ANAFILAKSIS
1
Salah satu dari 3 kriteria berikut :
1. Onset akut (dalam menit sampai beberapa jam)
keterlibatan kulit, jaringan mukosa, atau keduanya
(contohnya : pruritus, eritema, urtikaria, edema pada
kelopak mata, bibir, lidah, uvula) dan minimal 1 dari hal
berikut :
a. Gejala respirasi: sesak, mengi/bronkospasme, stidor,
suara parau, disfonia, penurunan PEF, hipoksemia
b. Penurunan tekanan da rah atau gejala yang
berhubungan (hipotonia, kolaps, ainkope)
2. Dua atau lebih gejala berikut ini yang terjadi secara cepat
(dalam menit sampai beberapa jam) setelah pajanan
alergen :
Kriteria a. Keterlibatan jaringan kulit-mukosa :pruritus, eritema,
Diagnosis urtikaria, edema pada kelopak mata, bibir, lidah, uvula
b. Gejala respirasi: sesak,
mengi/bronkospasme,stidor,suara parau, disfonia,
penurunan PEF, hipoksemia
c. Penurunan tekanan darah atau gejala yang
berhubungan (hipotonia, kolaps, sinkop)
d. Gejala persisten saluran cerna (kram abdomen,
muntah)
3. Penurunan tekanan darah segera (dalam menit sampai
beberapa jam) setelah pajanan alergen, dapat berupa
tekanan darah sistolik yang rendah (sesuai umur) atau
penurunan tekanan darah sistolik >30%
Perawatan
Rawat inap
Rumah Sakit
Prinsip tata laksana anafilaksis harus dilakukan segera dan
Terapi /Tindakan
simultan antara terapi dan evaluasi
2
1. Perawatan umum
a. Hentikan atau hindarkan pajanan
b. Bebaskan jalan napas
c. Evaluasi nadi dan tekanan darah
d. Pasien dibaringkan dengan tungkai leboh tinggi
e. Oksigen nasal kanul 2L/menit
f. Pasang torniquet di proksimal sengatan apabila
penyebabnya sengatan serangga dan buka torniquet
setiap 10-15 menit
g. Semua petawatan umum harus diberikan secara
simultan dengan pemberian epinefrin
2. Efinefrin/adrenalin 1:1000, dosis 0,01 mg/kgbb/kali, (dosis
maksimal 0,3 mg/kali) intramuskular di anterolateral paha,
1/3 medial. Dosis yang sama dapat diulangi dengan jarak
5-15 menit sampai 2-3 kali bila masih didapatkan
anagilaksis setelah pemberian epineprin sebelumnya.
Obat lain diberikan setelah pasien stabil dengan epineprin :
1. Infus kriataloid 20-30 ml/kgbb dalam 1 jam pertama
2. Salbutamol nebulisasi (dosis 0,1 mL/kgbb/kali dalam
NaCL 0,9%) tiap 8 jam, selama 3-7 hari,bila masih
terdapat wheezing setelah pemberian epinefrin
3. Difenhidramin 1 mg/kgbb/kali (dosis maksimal 50 mg/kali)
intramuskular atau intravena diberikan setiap 4-6 jam
selama 3-7 hari
4. Ranitidin 1 mg/kgbb/kali intravena tiap 8 jam, selama 3-7
hari, hanya diberikan bersama dengan difenhidramin
5. Metilprednisolon 1-2 mg/kgbb/hari intravena tiap 8-12
jam, selama 3-7 hari
6. Observasi kemungkinan anafilaksis bifasik
Tempat 1. Ruang rawat inap
Pelayanan 2. Ruang rawat intensif
Kegagalan organ
Pemyulit
Inform Consent Lisan dan tertulis
Lama
3-7 hari (dapat lebih lama bila anafilaksis berulang)
Perawatan
Masa
3-7 hari
Pemulihan
3
1. Kontrol poliklinik
2. Nilai perbaikan klinis dan kebutuhan obat
3. Berikan kartu alergi
Tindak Lanjut
4. Nilai resiko alergi untuk anggota keluarga lain
(pencegahan primer untuk anak yang akan dilahirkab
berikutnya)
Tingkat
Evidens dan Tingkat evidens 1a, rekomendasi A untuk terapi
Rekomendasi
1. Tidak ada lesi kulit (urtikaria dan angiodema), keluhan
pada saluran pernapasan (sesak, stidor), keluham pada
Indikator Medis
saluran pencernaan (kram, muntah) dalam 3x24 jam
2. Tanda vital normal
1. Diagnosis, tata laksana dan prognosis
2. Bahan yang menyebabkan anafilaksis wajib dihindari
seterusnya
Edukasi 3. Bila penyebabnya aktifitas, bila berolahraga pasien
didampingi
4. Hindari melakukan aktivitas sehabis makan bagi yang
mengalami alergi makanan
1. Wang J, Sicherer SH. Guidance on completing a written
allergy and anaphylaxis emergency plan. Pediatrocs
2017;139:1-9
2. Lieberman P, Niclas RA, Oppenheimer J, dkk.
Kepustakaan
3. Campbell L, James TC, Nicklas AR. Emeegency
department diagnosis and treatment of anaphylaxis : a
practice parameter. Ann Allergy Asthma Immunol
2014;113:599-608
4
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
Tempat
Ruang rawat inap
Pelayanan
Gagal jantung, malnutrisi berat
Penyulit
Inform Consent Lisan dan tertulis
Lama
3-5 haru
Perawatan
5
Masa 3 bulan setelah Hb normal atau kadar feritin > 12 ng/dL dan
Pemulihan tanpa adanya penyulit
Tingkat
Evidens & Tingkat evidens 1b, rekomendasi A untuk Terapi
Rekomendasi
6
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
ASMA
7
g. Saturasi O2<90%
3. Mengancam nyawa :
a) Kesadaran menurun atau berubah
b) Suara napas menurun
1.Pneumonia
Diagnosis 2.Bronkiolitis
Banding 3.Pneumonia aspirasi
4.Aspirasi benda asing
1.Pulse oximetry
Pemeriksaan 2.Analisis gas darah bila serangan berat dan mengancam
Penunjang nyawa
3. Foto toraks AP bila serangan berat
Konsultasi Subbagian ERIA
Perawatan
Rumah Sakit Rawat inap pada asma serangan sedang hingga berat
Tata Laksana Sesuai alur tata laksana serangan asma
Tempat a) Ruang rawat inap
Pelayanan b) Ruang rawat intensif
Atelektasis, pneumotoraks, gagal napas
Penyulit
Inform Consent Lisan dan tertulis
Lama Asma serangan sedang : 2-3 hari
Perawatan Asma serangan berat : 3-5 hari
Tingkat
Evidens & Tingkat evidens 1a, rekomendasi A untuk terapi
Rekomendasi
1. Gejala dan tanda asma menghilang
Indikator Medis
2. Asupan obat oral adekuat
8
Penjelasan tentang penyakit, rencana pemeriksaan diagnostik,
Edukasi pengobatan, kemungkinan serangan ulang, komplikasi, dan
upaya pencegahan serangan
a. Global Initiative for Asthma. Global strategy for asthma
management and prevention. NIH 2016. Diunduh pada 3
Maret 2017. Didapat dari : URL:http:/www.ginasthma.org.
b. Liu AH, Covar RA, Spahn JD, Sicherer SH. Childhood Asthma.
Dalam: Kliegman RM, Stanton BF, St Geme III JW, Schor NR,
Behrman RE, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi
keduapuluh. Philadelpia: WB Saunders Co; 2016.h.1095-115
c. UKK Reapirologi IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak.
Jakarta:BP IDAI; 2015
d. National Asthma Council Australia. Australian Asthma
Handbook-Quick Referance Guide, Version 1.0. National
Kepustakaan Asthma Council Australia, Melbourne. 2014. Diunduh pada 14
Nopember 2017. Didapat dari :
URL:http://www.asthmahandbook.org.au.
e. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, dkk. Japanese guideline
for childhood asthma 2014. Allergol Int 2014;63:335-56
f. Kercsmar CM. Wheezing in older children: asthma. Dalam:
Chernick V, Kendig EL, penyunting. Kendig's disorders of
respiratory tract in children. Edisi kedelapan. Philadelphia: WB
Saunders Co; 2012.h.699-735
9
TIDAK RESPONS
Mulai terapi awal SEGERA
Berikan oksigen 1-2L/menit jika SpO2
<94% Atau MEMBURUK
Agonis B2 kerja pendek :
o Via nebulizer atau via MDI dan spacer
Bila di IGD Rumah Sakit :
(4-10 semprot)
Lanjutkan tata laksana sesuai derajat
o Nebulisasi dapat diulang sampai 3 kali
serangan
tiap 20 menit dalam 1 jam
Bila di fasyankes primer, segera rujuk ke
Untuk nebulisasi ketiga pertimbangan
rumah sakit, sambil menunggu lakukan terapi
kombinasi agonis 82 kerja pendek dan
Nebulisasi agonis 82 kerja pendek dan
ipratropium bromide
ipratropium bromide
Pada saat serangan : Steroid sistemik
Steroid sistemik (prednisolone/prednisone)
(prednisilone/prednisone) : 1-2
: 1-2 mg/kgbb/hari, maksimal 40 mg IV
mg/kgbb/hari, maksimal 40 mg peroral
Berikan oksigen 2L.menit
(bila tidak memungkinkan (V). Hati – hati
dalam penggunaan steroid sistemik
TIDAK RESPONS
Lanjutkan terapi dengan agonis 82 kerja pendek jika diperlukan
nilai respon terapi dalam 1 jam berikutnya {atau lebih cepat}
Atau MEMBURUK
*
Tindak Lanjut :
Obat Pereda : Diberikan jika perlu
Obat pengendali : Lanjutkan dengan dosis yang sesuai
Evaluasi factor resiko : Identifikasi dan modifikasi Faktor Resiko bila memungkinkan
Bila tidak tersedia obat – obatan lain, gunakan ADRENALIN untuk asma yang
berhubungan dengan anafilaksis dan angioderma, dosis 10 ug?kg (0,01 ml/kg
adrenalin 1;1000), maksimal 500 mg ug (0,5ml)
*
Pasien dengan asma serangan berat atau ancaman henti nafas yang irujuk ke rumah sakit
Penilaian Awal :
A : Airway B : Breathing C : Circulation
Apakah ada :
Mengantuk, Letargi, Suaru paru tak terdengar
10
TIDAK YA
MULAI TERAPI
Inhalasi agronis 82 kerja pendek + ipratropium bromide
Steroid IV
Oksigen untuk menjaga SpO2 94-98%
Berikan aminofilin IV
FEV atau 60-80% dan FEV atau PEF <60 dan tidak
terdapat perbaikan gejala terdapat perbaikan gejala
SEDANG BERAT
Pertimbangkan rawat jalan Lanjutkan tata laksana dan
evaluasi berkala
11
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
12
dengan intensitas atau focus yang tidak normal.
13
Tingkat Evidens Tingkat evidens 1a
14
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
BRONKIOLITIS
Kriteria
Klinis berdasarkan diagnosis dan pemerikan fisik
Diagnosis
1. Pneumonia
2. Pneumonia aspirasi
3. Asma
Diagnosis
4. Croup
Banding
5. Gagaj jantung
6. Aspirasi benda asing
7. Pertusis
1. Pulse oximetry
Pemeriksaan 2. Foto toraks AP bila diagnosis meragukan
Penunjang 3. Analisis gas darah pada bronkiolitis sangat berat
4. Darah rutin pada bronkiolitis berat atau atipikal
Konsultasi Subbagian ERIA
15
6. Terdapat tanda dehidrasi
7. Tidak mau minum/melek pada bayi
1. Oksigen 1-2 liter per menit nasal prong sesuai PPK
ARDS
2. D5 0,225 NS pada anak berusia < 2 tahun dan D5 0,45
NS pada anak usia ≥2 tahun sesuai derajat dehidrasi dan
kebutuhan rumatan
3. Salbutamol inhalasi 0,05-0,1 mg/kgbb/kali ditambah
Tata Laksana
NaCL 3% hinggal 4mL tiap 6-8 jam selama 5 hari
4. Deksametasone intravena bolus 1 mg/kgbb/hari,
dilanjutkan 6 jam kemudian dengan dosis 0,05 -1
mg/kgbb/hari dibagi tiga selama 5 hari
5. Nasal suction bila sekret berlebih
6. Fisioterapi dada bila terdapat atelektasis
1. Ruang rawat inap
2. Ruang rawat intensif bila :
Tempat a. Saturasi oksigen <92% dengan terapi oksigen
Pelayanan b. Perburukan status respiratori berupa peningkatan
distress napas dan/atau kelelahan
c. Apnea berulang
1. Gagal napas
Penyulit 2. Pneumotoraks
Masa
2 hari
Pemulihan
Hasil Sembuh
Tingkat
Evidens & Tingkat evidens 1a, rekomendasi A untuk terapi
Rekomendasi
1. Gejala dan tanda bronkiolitis berkurang
Indikator Medis
2. Asupan oral adekuat
16
Edukasi Penjelasan tentang diagnosis, tata laksana dan prognosis
17
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
GROUP
Sesuai klinis :
Kriteria a. Sedang bila terdengar stridor inspirasi saat istrirahat
Diagnosis b. Berat bila juga terdengar stridor ekspirasi dan napas
cuping hidung
1. Epiglotitis akut
2. Trakeitis bakterial
3. Abses retrofaring
Diagnosis 4. Laringitis difteri
Banding 5. Laringotrakeitis akut
6. Aspirasi benda asing
7. Edema angioneurotik akut
8. Croup spasmodik
1. Foto polos jaringan lunak leher lateral saluran
Pemeriksaan respiratori atas bila tidak terdapat respon setelah
Penunjang pemberian terapi awal yang adekuat
2. CT-scan leher bila terdapat kecurigaan massa
Konsultasi 1. Subbagian ERIA
2. SMF THT-KL
18
e) Gelisah atau gangguan kesadaran
f) Demam tinggi
g) Anak tampak toksik
h) Tidak ada respons terhadap terapi awal adekuat
1. Oksigen 1-2L/menit nasal kanul
2. Infus D5 0,225 NS untuk anak <2 tahun dan D5 0,45 NS
untuk anak >2 tahun sesuai kebutuhan rumatan
3. Nebulisasi adrenalin/epinefrin 1:1000 dosis 0,5 mL/kgbb/kali
maksimal 5 mL dapat diulang tiap 4-6 jam bila masih
terdengar stridor
Tata Laksana
4. Deksametason 0,3 mg/kgbb/kali setiap 8 jam intravena
selama 2-3 hari
5. Intubasi : pada obstruksi berat dan tidak responsif terhadap
terapi lain
6. Sefotaksim 50 mg/kgbb/kali setiap 8 jam intravena selama 3-
5 hari bila tampak toksik
Tempat c) Ruang rawat inap
Pelayanan d) Ruang rawat intensif
Gagal napas akibat obstruksi laring berat
Penyulit
Inform Consent Lisan dan tertulis
Lama
2-5 hari
Perawatan
Masa
1 minggu
Pemulihan
Hasil Sembuh
Tingkat
Evidens & Tingkat evidens 1a, rekomendasi A untuk terapi
Rekomendasi
7. Gejala dan tanda croup menghilang
Indikator Medis
8. Asupan oral adekuat
19
a. Roosevelt GE. Acute inflammatory upper airway obstruction
(Croup, epiglottitis, laryngitis, and bacterial tracheitis). Dalam:
Kliegman RM, Stanton BF, St Geme III JW, Schor NR,
Behrman RE, penyunting. Nelson textbook of pediatrics.
Edisi keduapuluh. Philadelphia: WB Saunders Co;
2016.h.2031-6
b. Bjornson CL, Johnson Dw. Croup in children. CMAJ open.
2013;185:1317-23
Kepustakaan
c. Balfour-Lynn IM, Davies JC. Acute infections that produce
upper airway obstruction. Dalam: Chernick V, Kendig EL,
penyunting. Kendig's disorders of the respiratory tract in
children. Edisi kedelapan. Philadelphia:WB Saunders Co;
2012.h.424-36
d. The Royal Children Hospital Melbourne. Croup
(laryngotracheobronchitis).
2011.www.rch.org.au/clinicalguide.
20
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
DELAYED SPEECH
21
Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
22
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
DEMAM DENGUE
Perawatan Rawat inap bila trombosit <100.000 sel/uL, anak tidak mau
Rumah Sakit minum, anak dengan dehidrasi, muntah - muntah persisten, nyeri
perut, anak gelisah, tidak BAK selama 4-6 jam, ada perdarahan
1. Sesuai alur tata laksana demam dengue pada lampiran
gambar 1
Tata Laksana
2. Parasetamol 10mg/kgbb/kali tiap 4 jam oral bila suhu
aksita lebih besar sama dengan 38°C
Tempat
Ruang rawat inap
Pelayanan
a) Dehidrasi
b) Kejang
Penyulit
c) Perdarahan
Masa
7 hari
Pemulihan
Hasil Sembuh
23
Patologi Tidak ada
Tingkat
Tingkat evidens 1a, rekomendasi A untuk pemberian cairan
Evidens &
kristaloid
Rekomendasi
3. Tidak demam tinggi minimal 24 jam tanpa terapi
antipiretik
Indikator Medis 4. Napsu makan membaik
Pulang 5. Perbaikan klinis jelas
6. Jumlah urin cukup
7. Jumlah trombosit >50.000/uL
Demam Dengue
24
minimal 2 gejala berikut : ≤5000 sel/µL)
f. Trombositopenia
7. Nyeri kepala (jumlah plelet
8. Nyeri Retroorbital <150.000 sel/µL)
9. Mialgia g. Peningkatan
10. Atralgia/nyeri tulang hematokrit (5-10%)
11. Rash h. Tidak ada bukti
12. Manifestasi adanya kebocoran
perdarahan plasma
TIDAK ADA YA
Pasang Infus
RAWAT JALAN Berikan cairan kristaloid (D5 ½
NS atau Ringer Laktat) sesuai
Beri minuman sebanyak 1-2 kebutuhan rumatan
liter/hari atau satu sendok
makan tiap 5 menit
Jenis minuman : the manis,
sirup, jus buah, susu, oralit Pantau gejala klinis dan
Bila suhu >380C beri laboratorium
paracetamol Perhatikan tanda – tanda syok
Waspadai adanya warning sign : Palpasi hati setiap hari
Muntah persisten, nyeri perut, Ukur dieresis setiap hari
tangan dan kaki dingin, anak Awasi tanda perdarahan
gelisah, tidak BAK selama 4-6 Periksa Hb, Ht, trombosit tiap 12 –
jam, ada perdarahan 24 jam
Bila ada warning sign segera di
bawa ke rumah sakit
25
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
DEMAM TIFOID
Perawatan
Rawat inap pada demam tifoid dengan penyulit
Rumah Sakit
1. Anribiotik
l) Kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kgbb/hari
intravena atau oral dibagi dalam 4 dosis selama 10-14
hari. Pemberian oral diberikab bila pasien mampu
Tata Laksana minun obat
m) Seftriakson 80 mg/kgbb/hari, intravena, sekali seharu
5 haru bila dalam 72 jam tidak ada perbaikam klinis
dengan kloramfenikol
2. Deksametason 1-3 mg/kgbb/hari intravena dibagi 3 dosis
26
selama 5 harj diberikan pada kasus dengan gangguan
kesadaran
3. Suportif
e) Tirah baring
f) D5 0,45 NS sesuai kebutuhan rumatan
g) Parasetamol dosis 10mg/kgbb/kali diberikan bila
demam >38,5°C
h) Nutrisi rendah serat
1. Ruang rawat inap
Tempat
2. Ruang rawat intensif untuk demam tidoid dengan
Pelayanan
penurunan kesadaran dan syok septik
1. Perforasi usus
2. Perdarahan saluran cerna
Penyulit 3. Tifoid ensefalopati
4. Syok septik
Masa
7-14 hari
Pemulihan
Hasil Sembuh
Tingkat
Tingkat evidens 2b, rekomendasi B untuk pemberian
Evidens &
kloramfenikol sebagai pilihan terapi pertama
Rekomendasi
Indikator Medis Tidak demam selama 2x24 jam tanpa antiporetij, napsu makan
Pulang membaik, klinis perbaikab dan tidak dijumpai komplikasi
27
komplikasi pada anak. Sari pediatru 2013;14:271-6
3. Naveed A, Ahmed Z. Treatment of typhoid fever in children:
comparison of efficacy of ciprofloxacib with ceftriaxone. Elem
Sch J 2016;12:346-55
4. Bhutta ZA. Salmonella. Dalam: Kliegman RM, Stanton BF, St
Gene JW, Schor NF, penyunting. Nelson textbook of
pediatrics. Edisi keduapuluh. Philadelpia: Elsevier, 2016;.h.
1382-92
28
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
29
mata tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
d. Turgor sangat kurang dan akarl dingin
Perawatan
Rawat Inap
Rumah Sakit
Lintas diare : (1) Cairan, (2) Zinc, (3) Nutrisi, (4) Edukasi
Pengobatan cairan / elektrolit
30
Pemberian preparat zinc selama 10 – 14 hari
1. Anak di bawah 6 bulan dengan dosis 10mg/hari
2. Anak di atas 6 bulan dengan dosis 20 mg/hari
Nutrisi
ASI.makanan sebelum sakit dilanjutkan. Beri makanan yang
mudah dicerna, rendah serat dan tidak merangsang
Masa
3 – 5 hari
Pemulihan
Hasil Sembuh
Tingkat
Evidens & Tingkat evidens 1a, rekomendasi A untuk pemberian Zinc
Rekomendasi
1. Konsistensi fesef mengalami perbaikan
Indikator Medis 2. Tidak didapatkan komplikasi
3. Asupan oral (makan dan minum) membaik
1. Penjelasan diagnosis, tata laksana dan prognosis
2. ASI, sus formula serta makanan harus dilanjutkan selama
Edukasi diare dan diingkatkan setelah diare sembuh
3. Menjaga kebersihan diri maupun penyiapan makanan
4. Melanjutkan penggunaan obat sesuai petunjuk
1. Galloway DP, Cohen MP. Infectious diarrhea. Dalam:
Wylie R, Hyams JS, Kay M, penyunting. Pediatric
gastrointestinal and liver disease. Edisi kelima. United
Kepustakaan
states: Elsevier: 2016.h. 1-10
2. Guarino A, Bruzzese E, vial Diarrhea . Dalam : Guandalini
S, Dhawan A, Branski D, penyunting. Textbook of
31
pediatric gastroenterology heaptology and nutrition. A
comprehensive guide to practice. Edisi
pertama.Switzerland: Springer; 2016.h. 127-35
3. Florez ID, Al-Khalifah R, Sierra JM, dkk. The
effectiveness and safety of treatments used for acute
diarrhea and acute gastroenteritis in children : protocol
for a systematic revie and network meta-analysis . Syst
Rev 2016; 5:1-14
4. Lazzerini M, Wanzira H. Oral zinc for treating diarrhoea in
children. Cochrane Database o Syst Rev 2016;6:1-101
32
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
Kriteria
Gejala Klinis
Diagnosis
1. Tik
2. Tremor
Diagnosis 3. Jittemess
Banding 4. Sinkope
5. Breath holding spell
6. Self stimulation
1. Elektroensefalografi (EEG)
2. Darah rutin
3. Gula darah
4. Elektrolit serum (Natrium, Kalium, Kalsium)
Pemeriksaan
5. SGOT dan SGPT
Penunjang
6. MRI kepala apabila dicurigai adanya focus epileptogenik
atau pada epilepsy yang disertai kelainan neurologis yang
nyata, seperti: mikrosefali, palsi selebral, hidrosefalus,
keterlambatan tumbuh kembang
Konsultasi 1. Subbagian ERIA
33
2. Instalasi Rehabilitasi Medik
Perawatan Rawat inap bila pasien baru, adanya status epileptikus dengan
Rumah Sakit penyulit lainnya
1. Anti kejang diberikan jika pasien datang dalam keadaan
kejang, hentikan kejang secepatnya (sesuai lampiran
Gambar 1)
2. Obat anti epilepsi (OAE) sesuai jenis epilepsinya selama
2-3 tahun bebas kejang dan dihentikan secara bertahap
dalam 3-4 bulan
3. Pada awal terapi :
a. OAE lini pertama yang dapat dipilih salah satu (lihat
Tabel 1)
1. Fenobarbital 3-5 mg/kgbb/hari oral tiap 12 jam
2. Asam valproat 15-40 mg/kgbb/hari oral tiap 12 jam
3. Karbamasepim 10-30 mg/kgbb/hari oral tiap 12
jam
4. Feniton 5-7 mg/kgbb/hari oral tiap 12 jam
b. OAE lini kedua dapat dipilih bila dengan kombinasi
OAE lini pertama gagal mengontrol kejang : topiramat
1-5 mg/kgbb/hari oral tiap 12 jam
Prinsip pengobatan epilepsi :
1. Mulai dengan monoterapi lini pertama. Monoterapi lini
Tata Laksana pertama sangat menentukan keberhasila terapi epilepsi
2. Jika monoterapi lini pertama sampai dosis maksimal
gagal mengontrol kejang, mulailah monoterapi lini kedua.
Jika monoterapi lini kedua berhasil, hentikan monoterapi
lini pertama secara tepat
3. Jika dua kali monoterapi sampai dosis maksimal gagal,
mulailah politerapi dengan 2-3 macam OAE, boleh
diberikan OAE lini kedua
4. Pada epilepsi intraktabel, dapat diberikan diet ketogenik
sebagai terapi adjuvan pada epilepsi intraktabel
Lama pemberian OAE :
1. Kejang umum klonik tonik selama 2 tahun bebas kejang :
a. Bebas kejang dengan EEG normal : selama 2 tahun
bebas kejang, dilanjutlan tapp off 3-4 bulan
b. Bebas kejang dan EEG masih abnormal : selama 3
tahun bebas kejang
2. Kejang partial atau partial umum : selama 3 tahun bebas
kejang
3. Abans : Selama 2 tahun bebas serangan
4. Juvenile Myoclonic : seumur hidup
Tempat
Poliklinik dan rawat inap
Pelayanan
Ketidakpatuhan minum obat, epilepsy resisten obat
Penyulit
Inform Consent Lisan dan tertulis
Lama
-
Perawatan
34
Masa
2-3 tahun bebas kejang tergantung jenis epilepsy
Pemulihan
1. Kejang terkontrol
Hasil 2. Tidak ada serangan kejang
3. EEG normal
Otopsi -
Indikator Medis -
35
Tabel 1. Obat Anti Epilepsi
Epilepsi fokal
Epilepsi fokal
Mioklonik
Absans
Absans
36
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
Pemeriksaan 1. Denver II
Penunjang 2. CAT-CLAMS
3. M-CHAT-R, M-CHAT-R/F
4. FT4 dan TSHs
Tata Laksana 3. Fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara
37
4. Tatalaksana lingkungan
a. Meningkatkan stimulasi dilakukan di tempat
belajar, sekolah ataupun dirumah
b. Mengurangi screentime
5. Tatalaksana penyakit dasar
Edukasi 1. Stimulasi setiap ada kesempatan
2. Intervensi keterlambatan milestone perkembangan
Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia
Ad sanationam : dubia
38
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
1. Urin rutin
Pemeriksaan 2. Darah rutin
Penunjang 3. LED
4. BUN dan SC
39
5. C3
6. ASTO
7. Foto toraks bila ditemukan klinis sesak
8. Biakan hapus tenggorok
Perawatan
Rawat inao
Rumah Sakit
1. Tirah baring sampai hematuria nyata (gross) menghilang
2. Diit rendah garam (1 g/hari), protein dibatasi bila kadar
ureum meningkat
3. Eradikasi kuman BSHGA, yaitu :
4. Amoksisilin 50 mg/kgbb/hari oral tiap 8 jam selama 10
hari
5. Eritromisin 50mg/kgbb/hari oral tiap 8 jam selama 10
hari bila alergi terhadap amoksisilin
Tata Laksana
6. Anti hipertensi
7. Captopril 0,3 mg/kgbb/kali oral tiap 8 jam, dapat
dinaikkan dengan maksimal dosis 6 mg/kgbb/hari oral
sampai tekanan darah stabil
8. Nifedipin bila terjadi krisis hipertensi/hipertemsi
emergensi atau urgensi sesuai PPK Krisis Hipertensi
Hasil Sembuh
40
1. Ad vitam : dubia ad bonam
Prognosis 2. Ad fungsionam : dubia ad bonam
3. Ad sanationam : dubia ad bonam
Kontrol poliklinik setiap bulan selama 6 bulan pertama,
Tindak Lanjut
diteruskan sampai 1 tahin jika hematuria persisten
Tingkat Evidens
Tingkat evidens 1a, rekomendasi A untuk terapi
& Rekomendasi
41
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
42
menyelesaikan pekerjaan sekolah, tugas
atau kewajiban di tempat kerja (tidak Karena
perilaku menentang atau kegagalan untuk
memahami petunuk)
hiperkativitas :
43
impulsivitas :
44
Edukasi 1. konsistensi dalam mendidik
2. reward dan punishment
3. ketaatan minum obat
Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia
45
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
HIPOTIROID KONGENITAL
Perawatan
Rawat jalan
Rumah Sakit
Pemberian preparat L-tiroksin seumur hidup
Tata Laksana
Tempat
Poliklinik Anak
Pelayanan
Tidak ada
Penyulit
Inform Consent Lisan dan tertulis
46
Patologi Tidak ada
47
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
IKTERUS NEONATORIUM
Perawatan
Rawat jalan
Rumah Sakit
Pemberian preparat L-tiroksin seumur hidup
Tata Laksana
Tempat
Poliklinik Anak
Pelayanan
Tidak ada
Penyulit
Inform Consent Lisan dan tertulis
48
Patologi Tidak ada
49
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
Perawatan Rawat inap bila ISK disertai komplikasi, rasa nyeri hebat,
Rumah Sakit muntah dan dehidrasi
1. Antibiotik empiris diberikan sampai ada hasil biakan urin
2. Amoksisilin 20-40 mg/kgbb/haru oral tiap 8 jam
Tata Laksana
3. Kotrimoksasol(trimetoprim+ sulfametaksasol) 6-12 mg
TMP/kgbb/hari oral dab 30-60 mg SMX/kgbb/hari oral tiap
50
12 jam bila alergi dengan amoksisilin
4. Ampisilin 100 mg/kgbb/hari intravena tiap 6 jam
dikombinasikan dengan gentamisin 7,5 mg/kgbb/hari
intravena tiap 24 jam
5. Pielonefritis akut dan ISK pada neonatus, amtibiotik
diberikan secara intravena
6. Antibiotik selanjutnya disesuaikan dengan hasil biakan
urin da tes sensitivitas selama 5-7 hari
Tempat
Ruang rawat inap
Pelayanan
1. Infeksi berulang
2. Abses perinefrik
3. Obstruksi saluran kemih
Penyulit 4. Cacat ginjal (renal scarring)
5. Gagal ginjal
51
2. Pardede SO, Taralan T, Husein A, Partini PT, Eka LH.
Konsensus infeksi saluran kemih pada anak. Jakarta:BP
IDAI; 2011.h.1-34
52
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
KEJANG DEMAM
53
3. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam
1 hari, dan diatara 2 bangkitan kejang anak sadar
4. Kejang demam terjadi karena kenaikan suhu tubuh,
bukan karena gangguan elektrolit atau metabolic
lainnya
5. Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya
maka tidak disebut sebagai kejang demam
6. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan mengalami
kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain,
terutama infeksi susunan saraf pusat
7. Bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk
dalam rekomendasi kejang demam, melainkan
termasuk dalam kejang neonates
1. Epilepsy terprovokasi demam
Diagnosis 2. Ensefalopati metabolic
Banding 3. First unprovoked seizure
4. Infeksi intracranial
1. Fungsi lumbal dilakukan dengan indikasi:
a. Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
b. Terdapat kecurigaan infeksi SSP berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan klinis
c. Dipertimbangkan pada anak dengan kejang
disertai demam yang sebelumnya telah mendapat
antibiotic sehingga mengaburkan tanda dan gejala
meningitis
d. Pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin pada
anak umur di bawah 12 bulan yang mengalami
Pemeriksaan
kejang demam sederhana dengan keadaan umum
Penunjang
baik
Perawatan
Rawat inap untuk kejang demam kompleks
Rumah Sakit
1. Mengatasi kejang fase akut. Bila kejang telah
berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari
indikasi terapi antikonvulsan provilaksis
2. Parasetamol 10-15 mg/kgbb/kali oral tiap 4-6 jam jika
suhu ≥380C
Tata Laksana
3. Profilaksisi intermiten dengan diazepam 0,3
mg/kgbb/kali oral atau 0,5 mg/kgbb/kali rektal (5 mg
untuk BB <12 kg dan 10 mg untuk BB ≥12 kg)
sebanyak 3 kali sehari dengan dosisi maksimum 7,5
mg/kali diberikan selama 48 jam pertama demam.
54
Indikasi :
a. Kelainan neurologis ringan (tidak nyata), misalnya
keterlambatan motorik, keterlambatan bicara,
retardasi mental
b. Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
c. Umur <6 bulan
d. Bila kejang terjadi pada suhu tubuh <390C
e. Apabila pada episode kejang demam sebelumnya,
suhu tubuh meningkat dengan cepat
4. Prifilaksis kontinyu (rumatan) dengan asam valproat
15-40 mg/kgbb/hari oral tiap 12 jam, indikasi :
a. Kejang fokal
b. Kejang lama > 15 menit
c. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum
atau sesudah kejang, misalnya palsi selebral,
hidrosefalus, heniparesis
5. Deksametason 0,6 mg/kgbb/hari intravena tiap 6 jam
selama maksimal 3 hari
Catatan :
Pengobatan rumatan diberikan selama 1 tahun, penhentian
rumat untuk kejang demam tidak membutuhkan tapering off,
namun dilakukan pada saat anak tidak sedang demam
Tempat
Ruang rawat inap
Pelayanan
1. Kejang serial
2. Status epileptikus
3. Adanya kelainan neurologis fokal yang menetap
Penyulit
misalnya hemiparesisi atau paresisi nervus kranialis
4. Adanya gangguan tumbuh kembang sebelumnya
55
Tindak Lanjut Kontrol poliklinik
Indikator Medis Pasien tidak demam dan tidak kejang 2 kali 24 jam
56
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
KOLESTASIS
57
6. Masa protombin/INR
7. Kultur urin dan tes sensitifitas antibiotik
8. FT4 dan TSH
9. Tinja 3 porsi (dilihat warna tinja pada 3 periode dalam 24
jam)
10. Pencitraan :
11. USG 2 fase (puasa 6-8 jam dan sesudahnya minum)
12. USG doppler bila ter da pat kecurigaan hipertensi porta
13. Pemeriksaan kolangiografi pada atresia bilier yang
belum dapat ditegakkan dengan pemeriksaan di atas
14. Pemwriksaan TORCH (IgM anti toksoplasma, IgM anti-
rubella, IgG anti-Rubella, IgM anti-CMV, IgM anti-HSV2,IgG
anti-HSV2) apabila terdapat gejala klinis
15. Pemeriksaan HbsAg dan anti -HCV bila ada kecurigaan
transmisi vertikal
Konsultasi a. Dokter konsultan bedah anak untuk kasus yang
memerlukan kolangiografi
b. Subbagian Nutrisi dan Penyakit Metabolik untuk
melabsorpsi lemak dan gagal tumbuh
58
Masa Pemulihan Tergantung etiologi
59
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
KONSTIPASI
60
a. Foto polos abdomen
Pemeriksaan b. Pemeriksaan enema barium
Penunjang c. Biopsi hisap rektum bila dengan pemeriksaan diatas
diagnosis belum bisa ditegakkan
Konsultasi 1. Dokter Konsultan Bedah Anak
2. SMF Psikiatri
3. Instalasi Rehabilitasi Medis
Perawatan Rawat inap untuk kasus yang diserta dengan nyeri abdomen,
Rumah Sakit gangguan tumbuh kembang
Tempat
Ruang rawat inap
Pelayanan
1. Nyeri abdomen atau nyeri perut
2. Fisura ani
3. Enuresis
4. Enkopresis
Penyulit 5. Infeksi saluran kemih
6. Prolaps rektum
7. Ulkus soliter
8. Sindrom stasis : bakteri tumbuh lampau, maldigesti,
dekonjugasi asam empedu, steatorea
61
Hasil Sembuh
Tingkat Evidens
dan Tingkat evidens 1a, rekomendasi A untuk terapi
Rekomendasi
1. Frekuensi BAB jadi lebih sering dan teratur
2. Konsistensi BAB tidak keras
Indikator Medis
3. Tidak dijumpai nyeri saat BAB
4. Tidak dijumpai massa abdomen pada pemriksaan fisik
1. Penjelasan tentang diagnosis, tata laksana, dan prognosis
2. Mengenali tanda bahaya : perut kembung, keluar darah dari
anus, keluar massa/daging dari anus, penurunan berat
Edukasi
badan, nyeri perut hebat dan segera ke RS bila didapatkan
tanda bahaya
62
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
MORBILI
B05.0-4 Measles
No.ICD 10
B05.8 Measles with other complications
Infeksi virus akut yang sangat menular, dtandai dengan stadium
Pengertian inkubasi, stadium prodromal, stadium erupsi dan stadium
penyembuhan
Keluhan demam, koriza, mata merah, diikuti dengan ruam yang
khas mulai dari belakang telinga kemudian menyebar ke muka
Anamnesis
dan/atau tubuh dan/atau lengan dan/atau kaki bersamaan
dengan meningkatnya suhu tubuh
1. Demam
2. Radang pada selaput mukosa hidung dan/atau mulut
dan/atau tenggorok dan/atau saluran cerna dan/atau
Pemeriksaan konjungtivitis dan/atau
Fisik 3. Dapat ditemukan bercak Koplik
4. Ruam eritromakulopapular yang timbul mulai belakang
telinga dan/atau menyebar ke wajah dan/atau tubuh dan/atau
ekstremitas
1. Demam
2. Koriza, batuk
3. Mata merah atau konjungtivitis
Kriteria
4. Ruam eritromakulopapular dimulai dari belakang telinga dan
Diagnosis
menyebar, muncul saat demam masih tinggi (hari 3-5
demam), memenuhi tubuh dalam 3 hari, memudar pada hari
ke 5-6 dan diikuti proses hiperpigmentasi dan deskuamasi
1. Eksantema subitum
Diagnosis
2. Rubela
Banding
3. Ruam oleh karena obat
Pemeriksaan 1. Darah rutin
Penunjang 2. Pemeriksaan lain sesuai penyulit
Konsultasi 1. Subbagian Neurologi, Gastroenterologi-Hepatologi,
Respirologi
2. SMF THT
Perawatan
Rawat inap pada morbili dengan penyulit
Rumah Sakit
1. Tirah baring
2. Pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi dengan
kalori yang memadai
Tata Laksana
3. Vitamin A dosis 1 kali sejari oral, selama 2 hari
4. 200.000 IU untuk anak >2bulan
5. 100.000 IU untuk anak 6-11 bulan
63
6. 50.000 IU untuk anak <6 bulan
7. Dosis tambahan (ketiga) diberikan pada 2-4 minggu
kemudian untuk anak dengan gejala defisiensi vitamin A
8. Tata laksana campak sesuai PPK masing - masing penyulit
Tempat
Ruang rawat inap isolasi
Pelayanan
1. Otitis Media
2. Pneumonia
3. Gastroenteritis
Penyulit
4. Meningitis
5. Ensefalitis
Hasil Sembuh
Tingkat Evidens
Tingkat evidens 1a, rekomendasi A untuk pemberian vitamin A
& Rekomendasi
64
preventing acute lower respiratory tract infections in
children up to seven years of age. Cochrane Database Syst
Rev 2008. Diunduh pada 30 April 2017. Didapat dari:
URL:http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/14651858
65
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
PNEUMONIA KOMUNITAS
Kriteria
Sesuai klinis dan pemeriksaan penunjang
Diagnosis
1. Bronkiolitis
Diagnosis 2. Pneumonia aspirasi
Banding 3. Tuberkulosis
4. Asidosis metabolik
1. Foto toraks AP
2. Pemeriksaan darah rutin
3. Pulse oximetry
Pemeriksaan 4. Analisis gas darah bila terdapat ancaman gagal
Penunjang napas yaitu : SpO2 <90%, sianosis, apnea,
kesadaran menurun atau gelisah, head nodding,
kejang
5. Biakan sputum
66
Konsultasi a. Subbagian ERIA
b. Subbagian Kardiologi
c. Subbagian Nutrisi dan Penyakit Metabolik
d. Subbagian Alergi - Imunologi
e. Subbagian Endokrinologi
Perawatan
Rawat inap
Rumah Sakit
Tata Laksana
Tempat 1. Ruang rawat inap
Pelayanan 2. Ruang rawat intensif
Gagal napas, empiema
Penyulit
Inform Consent Lisan dan tertulis
Hasil Sembuh
Tingkat Evidens
Tingkat evidens 1a, rekomendasi A untuk terapi
& Rekomendasi
1. Kriteria pulang :
2. Tidak demam tanpa penurun demam minimal 48 jam
3. Sesak napas berkurang atau menghilang
Indikator Medis
4. Saturasi oksigen >90% minimal 24 jam setelah oksigen
dihentikan (bernapas dengan udara ruangan)
5. Asupan oral adekuat
Diagnosis, rencana pemeriksaan diagnostik dan tata laksana,
Edukasi
etika batuk dan higiene personal
a. Audette LD. BET 1: Lateral chest radiography and the
diagnosis of pneumonia in children. Emerg Med J
Kepustakaan 2017;34:57-8
b. Mulholland K, Weber MW. Pneumonia in children.
Epidemiology, prevention, and treatment.London:Pinter
67
& Mrtin Ltd; 2016
c. WHO. Revised WHO classification and treatment at
childhood pneumonia at health facilities: evidence
summaries. Switzerland:WHO;2014
68
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
No.ICD 10 D69.0
69
Konsultasi 4. Subbagian Nefrologi
5. SMF kulit dan Kelamin
70
Tingkat Evidens
Tingkat evidens 1a, rekomendasi A untuk terapi
& Rekomendasi
1. Palpable purpura menghilang
2. Nyeri sendih sembuh
3. Kolik abdomen dan bloody stool sembuh
Indikator Medis 4. Proteinuria dan hematuria sembuh
5. Tidak relaps
6. Kualitas hidup baik
7. Tidak tetdapat nefritis jangka panjang
Istirahat (kembali ke aktivitas normal dengan cara trasisi) hidrasi
Edukasi
cukup
1. Chan H, Tang YL, Lu XH, dkk. Risk factors
asaociated with renal involvement in chilhood
Henoch-Schonlein Purpura:a metta-analysis. PLoS
One 2016;11:1-21
2. Cassidy JT, Petty Re. Textbook of pediatric
rheumatology. Edisi ketujuh. New York:Saunders;
2015
Kepustakaan 3. Bukhari E.M, Al-Syofani Kholoud, Ahmed
Mohammed. Spectrum of Henoch-Schonlein purpura
in children: a single - centre aexperience from
western provence of Saudi Arabia. Open J
Rheumatol Autoimun Dis 2015;5:17-22
4. Yang Yao-Hsu, Yi Hsin-Hui, Chiang Bor-Luen. The
diagnosis and classification of Henoch-Schonlein
purpura: an update review. Elsevier 2014;01:1-4
71
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
SEPSIS
Pemeriksaan Didapatkan:
Fisis
1 Demam (suhu rektal >38,50 C atau suhu Axila >37,50 C) atau
hipotermia (suhu rektal <360 C).
2 Nafas cepat atau takipneu (frekuensi nafas diatas normal
berdasarkan usia).
3 Denyut jantung di atas normal atau kurang dari normal
berdasarkan usia.
4 Tanda disfungsi organ salah satu dari 3 tanda klinis yaitu
a. Penurunan kesadaran.
b. Gangguan kardiovaskuler (penurunan kualitas nadi,
perfusi perifer, atau rerata tekanan arterial).
c. Gangguan respirasi (peningkatan atau penurunan
work of breathing, sianosis).
Kriteria Diagnosis sepsis ditegakan berdasarkan adanya infeksi dan
Diagnosis disfungsi organ.
72
c. Respon inflamasi, secara klinis ditandai dengan
adanya demam atau hipotermia, takikardi atau
bradikardi, dan takipnea.
2.Tanda disfungsi/gagal organ
Diagnosis 1. Infeksi
Banding a. Leptospirosis
b. Tuberkulosis
c. Malaria
d. Kriptokosis
e. Lyne and roky mountain Spotted Fever
2. Non Infeksi
a. Intoksikasi
b. Sindrom Kawasaki
Pemeriksaan 1. Darah rutin, apusan darah tepi
Penunjang 2. Ratio Neutrofil:limfosit
3. C-Reaktif protein (CRP)
4. Procalcitonin
5. Kultur darah atau sekret/cairan tubuh lainnya atau
jaringan
Tata Laksana 1.Tata Laksana Infeksi
a. Antibiotik
Pemilihan antibiotik sesuai dengan dugaan etiologi infeksi,
diberikan segera sejak diduga sepsis dengan antibiotik
tunggal berspektrum luas dengan pemeriksaan kultur darah
sebelumnya. Jenis antibiotik empirik, dosis dan cara
pemberian seperti tercantum dalam lampiran.
73
dan/atau prokalsitonin).
b. Antibiotika kombinasi
Apabila antibiotik diberikan kombinasi, harus dipertimbangkan
kondisi klinis, usia, etiologi dan tempat infeksi,
mikroorganisme penyebab, pola kuman di RS, predisposisi
pasien, efek farmako dinamik dan kinetik obat.
c. Anti jamur
b. Tatalaksana hemodinamik.
Pada kondisi belum ada gangguan hemodinamik hanya
diberikan terapi cairan rumatan. Perhitungan cairan
rumatan saat awal adalah menggunakan formula Holliday-
Segar. Pencatatan jumlah cairan yang masuk dan keluar
dilakukan setiap 4-6 jam dengan tujuan mencegah
terjadinya kondisi hipovolemi atau hypervolemia.
c. Tranfusi darah
1 Indikasi transfusi packed red cell (PRC) diberikan
bila hemoglobin <7 g/dL dengan target kadar >10
g/dL.
2 Transfusi trombosit diberikan pada pasien sepsis
sebagai profilaksis atau terapi, dengan kriteria
sebagai berikut:
i. Profilaksis diberikan pada kadar
74
trombosit <10.000/mm3 tanpa
perdarahan aktif, atau kadar
3
<20.000/mm dengan risiko bermakna
perdarahan aktif. Bila pasien akan
menjalani pembedahan atau prosedur
invasif, kadar trombosit dianjurkan
>50.000/mm3.
ii. Terapi diberikan pada kadar trombosit
<100.000/mm3 dengan perdarahan
aktif.
e. Nutrisi
Nutrisi secepatnya diberikan setelah kondisi respirasi dan
hemodinamik pasien stabil. Pemberian nutrisi diutamakan
secara enteral bila tidak ada kontraindikasi (misalnya:
obstruksi, pasca operasi, atau perdarahan saluran cerna).
Kebutuhan nutrisi pada hari-hari pertama fase akut
diusahakan minimal 65 kCal/kg/hari untuk menghindari
katabolisme.
75
Edukasi KIE tentang penyakit, etiologi penyakit, tatalaksana dan
prognosis.
Prognosis Ad vitam : Prognosis dinilai dengan skor PELOD 2 dan
prokalsitonin :
76
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
Diagnosis
Sindromnefritik
Banding
1. Urinrutin
2. Protein urinkuantitatif; urin 24 jam ataurasio
protein/kreatininpadaurinpertamapagihari
3. Kadar albumin dankolesterol
PemeriksaanPen
4. Darahrutin
unjang
5. LED
6. BUN, SC, klirenskreatinin
7. C3, jikadicurigaisindromnefritik (GNAPS)
Konsultasi Tidakada
Perawatan
Rawatinap
Rumah Sakit
1. Tirah baring bilaada edema anasarka
2. Timbangberatbadantiaphari
3. Prednisonoral :
Tata Laksana a. Pengobataninisialdengandosis 60 mg/m2LPB
atau2 mg/kgbb/hari oral tiap 8 jam selama 4
minggu( maksimal 80 mg/hari)
b. Bilaremisiterjadidalam 4 minggupertama,
77
makaselanjutnyaprednison alternating
2
(selangsehari) 40 mg/m LPB atau 1,5
mg/kgbb/hari oral setiap 24 jam
pagiharidiberikanselama 4 minggu.
c. Bilaremisitidakterjadipada 4 minggupertama,
makapasiendidiagnosissindromnefrotikresisten
steroid.
4. Pemeriksaanujimantouxsebelumpengobatanprednisondi
mulai ( saat menungguhasilujimantoux,
prednisondapatdiberikan)
5. Nutrisi
a. Kebutuhanproteinnormalsesuai RDA
b. Rendahgaram 1-2 g/hari
c. Kalori
sesuaikebutuhanmenurutumurdanberatbadan
d. Lemakcukup, rendahkolesterol
e. Cairandibatasijikaadaedemaanasarka.
Tempat
d. Ruangrawatinap
Pelayanan
a) Syokhipovolemik
b) Infeksi (peritonitis, sepsis, pneumonia, selulitis, ISK)
Penyulit c) Kelainankoagulasi, timbulnya thrombosis
danmenurunnyakadar vitamin D serum.
1. Remisi
Hasil
2. Resisten steroid
Otopsi Tidakada
78
1. Edema menghilang
Indikator Medis 2. Proteinuria < +2
3. Albumin normal
1. Penjelasantentang diagnosis, tatalaksana, dan prognosis
2. Diet rendahgaramselama edema masihada,
Edukasi
minumobatteratur,
kontrolrutinuntukevaluasidanterjadinyarelaps.
1. Pan CG, Ellis Da, Glomerulonephritis associated
wiyh infection. Dalam: Kliegman RM, Bonita FS,
Joseph WS, Nina FS, Richard EB, penyunting.
Nelson Textbook of pediatrics. Edisikeduapuluh.
Philadelpia: Elsevier; 2016.h.2498-501
2. Rundjan L, Teny TS, Anggraini A, Irene Y.
BukuSakuDosisObatPediatri. Dalam: Tambunan T,
Mulya RK, Wahyuni I, penyunting. Jakarta:BP IDAI;
Kepustakaan 2016.h.20
3. Rauf S, Husein A, Jusli A.
Konsensusglomeruronefritisakutpascastreptokokus.
Edisipertama. Jakarta:BP IDAI; 2012.h.1-20
4. Zaffanello M, Cataldi L, Franchini M, Fanos V.
Evidence-basef treatment limitations prevent any
therapeutic recommendation for acute
poststreptococcal glomerulonephritis in children. Med
SciMonit 2010;16:79-84
79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
SYOK SEPTIK
Kriteria
Sesuai gambaran sepsis yang disertai tanda kegagalan sirkulasi
Diagnosis
Perawatan
Rawat inap
Rumah Sakit
Tata laksana sesuai alogaritme terapi syok septik
Tata Laksana
Monitoring profit hemodinamik dengan USCOM
tempat Ruang rawat intensif
80
Pelayanan
Multi Organ Dysfunction Syndrome, Multi Organ Failure
Penyulit
Inform Consent Lisan dan tertulis
Kepustakaan
81
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
82
e. Uji tempel es bila dicurigai suhu dingin sebagai pencetus
f. Urin rutin bila dicurigai infeksi saluran kemih
g. Feses rutin bila dicurigai investasi parasit cacing
h. Darah rutin bila didapatkan urtikaria generalisata dan
kasus kronis
i. Kadar IgE total bila didapatkan kasus kronis dan
berulang
j. Kadar komplemen (C3,C4) bila diduga adanya kelainan
sistemik yang mendasari urtikaria
k. C1q dan antibodi C1 inhobitor bila dicurigai acquired
angiodema
83
Patologi Tidak ada
Otopsi Tidak ada
1. Ad vitam : dubia ad bonam
Prognosis 2. Ad fungsionam : dubia ad bonam
3. Ad sanationam : dubia ad bonam
1. Kontrol poliklinik
Tindak Lanjut 2. Uji provokasi bila semua dugaan penyebab telah
dihindari selama 2 minggu
Tingkat Evidens
Tingkat evidens 1a, rekomendasi A untuk terapi
& Rekomendasi
84