat dianjurkan untuk kontrol ke poli Risti secara berkala
Tujuan Mencegah dan meminimalkan masalah pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi pasca rawat
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
:775 /Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang Penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan
pelayanan Obstetri Neonatal Emergency komprehensi
( PONEK) 24 Jam di Rumah sakit.
Prosedur Kriteria bayi risiko tinggi
1. Bayi prematur dengan usia gestasi ≤ 35 minggu
2. Bayi dengan berat lahir < 2000 gram
3. Bayi pasca perawatan metode kanguru kontinu
4. Bayi pasca perawatan NICU
5. Bayi dengan hiperbilirubinemia ≥ 20 mg/dl pada bayi
cukup bulan
6. Bayi dengan kelainan konginetal mayor ( misalnya
penyakitjantung bawaan, atresia esofagus, gastroskisis,
dll)
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
2. Tidak ada sesak, sianosis, malas menyusu, muntah
maupun kembung
3. Sudah BAB dan BAK
4. Pemberian antibiotik intravena sudah selesai
5. Bayi dapat minum secara oral/menetek. Pada kondisi
khusus, jika bayi tidak memungkinkan minum
oral/menetek dan orangtua mampu memberi minum
melalui OGT, bayi dapat dipulangkan dengan OGT
terpasang (edukasi mengenai pemberian minum
melalui OGTdi rumah)
6. Pada BBLR, bayi boleh pulang jika ibu telah mampu
merawat bayi dengan metode kanguru
Jadual kontrol bayi ke poli
1. Bayi dengan berat < 1500 gram, dianjurkan kontrol 1-2
kali/minggu
2. Bayi dengan berat 1500 - < 2000 gram, dianjurkan
kontrol 1 kali/minggu
3. Bayi dengan berat 2000 - < 2500 gram, dianjurkan
kontrol 1 kali/ 2 minggu
4. Bayi dengan berat ≥ 2500 gram, dianjurkan kontrol
setiap 4minggu, mengikuti jadwal imunisasi
5. Bayi berstatus risti yang mengalami sakit selama masih
dalam pemantauan risti, kontrol di poli risti
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Melakukan pemeriksaan skrining hipotiroid congenital pada
neonatus
Tujuan Identifikasi dini hipotiroid kongenital pada neonatus
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor :775 /Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor: 1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency komprehensi (PONEK) 24 Jam di Rumah
sakit.
Prosedur 1. Pasien yang harus menjalani pemeriksaan hipotiroid
kongenital
Semua bayi baru lahir wajib menjalani skrining
hipotiroid kongenital pada saat berusia > 48 jam- 5
hari
Pasien yang pulang sebelum usia 48 jam harus
kontrol sebelum berusia 6 hari dan dilakuakan
pemeriksaan skrining hipotiroid kongenital saat rawat
jalan
2. Pasien Prematur
Pasien prematur harus menjalani skrining hipotiroid
kongenital pada usia > 48 jam – 5 hari
Pemeriksaan skrining hipotiroid kongenital harus
diulang pada usia 2-6 minggu karena pemerikasaan
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL PADA NEONATUS
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
pertama seringkali false positive
3. Pada pasien yang belum dilakukan skrining dalam 48 jam
pertama dan baru kembali ke poliklinik pada usia 6 hari
atau lebih tidak dilakukan pemeriksaan skrining.
Pemeriksaan fungsi hormon tiroid dilakuakan atas indikasi
klinis
4. Pengambilan sampel darah untuk skrining hipotiroid
kongenital
Darah diambil dari tumit (bagian lateral atau medial) dan
diperiksa dengan metode rapid test atau pengukuran TSH
dengan double antibody radioimmunoassay
5. Informed consent dan penjelasan mengenai hasil tes
Informed consent harus dilakuakan sebelum
dilakuakan pemeriksaan dan orangtua wajib
menandatangani surat persetujuanuntuk dilakuakan
pemeriksaan
Informed consent dan tanda tangan surat persetujuan
dapat dilakukan pada saat ibu ANC, sebelum partus,
ataupun saat bayi telah dilahirkan
Hasil pemeriksaan akan diberitahukan kepada
orangtua. Jika dibutuhkan konfirmasi skrining pada
yang mendapatkan hasil awal positif, maka
orangtuaakan dihubungi via telepon atau surat
menyurat
6. Pencatatan dan pelaporan
Hasil pemeriksaandicatat dan direkap setiap bulannya
7. Tata laksana pasien yang terdiagnosis hipotiroid
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL PADA NEONATUS
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
kongenital
Pasien yang telah terdiagnosis hipotiroid kongenital
harus mendapakan terapi hormon tiroksin
Pengobatan dilakukan sepanjang hidup
Unit terkait Ruang Perinatologi
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PENERIMAAN PASIEN RUJUKAN
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Menerima bayi/anak yang dirujuk oleh RS
luar/klinik/puskesmas/RB
Tujuan Memberikan pelayanan yang baik bagi pasien yang dirujuk ke
RSUD dr. R. Koesma Tuban
Kebijakan Tempat rawat diprioritaskan untuk pasien yang lahir di RSUD
dr. R. Koesma Tuban
Prosedur Pasien yang dirujuk oleh RS luar/klinik/puskesmas/RB
dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Perujuk menelpon sebelum melakukan rujukan
2. Pasien datang langsung ke IGDdidampingiolehpetugas
dengan membawa surat rujukan
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
maka dokter jaga IGD melaporkan pasien ke dokter
spesialis anak yang bertugas. (Jika dokter spesialis
anak yang bertugas adala dokter paruh waktu, maka
pelaporan dialihkan ke koordinator/Ka Yanmed).
Keputusanmenerima pasien rujukan ditentukan oleh
dokter spesialis anak
e. Jika pasien diterima, maka orangtua diminta datang
langsung (pasien masih ditempat perujuk) dengan
membawa surat rujukan ke admission (Sebelum IGD
memberikan informasi mengenai pasien yang
diputuskan akan siterima beserta ruangan rawatnya)
f. Admission memberikan informasi mengenai biaya
perawatan dan cara pembayaran yang dipilih beserta
syarat dan ketentuannya
g. Jika orangtua setuju, maka surat rujukan dibawa ke
IGD untuk diparaf oleh dokter jaga/petugas
h. Jika perlu, IGD dapat memberikan saran untuk
transport pasiendari tempat rujukan (misalnya dengan
metode kanguru jika tidak ada inkubator,dll)
i. Pasien boleh dikirim
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
ii. Alasan merujuk
iii. Ruangan yang sibutkan oleh pasien
(NICU/perina)
iv. Alat bantu nafas yang dibutuhkan
(CPAP/ventialtor)
c. Dokter jaga berkolaborasi dengan perawat perina untuk
konfirmasi ruangan dan fasilitas yang dibutuhkan
d. Jika ruangan dan fasilitaas yang dibutuhkan tersedia,
maka dokter jaga IGD melaporkan pasien ke dokter
spesialis anak yang bertugas. (Jika dokter spesialis
anak yang bertugas adalah dokter paruh waktu, maka
pelaporan dialihkan ke koordinator/Ka Yanmed).
Keputusan menerima pasien rujukan ditentukan oleh
dokter spesialis anak
e. Jika ruangan dan fasilitas yang dibutuhkan tersedia,
maka dokter jaga IGD melaporkan pasien ke dokter
spesialis anak yang bertugas. (Jika dokter spesialis
anak yang bertugas adala dokter paruh waktu, maka
pelaporan dialihkan ke koordinator/Ka Yanmed).
Keputusan menerima pasien rujukan ditentukan oleh
dokter spesialis anak
f. Jika pasien diterima, maka orangtua diminta datang
langsung (pasien masih ditempat perujuk) dengan
membawa surat rujukan ke admission (Sebelum IGD
memberikan informasi mengenai pasien yang
diputuskan akan siterima beserta ruangan rawatnya)
g. Admission memberikan informasi mengenai biaya
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PENERIMAAN PASIEN RUJUKAN
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
perawatan dan cara pembayaran yang dipilih beserta
syarat dan ketentuannya
h. Jika orangtua setuju, maka surat rujukan dibawa ke
IGD untuk diparaf oleh dokter jaga/petugas IGD
i. Jika perlu, IGD dapat memberikan saran untuk
transport pasiendari tempat rujukan (misalnya dengan
metode kanguru jika tidak ada inkubator,dll)
j. Pasien boleh dikirim
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Setelah itu pasien diantar keruang rawat
f. Jika ruangan dan fasilitas tidak tersedia, maka pasien
dirujuk ke RS lain. Pasien tetap distabilisasi di IGD.
Unit terkait Instalasi Gawat Darurat
R. Perinatologi
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PENERIMAAN BAYI BARU LAHIR
RAWAT GABUNG
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Rawat gabung yaitu perawatan bayi baru lahir bersama ibunya
dalam satu ruangan sehingga memungkinkan pemberian ASI
eksklusif
Tujuan Menetapkan panduan penerimaan bayi baru lahir dan rawat
gabung
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
:775 /Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor: 1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency komprehensi (PONEK) 24 Jam di Rumah
sakit.
Prosedur 1. Yang harus dilakukan saat bayi datang dari KABER
:
Ukur suhu
Ikat ulang tali pusat
Periksa anus
Timbang ulang
2. Bayi dengan BL < 2500 gram dan atau UG < 37
minggu, harus dilakukan pemeriksaan :
GDS
Skor Ballard
Ukur tanda vital tiap 2 jam
3. Bayi yang memenuhi syarat rawat gabung sebagai
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PENERIMAAN BAYI BARU LAHIR
RAWAT GABUNG
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
berikut :
Berat ≥ 2500 gram
Keadaan umum stabil (aktif, menangis kuat, tidak
ada sesak/distress, dan tidak ada muntah )
Bayi yang memenuhi syarat harus segera
diantarkan ke ruang rawat gabung setelah
diobservasi selama ± 2 jam. (boleh RG setiap saat
)
4. Jika tempat tidur penuh, maka bayi tetap boleh RG
dengan membawa tempat tidur yang ada
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Retinophaty of prematurity (ROP) adalah kelaianan pada
vaskularisasi retina yang terjadi akibat gangguan pada
pembuluh darah retina yang baru terbentuk dan biasanya
terjadi pada bayi prematur
Tujuan Melakukan detiksi dini ROP dan tata laksana segera
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
:775 /Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
komprehensi (PONEK) 24 Jam di Rumah sakit.
Prosedur 1. Indikasi skrining ROP
Berat badan ≤1500 g dan atau usia gestasi ≤ 32
minggu
Berat badan > 1500 gram atau usia gestasi > 32
minggu dengan :
keadaan sakit yang membutuhkan support
cardiovascular dan atau terapi oksigen dalam waktu
lama > 1 minggu (ventilator/CPAP)
Apnea Of Prematurity
Anemia yang memerlukan tranfusi darah ≥ 2 kali
Sepsis
Infeksi kongenital
Asfiksia
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban RETINOPHATHY OF PREMATURITY
( ROP )
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
2. Saat melakukan pemeriksaan
Usia gestasi > 31 minggu atau saat berusia 4 minggu
setelah lahir atau mana yang lebih dulu bisa dicapai
untuk pemeriksaan
Minimal 1kali pemeriksaan sebelum pulang
3. Pencatatan
Penanggung jawab ROP bertugas mencatat hasil skrining
di buku ROP dan merekap setiap bulannya
Unit terkait Instalasi Peristi
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban BAYI DARI IBU TB
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Manangani bayi yang lahir dari ibu penderita tuberkulosis
Tujuan Mampu memberikan tata laksana segera pada bayi dengan ibu
TB
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
:775 /Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
komprehensi
( PONEK) 24 Jam di Rumah sakit.
Prosedur Tata laksana TB pada neonatus ( lihat diagram lampiran )
Diagnosis TB pada ibu dibuktikan secara klinis,
radiologis dan mikrobiologis.
Ibu yang telah didiagnosis TB aktif harus diobati
dengan OAT
Bila memungkinkan,bayi tetap disusui langsung, tetapi
ibu harus memakai masker
Pada ibu yang sangat infeksius (BTA positif), bayi
dapat dipisahkan sampai terjadi konversi BTA sputum
atau ibu ibu tidak infeksius lagi, tetapi tetap diberikan
ASI
Bayi tidak terkenaTB, namun ibu menderita TB dengan
BTA (+), maka diberikan INH profilaksis 5 mg/Kg/hari
Lakukan tindak lanjut terhadap bayinya tiap 2 minggu
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban BAYI DARI IBU TB
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
untuk menilai kenaikan berat badan bayi.
Pada umur 8 minggu dilakukan evaluasi kembali, catat
berat badan dan lakukan tes Mantoux dan radiologis
bila menungkinkan:
Bila ditemukan kecurigaan TBC aktif, mulai berikan
pengobatan anti TBC lengkap.
Bila bayi baik dan hasil tes negatif, lanjutkan
pencegahan dengan isoniazid selama waktu 6 bulan.
Tunda pemberian vaksin BCG sampai 2 minggu
setelah pengobatan selesai. Bila vaksin BCG sudah
terlanjur diberikan, ulang pemberiannya 2 minggu
setelah pengobatan INH selesai.
Unit terkait Instalasi Peristi
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban MERUJUK BAYI KE RUMAH SAKIT YANG LEBIH TINGGI
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Merujuk bayi yang membutuhkan fasilitas perawatan lanjutan
dari RSUD “Kajuruhan” Kepanjen Kab. Malang ke Rumah sakit
yang lebih tinggi oleh karena RSUD ”Kanjuruhan” Kepanjen
tidak bisa melakukan tindakan tersebut karena alat atau
fasilitas yang belum ada
Tujuan Melakukan rujukan dengan baik sehingga bayi tetap stabil
selama di perjalanan
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor :775 /Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor: 1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency komprehensi ( PONEK) 24 Jam di Rumah
sakit.
Prosedur Kriteria bayi yang harus dirujuk
1. Bayi pasca resusitasi dengan menggunakan ventilasi
tekanan positif
2. Bayi dengan lahir kurang dari 2000 gram
3. Bayi dengan usia gestasi ≤ 34 minggu
4. Bayi dengan klinis distres pernafasan, merintih,
sianosis, malas menyusu
5. Bayi dengan kelainan kongenital yang membutuhkan
penanganan bedah cito misalnya : omfalokel, atresia
esofagus, dll.
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban MERUJUK BAYI KE RUMAH SAKIT YANG LEBIH TINGGI
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
6. Bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi intra partum atau
(dibutuhkan dari adanya demam saat intrapartum,
lekosit > 18.000/uL, ketuban berbau, LEA +2)
Ket :Bayi yang memenuhi kriteria 1-5 harus dirujuk dengan
menggunakan inkubator transport
Stabilisasi bayi yang akan dirujuk
Semua bayi akan dirujuk harus distabilisasi terlebih dahulu
1. Bayi berat lahir randah (BBLR) dengan klinis baik
(menangis kuat, tidak ada sesak, tidak sianosis)
a. Jaga kehangatan dengan metode kanguru yang
dilakukan oleh ibu (jika memungkinkan) atau keluarga
lainnya
b. Segera berikan ASI atau cairan dekstrose 5% 3-5 ml
tiap 3 jam untuk menghindari hipoglikemia
2. Bayi dengan klinis distres pernafasan, merintih,sianosis,
malas menyusu
a. Jaga kehangatan dengan membedong bayi dan
menggunakan topi
b. Pasang infus melalui vena perifer, berikan cairan
dekstrose 10% sebanyak 60 ml/kgBB
c. Berika oksigen seminimal mungkin
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
tambahan dan memperkirakan ruangan yang
dibutuhkan oleh bayi (berkolaborasidengan bidan
kontrol dan petugas untuk menyiapkan ruangan yang
dibutuhkan)
3. Petugas IGD menyiapkan ambulan beserta inkubator
(terutama jika akan merujuk bayi dengan infus dan
BBLR)
4. BBLR yang tidak membutuhkan infus dirujuk dengan
menggunakan metode kanguru oleh keluarga atau
bidan yang merujuk
5. Perawat perujuk harus menyertai pasien yang akan
dirujuk
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Suatu rangkaian tindakan mengeluarkan darah pasiendan
memasukkan darah donor untuk mengurangi kadar bilirubin
serum atau kadar hematokrit yang tinggi atau mengurangi
konsentrasi toksin dalam aliran darah pasien
Tujuan Memberikan pelayanan yang tepat dan segera
Kebijakan Membuat panduan tentang prosedur tranfusi tukar untuk
dokter spesialis anak dan dokter yang bekerja di ruang
neonatus
Prosedur Indikasi tranfusi tukar (TT):
a. Hiperbilirubinemia ( kadar bilirubin serum mencapai
atau melebihi kadar tertentu dengan risiko terjadinya
neurotoksisitas)
b. Hemolytic disease of the newborn
c. Sepsis berat dengan atau tanpa syok yang disebabkan
oleh endotoksin bakteri
d. Koagulasi intravaskuler diseminata / disseminated
intravascular coagulation (DIC)
e. Polisitemia (hematokrit > 68 % pada bayi baru lahir)
f. Gangguan metabolikdengan asidosis berat (
aminoaciduria dengan amino tinggi )
g. Gangguan keseimbangan elektrolit berat
(hiperkalemia,hipernatremia)
h. Anemia sangat berat dengangagal jantung pada pasien
hydrops fetalis
i. Semua kelainan yang membutuhkan
komplemen,opsonin, atau gamaglobulin
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban TRANSFUSI TUKAR
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Indikasi TT pada penyakit hemilisis:
a. Kadar bilirubin tali pusat > 4,5 mg/dl dan kadar Hb tali
pusat < 11 g/dl
b. Kadar bilirubin meningkat > 1 mg/dl/jam meski sudah
difototerapiKadar Hb antara 11-13 g/dl dan bilirubin
c. meningkat > 0,5 mg/dl/jam meski sudah difototerapi
d. Kadar bilirubin 20 mg/dl atau diduga kuat mencapai
20mg/dl dalam peningkatannya
e. Terdapat anemia yang progresif meski sudah
difototerapi
Kontraindikasi :
a. Kontraindikasi tranfusi tukar melalui arteri/vena
umbilikalis
b. Ketidakmampuan untuk memasang akses arteri/vena
umbilikalis dengan cepat
c. Omfalitis
d. Omfalokel/gastroskisis
e. Necrotizing enterocolitis
Kontraindikasi tranfusi tukar melalui arteri dan vena perifer:
a. Gangguan perdarahan
b. Infeksi pada tempat tusukan
c. Aliran pembuluh darah kolateral dari a.ulnaris/a.dorsalis
pedis kurang baik
d. Ketidakmampuan memasang akses arteri dan vena
perifer
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang harus dikerjakan sebelum TT
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban TRANSFUSI TUKAR
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
adalah :
a. Darah perifer lengkap (DPL) dan hitung jenis
b. Golongan darah bayi dan donor (ABO,rhesus)
c. Bilirubin total, direk, indirek
d. Elektrolit dan gula darah sewaktu
e. PT, APTT, dan albuminKultur darah bila perlu
Alat-alat yang diperlukan :
a. Radiant warmer
b. Peralatan dan obat untuk resusiatasi
c. Alat monitor denyut jantung, tekanan darah, frekuensi
nafas, suhu, PaO2, PaCO2, SaO2 dan monitor EKG
bila ada
Peralatan untuk pemasangan kateterarteri/vena umbilikalis :
a. Nampan steril untuk TT
b. NGT no 5F/6F utuk mengosongkan lambing sebelum
TT
c. Ca glukonat 10% (100 mg/ml)
d. Heparin encer (5 U/ml, yaitu dengan mencampur 500 U
heparin (0,1 ml) ke dalam 100 ml NaCl 0,9 % )
e. Spuit steril 20 ml sebanyak 2 buah
f. Three way stopcock steril 2 buah
g. Sarung tangan steril 2 buahSpuit 5 ml/10mlsteril 2 buah
(untuk Ca g;ukonas 10% dan heparin encer)
h. Kateter umbikalis (atau NGT 5F) 1 buah, bila nenakai
tehnik isovolumetric 2 vplume exchange sediakan 2
i. buah (masing-masing untuk arteri dan vena umbilikalis
)
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban TRANSFUSI TUKAR
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
j. Nier-bekken 2 buah dan botol plastik bekas infus untuk
menampung darah yang dibuang
k. Infus set 2 buah
l. Darah harus dihangatkan hingga suhu 370C
m. Pada polisitemia diperlukan larutan NaCl 0,9 % 500
ml/albumin 5 % dalan NaCl 0,9 % sebagai pengganti
cairan untuk mengatasi hiperviskositas
Persiapan sebelum Transfusi Tukar :
a. Bayi dipuasakan 3-4 jam sebelumnya, dan NGT
diaspirasi sebelum TT
b. Bila mungkin 4 jam sebelum TT bayi diberi infus
albumin 1 g/kg (pada kasus hiperbilirubinemia)
c. Menentukan dan memesan jumlah darah donor yang
diperlukan untuk TT. Jumlah volume darah normal
pada neonatus cukup bulan : 80 ml/kg, pada
BBLR/BBLSR bisa sampai 95 ml/kg. Contoh : bayi
aterm BB 3 kg, volume darahnya 240 ml, maka untuk
prosedur TT diperlukan total volume darah 2 x 240 ml
= 480 ml
d. Bila tali pusat udah kering, maka kompres dulu 30
menit sebelum TT dengan kassa yang dibasahi dengan
NaCl 0,9 % agar lebih lunak dan mudah memasukkan
kateter
e. Pada polisitemia dilakukan partial exchange
megguanakn NaCl 0,9%, atau untuk anemia sangat
f. berat dengan PRC
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban TRANSFUSI TUKAR
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
A.Formula untuk menentukan jumlah folume tranfusi tukar
pada polisitemia :
Perkiraan vol darah (ml) x BB (kg) x (Ht pasien – Ht yang
diinginkan)Ht Pasien
B.Formula untuk menentuka jumlah volume tranfusi tukar pada
anemia berat :
-Volume tranfusi tukar (ml) =
Perkiraan volume darah (ml) x ( Ht yang diinginkan – Ht Pasien
)(70 % - Ht pasien )
C.Menentukan jumlah volume setiap aliquot (jumlah darah
yang akan dikeluarjkan/dimasukkan ke dalam spuit setiap kali
melakukan TT) sebaiknya tidak melebohi 5 ml/kg.
BB bayi (kg) Alliquot (ml)
‘> 3000 g 20 m,l
2000 – 3000 g 15 ml
1000 – 2000 g 10 ml
850 – 1000 g 5 ml
‘< 850 g 1 – 3 ml
STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Unit terkait Instalasi Peristi
RSUD dr. R. Koesma BAYI DARI IBU HEPATITIS B
Kabupaten Tuban