Anda di halaman 1dari 94

PERSIAPAN EMERGENCY TROLY PADA NEONATAL

RSUD dr. R. Koesma


Kabupaten Tuban
No.Dokumen Nomor Revisi Halaman
0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Emergency troly seperangkat meja dorong yang berisi alat-
alat dan obat-obatan yang diperlukan dengan segera pada
pasien dalam keadaan emergency atau gawat
Tujuan Untuk memudahkan dengan segera bagi dokter/ perawat
memberi pertolongan kepada pasien dalam keadaan darurat
Kebijakan 1. Emergency troly harus mempunyai roda sehingga mudah
didorong dan mempunyai laci-laci untuk menyimpan alat-
alat dan obat-obatan yang mudah dibuka dan ditutup
2. Dibagian sisi atas meja harus ada sekat supaya alat-alat
yang ada dibagian atas tidak mudah jatuh
3. Diletakkan pada posisi yang mudah dijangkau semua
tempat tidur pasien
Prosedur Isi dari emergency troly
 Alat-alat untuk memberi napas buatan
 Ambubag
 Airway gudel dengan macam-macam ukuran
 Slang oksigen untuk neonatus
Alat-alat untuk intubasi
 Endotracheal tube (ETT) tanpa cuff bermacam-macam
ukuran (no 2,5; 3; 3,5 dan 4)
 Laringoscope blade lurus (Miller) dengan ukuran besar,
sedang dan kecil
 Lidocaine
 Spuit 2.5 cc, 5 cc, 10 cc, 20 cc, 50 cc
 Gunting

RSUD dr. R. Koesma


PERSIAPAN EMERGENCY TROLY PADA NEONATAL
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 2/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
 Plester
 Mandrin untuk penuntun ETT
 Handscoen
Perlengkapan infus
 Infus set mikro
 Tranfusi set
 Abbocath bermacam-macam ukuran
 Kapas alkohol
 Cairan infus 0,9%; Ringer Laktat; D5%; D10%; D10 1/5 S
 Treeway stop cook
Macam-macam obat yang selalu disiapkan:
Vasopressor
a) Dopamin
b) Dobutamin
c) Adrenalin
d) Nor adrenalin
Sedative
a) Morphin
b) Diazepam
Kortikosteroid
a) Dexametason
Antikoagulan
a) Heparin b) EDTA
Koagulan
a) Vitamin K (Neo -K)

Antihistamin

RSUD dr. R. Koesma


PERSIAPAN EMERGENCY TROLY
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 3/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001

a) Dypenhydramin
Anti Kejang
a) Phenobarbital( Sibital )
b) Phenitoin
Diuretik
a) Furosemid
Bronkodilator
a) Aminophylin
b) Salbutamol
Obat – obat penanganan aritmia
a) Sulfas atropin b) Epinephrin
Obat – obat lain
a) Natrium bikarbonat
b) Calsium gluconas 10%
c) KCL 7,4%
d) Nacl 3%
Unit terkait  Ruang Perinatologi
 Ruang VK Bersalin
 Ruang IGD
 Ruang OK

RSUD dr. R. Koesma PENEMPATAN BAYI DI RUANG PERINATOLOGI


Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Menempatkan bayi sesuai dengan perawatan yang diperlukan
Tujuan a.Memberikan pelayanan yang optimal
b.Mencegah infeksi nosokomial
Kebijakan Ditujukan pada bayi yang memerlukan perawatan di ruang
bayi baik lahir di RS/ luar RS
Prosedur 1. Ruang Isolasi
-Bayi lahir di luar RS
Bayi lahir dengan risiko infeksi / sudah infeksi yang lahir di
RS/ luar RS, bila bayi lahir dengan berat badan 2000 gram
– 2499 gram bayi ditempatkan di covis, bila berat badan <
2000 gram masuk inkubator
-Bayi kiriman dari luar/Rujukan
-Bayi lahir di RSUD dr. R. Koesma Tuban yg memerlukan
observasi dan tindakan pengobatan ( Fototherapi )
2. Ruang Transisi – stabilisasi
-Bayi yang baru lahir sectio caesar, lahir di kamar bersalin
dengan penyulit atau dengan tindakan yang memerlukan
stabilisasi dan observasi
-Bayi yang memerlukan resusitasi
-Bayi normal, ibu bermasalah
-Bayi resiko rendah
-Bayi yg mendapat fototerapi
-Bayi dg fraktur

RSUD dr. R. Koesma PENEMPATAN BAYI DI RUANG PERINATOLOGI


Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
3. Ruang Sehat
Bayi lahir dengan AS > 7, tidak memerlukan observasi
4. Ruang Laktasi dan Perawatan Metode Kanguru (PMK)
Ruangan untuk ibu meneteki, bayi premature yang stabil
dan ibu dilatih untuk perawatan metode kanguru
5. Rawat gabung (terletak di VK)
Bayi normal stabil, ibu boleh RG
Bayi resiko rendah :
-aterm, BBL> 2500g (kecuali DM)

Unit terkait Ruang Perinatologi


PELAYANAN MEDIS BAYI HIPERBILIRUBINEMIA
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban
No.Dokumen Nomor Revisi Halaman
0 1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
:
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Meningkatnya kadar bilirubin total pada minggu pertama
kelahiran. Kadar normal maksimal 12 – 13 mg% (205 – 220
Umol/L)

Tujuan Melaksanakan pelayanan medis pada penderita


hiperbilirubinemia secara berstandar

Kebijakan Pelayanan medis pada penderita hiperbilirubinemia di bagian


IKA oleh dokter umum dan atau dokter spesialis anak

Prosedur 1. Diagnosa
1.1 Anamnesa
-Riwayat Persalinan :-Ketuban Jernih / tidak
-Ada tidaknya Ketuban Pecah Dini
1.2 Pemeriksaan fisik
-Bayi tampak kuning
-Waktu timbulnya kuning
-Malas minum, letargi
-Kejang
1.3 Pemeriksaan penunjang

2. Terapi
2.1 Menghilangkan penyebab
2.2 Pencegahan peningkatan kadar bilirubin
2.3 Merubah bilirubin tidak larut dalam air menjadi larut
dalam air
RSUD dr. R. Koesma PELAYANAN MEDIS BAYI HIPERBILIRUBINEMIA
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR :

OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK


Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001

Lanjutan Prosedur

Bagan 1. Tatalaksana hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat


(American Academy of Pediatric)

Total serum bilirubin mg/dL (mmol/l)


Umur Pertimbangan fototerapi Fototerapi Tranfusi tukar Tranfusi tukar
(jam) (monitor kondisi) (fototerapi dan fototerapi
gagal)
< 24 - - - -
24-48 ≥ 12 (170) ≥ 15 (260) ≥ 20 (340) ≥ 25 (430)
48-72 ≥ 15 (260) ≥ 18 (310) ≥ 25 (430) ≥ 30 (510)
>72 ≥ 17 (290) ≥ 20 (340) ≥ 25 (430) ≥ 30 (510)

 Neonatus cukup bulan dengan ikterus umur ≤ 24 jam, buakn neonatus sehat dan
perlu observasi ketat

Bagan 2. Tatalaksana hiperbilirubinemi pada neonatus kurang bulan sehat dan


sakit (< 37 minggu)

Neonatus Kurang Bulan Sehat Neonatus Kurang Bulan Sakit


Berat Kadar Bilirubin Total Serum Kadar Bilirubin Total Serum (mg/dl)
(gram) (mg/dl)
Fototerapi Tranfusi Tukar Fototerapi Tranfusi Tukar
Hingga 1000 5-7 10 4-6 8-10
1001-1500 7-10 10-15 6-8 10-12
1501-2000 10 17 8-10 15
> 2000 10-12 18 10 17

Bagan 3. Pedoman fototerapi pada bayi dirawat di Rumah Sakit umur


RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PELAYANAN MEDIS BAYI HIPERBILIRUBINEMIA

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
STANDAR Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
kehamilan ≥ 35 minggu

Yang digunakan adalah bilitubin total. Faktor risiko : Penyalkit isoimun


hemolitik, defisiensi G6PD, asfiksia, letargi, instabilitas suhu, sepsis,
asidosis, albumin < 3 g/dl (American Academy of Pediatrics, 2004)

Bagan 4. Pedoman tranfusi tukar pada bayi dirawat di


Rumah Sakit umur kehamilan ≥ 35 minggu
RSUD dr. R. Koesma PELAYANAN MEDIS BAYI HIPERBILIRUBINEMIA
Kabupaten Tuban
No.Dokumen Nomor Revisi Halaman
0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001

Yang digunakan adalah bilitubin total. Faktor risiko : Penyalkit


isoimun hemolitik, defisiensi G6PD, asfiksia, letargi, instabilitas
suhu, sepsis, asidosis, albumin < 3 g/dl (American Academy of
Pediatrics, 2004)
Unit terkait Laboratorium, Radiologi
RSUD dr. R. Koesma PEMASANGAN JALUR INTRA VENA UMBILIKAL
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Memasukkan obat atau cairan melalui vena umbilikal
Tujuan 1. Memberikan pengobatan maupun cairan secara
intravena
2. Memberikan nutrisi parenteral
3. Memberikan darah maupun produk darah
4. Sebagai jalur resusitasi
Kebijakan 1. Bayi dengan asfiksia
2. Bayi dengan berat < 1500 gram
3. Bayi dalam keadaan gawat darurat
Dikerjakan oleh :
Dikerjakan oleh dokter / perawat yang terlatih
Prosedur Persiapan alat
1. Doek yang berlubang steril
2. Skort
3. Arteri klem
4. Pisau lurus panjang
5. Jarum dan benang
6. Needle holder
7. Mess
8. Pinset kecil dua buah
9. Kateter umbilikus no 3,5 (bayi < 3,5 kg ukuran 3F);
(bayi > 3,5 ukuran 5F)
10. Plester
11. Gunting
12. Kasa steril
13. Infus set mikro/ mikro buret
14. Hand schoen steril
15. Kapas alkohol
16. Bengkok
17. Standar infus
18. Alkohol 70%
19. Cairan infus sesuai kebutuhan
Persiapan pasien
1. Beritahu keluarga tindakan yang akan dilakukan
2. Surat persetujuan tindakan ditanda tangani oleh
keluarga
3. Siapkan pasien di atas infant warmer
PEMASANGAN JALUR INTRA VENA UMBILIKAL
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pelaksanaan
1. Petugas (Dokter/perawat) mengenakan skort
2. Cuci Tangan
3. Pakai hand schoen steril
4. Desinfeksi tali pusat dan sekitar pangkalnya sampai ±
5 cm dari pangkal umbilikus
5. Pasang doek lubang steril
6. Pasang tali/ pengikat pada dasar umbilikus (ikatan
longgar)
7. Potong kelebihan umbilikus dengan scalpel / gunting
hingga tersisa 1 cm
8. Ukuran panjang kateter yang akan dimasukkan
9. Petugas melakukan tindakan
10. Setelah memasang kateter, ikat tali umbilikus,
membungkus tali pusat dengan kasa yang diberi
alkohol 70%
11. Usahakan posisi tali pusat ditetesi oleh cairan betadin
12. Kasa dirapikan dengan plester
13. Rapikan bayi dengan mengembalikan pada tempatnya
14. Bereskan alat-alat dan mencuci tangan
15. Monitor dengan foto radiologi

Pengertian Perinatologi
CARA MEMANDIKAN BAYI DENGAN CARA DISEKA
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Membersihkan kulit tubuh bayi dengan menggunakan air/ minyak
(baby oil)
Tujuan  Membersihkan kulit tubuh bayi dari sisa-sisa lemak tubuh
serta keringat
 Merangsang peredaran darah
 Memberi rasa segar dan nyaman
 Mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat
Kebijakan Dikerjakan kepada :
 Bayi yang tali pusatnya belum lepas
 Bayi prematur/ BBLR
Prosedur Persiapan alat
1. Meja mandi khusus (bila mungkin disediakan)
2. Handuk mandi
3. Washlap 2 buah
4. Sabun mandi dalam tempatnya
5. Minyak mandi (minyak telon)
6. Ember tertutup untuk pakaian kotor
7. Tempat sampah tertutup
8. Perlengkapan bayi (baju, popok, gedong, topi)
9. Bengkok
10. Kapas lembab
11. Cotton bud
12. Kasa steril
13. Kapas alkohol
14. Sisir bayi
15. Baskom berisi air hangat
16. Kapas cebok
Persiapan petugas
1. Masker
2. Skort
3. Sarung tangan

Persiapan pasien
1. Pasien dalam kondisi baik (suhu, pernafasan, detak jantung
dalam keadaan normal)

Pelaksanaan
1. Petugas terlebih dahulu memakai skort dan masker
2. Sebelum melaksanakan tindakan, kita siapkan peralatan di
dekat bayi
CARA MEMANDIKAN BAYI DENGAN CARA DISEKA
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001

3. Setelah siap alat semua kita memberi salam (menyapa bayi


yang akan kita lakukan tindakan)
4. Tutup gorden / memasang sketsel
5. Ukur kembali suhu air yang akan dipakai dengan
menggunakan punggung tangan
6. Cuci tangan lalu memakai sarung tangan siap untuk
melakukan tindakan
7. Buka pakaian bayi
8. Angkat bayi ke meja mandi dan diletakkan dalam posisi
yang aman. Handuk diletakkan di bawah tubuh bayi, dan
tubuh bayi ditutp dengan selimut
9. Bersihkan mata bayi, dengan kapas lembab, dengan cara
menghapus dari bagian dalam dan selanjutnya mengarah
ke luar
10. Bersihkan telinga dengan kapas pembersih, setiap kali
usapan kapas harus segera diganti
11. Usap muka dengan washlap. Setelah bersih dikeringkan
dengan handuk
12. Kemudian bagian depan dan punggung disabun, tangan kiri
dan kanan bergantian
13. Seka bagian depan dan punggung dengan washlap basah,
terutama di daerah lipatan, karena soda sabun dapat
menimbulkan rasa gatal dan iritasi
14. Bersihkan pantat dan daerah perineum dibersihkan paling
akhir (genitalia dibersihkan dari bagian depan menuju
bagian-bagian belakang untuk mencegah kontaminasi
kotoran dari anus)
15. Setelah bersih keringkan tubuh bayi dengan handuk
16. Rawat tali pusat dan daerah sekelilingnya
17. Olesi kulit yang terlalu kering dengan minyak bayi
18. Setelah itu, kenakan pakaian pada bayi lagi
19. Memberi obat salep mata (saat bayi baru lahir )
20. Bungkus tubuh bayi dengan gedong
21. Sisir rambut bayi
22. Letakkan bayi pada boksnya sesuai dengan identitas
23. Rapikan peralatan ke tempat semula dalam keadaan bersih
dan siap pakai
24. Petugas cuci tangan
CARA MEMANDIKAN BAYI DENGAN CARA DISEKA
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Hal yang perlu diperhatikan
1. Jangan memandikan bayi lebih dari 10 menit, supaya bayi
tidak kedinginan
2. Sewaktu menyabun, washlap harus benar-benar basah
agar kulit bayi tidak iritasi
3. Bagian tubuh bayi harus betul-betul bersih dari sabun
terutama lipatan karena noda sabun menyebabkan iritasi
Kulit bayi yang terlalu kering diolesi dengan minyak bayi

Unit terkait Ruang Perinatologi


SPO CARA MEMANDIKAN BAYI DENGAN CARA
RSUD dr. R. Koesma DIRENDAM
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2

Tanggal Terbit : Ditetapkan


STANDAR PROSEDUR Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Membersihkan tubuh bayi dari kotoran, keringat atau bau
badan dengan air hangat atau sabun dengan cara
memasukkan/ mencelupkan tibuh bayi ke dalam air
Tujuan  Membersihkan kulit tubuh bayi dari sisa-sisa lemak
tubuh serta keringat
 Merangsang peredaran darah
 Memberi rasa segar dan nyaman
Kebijakan Semua bayi yang tali pusatnya sudah terlepas dilakukan mandi
rendam sesuai kondisinya
Prosedur Persiapan alat
1. Meja mandi khusus (bila mungkin disediakan)
2. Handuk mandi
3. Washlap 2 buah
4. Sabun mandi dalam tempatnya
5. Minyak telon
6. Ember tertutup untuk pakaian kotor
7. Tempat sampah tertutup
8. Perlengkapan bayi (baju, popok, gedong, topi)
9. Bengkok
10. Kapas lembab (untuk membersihkan mata)
11. Cotton bud
12. Kasa steril dalam tempatnya
13. Kapas alkohol
14. Sisir bayi
15. Baskom berisi air hangat
16. Kapas cebok

Persiapan petugas
1. Masker
2. Skort
3. Sarung tangan

Persiapan pasien
1. Pasien dalam kondisi baik (suhu, pernafasan, detak
jantung dalam keadaan normal)
SPO CARA MEMANDIKAN BAYI DENGAN CARA
RSUD dr. R. Koesma DIRENDAM
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2

Tanggal Terbit : Ditetapkan


STANDAR PROSEDUR Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pelaksanaan
1. Perawat memakai skort dan masker
2. Cuci tangan dengan cairan A (Hibiscrub dan aquades)
dan cairan B (Hibiscrub dan alkohol) dengan 7 langkah
mencuci tangan
3. Pakai sarung tangan
4. Siapkan lingkungan (menutup gorden)
5. Tata handuk bayi diletakkan di atas baby table
6. Lepas pakaian bayidan meletakkan bayi di baby table
7. Bersihkan mulut bayi dengan kasa steril, hidung dan
telinga dengan cotton bud, membersihkan mata bayi
dengan kapas lembab, lalu membersihkan muka
8. Sabun seluruh badan mulai dari muka, kepala, telinga,
leher, badan, kaki dan terakir genitalia kemudian
mengusap sabun dengan kain
9. Masukkan bayi ke dalam baskom berisi air hangat
dengan posisi punggung atas bayi terletak di atas
lengan perawat, sedang lengan perawat memegang
erat pangkal lengan kiri bayi
10. Bersihkan badan bayi dengan menggunakan washlap
mulai dari muka, kepala, telinga, leher, lengan,
terutama lipatan-lipatan, badan, punggung, kaki dan
terakir genitalia
11. Angkat bayi dari baskom mandi (meletakkannya di atas
handuk dan menutupkan sebagian handuk ke tubuh
bayi dan terakir punggung)
12. Bersihkan daerah lipatan dengan baby oil (untuk kulit
bayi yang terlalu kering)
13. Beri minyak telon ke perut dan punggung bayi
14. Pasang pakaian bayi dan menggedong, menyisir
rambut bayi
15. Bersihkan tempat tidur bayi dengan air bayclin dan
mengeringkan lalu memberi alas
16. Baringkan bayi dengan posisi sesuai kebutuhan
17. Bersihkan alat-alat, membereskan dan mengembalikan
ke tempat semula
Unit terkait Ruang Perinatologi
MENCUCI TANGAN SEBELUM DAN SESUDAH
RSUD dr. R. Koesma MERAWAT BAYI
Kabupaten Tuban
No.Dokumen Nomor Revisi Halaman
0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten
Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Membersihkan tangan dengan larutan disinfektan dan air
bersih yang mengalir
Tujuan  Mencegah infeksi silang
 Menjaga kebersihan perorangan
Kebijakan Sebelum dan sesudah merawat bayi harus mencuci tangan
lebih dulu
Prosedur I. Sebelum masuk ruangan perawatan
 Gulung lengan baju melepas arloji, cincin, gelang
harus dilepas
 Mencuci tangan dengan larutan A (hibiscrub dan
aquadest 1:1) sampai sebatas siku
 Membilas tangan dengan air mengalir
 Mencuci tangan dengan larutan B (hibiscrub dan
alkohol 1:1) sampai sebatas pergelangan tangan
 Teknik mencuci tangan mengikuti 7 langkah
mancuci tangan (Masuk ruangan bayi mencuci
tangan selama 3 menit)

II. Di dalam ruang perawatan


 Setelah merawat satu bayi ke bayi yang lain
tanagn harus dicuci dengan larutan B tanpa dilap
dengan handuk (cuci tangan 15 detik)

A. Tujuh langkah mencuci tangan

a. Ratakan handwash / handsrub pada kedua telapak


tangan
b. Telapak tangan kiri, gosokkan di atas punggung tangan
kanan dan sela – sela jari di sebaliknya
c. Gosokkan telapak tangan di sela – sela jari dengan jari
saling menjalin
d. Gosokkan punggung jari dengan telapak tangan dan
jari saling mengunci
e. Pegang ibu jari kiri dengan tangan kanan dan putar
bolak balik dan sebaliknya
f. Gosokkan berputar ujung jari tangan kanan pada
telapak kiri dan sebaliknya
Unit terkait Perinatologi
PENGENDALIAN INFEKSI DI UNIT PERAWATAN
RSUD dr. R. Koesma NEONATUS
Kabupaten Tuban
No.Dokumen Nomor Revisi Halaman
0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten
Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Usaha untuk pencegahan terjadinya infeksi di unit perawatan
neonatus
Tujuan 1.Mencegah infeksi nosokomial
2.Menjaga kebersihan perorangan
Kebijakan 1.Petugas unit perawatan neonatus harus selalu waspada
akan kemungkinan penyebaran dari mereka kepada
neonatus
2.Petugas ruang bayi dianjurkan untuk melaporkan adanya
penyakit menular kepada penyelianya
3.Penyakit yang dapat dilaporkan : infeksi staphylococcus
cutaneus, penyakit pernafasan, konjunctivitis dan
gastroenteritis
Prosedur Lingkungan ruang bayi
1. Ruang bayi harus terpisah dari lingkungan jalan dan tidak
ada jendela yang terbuka ke daerah luar
2. Semua jalan masuk ke ruang perinatologi harus ada
wastafel dengan keran yang bisa dibuka / ditutup dengan
siku dan sabun cair serta handuk sekali pakai untuk cuci
tangan yang benar sebelum masuk ruangan bayi
3. Batasi jumlah orang di ruang bayi
4. Harus ada ruang atau daerah isolasi dan gunakan
dengan benar
5. Gaun penutup dan fasilitas untuk membuang benda
sekali pakai harus ada di dekat pintu masuk
6. Lantai ruang bayi harus disapu setiap 8 jam dan diseka
sekali sehari dan/ atau jika terlihat kotor
7. Linen di dalam inkubator harus diganti sekali sehari, atau
jika terkontaminasi.
8. Inkubator harus diseka sekali sehari atau jika
terkontaminasi
9. Inkubator harus diganti supaya bisa dibersihkan secara
menyeluruh dengan Chlorin 0,5 % :
 Bayi < 1000 gram setiap 5 hari
 Bayi > 1000 gram setiap 7 hari
 Label untuk menuliskan tanggal pembersihan
harus ditempel pada setiap inkubator
 Harus ada area yang khusus untuk melakukan
disinfeksi incubator
PENGENDALIAN INFEKSI DI UNIT PERAWATAN
NEONATUS
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban
No.Dokumen Nomor Revisi Halaman
0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten
Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
1. Harus ada wastafel dinding di dalam ruang bayi, satu
untuk setiap tiga incubator
2. Permukaan di ruang bayi harus dibersihkan secara
seksama sedikitnya sekali seminggu
3. Pemisahan limbah dibagi atas :
 Sampah infeksius (kantung berwarna kuning)
Kasa, verband, kateter, swab, plester, masker,
sarung tangan, kapas lidi, urobag, sampah yang
terkontaminasi dengan cairan tubuh
 Sampah domestik / rumah tangga (kantong
berwarna hitam)
Kertas, plastik, plastik bungkus spuit / infus,
kardus, kayu, kaleng, daun, sisa makanan,
sampah yang tidak terkontaminasi cairan tubuh
pasien
 Sampah benda tajam (kotak berwarna kuning)
Jarum suntik, pisau cukur, pecahan ampul, gelas
obyek, lancet, sampah yang memiliki permukaan/
ujung yang tajam
4. Semua limbah cair (darah, cairan lendir dan sekresi)
dibuang di saluran air kotor dan disiram dengan air
dalam jumlah banyak

Petugas
A. Prosedur cuci tangan
B. Prosedur lain
1. Menggunakan gaun penutup dan sepatu tertutup
2. Menggunakan sarung tangan jika akan kontak
dengan darah, cairan tubuh, selaput lendir atau
kulit yang tidak utuh

Neonatus
1. Neonatus harus dimandikan 3 kali/minggu dengan air
hangat
2. Elektroda harus diganti setiap tiga hari
3. Tali pusat harus dirawat dengan alkohol setiap
pergantian tugas jaga
4. Salep/ tetes mata profilaksis pada semua neonatus
pada hari pertama
PENGENDALIAN INFEKSI DI UNIT PERAWATAN
RSUD dr. R. Koesma NEONATUS
Kabupaten Tuban
No.Dokumen Nomor Revisi Halaman
0 1/2
Tanggal Terbit
Ditetapkan
: Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
5. Neonatus dari luar harus di tempatkan di area khusus
di ruang bayi selama 72 jam pertama
6. Neonatus dengan kondisi berikut memerlukan isolasi :
a. Infeksi stafilokokus
b. Konjungtivitis bakteri
c. Gastroenteritis
d. Infeksi luka
e. Infeksi yang menular : varicella (isolasi ketat)

Perlengkapan (pencucian dan sanitasi)


1. Yang diperlukan untuk perlengkapan pemberian
asupan dan nutrisi
 Sterilisasi cangkir susu dengan benar
 Menggunakan air steril untuk mempersiapkan
formula
 Sonde lambung untuk asupan diganti setiap 2-3
hari
 Cuci tangan sebelum dan sesudah mempersiapkan
minum
2. Yang harus dilakukan untuk jalur infus
 Ganti cairan infus steril setiap hari
 Evaluasi kasa tiap hari
 Ganti kasa jika kotor atau basah
 Evaluasi semua jalur masuk infus setiap hari (kultur
jika terdapat tanda infeksi)
 Ganti tabung buret dan tabung infus setiap hari
 Ganti spuit 50 cc untuk infus setiap pergantian
cairan
 Ganti abocath / kanula tiap 2-3 hari
3. Yang harus dilakukan pada perlengkapan pernafasan
 Ganti alat sirkuit pernafasan setiap 3 hari
4. Yang harus dilakukan pada perlengkapan pengisap
lendir
 Ganti air dalam alat pengisap lendir setiap hari
 Cuci selang pengisap lendir setiap kali setelah
digunakan pada satu bayi

Unit terkait Ruang Perinatologi


RSUD dr. R. Koesma PENILAIAN USIA KEHAMILAN
Kabupaten Tuban
No.Dokumen Nomor Revisi Halaman
0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Menilai usia kehamilan berdasarkan klinis
Tujuan 1. Membandingkan bayi menurut nilai standar pertumbuhan
berdasar masa kehamilan (temuan dianggap akurat dengan
kisaran ± 2 minggu
2. Verivikasi perkiraan obstetri untuk usia kehamilan dan identifikasi
bayi kurang bulan, lebih bulan, besar atau kecil untuk masa
kehamilan
3. Amati dan rawat terhadap kemungkinan komplikasi
Kebijakan Dilakukan oleh dokter atau perawat terlatih
Prosedur 1. Semua bayi yang masuk ke unit pelayanan neonatus
2. Waktu pemeriksaan 1 jam setelah lahir dan tidak lebih dari 12
jam setelah kelahiran
3. Pemeriksaan berdasarkan Ballard score( Lihat Lampiran )
4. Jika pasien dalam kondisi tidak stabil, pemeriksaan maturitas
neurologi harus dievaluasi ulang 24 jam
5. Jika maturitas neurologi tidak dapat dilakukan maka perkiraan
usia kehamilan berdasarkan score ganda maturitas fisik
6. Bandingkan nilai total pada kolom skor dengan perkiraan usia
kehamilan pada kolom minggu
7. Kurang bulan : < 37 minggu
8. Cukup bulan : 37-42 minggu
9. Lebih bulan : > 42 minggu
10. Dokumentasikan :
a. Nama
b. Usia saat pemeriksaan
c. Perkiraan usia kehamilan (kurang bulan, cukup bulan, lebih
bulan)
d. Berat dalam gram
e. Panjang dalam sentimeter
f. Lingkar kepala dalam sentimeter
g. Berdasarkan grafik Lubchenco dokumentasikan :
 BMK (Besar masa kehamilan) : di atas 90 persentil
 SMK (Sesuai masa kehamilan) : 10-90 persentil
 KMK (Kecil masa kehamilan) : di bawah 10 persentil

(Di baliknya dapat di lihat grafik Ballard Score)
RSUD dr. R. Koesma PENILAIAN USIA KEHAMILAN
Kabupaten Tuban
No.Dokumen Nomor Revisi Halaman
0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK


OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001

Maturitas fisik
RSUD dr. R. Koesma PENILAIAN USIA KEHAMILAN
Kabupaten Tuban
No.Dokumen Nomor Revisi Halaman
0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
-1 0 1 2 3 4 5
Kulit Lengket- Gelatin Merah Permu Pecah- Perka Leath
friabel- us halus, kaan pecah, men ery
transpara merah tampak terkelu daerah terbela crack
n translus gambara pas gundul, h ed
en n vena dan vena dalam, wrinkl
atau sangat tak ed
ruam sedikit terlihat
tampa vena
k vena
Lanugo Tidak ada Jarang Banyak Halus Daerah Umum
kebota nya
kan tanpa
lanugo
Permuk Tumit-jari > 50 Faint Garis Garis Garis
aan kaki mm bercak kaki kaki kaki di
plantar 40-50 tanpa kemerah hanya sampai seluruh
mm:-1 garis an di dengan telapak
< 40 mm kaki anterio 2/3 kai
: -2 r anterio
r
Payudar Impercept Sedikit Areola Areola Areola Areola
a ible percepti rata agak menonj sangat
ble tanpa menon ol, menonj
bantalan jol, bantala ol
bantal n 3-4 bantala
an 1-2 mm n 5-10
mm mm
Mata/ Kerapata Kelopa - - - -
Telinga n kelopak k Sedikit Lengk Bentuk Tulang
longgan :- terbuka melengk ung dan rawan
1 , telinga ung, terbent kekera cukup
Rapat :-2 rata lunak, uk san tebal,
tetap rekoil baik, sudah daun
terlipat lambat lunak, baik, telinga
tapi rekoil sudah
rekoil langsu kaku
baik ng
Genital Skrotum Skrotu Testis di Testis Testis Testis
(pria) rata, m bagian sudah jelas sudah
halus kosong, atas turun, dalam bergel
guratan kanal, terlihat skrotu ayut,
kulit guratan gurata m, rugae
halus kulit n rugae cukup
jarang cukup cukup dalam
jelas jelas

Genital Klitoris Klitoris Klitoris Labia Labia Labia


(wanita) menonjol, menonj menonjol minor mayor mayor
labia rata ol, labia , labia dan besar, menut
minor minor mayor labia up
kecil membes sama minor klitoris
ar menon kecil dan
jol labia
minor
RSUD dr. R. Koesma PENILAIAN USIA KEHAMILAN
Kabupaten Tuban
No.Dokumen Nomor Revisi Halaman
0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Score -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Minggu 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44
A. Grafik Lubchenco

Unit terkait Ruang Perinatologi


RSUD dr. R. Koesma PENILAIAN FISIK
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kondisi/ keadaan
bayi
Tujuan Menilai kondisi bayi
Kebijakan Penilaian fisik lengkap harus dilakukan pada awal tugas jaga
Prosedur Persiapan alat
1. Jam
2. Stetoskop neonates
3. Termometer axilla
4. Termometer rectal
5. Timbangan bayi
6. Pita pengukur
7. Buku catatan

Persiapan pemeriksa
Pemeriksa melakukan prosedur 7 langkah mencuci tangan
sebelum dan sesudah memeriksa bayi

A. Tanda vital
1. Neonatus stabil  penilaian dilakukan sebelum memberi
asupan
2. Neonatus tidak stabil  1 – 2 jam
3. Suhu :
a. Suhu rektum dilakukan hanya sekali saat bayi masuk
ruangan  selanjutnya suhu axilla
b. Suhu normal axilla 36,5-37,5
c. Neonatus ditempatkan di tempat tidur dg penghangat
harus dipasang probe termometer  suhu diukur tiap jam
sampai stabil
4. Jika hipotermia :
a. Pastikan tempat tidur penghangat / inkubator dinyalakan
& bekerja baik
b. Hangatkan kembali neonatus dg perlahan
c. Periksa suhu bayi tiap jam sampai normal
d. Bila mungkin  kontak kulit ke kulit
e. Beritahu dokter
f. Untuk mencegah hipotermi  kepala memakai topi +
lampu penghangat jika membuka inkubator
g. Gunakan lubang pada inkubator
h. Periksa sumber hilangnya panas seperti O2 yg dingin
ruangan yg dingin
RSUD dr. R. Koesma PENILAIAN FISIK
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
1. Jika hipertermi :
a. Pastikan inkubator baik
b. Periksa apakah neonatus sedang menangis/ bergerak dg
kuat/ dibungkus berlebihan
c. Beritahu dokter
2. Denyut jantung
a. Denganauskultasi dan diukur selama satu menit penuh
b. Neonatus stabil  tiap 4 jam
c. Neonatus tidak stabil  tiap jam
d. Denyut jantung normal 120-160 x/m  kontak kulit ke
kulit  membantu menstabilkan
e. Takikardi (>160x/m)
a) Pastikan tidak sedang menangis / bergerak kuat
b) Beritahu dokter
f. Bradikardi (< 100 x/m)
a) Nilai warna & nafas
b) Beritahu dokter
3. Frekuensi nafas
a. Normal 40-60 x/m
b. Harus diukur satu menit penuh
c. Jika stabil  4 jam
d. Tidak stabil  1 jam

B.Ukuran pertumbuhan
1. Terdapat 3 komponen
a. Berat badan :
a) Harus diukur tiap hari, pada waktu yg tetap
bersama dg perawatan rutin dan pembersihan
inkubator
b) Harus diplotkan pd grafik berat badan pd saat bayi
masuk ruangan & setiap hari Jika berat badan
berbeda bermakna dari hari sebelumnya  ukur 2
kali  jika tetap  beritahu dokter
c) Jika tidak stabil  harus ada perintah dokter untuk
tidak menimbang
b. Panjang badan :
a) Dari puncak kepala sampai dg tumit  diukur saat
bayi masuk & tiap minggu
b) Catat pada grafik dan diukur tiap minggu
c) Bayi harus terlentang dan hindari mengganggu bayi
RSUD dr. R. Koesma PENILAIAN FISIK
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
› Lingkar kepala
 Diukur saat bayi masuk & tiap minggu
 Ukur dg pita pengukur dari bagian paling
menonjol tulang occipital & frontal
 Pengukuran tiap hari pada kelainan neurologis

C.Penilaian sistim

a. Penilaian neurologis
-Harus dilakukan tiap hari, jika tidak stabil  lebih sering
b. Penilaian pernafasan
- Sesuai jadwal / jika ada perubahan
c. Penilaian kardiovaskular
-Sesuai jadwal / jika ada perubahan
d.Penilaian Gastrointestinal
- Setiap hari / jika ada perubahan
e.Penilaian sistem lain
- Gambaran luka dan pembalutannya
- Gambaran sistem genitourinari
- Kolostomi

D.ASI
Penilaian menyusui :
a. Frekuensi : diberi ASI sesuai dg permintaan selama 3 hari
pertama  tiap 2 jam
b. Posisi :
a) Ibu posisi nyaman,
b) kepala dan badan neonatus pada 1 gari lurus
c) Mengahadap ibu
d) Dekat payudara
e) Sentuh bibir bayi dg jari / putting
f) Kelekatan : bibir bawah terlipat ke arah luar, sebagian
besarareola masuk, areola lebih banyak
terlihat di atas,ndagu menyentuh
Unit terkait Ruang Perinatologi
PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA BAYI DENGAN RISIKO
RSUD dr. R. Koesma INFEKSI NEONATAL/SEPSIS
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian a. Penggunaan antibiotik yang tepat memang dapat
mengurangi risiko kematian akibat sepsis, namun
penyalahgunaannya dapat memberi dampak yang tidak
baik seperti bakteri yang resisten berbagai obat-obatan,
peningkatan insidensi sepsis akibat jamur, dan lain-lain.
Oleh sebab itu, diperlukan kebijakan penggunaan
antibiotik yang rasional yang dapat meminimalisir
penggunaan antibiotik pada neonatus yang tidak
terinfeksi, serta pemberian antibiotik yang sesuai dalam
kurun waktu yang tepat pada neonatus yang terinfeksi
Tujuan a. Mengenali faktor risiko sepsis neonatorum.
b. Nakes harus mampu menegakkan diagnosis sepsis
neonatorum secara dini dan menanganinya dengan
tepat.
c. Meminimalisir penggunaan antibiotik pada neonatus
yang tidak terinfeksi, serta pemberian antibiotik yang
sesuai dalam kurun waktu yang tepat pada neonatus
yang terinfeksi
d. Pulang lebih cepat di Rumah Sakit
Kebijakan 1. Neonatus asimptomatik disertai faktor risiko
2. Bayi asimptomatik dengan faktor risiko; mendapatkan
antibiotik intrapartum
3. Bayi simptomatik
Prosedur A. Sumber Daya Manusia : dokter dan perawat perina
B. Alat-alat :
a. Perawatan supportif neonatus sakit:
- Infant warmer, inkubator, covis
- Infus pump, syringe pump
- Termometer
- Monitor vital sign (saturasi oksigen, EKG,
Respirasi)

C. Proses penilaian faktor risiko dan mengenali bayi dengan


tanda infeksi
1. Neonatus asimptomatik disertai faktor risiko
- Pantau pada neonatus asimptomatik yang lahir
pada usia kehamilan ≥35 minggu dan antibiotik
diberikan dengan atau tanpa skrining pada
neonatus yang lahir pada usia kehamilan <35
mingguPersiapan bayi
- Lakukan skrining dengan atau tanpa pemberian
PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA BAYI DENGAN RISIKO
RSUD dr. R. Koesma INFEKSI NEONATAL/SEPSIS
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
- antibiotik berdasarkan risiko yang ditemukan
Lihat tabel 1 dan tabel 2
2. Bayi asimptomatik dengan faktor risiko;
mendapatkan antibiotik intrapartum
- Keputusan untuk menghentikan/memberikan
pemberian antibiotik pada bayi-bayi ini harus lebih
berdasarkan gejala klinis dibandingkan hasil
laborat/kultur yang negatif
- Faktor risiko sesuai dengan tabel 1 dan 2
3. Bayi simptomatik
- Bayi simptomatis dengan kecurigaan rendah dapat
dilakukan skrining terlebih dahulu
- Bayi simptomatis dengan kecurigaan tinggi harus
segera diberikan antibiotik
D. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
1. Darah lengkap, hitung jenis dan hapusan darah tepi
ibu dan bayi
2. I/T ration
3. Foto Thorak
4. USG kepala
5. Kultur Dara
E. Kebijakan pemberian antibiotik
Bayi yang telah diputuskan untuk mendapatkan antibiotik,
diberikan sesuai dengan prosedur pada tabel 3

Unit terkait Ruang Perinatologi


PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA BAYI DENGAN RISIKO
RSUD dr. R. Koesma INFEKSI NEONATAL/SEPSIS
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Tabel 1

Tabel 3
RSUD dr. R. Koesma PERAWATAN METODE KANGURU
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Perawatan metode kanguru (PMK) atau kangaroo mother
care (KMC) adalah perawatan untuk bayi berat lahir rendah
atau lahiran prematur dengan melakukan kontak langsung
antara kulit ibu atau skin-to-skin contact, dimana ibu
menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayinya
dengan cara menggendong bayinya dengan kontak kulit
dengan kulit pada posisi vertikal, kepala diantara payudara
selama 20 menit atau lebih.
Tujuan 1. Meningkatkan hubungan emosional ibu dan bayi
2. Meningkatkan keberhasilan dan memperlama durasi
menyusui
3. Menstabilkan denyut jantung, pola pernafasan dan
saturasi oksigen
4. Memberikan kehangatan pada bayi
5. Meningkatkan durasi tidur
Kebijakan 1. Semua bayi BBLR diupayakan menggunakan PMK.
2. Dilakukan komunikasi yang baik dengan keluarga
berkaitan tentang BBLR dan PMK

Prosedur 1. Tahap Persiapan


1) Persiapan Alat
a. Alat pengukur tanda vital bayi
b. Gendongan dan topi bayi
c. Ukur tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, respirasi
d. Buka pakaian bayi kecuali popok
RSUD dr. R. Koesma PERAWATAN METODE KANGURU
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
2) Persiapan Orang Tua
a. Ibu yang akan melakukan perawatan metode kanguru
harus bersih (mandi 2-3X/hari)
b. Cuci tangan saat mau melakukan perawatan metode
kanguru
c. Buka pakaian atas ibu
2. Tahap Implementasi
1) Posisikan bayi di dada Ibu
2) Pertahankan posisi dengan menggunakan gendongan bayi
3) Tepi kain penggendong bagian atas harus dibawah telinga
bayi
4) Pakaikan topi bayi
5) Pakai kembali baju atas ibu

3. Tahap Evaluasi
1) Pantau kondisi bayi mencakup tanda-tanda vital status
oksigenasi
2) Identifikasi tanda-tanda bahaya yang menetap dan lakukan
tindakan sesuai masalah yang ditemukan

Unit Terkait R. Perinatologi


RSUD dr. R. Koesma KEJANG PADA NEONATUS
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian 1. Perubahan paroksimal dari fungsi neurologic ( misalnya
perilaku, sensorik, motorik dan fungsi autonom system
syaraf), yang terjadi pada bayi berumur sampai dengan 28
hari.
2. Kejang pada neonatus merupakan kedaruratan medis
3. Mortalitas dan morbditas tinggi
4. Perlu diagnosis dan tatalaksana yang cepat.
Tujuan 1. Mendefinisikan kejang dan membedakan kejang epileptik
dan non-epileptik.
2. Mengidentifikasi penyebab kejang pada neonatus, baik
etiologi yang sering maupun yang jarang.
3. Mendiagnosis kejang pada neonatus.
4. Merawat kejang pada neonatus.
5. Menginformasikan prognosis bayi kepada orang tuanya
6. Pulang lebih cepat di Rumah Sakit
Kebijakan 1. Mengenali kejang epileptik dan non epileptik
2. Mengenali faktor risiko bayi yang berpotensi kejang
3. Memberikan tatalaksana kejang pada neonatus
Prosedur 1. Kenali kejang epileptik dan non epileptik
Empat jenis kejang yang sering ditemui pada
neonatus:
a. Kejang Tonik
b. Kejang Klonik
c. Kejang Mioklonik
Gerakan ringan yang bukan kejang
a. Kejang “subtle”
b. Jitteriness
c. Apnea pada saat tidur
d. Gerakan menghisap yang terisolasi
e. Mioklonikringan saat tidur
b. Kenali faktor risiko bayi yang berpotensi kejang
a. Penyebab yang sering
a) HIE / asfiksia
b) Infeksi (TORCH, meningitis, septicemia)
c) Hipoglikemia, hipokalsemia, hypomagnesemia
d) Perdarahan SSP (intraventrikular, subdural,
trauma, dll.)
b. Penyebab yang jarang
a) Kelainan bawaan otak
RSUD dr. R. Koesma KEJANG PADA NEONATUS
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
b) Kesalahan metabolisme bawaan
c) Gejala penghentian obat pada ibu (heroin,
barbiturat, metadon, kokain, dll.)
d) Kernikterus
e) Ketergantungan Pyridoxine (B6)
f) Hiponatremia

c. Pemeriksaan penunjang dilakukan pada bayi dengan


faktor risiko ataupun pada bayi dengan kejang
a. Pemeriksaan Utama
a) Glukosa darah
b) Kalsium dan magnesium darah
c) Pemeriksaan darah lengkap, diferensiasi leukosit
dan trombosit
d) Elektrolit
e) Analisis Gas Darah
f) Kultur darah
d. 4. Pemeriksaan lainnya:
e. a) Titer TORCH, kadar amonia, USG kepala dan asam
amino dalam urine
f. b) EEG: Normal pada sekitar 1/3 kasus
g. c) USG kepala: Untuk perdarahan dan luka parut
h. d) CT Scan: Untuk mendiagnosis malformasi dan
perdarahan otak
i. 5. Memberikan tatalaksana kejang pada neonatus
j. a. Larutan dextrose 10% (2cc/kg IV) secara empiris kepada
neonatus yang sedang mengalami kejang.
k. b. Kalsium glukonat (200mg/kg IV), jika dicurigai adanya
hipokalsemia.
l. c. Obat anti kejang
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban KEJANG PADA NEONATUS

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Obat Dosis Keterangan Efek Samping
Phenobarbital Dosis awal: 10 - 20 Merupakan obat pilihan. Hipotensi
mg/kg.tambahkan 5 Berikan secara IV selama Apnea
mg/kg sampai 5 mnt . Pantau status
maksimal 40 mg/kg Tingkat Terapeutik: 20- pernapasan selama
Pemeliharaan: 3-5 40 g/ml. pemberian dan periksa
mg/kg/hari bagi dalam Berikan IM, IV, atau PO tempat masuknya infus.
beberapa dosis dan setiap 12 jam.
berikan setiap 12 jam . Mulai terapi 12 jam
setelah dosis awal

Phenytoin Dosis awal: 15-20 Berikan IV dgn kec. Jangan berikan


mg/kg IV selama 30 maksimal 0.5 sec.IM.
min. mg/kg/min Keracunan
Dosis rumatan: 3-5 Dosis rumatan: 4-8 merupakan
mg/kg/hari mg/kg/hari secara IV masalah dengan
cepat atau PO. obat ini
Bagi dosis total dan Aritmia Jantung
berikan IV setiap 12 Kerusakan otak
jam
RSUD dr. R. Koesma PEMBERIAN ASI
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Mendorong semua ibu dengan neonatus cukup bulan
yang sehat serta bayi prematur berisiko rendah yang
lahir setelah kehamilan 32 minggu tanpa masalah
pernapasan atau syaraf untuk mempraktekkan rawat
gabung dan menyusui secara eksklusif hingga akhir
bulan keenam
Tujuan a. Mempromosikan Pemberian ASI di Fasilitas Kesehatan
pada Neonatus
b. Menerapkan Pemberian ASI yang Berhasil Untuk
Neonatus
c. Menilai Keberhasilan Menyusui Neonatus
d. Pulang lebih cepat di Rumah Sakit
Kebijakan 1. Mengikuti “Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui ”.
2. Mengawali dan mempertahankan pemberian ASI.
3. Mengevaluasi pemberian ASI pada neonatus untuk
memastikan posisi yang benar, kelekatan yang baik dan
pengisapan yang efektif.
4. Mengidentifikasi berbagai masalah dalam menyusui,
pencegahan serta penanganannya.
5. Menatalaksana neonatus dengan kesulitan dalam
menetek.
6. Mendefinisikan metode dan teknik memeras serta
menyimpan ASI.
Prosedur 1. 1. Ikuti “Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui ”.
2. 2. Mengawali dan mempertahankan pemberian ASI.
a. Asuhan metode kanguru segera setelah
lahir.pengeringan, pemotongan tali pusatdapat
dilakukan dengan bayi diletakkan diatas perut
ibu.
b. sediakan waktu yang cukup dan tenanguntuk
bayi dapat memulai instink rooting dan
memastikan kelekatan yang benar (dapat
berlangsung selama satusampai dua jam
setelah lahir)
c. bila bayi sudah dapat menemukan puting, bantu
untuk mendapatkan posisiyang benar
d. berikan ASI sesering mungkin
e. memberi dorongan kepada ibu untuk menyusui
bayinya
RSUD dr. R. Koesma PEMBERIAN ASI
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
3. Evaluasi pemberian ASI pada neonatus untuk
memastikan posisi yang benar, kelekatan yang baik dan
pengisapan yang efektif.
a. Kepala dan tubuh neonatus dalam posisi lurus.
b. Neonatus menghadap ke payudara dengan hidung
sejajar di puting ibu.
c. Tubuh neonatus menempel pada tubuh ibu.
d. Seluruh tubuh neonatus ditahan, tidak hanya
bagian leher dan bahu saja.
e. Dagu menempel payudara
f. Mulut terbuka lebar
g. Bibir bawah terlipat ke arah luar
h. Lebih banyak daerah areola bagian bawah yang
masuk.
i. Jika neonatus tidak dapat menetek, pertimbangkan
untuk menggunakan sendok atau cangkir minum.
j. Ketika ibu dan neonatus terpisah atau neonatus
tidak dapat menetek, ibu harus didorong untuk
memompa dan menyimpan ASI-nya untuk
mempertahankan produksi ASI dalam jumlah yang
memadai.
4. Identifikasi berbagai masalah dalam menyusui,
pencegahan serta penanganannya.
5. Talaksana neonatus dengan kesulitan dalam menetek.
6. Definisikan metode dan teknik memeras serta
menyimpan ASI.
Unit Terkait Ruang Perinatologi
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban SYOK NEONATAL

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK


OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian 1.Sindrom akut:
a.Perfusi sirkulasi yang tidak memadai → ↓ O2 jaringan
b.Metabolisme: aerobik (memadai) → anaerobik (kurang)
c.Ketidakstabilan fisiologis: disfungsi seluler → kematian
sel
d.Curah jantung rendah: Hipotensi: < persentil ke-10
2.Penyebab utama morbiditas dan mortalitas
3.Pengenalan dini → memperbaiki prognosis/luaran
Tujuan 1.Mengenali syok pada neonatus → gawat darurat →
intervensi dini
2.Mendefinisikan syok neonatus dan hipotensi
3.Melakukan suatu pemeriksaan sistem lengkap untuk
mengidentifikasi syok
4.Memberikan penatalaksanaan awal & spesifik untuk syok
Kebijakan 1.Mengenali neonatus dengan faktor risiko untuk terjadinya
syok
2.Mengenali tanda tanda syok pada neonatus
3.Memberikan tatalaksana
Prosedur 1.SDM : dokter dan perawat perina
a. Alat-alat :
Perawatan supportif neonatus sakit:
- Infant warmer, inkubator, covis
- Infus pump, syringe pump
- Termometer
- Monitor vital sign (saturasi oksigen, EKG,
Respirasi)
- Infus umbilikal, infus perifer
Obat-obatan :
- Cairan infus RL, NS, D10 0.18 NS, D10
- Dopamin, dobutamin, epinefrine,
norepinefrine
- Antibiotik
- KCl 7.4%, NaCl 3%, Ca Gluconas 10%,
NaBic 8.4%
- Aminosteril infant 6%
- Intralipid 20%
- Komponen darah
- Albumin 5%
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban SYOK NEONATAL

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK


OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
b. Prosedur :
a) Kenali neonatus dengan faktor risiko untuk
terjadinya syok
- Syok hipovolemik  kehilangan darah\
- Syok septik  ada tanda infeksi
- Syok kardiogenik  ada tanda kelainan
jantung/disfungsi miokard (asfiksia, anemia,
syok, dsb)
b) Lakukan pemeriksaan laborat dan penunjang yang
dibutuhkan
Darah lengkap, hapusan darah, hitung jenis, CRP,
procalcitonin, GDA, Elektrolit, SGOT, SGPT,
ureum, kreatinin, kultur darah, urine, feces, Foto
thorak, analisa gas darah, serum laktat, EKG.
c) Kenali tanda tanda syok pada neonatus
Kardiovaskuler ;
– TD ↓
– Kisaran MAP rendah
– DJ ↑
Pernafasan:
– Laju napas ↑
– Retraksi
– Grunting
– Apnea
Lain-lain:
– SSP: rewel, letargi, bingung, dan koma
– Mottling pada kulit
– Ekstremitas terasa dingin
– Penurunan produksi urin
– Pengisian ulang kapiler memanjang
– Asidosis metabolik
d) Berikan tatalaksana
i. Penggantian volume cairan (10-20 ml/kg) :
– Normal Salin
– Larutan Ringer laktat
– Albumin 5% : dapat menyebabkan
perpindahan cairan dari kompartemen
intraseluler ke kompartemen ekstraseluler
– Whole blood: dengan riwayat kehilangan
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban SYOK NEONATAL

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK


OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
darah
ii. Vasopressor:
– Dopamine (katekolamin alami):
0.5-2 mkg/kg/menit: vasodilatasi ginjal &
mesenterik; sedikit perubahan pada TD
2-10 mkg/kg/menit: β1 rec : Output jantung
↑ &TD>10 mkg/kg/menit: α rec: TD↑
– Dobutamine: sampai dengan 20
mkg/kg/menit
– Adrenalin: 0,05-0,1mkg/kg/menit
– Hidrokortison: 20-40 mg/m2/hari IV/PO
Q12h (1-2 mg/kg/dosis)
iii. Koreksi asidosis metabolik dengan infus sodium
bikarbonat sebesar 1-2 mEq/kg
iv. Koreksi hipoksia dan memberikan dukungan
respirasi sesuai dengan kebutuhan
v. Mengoreksi hipoglikemia (D10W: 2ml/Kg),
hipokalsemia (Ca glukonat 10%: 1ml/Kg) dan
ketidakseimbangan elektrolit jika ada
vi. Diet: tetap NPO sampai fungsi GI telah pulih
vii. Mulai nutrisi parenteral total

Unit Terkait R. perinatologi


RSUD dr. R. Koesma PEMBERIAN OKSIGEN PADA NEONATUS BERESIKO
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Memberika oksigen kedalam paru-paru klien melalui saluran
pernafasan bagian atas dengan menggunakan alat khusus
Tujuan Untuk memenuhi oksigen sehingga oksigenasi jaringan
terpenuhi
Kebijakan 1. Bayi yang membutuhkan oksigen
2. Oksigen segera diberikan
Prosedur  Dilakukan pada bayi dengan hipoksia atau anoksia yang
disebabkan :
1. Kelumpuhan paru – paru
2. Syok dan bayi dalam keadaan gawat
3. Kelainan pada pernafasan, bayi dengan RDS
4. Kelainan jantung
5. Serangan kejang
6. Sumbatan saluran pernafasan
A. Persiapan alat
1. Satu set alat oksigen lengkap dalam keadaan siap
pakai terdiri dari :
 Manometer
 Flowmeter
 Humidifier yang sudah terisi cairan aquabidest
10 cc
2. Selang oksigen
3. Nasal kanul, facemask, Neopuff, CPAP Nasal
4. Plester
5. kapas
B. Persiapan bayi
1. Berika penjelasan pada klg bayi tentang prosedur
yang akan dilaksanakan
2. Atur posisi bayi sedikit extensi
C. Penatalaksanaan
1. Alat-alat didekatkan ke meja tindakan
2. Petugas mencuci tangan
3. Atur posisi sesuai dengan kondisi pasien
4. Selang disambungkan ke regulator, kemudian
flowmeter dibuka dan tes kepunggung tangan lalu
tutup kembali
5. Lubang hidung klien dibersihkan dengan kapas
6. Bila menggunakan:
RSUD dr. R. Koesma PEMBERIAN OKSIGEN PADA NEONATUS BERESIKO
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001

 ]MASKER
Selang oksigen dihubungkan dengan masker zat
asam atau kateter. Masker dipasang pada mulut
dan hidung dengan tali dikaitkan kebelakang
kepala melewati telinga
 KANULA
Ujung kanula dimasukkan kedalam hidung, lalu
pasang plester pada kedua pipi klien
 OXYHOD (Sungkup)
Selang oksigen dihubungkan dengan oxyhod
melalui lubang yang tersedia, pemberian oksigen
minimal 5-7 liter/menit
 NEOPUFF
Diukur dulu PEEP nya lalu sungkup dipasang
menutupi mulut dan hidung bayi. Pemberian O2 4-
6 L/ menit
 NASAL CPAP
Diatur dulu PEEP nya lalu dihubungkan dengan
nasal yang dipasang pada hidung bayi. Pemberian
O2 1-2 Lpm
7. Pemberian oksigen ini dapat diteruskan, selang-seling
(intermiten) atau terus menerus tergantung program
pengobatan
8. Rapihkan dan atur posisi bayi senyaman mungkin
9. Petugas mencuci tangan
10. Catat pemberian oksigen dalam catatan perawatan
D. Perhatian
- Hindari tindakan yang menyebabkan klien merasa
sakit
- Tabung oksigen yang berisi harus selalu dalam
keadaan terkunci
- Pengisian aquabides tidak boleh melebihi batas (level)
dan jaga humidifier jangan sampai kering
- Jauhkan oksigen dari api, alkohol dan benda yang
dapat menimbulkan kebakaran
- Bila pasien gelisah, pasang manset pada tangan
- Bersihkan kateter oksigen bila kotor atau digunakan
lebih dari 24 jam
- Bahaya pemberian oksigen: menyebabkan retinolental
RSUD dr. R. Koesma PEMBERIAN OKSIGEN PADA NEONATUS BERESIKO
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
fibrolasias (kebutaan)
- Pemberian oksigen dalam jangka waktu lama tanpa
intermiten dapat berdampak terjadinya penurunan
fungsi paru (kolaps paru)
Unit terkait - Ruang VK
- Ruang Neonatus
RSUD dr. R. Koesma PEMBERIAN MINUM / NUTRISI
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Tindakan yang dilakukan petugas (perawat/bidan R. Bayi)
yang telah diberi wewenang untuk member minum bayi sesuai
dengan kebutuhannya.
Tujuan Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.

Kebijakan Dilakukan pada semua bayi yang tidak mendapatkan ASI


Prosedur  Persiapan alat
- Gelas, sendok, & spuit steril dalam wadah steril
- ASI
- PASI
~ SGM / Lactogen untuk BBLC
~ SGM BBLR untuk BBLR
~ LLM untuk bayi diare
 Persiapan bayi
- Bayi diletakkan diatas meja
- Posisi bayi kepala agak ditinggikan
 Penatalaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Menghitung kebutuhan minum bayi
BBLR = BB(Kg) x Kebutuhan

Kebutuhan Minum 12 BBLR (< 2500 gr)


Hari I = 80 cc/Kg BB/Hr
Hari II = 100 cc/Kg BB/Hr
Hari III = 120 cc/Kg BB/Hr
dst

BBLC = BB ( Kg ) x kebutuhan

8
Kebutuhan Minum BBLC (> 2500 gr)
Hari I = 60 cc /Kg BB/Hr
Hari II = 80 cc /Kg BB/ Hr
Hari III = 100 cc/ Kg BB/ Hr
dst
3. Pilih PASI sesuai kebutuhan dan mengencerkan
dengan air hangat dengan takaran 1 takar susu dengan
30 cc air.
RSUD dr. R. Koesma PEMBERIAN MINUM / NUTRISI
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
4. Siapkan air hangat dalam gelas.
5. Ambil air hangat sesuai kebutuhan dengan
menggunakan spuit dimasukkan dalam gelas.
6. Aduk susu + air hingga bercampur kesuruhannya.
Unit terkait - Ruang Perinatologi
RSUD dr. R. Koesma PENATALAKSANAAN APNEA PADA BAYI
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Apnea/apnu suatu periode henti nafas selama 20 detik atau
lebih, yang berkaitan dengan kondisi bradikardi, sianosis,
pucat, dan atau hipotonia yang jelas.
Atau suatu episode henti nafas kurang dari 20 detik dan
disertai dengan bradikardi (minimal <100 x/menit), sianosis,
pucat, dan hipotonia yang jelas.
Tujuan Penanganan segera pada bayi yang mengalami henti nafas
Kebijakan Dilakukan pada bayi dengan nadi <100 x/ menit, mengalami
hipotonis, sianosis dan pucat
Prosedur 1. Pertahankan suhu bayi tetap hangat
2. Perhatikan ABC (Airway, Breathing, dan circulation)
3. Oksigen harus selalu disediakan.
4. Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian)
untuk memudahkanobservasi
5. Posisi kepala harus ekstensi dengan bahu diganjal
dengan kain
6. Lakukan rangsangan taktil utk melihat respon bayi, bila
masih ttap apneu lakukan pemberian Aminophylline
6mg/kgBB selama 15-30 menit secara iv (intra vena)
7. Bila ada respon bayi terhadap Aminophylline, kemudian
lanjutkan pengobatan selama 34 minggu bagi bayi kurang
bulan (Aminophylline 2.5mg/kgBB/dosis setiap 12 jam
pada minggu pertama kehidupan, Aminophylline
4mg/kgBB/dosis setiap 12 jam pada minggu ke 2-4
kehidupan)
8. Hentikan terapi pengobatan, jika tidak muncul apneu
selama 7 hari berturut-turut
9. Jika tidak ada respon bayi terhadap Aminophyllline,
berikan terapi CPAP (Continous Positive Air Pressure)
10. Pengaturan oksigen selalu diobservasi
11. Jika tidak ada respon terhadap terapi CPAP, lakukan IMV
(Intermitten Mandatory Ventilation)
Unit terkait R. Perinatologi
RSUD dr. R. Koesma HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian 1. Keadaan glukosa serum < 40 mg/dl pada neonatus kurang
bulan
2. Keadaan glukosa serum < 45 mg/dl pada neonatus cukup
bulan
Tujuan Untuk mencegah terjadinya kerusakan syaraf permanen atau
kematian
Kebijakan
1. Kadar glukosa yang rendah dalam darah harus dinaikkan
dengan cepat.
2. Pemberian glukosa intervena harus diturunkan secara
bertahap.

Prosedur A. Lengkapi riwayat medis :


1. Tanyakan tentang penyakit ibu (DM).
2. Tanyakan tentang infeksi pada ibu (TORCH).
3. Tanyakan tentang obat yang dikonsumsi ibu.
4. Dokumentasi cara melahirkan (NVD, seksio sesarea, dengan
bantuan alat)
5. Dokumentasikan lama proses melahirkan.
6. Dokumentasikan Skor Apgar.
7. Dokumentasi metode resusitasi.
8. Dokumentasi usia kehamilan : kurang bulan, cukup bulan
atau lewat bulan.
9. Tanyakan tentang masalah neonatus terkait : sepsis, kejang.

B. Melengkapi pemeriksaan fisik neonatus


1. Periksa tanda vital : FJ, frekuensi napas, suhu, waktu
pengisian ulang kapiler (CRT).
2. Dokumentasi usia kehamilan dan berat badan
3. Pemeriksa system respirasi untuk adanya takipnea, apnea.
4. Pemeriksa adanya kejang, letargi.
5. Pemeriksa untuk adanya pemberian asupan yang buruk.

C.Pemeriksaan laboratorium : darah perifer lengkap dan kadar


glukosa serum.

D.Pemantauan selama dirawat : tanda vital dan memeriksa


kadar glukosa serum sesuai prosedur.
RSUD dr. R. Koesma HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001

E.Tata laksana Hipoglikemi lihat lampiran algoritma penanganan


hipoglikemi

Unit terkait R. Perinatologi


RSUD dr. R. Koesma PEMANTAUAN GLUKOSA DARAH
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Adalah cara yang dilakukan dalam peemeriksaan glukosa
darah pada bayi yang beresiko
Tujuan Untuk memantau kadar glukosa darah pada neonatus yang
hipoglikemia agar tidak berakibat fatal.
Kebijakan 1. Pemantauan glukosa darah harus dilakukan pada semua
bayi yang mempunyai factor risiko dan yang menunjukkan
gejala hipoglikemia.
2. Semua unit perawatan neonatus harus mempunyai
peralatan yang mencukupi dan dapat melakukan penapisan
glukosa darah yaitu kertas reagen yang belum digunakan,
lancet mikro, kapas alcohol, kasa steril 2x2, perban dengan
perekat.
3. Kertas reagen harus selalu disimpan dalam wadah aslinya
dan tertutup rapat.
Prosedur 1. Periksa bagian luar tumit bayi, hindari sisi anteromedia.
2. Pertimbangan untuk membungkus kaki dengan kain hangat
selama lima menit untuk meningkatkan aliran darah.
3. Usap area dengan alcohol 70%. Pastikan area ini kering
karena alcohol dapat mengubah pengukuran hasil.
4. Pegang tumit dengan mantap pada lekukan dan mata kaki.
Hindari tekanan berlebihan pada kaki yang dapat
menyebabkan hemolisis.
5. Lakukan penusukan anterolateral pada tumit tegak lurus
terhadap kulit dengan satu gerakan mantap hingga
kedalaman tidak melebihi 2,5 mm.
6. Buang tetes darah pertama dengan gulungan kasa dan
teteskan darah secukupnya di atas kertas reagen.
Unit terkait R. Perinatologi
RSUD dr. R. Koesma TERMOREGULASI
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Mengatur kestabilan suhu normal tubuh bayi
Tujuan Untuk mengontrol lingkungan neonatus dalam
mempertahankan lingkungan suhu netral dan meminimalkan
pengeluaran energy pada neonatus.
Kebijakan 1. Inkubator harus dipantau secara ketat agar suhu tidak
terlalu tinggi atau terlalu rendah.
2. Jika incubator tersorot langsung oleh matahari atau jika
cahaya terapi sinar digunakan, pemantahuan suhu tubuh
neonatus dan penyesuaian suhu incubator perlu sering
dilakukan untuk mencegah pemanasan yang berlebihan.
Prosedur 1. Pengendalian suhu
A. Di ruang bersalin
1. Memberikan lingkungan hangat yang bebas dari
aliran udara.
2. Keringkan neonatus segera.
3. Kontak kulit ibu-bayi segera akan berperan sebagai
sumber panas . Selimuti ibu dan dan bayinya
sekaligus atau tutupi dengan kain / baju.
4. Tutup kepala neonatus dengan topi.
5. Neonatus tidak berpakaian kecuali popok dan
diletakkan tepat di bawah penghangat/radiant
warmer.
6. Probe suhu tubuh harus diletakkkan mendatar pada
kulit, biasanya pada abdomen (daerah hipokondrium
kana).
7. Suhu servo harus diset pada 36,5O C.
8. Suhu harus diukur setiap 30 menit atau atas instruksi
dokter untuk menilai bahwa suhu tubuh neonatus
Unit terkait R. Perinatologi
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PEMBERIAN ASUPAN BAGI NEONATUS BERESIKO
TINGGI

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Memberikan nutrisi yang cukup untuk bayi yang mengalami
masalah kesehatan.
Tujuan Untuk memasok nutrien dan kalori yang dibutuhkan untuk
mencapai peningkatan berat badan yang diharapkan.
Kebijakan Pemberian asupan nutrisi dapat dimulai untuk bayi sakit atau
beresiko saat temuan fisik sudah stabil dan langkah pertama
yang diberikan adalah ASI
Prosedur 1. Mulai Trophic Feeding (sejumlah kecil pemberian asupan
enteral secara dini bagi bayi yang tidak dapat mentoleransi
asupan yang asupan mengandung nutrisi reguler), yaitu :
a. Mulai pada hari kedua dan ketiga kehidupannya
menggunakan ASI atau formula yang diencerkan (⅟2 – St).
b. Mulai 1 ml setiap 6 ml dan tingkatkan perlahan – lahan,
jangan melebihi 15-20 ml/kg/hari dalam satu sampai dua
minggu kehidupan tergantung pada berat bayi.
2. Mulai pemberian nutrisi
Pemberian Nutrisi Langsung ke dalam lambung
a. Gunakan sonde orogastrik atau nasogastrik polietilen,
nomor 5 atau 8 Fr.
b. Hadapkan kepala bayi ke samping dan ukur panjang
proxesusu xiphoideus ke daun telinga dan kemudian ke
hidung.
c. Beri tanda panjang sonde pemberian asupan
menggunakan sepotong selotip.
d. Masukkan sonde melalui hidung atau mulut dengan
leher bayi dalam posisi fleksi.
e. Masukkan udara melalui sonde saat melakukan
auskultasi perut untuk menimbulkan bising gelembung
udara kemudian lakukan aspirasi isi perut
secara lembut.
3. Tentukan Metode Pemberian Asupan yang Tepat
A. Berikan asupan secara bolus
a. Bayi kurang bulan dengan berat > 1.000 gram
umumnya dapat mentoleransi pemberian asupan
secara bolus hingga pemberian asupan biasa.
b. Berikan asupan masuk secara gravitasi, bukan
didorong dengan semprit.
c. Pemberian asupan dilakukan setiap 3 jam.
d. Ukur residu lambung setiap kali sebelu pemberian
asupan berikutnya.
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PEMBERIAN ASUPAN BAGI NEONATUS BERESIKO
TINGGI

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
B. Pemberian asupan per drip secara berkesinambungan
Diindikasikan untuk bayi dengan refluks
gastroesofageal berat dan neonatus dengan berat lahir
a. sangat rendah (< 1.000 gram).
b. Gunakan pompa otomatis.
c. Kecepatan pompa ditentukan pada kecepatan per jam
yang diinginkan.
4. Tentukan volume dan jenis susu

Unit terkait R. Perinatologi


RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PENGOPERASIAN INFANT WARMER

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Mengoperasikan Infant Warmerpada setiap persalinan
Tujuan Mampu mengoperasikan Infant Warmer dengan benar
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
:775/Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor: 1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency komprehensi
( PONEK) 24 Jam di Rumah sakit.
Prosedur 1. Persiapan alat : Infant Warmer
2. Di kamar operasi :
 Ketika ibu dilakukan anestesi spinal, Infant
Warmer dinyalakan dengan menekan tombol
‘POWER’ dan ‘LAMP’, kemudian membuat ke
posisi ‘PREWARM’ dengan cara menekan tombol
‘SET’ (gambar kunci) lalu menekan tombol
‘MODE’ (gamabar panah ganda yang mengarah
ke atas) ke posisi ‘PREWARM’,atau dapat juga
dengan tidak menekan tombolapapun, maka
Infant Warmer akan berubah menjadi
‘PREWARM’ secara otomatis dalam waktu 10
detik
 Saat kepala bayi dilahirkan, Infant Warmer
dialihkan ke posisi manual dengan cara menekan
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PENGOPERASIAN INFANT WARMER

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 ½
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001

 tombol ‘SET’ kemudian menekan tombol ‘MODE’


ke posisi ‘MANUAL’, lalu menekan tombol panah
ke atas sampai mencapai suhu maksimal pada
‘HEATER LAMP’, lalu diakhiridengan menekan
tombol ‘SET’
3. Di Kamar Bersalin
 Ketika ibu dipimpin meneran pada kala II, Infant
Warmer dinyalakan dengan menekan tombol
‘POWER’ dan ‘LAMP’, kemudian membuat ke
posisi ‘PREWARM’ dengan cara menekan tombol
‘SET’ (gambar kunci) lalu menekan tombol
‘MODE’ (gamabar panah ganda yang mengarah
ke atas) ke posisi ‘PREWARM’,atau dapat juga
dengan tidak menekan tombolapapun, maka
Infant Warmer akan berubah menjadi
‘PREWARM’ secara otomatis dalam waktu 10
detik
 Saat kepala bayi dilahirkan, Infant Warmer
dialihkan ke posisi manual dengan cara menekan
tombol ‘SET’ kemudian menekan tombol ‘MODE’
ke posisi ‘MANUAL’, lalu menekan tombol panah
ke atas sampai mencapai suhu maksimal pada
‘HEATER LAMP’, lalu diakhiri dengan menekan
tombol ‘SET’
RSUD dr. R. Koesma
TATALAKSANA CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA
Kabupaten Tuban NEONATUS

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Tatalaksana kebutuhan cairan untuk neonatus tergantung
pada beberapa factor diantaranya : usia kehamilan saat lahir,
gawat napas, demam, menangis dan pengaruh lingkungan.
Tujuan Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas neonatus.
Kebijakan Standar pelayanan minimal Rumah Sakit
Prosedur Hari 1 – 3 (periode stabilisasi)

Kebutuhan cairan IV (cc/kg/hari)

Berat 1000 – 1500 1500 - >2500 gr


lahir < 1000 gr gr 2500 gr

Hari 1 60 –90 60 – 80 90-110 60 D10w


D10w D10w D10w
Hari 2 90-120 90-110 90-110 90 D10w
D10w D10w D10w
Hari 3 120-150 120-150 120-150 100 D10w
D10w D10w D10w

Catatan :
Kurangi 20 cc/kg/hari jika bayi menderita RDS
Tambahkan 20 cc/kg/hari jika di rawat dalam incubator

Kebutuhan elektrolit dan mineral IV


Elaktrolit Sodium Potassium Kalsium
(elemental)
Hari Meq/kg/hari Meq/kg/hari Mg/kg/hari
Hari 1 0 0 45
Hari 2 2-3 1-2 45
Hari 3 2-3 1-2 45

Penilaian status hidrasi neonatus


Parameter Frekuensi Komentar
Berat badan Setiap hari Kehilangan berat badan
Dua kali sehari setiap hari tidak boleh
Jika < 1000 gram melebihi 1-3 %
Kulit dan Setiap hari Cari bukti adanya
fontanel Setiap 8-12 jam dehidrasi
Jika < 1000 gram
Sodium Setiap hari Batasi cairan jika < 130
serum Setiap 8 jam meq/l
Jika < 1000 gram Beri cairan bebas jika >
145 meq/l
Urin Setiap menganti Volume normal 2-3
 Volume popok cc/kg/jam
 Gravitas Gravitasi spesifik normal
Spesifik 1005-1010
 Glikosuria

 glikosuria dapat menyebabkan dieresis osmotic dan


dehidrasi, jika kadar glukosa urin adalah 2+,
 ukur glukosa serum dan prtimbangkan untuk
menyesuaikan infuse glukosa atau pemberian insulin

pertimbangan lain :
1. jika bayi harus mulai mendapatkan terapi sinar, naikkan
asupan cairan total sebanyak 20 cc/kg/hari.
2. Infuse glucose harus dimulai pada kecepatan 4-6
mg/kg/mnt dan sesuaikan untuk menjaga agar kadar
glukosa plasma berada antara 50-120 mg/dl, jangan
menginfuskan cairan dengan konsentrasi lebih dari
D12,5W pada vena perifer.
3. Anda dapat menghitung kecepatan infuse glukosa /
glukosa infuse rate (GIR) dengan mengunakan persamaan
berikut.
GIR (mg/kg/menit) = kec.cairan(cc/jam)x konstanta
dekstrosa

6x berat badan (Kg)

4. Mulai infuse asam amino, jika tersedia pada usia dua hari
dengan jumlah 0,5-1,0 gram/kg/hari sepanjang 20-24 jam.
Berikan mulai jalur iv terpisah dengan jalur spuit( syring
pump)
5. Jika bayi stabil mulailah pemberian asupan secara enteral
pada hari kedua atau ketiga seelah lahir,

Hari ke 4-6 (periode transisi)


1. Pada saat ini bayi harus sudah tidak ditempatkan di tempat
tidur yang dipanaskan oleh lampu dan dipindahkan ke
incubator untuk meminimalkan kehilangan cairan melalui
evaporasi.
2. Lanjutkan pengukuran parameter hidrasi harian (berat
badan, sodium serum, urin dan kondisi kulit)
3. Sesuaikan asupan elekrolit untuk mengoreksi kehilangan
cairan melalui urin (biasanya 2-4 meq/kg/hari K dan 4-8
meq/kg/hari Na)
4. Naikan tingkat pemberian asupan sesuai protocol.
5. Jika bayi tidak diberi minum, naikkan nutrisi parenteral
dengan penambahan harian berikut ini :
- Glukosa : 1-2 mg/kg/menit/hari. Maksimal 12-15
mg/kg/menit/hari
- Asam amino : 0,5 gram/kg/hari. Maksimal 3-3,
gram/kg/hari
- Inralipid : 0,5 gram/kg/hari. Maksimal 3-3,5 gram/kg/hari

Hari ˃ 7 (periode nutrisional)


1. Jika bayi diberi nutrisi parenteral maka tujuan dari
pemberian nutrisi tersebut adalah untuk memberikan
- Cairan total : 120-140 ml/kg/hari
Kalori total : 90-100 kkal/kg/hari
Pertimbangkan untuk memulai infuse insulin pada saat
asupan glukosa melebihi 12 mg/kg/menit jika bayi
mengalami intoleransi glukosa
2. Jika bayi diberi asupan enteral, naikkan menuju “tujuan
pemberian minuman”
- Cairan total : 150 ml/kg/hari
- Kalori total : 120 kkal/kg/hari (pergunakan susu bayi
kurang bulan)
- Penambahan berat badan harian : 20-30 gram
- Peningkatan volume maksimal : 10-20 ml/kg/hari

Unit terkait Instalasi Peristi


RSUD dr. R. Koesma JADWAL KONTROL BAYI
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Prosedur yang mengatur jadwal kontrol bayi
Tujuan Terlaksananya pemantauan bayi pasca perawtaan
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor :775 /Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor: 1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency komprehensi
( PONEK) 24 Jam di Rumah sakit.
Prosedur 1. Setiap bayi yang lahir di RSUD dr. R. Koesma Tuban,
dianjurkan untuk kontrol 3-7 hari pasca kepulangan
2. Pasien hiperbilirubinemia yang pulang paksa, anjurkan
kontrol 1 hari pasca kepulangan.
3. Pasien pasca rawat PMK, anjuran kontrol 2-3 hari pasca
kepulangan.

Unit terkait Ruang Perinatologi


RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PEMANTAUAN BAYI RESIKO TINGGI PASCA RAWAT

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Bayi resiko tinggi adalah bayi yang berpotensi mengalami
masalah pertumbuhan dan perkembangan. Bayi tersebut
sangat dianjurkan untuk kontrol ke poli Risti secara berkala
Tujuan Mencegah dan meminimalkan masalah pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi pasca rawat
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
:775 /Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang Penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan
pelayanan Obstetri Neonatal Emergency komprehensi
( PONEK) 24 Jam di Rumah sakit.
Prosedur Kriteria bayi risiko tinggi
1. Bayi prematur dengan usia gestasi ≤ 35 minggu
2. Bayi dengan berat lahir < 2000 gram
3. Bayi pasca perawatan metode kanguru kontinu
4. Bayi pasca perawatan NICU
5. Bayi dengan hiperbilirubinemia ≥ 20 mg/dl pada bayi
cukup bulan
6. Bayi dengan kelainan konginetal mayor ( misalnya
penyakitjantung bawaan, atresia esofagus, gastroskisis,
dll)

Kriteria bayi risiko tinggi dapat dipulangkan


1. Bayi tidak lagi membutuhkan cairan infus
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PEMANTAUAN BAYI RESIKO TINGGI PASCA RAWAT

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
2. Tidak ada sesak, sianosis, malas menyusu, muntah
maupun kembung
3. Sudah BAB dan BAK
4. Pemberian antibiotik intravena sudah selesai
5. Bayi dapat minum secara oral/menetek. Pada kondisi
khusus, jika bayi tidak memungkinkan minum
oral/menetek dan orangtua mampu memberi minum
melalui OGT, bayi dapat dipulangkan dengan OGT
terpasang (edukasi mengenai pemberian minum
melalui OGTdi rumah)
6. Pada BBLR, bayi boleh pulang jika ibu telah mampu
merawat bayi dengan metode kanguru
Jadual kontrol bayi ke poli
1. Bayi dengan berat < 1500 gram, dianjurkan kontrol 1-2
kali/minggu
2. Bayi dengan berat 1500 - < 2000 gram, dianjurkan
kontrol 1 kali/minggu
3. Bayi dengan berat 2000 - < 2500 gram, dianjurkan
kontrol 1 kali/ 2 minggu
4. Bayi dengan berat ≥ 2500 gram, dianjurkan kontrol
setiap 4minggu, mengikuti jadwal imunisasi
5. Bayi berstatus risti yang mengalami sakit selama masih
dalam pemantauan risti, kontrol di poli risti

Unit terkait Ruang perinatologi, Poli Anak


RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL PADA NEONATUS

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Melakukan pemeriksaan skrining hipotiroid congenital pada
neonatus
Tujuan Identifikasi dini hipotiroid kongenital pada neonatus
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor :775 /Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor: 1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency komprehensi (PONEK) 24 Jam di Rumah
sakit.
Prosedur 1. Pasien yang harus menjalani pemeriksaan hipotiroid
kongenital
 Semua bayi baru lahir wajib menjalani skrining
hipotiroid kongenital pada saat berusia > 48 jam- 5
hari
 Pasien yang pulang sebelum usia 48 jam harus
kontrol sebelum berusia 6 hari dan dilakuakan
pemeriksaan skrining hipotiroid kongenital saat rawat
jalan
2. Pasien Prematur
 Pasien prematur harus menjalani skrining hipotiroid
kongenital pada usia > 48 jam – 5 hari
 Pemeriksaan skrining hipotiroid kongenital harus
diulang pada usia 2-6 minggu karena pemerikasaan
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL PADA NEONATUS

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
pertama seringkali false positive
3. Pada pasien yang belum dilakukan skrining dalam 48 jam
pertama dan baru kembali ke poliklinik pada usia 6 hari
atau lebih tidak dilakukan pemeriksaan skrining.
Pemeriksaan fungsi hormon tiroid dilakuakan atas indikasi
klinis
4. Pengambilan sampel darah untuk skrining hipotiroid
kongenital
Darah diambil dari tumit (bagian lateral atau medial) dan
diperiksa dengan metode rapid test atau pengukuran TSH
dengan double antibody radioimmunoassay
5. Informed consent dan penjelasan mengenai hasil tes
 Informed consent harus dilakuakan sebelum
dilakuakan pemeriksaan dan orangtua wajib
menandatangani surat persetujuanuntuk dilakuakan
pemeriksaan
 Informed consent dan tanda tangan surat persetujuan
dapat dilakukan pada saat ibu ANC, sebelum partus,
ataupun saat bayi telah dilahirkan
 Hasil pemeriksaan akan diberitahukan kepada
orangtua. Jika dibutuhkan konfirmasi skrining pada
yang mendapatkan hasil awal positif, maka
orangtuaakan dihubungi via telepon atau surat
menyurat
6. Pencatatan dan pelaporan
 Hasil pemeriksaandicatat dan direkap setiap bulannya
7. Tata laksana pasien yang terdiagnosis hipotiroid
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL PADA NEONATUS

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
kongenital
 Pasien yang telah terdiagnosis hipotiroid kongenital
harus mendapakan terapi hormon tiroksin
 Pengobatan dilakukan sepanjang hidup
Unit terkait Ruang Perinatologi
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PENERIMAAN PASIEN RUJUKAN

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Menerima bayi/anak yang dirujuk oleh RS
luar/klinik/puskesmas/RB
Tujuan Memberikan pelayanan yang baik bagi pasien yang dirujuk ke
RSUD dr. R. Koesma Tuban
Kebijakan Tempat rawat diprioritaskan untuk pasien yang lahir di RSUD
dr. R. Koesma Tuban
Prosedur Pasien yang dirujuk oleh RS luar/klinik/puskesmas/RB
dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Perujuk menelpon sebelum melakukan rujukan
2. Pasien datang langsung ke IGDdidampingiolehpetugas
dengan membawa surat rujukan

1. Perujuk menelpon sebelum melakukan rujukan


a. Telepon diterima oleh dokter jaga IGD, dokter jaga IGD
menggali informasi sebanyak-banyaknya mengenai :
i. Keadaan umum/kondisi pasien ( BB, Gerak
tangis, RR, Suhu, Hr, Pernafasan )
ii. Alasan merujuk
iii. Ruangan yang sibutkan oleh pasien
(NICU/perina)
iv. Alat bantu nafas yang dibutuhkan
(CPAP/ventialtor)
b. Perujuk diminta untuk menghubungi kembali dalam 15-
30 menit untuk konfirmasi ruangan
c. Dokter jaga berkolaborasi dengan perawat perina untuk
konfirmasi ruangan dan fasilitas yang dibutuhkan
d. Jika ruangan dan fasilitas yang dibutuhkan tersedia,
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PENERIMAAN PASIEN RUJUKAN

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
maka dokter jaga IGD melaporkan pasien ke dokter
spesialis anak yang bertugas. (Jika dokter spesialis
anak yang bertugas adala dokter paruh waktu, maka
pelaporan dialihkan ke koordinator/Ka Yanmed).
Keputusanmenerima pasien rujukan ditentukan oleh
dokter spesialis anak
e. Jika pasien diterima, maka orangtua diminta datang
langsung (pasien masih ditempat perujuk) dengan
membawa surat rujukan ke admission (Sebelum IGD
memberikan informasi mengenai pasien yang
diputuskan akan siterima beserta ruangan rawatnya)
f. Admission memberikan informasi mengenai biaya
perawatan dan cara pembayaran yang dipilih beserta
syarat dan ketentuannya
g. Jika orangtua setuju, maka surat rujukan dibawa ke
IGD untuk diparaf oleh dokter jaga/petugas
h. Jika perlu, IGD dapat memberikan saran untuk
transport pasiendari tempat rujukan (misalnya dengan
metode kanguru jika tidak ada inkubator,dll)
i. Pasien boleh dikirim

2. Orangtua/keluarga datang membawa surat rujukan,


pasien masih berada di tempat perujuk
a. Dokter jaga IGD menghubungi perujuk melalui telepon
untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya
b. mengenai :
i. Keadaan umum/kondisi pasien
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PENERIMAAN PASIEN RUJUKAN

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
ii. Alasan merujuk
iii. Ruangan yang sibutkan oleh pasien
(NICU/perina)
iv. Alat bantu nafas yang dibutuhkan
(CPAP/ventialtor)
c. Dokter jaga berkolaborasi dengan perawat perina untuk
konfirmasi ruangan dan fasilitas yang dibutuhkan
d. Jika ruangan dan fasilitaas yang dibutuhkan tersedia,
maka dokter jaga IGD melaporkan pasien ke dokter
spesialis anak yang bertugas. (Jika dokter spesialis
anak yang bertugas adalah dokter paruh waktu, maka
pelaporan dialihkan ke koordinator/Ka Yanmed).
Keputusan menerima pasien rujukan ditentukan oleh
dokter spesialis anak
e. Jika ruangan dan fasilitas yang dibutuhkan tersedia,
maka dokter jaga IGD melaporkan pasien ke dokter
spesialis anak yang bertugas. (Jika dokter spesialis
anak yang bertugas adala dokter paruh waktu, maka
pelaporan dialihkan ke koordinator/Ka Yanmed).
Keputusan menerima pasien rujukan ditentukan oleh
dokter spesialis anak
f. Jika pasien diterima, maka orangtua diminta datang
langsung (pasien masih ditempat perujuk) dengan
membawa surat rujukan ke admission (Sebelum IGD
memberikan informasi mengenai pasien yang
diputuskan akan siterima beserta ruangan rawatnya)
g. Admission memberikan informasi mengenai biaya
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PENERIMAAN PASIEN RUJUKAN

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
perawatan dan cara pembayaran yang dipilih beserta
syarat dan ketentuannya
h. Jika orangtua setuju, maka surat rujukan dibawa ke
IGD untuk diparaf oleh dokter jaga/petugas IGD
i. Jika perlu, IGD dapat memberikan saran untuk
transport pasiendari tempat rujukan (misalnya dengan
metode kanguru jika tidak ada inkubator,dll)
j. Pasien boleh dikirim

3. Pasien datang langsung ke IGD dengan membawa


surat rujukan
a. Pasien diterima oleh dokter jaga IGD. Dilakukan
pemeriksaan secara holistik dan dilakuakan tata
laksana emergensi pada pasien
b. Perawat perina /dokter jaga memberikan edukasi
kepada perujuk agar dapat merujuk dengan tata cara
yng benar (tidak langsung datang bersama pasien dan
rencana terapi ke dokter spesialis anak yang bertugas
c. Dokter jaga IGD kemudian ,melaporkan kondisi pasien
dan rencana terapi ke dokter spesialis anak yang
bertugas
d. Dokter jaga kemudian menghubungi perawat perina
untuk konfirmasi ruangan dan fasilitas yang dibutuhkan
e. Jika ruangan dan fasilitas tersedia maka orangtua
diminta datang ke admission.Admission memberika
informasi mengenal biaya perawatan dan cara
pembayaran yang dipilih beserta syarat/ketentuannya.
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PENERIMAAN PASIEN RUJUKAN

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Setelah itu pasien diantar keruang rawat
f. Jika ruangan dan fasilitas tidak tersedia, maka pasien
dirujuk ke RS lain. Pasien tetap distabilisasi di IGD.
Unit terkait Instalasi Gawat Darurat
R. Perinatologi
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PENERIMAAN BAYI BARU LAHIR
RAWAT GABUNG

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Rawat gabung yaitu perawatan bayi baru lahir bersama ibunya
dalam satu ruangan sehingga memungkinkan pemberian ASI
eksklusif
Tujuan Menetapkan panduan penerimaan bayi baru lahir dan rawat
gabung
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
:775 /Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor: 1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency komprehensi (PONEK) 24 Jam di Rumah
sakit.
Prosedur 1. Yang harus dilakukan saat bayi datang dari KABER
:
 Ukur suhu
 Ikat ulang tali pusat
 Periksa anus
 Timbang ulang
2. Bayi dengan BL < 2500 gram dan atau UG < 37
minggu, harus dilakukan pemeriksaan :
 GDS
 Skor Ballard
 Ukur tanda vital tiap 2 jam
3. Bayi yang memenuhi syarat rawat gabung sebagai
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban PENERIMAAN BAYI BARU LAHIR
RAWAT GABUNG

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
berikut :
 Berat ≥ 2500 gram
 Keadaan umum stabil (aktif, menangis kuat, tidak
ada sesak/distress, dan tidak ada muntah )
 Bayi yang memenuhi syarat harus segera
diantarkan ke ruang rawat gabung setelah
diobservasi selama ± 2 jam. (boleh RG setiap saat
)
4. Jika tempat tidur penuh, maka bayi tetap boleh RG
dengan membawa tempat tidur yang ada

Unit terkait Instalasi Peristi


RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban RETINOPHATHY OF PREMATURITY
( ROP )

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Retinophaty of prematurity (ROP) adalah kelaianan pada
vaskularisasi retina yang terjadi akibat gangguan pada
pembuluh darah retina yang baru terbentuk dan biasanya
terjadi pada bayi prematur
Tujuan Melakukan detiksi dini ROP dan tata laksana segera
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
:775 /Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
komprehensi (PONEK) 24 Jam di Rumah sakit.
Prosedur 1. Indikasi skrining ROP
 Berat badan ≤1500 g dan atau usia gestasi ≤ 32
minggu
 Berat badan > 1500 gram atau usia gestasi > 32
minggu dengan :
 keadaan sakit yang membutuhkan support
cardiovascular dan atau terapi oksigen dalam waktu
lama > 1 minggu (ventilator/CPAP)
 Apnea Of Prematurity
 Anemia yang memerlukan tranfusi darah ≥ 2 kali
 Sepsis
 Infeksi kongenital
 Asfiksia
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban RETINOPHATHY OF PREMATURITY
( ROP )

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
2. Saat melakukan pemeriksaan
 Usia gestasi > 31 minggu atau saat berusia 4 minggu
setelah lahir atau mana yang lebih dulu bisa dicapai
untuk pemeriksaan
 Minimal 1kali pemeriksaan sebelum pulang
3. Pencatatan
Penanggung jawab ROP bertugas mencatat hasil skrining
di buku ROP dan merekap setiap bulannya
Unit terkait Instalasi Peristi
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban BAYI DARI IBU TB

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Manangani bayi yang lahir dari ibu penderita tuberkulosis
Tujuan Mampu memberikan tata laksana segera pada bayi dengan ibu
TB
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
:775 /Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
komprehensi
( PONEK) 24 Jam di Rumah sakit.
Prosedur Tata laksana TB pada neonatus ( lihat diagram lampiran )
 Diagnosis TB pada ibu dibuktikan secara klinis,
radiologis dan mikrobiologis.
 Ibu yang telah didiagnosis TB aktif harus diobati
dengan OAT
 Bila memungkinkan,bayi tetap disusui langsung, tetapi
ibu harus memakai masker
 Pada ibu yang sangat infeksius (BTA positif), bayi
dapat dipisahkan sampai terjadi konversi BTA sputum
atau ibu ibu tidak infeksius lagi, tetapi tetap diberikan
ASI
 Bayi tidak terkenaTB, namun ibu menderita TB dengan
BTA (+), maka diberikan INH profilaksis 5 mg/Kg/hari
 Lakukan tindak lanjut terhadap bayinya tiap 2 minggu
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban BAYI DARI IBU TB

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 2/2
1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
untuk menilai kenaikan berat badan bayi.
 Pada umur 8 minggu dilakukan evaluasi kembali, catat
berat badan dan lakukan tes Mantoux dan radiologis
bila menungkinkan:
 Bila ditemukan kecurigaan TBC aktif, mulai berikan
pengobatan anti TBC lengkap.
 Bila bayi baik dan hasil tes negatif, lanjutkan
pencegahan dengan isoniazid selama waktu 6 bulan.
 Tunda pemberian vaksin BCG sampai 2 minggu
setelah pengobatan selesai. Bila vaksin BCG sudah
terlanjur diberikan, ulang pemberiannya 2 minggu
setelah pengobatan INH selesai.
Unit terkait Instalasi Peristi
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban MERUJUK BAYI KE RUMAH SAKIT YANG LEBIH TINGGI

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Merujuk bayi yang membutuhkan fasilitas perawatan lanjutan
dari RSUD “Kajuruhan” Kepanjen Kab. Malang ke Rumah sakit
yang lebih tinggi oleh karena RSUD ”Kanjuruhan” Kepanjen
tidak bisa melakukan tindakan tersebut karena alat atau
fasilitas yang belum ada
Tujuan Melakukan rujukan dengan baik sehingga bayi tetap stabil
selama di perjalanan
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor :775 /Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor: 1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency komprehensi ( PONEK) 24 Jam di Rumah
sakit.
Prosedur Kriteria bayi yang harus dirujuk
1. Bayi pasca resusitasi dengan menggunakan ventilasi
tekanan positif
2. Bayi dengan lahir kurang dari 2000 gram
3. Bayi dengan usia gestasi ≤ 34 minggu
4. Bayi dengan klinis distres pernafasan, merintih,
sianosis, malas menyusu
5. Bayi dengan kelainan kongenital yang membutuhkan
penanganan bedah cito misalnya : omfalokel, atresia
esofagus, dll.
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban MERUJUK BAYI KE RUMAH SAKIT YANG LEBIH TINGGI

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
6. Bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi intra partum atau
(dibutuhkan dari adanya demam saat intrapartum,
lekosit > 18.000/uL, ketuban berbau, LEA +2)
Ket :Bayi yang memenuhi kriteria 1-5 harus dirujuk dengan
menggunakan inkubator transport
Stabilisasi bayi yang akan dirujuk
Semua bayi akan dirujuk harus distabilisasi terlebih dahulu
1. Bayi berat lahir randah (BBLR) dengan klinis baik
(menangis kuat, tidak ada sesak, tidak sianosis)
a. Jaga kehangatan dengan metode kanguru yang
dilakukan oleh ibu (jika memungkinkan) atau keluarga
lainnya
b. Segera berikan ASI atau cairan dekstrose 5% 3-5 ml
tiap 3 jam untuk menghindari hipoglikemia
2. Bayi dengan klinis distres pernafasan, merintih,sianosis,
malas menyusu
a. Jaga kehangatan dengan membedong bayi dan
menggunakan topi
b. Pasang infus melalui vena perifer, berikan cairan
dekstrose 10% sebanyak 60 ml/kgBB
c. Berika oksigen seminimal mungkin

Persiapan sebelum merujuk


1. Perawat perujuk menelpon dokter jaga IGD untuk
menginformasikan kondisi pasien dan tata laksana apa
saja yang telah diberikan
2. Dokter jaga IGD memberikan saran tata laksana
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban MERUJUK BAYI KE RUMAH SAKIT YANG LEBIH TINGGI

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
tambahan dan memperkirakan ruangan yang
dibutuhkan oleh bayi (berkolaborasidengan bidan
kontrol dan petugas untuk menyiapkan ruangan yang
dibutuhkan)
3. Petugas IGD menyiapkan ambulan beserta inkubator
(terutama jika akan merujuk bayi dengan infus dan
BBLR)
4. BBLR yang tidak membutuhkan infus dirujuk dengan
menggunakan metode kanguru oleh keluarga atau
bidan yang merujuk
5. Perawat perujuk harus menyertai pasien yang akan
dirujuk

Unit terkait Instalasi Peristi


RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban TRANSFUSI TUKAR

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Suatu rangkaian tindakan mengeluarkan darah pasiendan
memasukkan darah donor untuk mengurangi kadar bilirubin
serum atau kadar hematokrit yang tinggi atau mengurangi
konsentrasi toksin dalam aliran darah pasien
Tujuan Memberikan pelayanan yang tepat dan segera
Kebijakan Membuat panduan tentang prosedur tranfusi tukar untuk
dokter spesialis anak dan dokter yang bekerja di ruang
neonatus
Prosedur Indikasi tranfusi tukar (TT):
a. Hiperbilirubinemia ( kadar bilirubin serum mencapai
atau melebihi kadar tertentu dengan risiko terjadinya
neurotoksisitas)
b. Hemolytic disease of the newborn
c. Sepsis berat dengan atau tanpa syok yang disebabkan
oleh endotoksin bakteri
d. Koagulasi intravaskuler diseminata / disseminated
intravascular coagulation (DIC)
e. Polisitemia (hematokrit > 68 % pada bayi baru lahir)
f. Gangguan metabolikdengan asidosis berat (
aminoaciduria dengan amino tinggi )
g. Gangguan keseimbangan elektrolit berat
(hiperkalemia,hipernatremia)
h. Anemia sangat berat dengangagal jantung pada pasien
hydrops fetalis
i. Semua kelainan yang membutuhkan
komplemen,opsonin, atau gamaglobulin
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban TRANSFUSI TUKAR

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Indikasi TT pada penyakit hemilisis:
a. Kadar bilirubin tali pusat > 4,5 mg/dl dan kadar Hb tali
pusat < 11 g/dl
b. Kadar bilirubin meningkat > 1 mg/dl/jam meski sudah
difototerapiKadar Hb antara 11-13 g/dl dan bilirubin
c. meningkat > 0,5 mg/dl/jam meski sudah difototerapi
d. Kadar bilirubin 20 mg/dl atau diduga kuat mencapai
20mg/dl dalam peningkatannya
e. Terdapat anemia yang progresif meski sudah
difototerapi
Kontraindikasi :
a. Kontraindikasi tranfusi tukar melalui arteri/vena
umbilikalis
b. Ketidakmampuan untuk memasang akses arteri/vena
umbilikalis dengan cepat
c. Omfalitis
d. Omfalokel/gastroskisis
e. Necrotizing enterocolitis
Kontraindikasi tranfusi tukar melalui arteri dan vena perifer:
a. Gangguan perdarahan
b. Infeksi pada tempat tusukan
c. Aliran pembuluh darah kolateral dari a.ulnaris/a.dorsalis
pedis kurang baik
d. Ketidakmampuan memasang akses arteri dan vena
perifer
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang harus dikerjakan sebelum TT
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban TRANSFUSI TUKAR

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
adalah :
a. Darah perifer lengkap (DPL) dan hitung jenis
b. Golongan darah bayi dan donor (ABO,rhesus)
c. Bilirubin total, direk, indirek
d. Elektrolit dan gula darah sewaktu
e. PT, APTT, dan albuminKultur darah bila perlu
Alat-alat yang diperlukan :
a. Radiant warmer
b. Peralatan dan obat untuk resusiatasi
c. Alat monitor denyut jantung, tekanan darah, frekuensi
nafas, suhu, PaO2, PaCO2, SaO2 dan monitor EKG
bila ada
Peralatan untuk pemasangan kateterarteri/vena umbilikalis :
a. Nampan steril untuk TT
b. NGT no 5F/6F utuk mengosongkan lambing sebelum
TT
c. Ca glukonat 10% (100 mg/ml)
d. Heparin encer (5 U/ml, yaitu dengan mencampur 500 U
heparin (0,1 ml) ke dalam 100 ml NaCl 0,9 % )
e. Spuit steril 20 ml sebanyak 2 buah
f. Three way stopcock steril 2 buah
g. Sarung tangan steril 2 buahSpuit 5 ml/10mlsteril 2 buah
(untuk Ca g;ukonas 10% dan heparin encer)
h. Kateter umbikalis (atau NGT 5F) 1 buah, bila nenakai
tehnik isovolumetric 2 vplume exchange sediakan 2
i. buah (masing-masing untuk arteri dan vena umbilikalis
)
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban TRANSFUSI TUKAR

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
j. Nier-bekken 2 buah dan botol plastik bekas infus untuk
menampung darah yang dibuang
k. Infus set 2 buah
l. Darah harus dihangatkan hingga suhu 370C
m. Pada polisitemia diperlukan larutan NaCl 0,9 % 500
ml/albumin 5 % dalan NaCl 0,9 % sebagai pengganti
cairan untuk mengatasi hiperviskositas
Persiapan sebelum Transfusi Tukar :
a. Bayi dipuasakan 3-4 jam sebelumnya, dan NGT
diaspirasi sebelum TT
b. Bila mungkin 4 jam sebelum TT bayi diberi infus
albumin 1 g/kg (pada kasus hiperbilirubinemia)
c. Menentukan dan memesan jumlah darah donor yang
diperlukan untuk TT. Jumlah volume darah normal
pada neonatus cukup bulan : 80 ml/kg, pada
BBLR/BBLSR bisa sampai 95 ml/kg. Contoh : bayi
aterm BB 3 kg, volume darahnya 240 ml, maka untuk
prosedur TT diperlukan total volume darah 2 x 240 ml
= 480 ml
d. Bila tali pusat udah kering, maka kompres dulu 30
menit sebelum TT dengan kassa yang dibasahi dengan
NaCl 0,9 % agar lebih lunak dan mudah memasukkan
kateter
e. Pada polisitemia dilakukan partial exchange
megguanakn NaCl 0,9%, atau untuk anemia sangat
f. berat dengan PRC
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban TRANSFUSI TUKAR

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
A.Formula untuk menentukan jumlah folume tranfusi tukar
pada polisitemia :
Perkiraan vol darah (ml) x BB (kg) x (Ht pasien – Ht yang
diinginkan)Ht Pasien
B.Formula untuk menentuka jumlah volume tranfusi tukar pada
anemia berat :
-Volume tranfusi tukar (ml) =
Perkiraan volume darah (ml) x ( Ht yang diinginkan – Ht Pasien
)(70 % - Ht pasien )
C.Menentukan jumlah volume setiap aliquot (jumlah darah
yang akan dikeluarjkan/dimasukkan ke dalam spuit setiap kali
melakukan TT) sebaiknya tidak melebohi 5 ml/kg.
BB bayi (kg) Alliquot (ml)
‘> 3000 g 20 m,l
2000 – 3000 g 15 ml
1000 – 2000 g 10 ml
850 – 1000 g 5 ml
‘< 850 g 1 – 3 ml

Memilih salah satu metode Transfusi Tukar


denganbeberapa cara :
Metode yang paling disukai adalah isovolumetric exchange,
yaitu mengeluarkan dan memasukkan darah dilakukan
bersama. Kateter arteri dipakai untuk mengeluarkan darah
pasien dan kateter vena dipakai untuk memasukkan darah
donor.
RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban TRANSFUSI TUKAR

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

STANDAR PROSEDUR
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
OPERASIONAL Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Unit terkait Instalasi Peristi
RSUD dr. R. Koesma BAYI DARI IBU HEPATITIS B
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Menangani bayi yang lahir dari ibu penderita hepatitis
Tujuan Mampu memberikan tata laksana segera pada bayi dengan ibu
hepatitis
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor :775 /Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor: 1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency komprehensi
( PONEK) 24 Jam di Rumah sakit.
Prosedur Ibu yang menderitanhepatitis akut atau test serologis HbsAG
positif, dapat menularkan hepatitis pada bayinya :
 Berikan dosis awal vaksin hepatitis B (VHB) 0,5 ml segera
setelah lahir, seyogyanya dalam 12 jam sesudah lahir
disusul dosis ke- 2, dan ke – 3 sesuai dengan jadwal
imunisasi hepatitis.
 Bila tersedia pada saat yang sama beri immunoglobulin
Hepatitis B 200 IU IM (0,5ml) disuntikkan pada paha yang
lainnya, dalam waktu 24 jam sesudah lahir (sebaiknya
dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir).
Mengingat mahalnya harga immunoglobulin hepatitis B,
maka bila ortu tidak mempunyai biaya, dilandaskan pada
bebe rapa penelitian, pembelian HBIG tsb tdk dipaksakan.
RSUD dr. R. Koesma IBU DENGAN HEPATITIS B
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 2/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Prosedur  Yakinkan ibu untuk tetap menyusu dengan ASI, apabila
vaksin di atas sudah diberikan (Rekomendasi CDC), tapi
apabila ibu mengalami Hepatitis Akut, sebaiknya tidak
diberikan ASI.
Unit terkait Laboratorium
R. Perinatologi
VK Obsgyn
RSUD dr. R. Koesma BAYI DARI IBU DENGAN DIABETES MELLITUS
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian a. Menangani bayi yang lahir dari ibu penderita DM
b. Bayi dengan ibu DM mengalami transient hiperinsulinm
yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia, Macrosemia
pada bayi yang dilahirkan pada bayi yang dilahirkan.
c. Hipoglikemia adalah bila kadar glukosa darah kurang dari
45 mg/dL
Tujuan Mampu memberikan tata laksana segera pada bayi dengan ibu
DM
Kebijakan 1. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor :775 /Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor: 1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency komprehensi
( PONEK) 24 Jam di Rumah sakit.
Prosedur a. a. Cek GDA bayi 2-3 jam setelah lahir.
b. Bila didapatkan hipoglikemi lakukan tata laksana
penanganan hipoglikemi
c. Bila GDA Normal, Observasi GDA tiap 6 jam, 12 jam, 24
jam

Unit terkait R. Perinatologi


RSUD dr. R. Koesma BAYI DARI IBU DENGAN SIFILIS
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Menangani bayi yang lahir dari ibu penderita Sifilis

Mampu memberikan tata laksana segera pada bayi dengan ibu


Tujuan
Sifilis
Kebijakan 1 .UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :775
/Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang Penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
komprehensi
( PONEK) 24 Jam di Rumah sakit.
Prosedur a. Bila hasil tes pada ibu positif dan sudah diobati dengan
penisilin 2,4 juta unit dimulai sejak 30 hari setelah
melahirkan, bayi tidakperlu diobati.
b. Bila ibu tidak diobati atau diobati srcara tidak adekuat atau
tidak dmenular untuk tindak lanjutiketahui status
pengobatannya, maka :
i. Beri bayi Benzathine Benzylpenicilline IM dosis
tunggal (lihat dosis pemberian antibiotik)
ii. Beri ibu dan bapaknya Benzathine penicilline 2,4 juta
unit IM dibagi dalam dua suntikan pada tempat yang
berbeda;
iii. Rujuk ibu dan bapaknya ke RS yang menangani
penyakit menular seksual untuk tindak lanjut
RSUD dr. R. Koesma BAYI DARI IBU DENGAN SIFILIS
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 2/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Prosedur 1. Cari tanda – tanda sifilis congenital pada bayi (edema,
ruam kulit, lepuh ditelapak tangan/kaki, kondiloma di anus,
rhinitis, hidrops fetalis/hepatosplenomegali).
2. Bila ada tanda – tanda di atas, berikan terapi untuk sifilis
kongenital
Unit terkait Instalasi Peristi
RSUD dr. R. Koesma BAYI DARI IBU DENGAN HIV
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian Menangani bayi yang lahir dari ibu penderita HIV
Tujuan Mampu memberikan tata laksana segera pada bayi dengan ibu
HIV
Kebijakan 1 .UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
:775 /Menkes/ Per/ IV/ 2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit
4. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
komprehensi
( PONEK) 24 Jam di Rumah sakit.
Prosedur MANAJEMEN UMUM :
 Bayi yang dilahirkan ibu dengan HIV positif, maka :
- Hormati kerahasiaan ibu dan keluarganya, dan
lakukan konseling pada keluarganya( kolaborasi dgn
klinik VCT )
- Rawat bayi seperti bayi yang lain, dan perhatian
khususnya pada pencegahan infeksi.
- Bayi tetap diberi imunisasi rutin, kecuali terdapat
tanda klinis defisiensi imun yang berat , jangan diberi
vaksin hidup ( BCG, OPV, Campak, MMR ).
- Pada waktu pulang, periksa DL, hitung Limphosyt T,
test HIV
 Beri dukungan mental pada orang tuanya
RSUD dr. R. Koesma BAYI DARI IBU DENGAN HIV
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 2/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Prosedur TERAPI ANTI RETROVIRUS
Tanpa pemberian anti Retrovirus, 25% bayi dengan ibu HIV
positif akan tertular sebelum dilahirkan atau pada waktu lahir,
dan 15% tertular melalui ASI :
 Tentukan apakah ibu sedang mendapat pengobatan
Antiretrovirus untuk HIV, atau mendapatkan pengobatan
antiretroviral untuk mencegah transmisi dari ibu ke bayi.
 Kelola bayi dan ibu sesuai protocol dan kebijakan yang
ada, tujuannya untuk profilaksis.
PEMBERIAN MINUM :
 Lakukan konseling pada ibu tentang pilihan pemberian
minum pada bayinya :
- Full ASI , atau
- Full PASI
 Terangkan kepada ibu bahwa menyusui dapat beresiko
menularkan infeksi HIV.
 Jelaskan pada ibu, cara lain untuk mendapatkan ASI :
- Memeras ASI dan menghangatkannya waktu akan
diberikan
- Pemberian ASI oleh ibu susuan, yang jelas HIV
negative
- Memberi ASI peras dari ibu dengan HIV negative.
 Ajarkan pada ibu, cara pembuatan susu formula yang baik
dan benar, serta hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemberian susu formula
Unit terkait R. Perinatologi
R. Flamboyan
RSUD dr. R. Koesma AUDIT NEAR MISS
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 1/3
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Pengertian
Audit yang dilakukan pada kejadian yang potensial dan nyaris
cidera yang bisa menyebabkan kecacatan atau kematian bayi
baru lahir
Tujuan 1. Pembelajaran bersama agar kejadian potensial dan nyaris
cidera tidak berulang.
2. Menurunkan angka kematian dan kcacatan bayi baru lahir
Kebijakan
1. Audit near miss dilakukan minimal 1 bulan sekali.
2. Tidak diperbolehkan ada budaya menyalahkan karena
tujuan audit adalah untuk pembelajaran.
3. Peserta audit adalah :
a. Spesialis Kebidanan dan Kandungan
b. Spesialis anak
c. Spesialis Anastesi
d. Dokter umum
e. Bidan dan Perawat
Prosedur 1. Criteria Kasus Near Miss, meliputi :
a) Bayi sepsis
b) Gangguan Jantung, meliputi : Oedema Paru, Henti
Jantung, Gagal Jantung.
c) Emboli paru.
RSUD dr. R. Koesma AUDIT NEAR MISS
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 2/3
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001
Prosedur d) Gangguan Pembuluh Darah, meliputi : Perdarahan
hipovolemi + syok (Tekanan Darah Sistole < 90
mmHg), Perdarahan ˃ 1 liter dalam 2 jam, Perdarahan
massif.
e) Gangguan Imunologi : Septik syok.
f) Gangguan pernafasan, melipui : Saturasi oksigen <
90%, Anastesi umum membutuhkan ventilator/intubasi.
g) Gangguan ginjal, meliputi : Oliguria < 30 ml/jam atau <
400 ml/jam, gagal ginjal, cuci darah.
h) Gangguan liver, meliputi : kuning karena preeklamsi,
hasil fungsi liver yang tidak normal.
i) Gangguan pembekuan darah, meliputi :
Trombositopenia akut, masa perdarahan mmanjang
dan D.I.C.
j) Gangguan otak, meliputi : Koma, oedema cerebral,
kejang selain ekslamsi.
2. Kepala ruangan IGD/Kamar Bersalin/Perinatologi/OK/ICU
secara aktif melaporkan kasus near miss kepada Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit menggunakan format
Kejadian Potensial Cidera (KCP) atau format Kejadian
Nyari Cidera (KNC) dalam waktu kurang dari 24 jam.
3. Tim Keselamatan Pasien melakukan investigasi dan
berkoordinasi dengan ketua Tim
4. Tim Ponek RS RSUD dr. R. Koesma Tuban melakukan
Audit Near Miss.
RSUD dr. R. Koesma AUDIT NEAR MISS
Kabupaten Tuban

No.Dokumen Nomor Revisi Halaman


0 3/3
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. ZAINUL ARIFIN,Sp.PK
Pembina TK. I
NIP. 19630424 198901 1 001

5. Laporan hadil audit disampaikan ke Direktur dan diteruskan


Prosedur kepada ketua komite medic Rumah Sakit untuk
ditindaklanjuti.

Unit terkait Instalasi Peristi

Anda mungkin juga menyukai