SOP No.Revisi : 00
Halaman : 1/3
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam memberikan pelayanan klinis anafilaktik
syok sesuai dengan standar.
5. Prosedur 1. Anamnesis
Gejala bervariasi. Pada syok anafilaktik, gejala yang menonjol adalah
gejala gangguan sirkulasi dan respirasi yang dapat muncul
bersamaan atau berurutan dengan urutan bervariasi. Semakin cepat
reaksi timbul, semakin berat gejalanya.
Gejala respirasi: bersin, batuk, hidung tersumbat, yang kemudian
segera diikuti sesak napas
Gejala kulit: gatal, kulit kemerahan. Gejala pada kulit biasanya
merupakan gejala prodormal sehingga penting untuk diperhatikan.
Gejala gastrointestinal: perut kram, mual, muntah sampai diare.
Gejala ini juga dapat merupakan gejala prodormal.
Perlu ditanyakan riwayat alergi sebelumnya.
Perlu ditanyakan/diidentifikasi penyebabnya:
40-60% disebabkan oleh gigitan serangga
20-40% akibat zat kontras radiografi dan
10-20% akibat pemberian penisilin.
Setiap penyuntikan obat apapun berisiko menimbulkan reaksi
anafilaktik.
2. Pemeriksaan Fisik
Pasien tampak sesak, frekuensi napas meningkat, sianosis karena
edema laring dan bronkospasme, hipotensi, takikardia, edema
-2-
3. Kriteria Diagnosis:
Menurut World Allergy Organization:
a. Onset gejala akut (menit-jam) yang melibatkan kulit atau mukosa
atau keduanya dan sedikitnya salah satu dari tanda berikut ini:
-gangguan respirasi: sesak napas, wheezing akibat
bronkospasme, stridor, penurunan arus puncak espirasi/APE,
hipoksemia
Penurunan tekanan darah atau gejala gagal organ target:
hypotonia, kolaps vaskuler, sinkop atau inkontinensia.
b. Atau, dua atau lebih tanda berikut yang muncul segera (menit-
jam) setelah terpapar zat mungkin allergen:
-keterlibatan jaringan mukosa dan kulit
-gangguan respirasi
-penurunan tekanan darah atau yang berkaitan dengan kegagalan
organ target
-gejala gastrointestinal yang persisten (keram abdomen, muntah)
c. Atau penurunan tekanan darah segera (menit-jam) setelah
terpapar alergen yang telah diketahui, sesuai kriteria:
-bayi dan anak: tekanan darah sistolik rendah (menurut umur)atau
terjadi penurunan >30% dari tekanan darah sistolik semula.
-dewasa: tekanan darah sistolik <90mmHg atau terjadi penurunan
>30% dari tekanan darah sistolik semula.
5. Pemeriksaan Penunjang –
6. Tata Laksana
a. Posisi tredelenburg untuk membantu meningkatkan venous return.
b. Oksigen 3-5lpm, pada keadaan sangat ekstrim tindakan trakeostomi
atau krikotiroidektomi perlu dipertimbangkan.
c. Pemberian infus RL atau NaCl fisiologis dipertahankan sampai
tekanan darah optimal Kembali.
d. Adrenalin/Epinefrin 1:1000 0,3-0,5ml IM dapat diulangi tiap 5-10 menit
hingga kondisi membaik. Jika respon pemberian secara IM kurang
efektif dapat diberikan Iv dengan 0,1-0,2ml adrenalin/epinefrin
dilarutkan dalam NaCL fisiologis 10cc, diberikan perlahan. Tidak
disarankan pemberian subcutan karena onset yang lambat.
e. RJP dilakukan jika terjadi henti jantung.
7. Edukasi
a. Sebelum penyuntikan obat apapun, selalu informasikan kepada
-3-
8. Kriteria Rujukan
a. Rujuka ke FKTL dilakukan jika dengan penanganan yang
diberikan tidak terdapat perbaikan
8. Rekam jejak -
perubahan