Anda di halaman 1dari 5

ILMU Tanggal terbit Disahkan oleh :

KESEHATAN
Direktur RSD Aeramo
ANAK

drg. Emerentiana Reni W. MHlth & IntDev


NIP. 19720123 200012 2 002
No. ICD 10 T50.0
Diagnosis Keracunan
Pengertian Keracunan adalah terpaparnya seseorang dengan suatu zat
yang menimbulkan gejala dan tanda disfungsi organ serta
dapat menimbulkan kerusakan atau kematian
Anamnesis Curiga keracunan pada anak:
 awitan penyakit akut
 Usia 1-5 tahun atau remaja
 Kondisi saat pasien ditemukan (benda yang ada di
dekat pasien, seperti obat-obatan atau bahan kimia)
 Riwayat medis saat ini dan sebelumnya
 Kecelakaan atau disengaja
 Jenis, jumlah dan dosis saat terjadinya keracunan
Pemeriksaan  Tanda dan gejala yang dapat mengarah pada golongan
Fisik racun spesifik disebut toxidromes
 Organofosfat: perubahan status mental, takipnea,
bronkospasme, bradikardia atau takikardia, salvias,
miosis, poliuri, defekasi, emesis, lakrimasi, kejang,
diaphoresis (keringat berlebihan)
 Salisilat (ringan 150-300 mg/kg: gangguan saluran
cerna, tinnitus, takipnea) (sedang 300-500 mg/kg:
demam, diaphoresis dan agitasi) (berat >500 mg/kg):
disartria, koma, kejang, edema paru
Kriteria 1. Anamnesis
Diagnosis 2. Gejala klinis
3. Pemeriksaan fisik
Diagnosis Syok anafilaksis
Banding
Pemeriksaan 1. Darah rutin
Penunjang 2. Analisa Gas Darah
3. Serum elektrolit
4. Gula darah sewaktu
Tatalaksana 1. Tindakan emergensi
 Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan
intubasi.
 Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita
tidak bernafas spontan atau pernafasan tidak adekwat
 Circulation: Pasang infus bila keadaan penderita
gawat dan perbaiki perfusi jaringan
2. Identifikasi penyebab keracunan
 Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab
keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab
keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha
penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan
3. Eliminasi racun
A. Racun yang ditelan
Rangsang muntah
 Akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1
jam pertama sesudah menelan bahan beracun,
bila sudah lebih dari 1 jam tidak perlu
dilakukan rangsang muntah kecuali bila bahan
beracun tersebut mempunyai efek yang
menghambat motilitas ( memperpanjang
pengosongan ) lambung.
 Rangsang muntah dapat dilakukan secara
mekanis dengan merangsang palatum mole atau
dinding belakang faring,atau dapat dilakukan
dengan pemberian obat-obatan : Sirup Ipecac
Dapat diberikan pada anak diatas 6 bulan. Pada
anak usia 6 - 12 bulan 10 ml 1 - 12 tahun 15 ml
> 12 tahun 30 ml Pemberian sirup ipecac diikuti
dengan pemberian 200 ml air putih. Bila
sesudah 20 menit tidak terjadi muntah pada
anak diatas 1 tahun pemberian ipecac dapat
diulangi.
 Apomorphine Sangat efektif dengan tingkat
keberhasilan hampir 100%, dapat menyebabkan
muntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan
dengan dosis 0,07 mg/kg BB secara subkutan.

Kontraindikasi rangsang muntah :


1. Keracunan hidrokarbon,kecuali bila hidrokarbon
tersebut mengandung bahan-bahan berbahaya
seperti camphor, produk-produk yang mengandung
halogenat atau aromatik, logam berat dan
pestisida.
2. Keracunan bahan korossif
3. Keracunan CNS stimulant ( seperti strichnin )
4. Penderita kejang
5. Penderita dengan gangguan kesadaran

 Kumbah lambung Kumbah lambung akan


berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah
menelan bahan beracun,kecuali bila menelan
bahan yang dapat menghambat pengosongan
lambung.
 Kumbah lambung seperti pada rangsang muntah
tidak boleh dilakukan pada :
- Keracunan bahan korosif
- Keracunan hidrokarbon
- Kejang Pada penderita dengan gangguan
kesadaran atau penderita-penderita dengan
resiko aspirasi jalan nafas harus dilindungi
dengan cara pemasangan pipa endotracheal.
- Penderita diletakkan dalam posisi trendelenburg
dan miring kekiri, kemudian dimasukkan pipa
orogastrik dengan ukuran 24 - 36 Fr,pencucian
lambung dilakukan dengan cairan garam
fisiologis ( normal saline/ PZ ) atau 1/2 normal
saline 100 ml atau kurang berulang-ulang
sampai bersih

Pemberian Norit ( activated charcoal )


Jangan diberikan bersama obat muntah, pemberian
norit harus menunggu paling tidak 30 - 60 menit
sesudah emesis. Dosis 1 gram/kg BB dan bisa diulang
tiap 2 - 4 jam bila diperlukan, diberikan per oral atau
melalui pipa nasogastrik. Indikasi pemberian norit
untuk keracunan :
1. Obat2 analgesik/antiinflammasi : acetamenophen,
salisilat, antiinflamasi non steroid, morphine,
propoxyphene.
2. Anticonvulsants/sedative : barbiturat,
carbamazepine, chlordiazepoxide, diazepam,
phenytoin, sodium valproate.
3. Lain-lain: amphetamine, chlorpheniramine, cocaine,
digitalis, quinine, theophylline, cyclic anti –
depressants
4. Norit tidak efektif pada keracunan Fe, lithium,
cyanida,a sam basa kuat dan alkohol.

Catharsis
Efektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan diberikan
bila ada gagal ginjal, diare berat, ileus paralitik atau
trauma abdomen

Diuretika paksa (Forced diuretic)


Diberikan pada keracunan salisilat dan phenobarbital
( alkalinisasi urine ). Tujuan adalah untuk
mendapatkan produksi urine 5,0 ml/kg/jam, hati-hati
jangan sampai terjadi overload cairan. Harus
dilakukan monitor dari elektrolit serum pada
pemberian diuresis paksa. Kontraindikasi : udema
otak dan gagal ginjal

Dialysis
Hanya dilakukan bila usaha-usaha lain sudah tidak
membawa hasil. Bermanfaat hanya pada bahan
beracun yang bisa melewati filter dialisis ( dialysable
toxin ) seperti phenobarbital, salisilat, theophylline,
methanol, ethylene glycol dan lithium. Dialysis
dilakukan bila : - Asidosis berat - Gagal ginjal Ada
gejala gangguan visus - Tidak ada respon terhadap
tindakan pengobatan
Hemoperfusi masih merupakan kontroversi dan jarang
digunakan

B. Racun yang disuntikkan atau sengatan


Immobilisasi
Pemasangan torniquet diproksimal dari suntikan
Berikan antidotum bila ada

C. Racun pada kulit dan mata


Lepaskan semua yang dipakai kemudian bersihkan
dengan sabun dan siram dengan air yang mengalir
selama 15 menit.
Jangan diberi antidotum

D. Racun yang dihisap melalui saluran nafas


Keluarkan penderita dari ruang yang mengandung
gas racun. Berikan oksigen Kalau perlu lakukan
pernafasan buatan

E. Pemberan antidotum kalau mungkin

F. Pengobatan Supportif

 Pemberian cairan dan elektrolit Perhatikan nutrisi


penderita Pengobatan simtomatik ( kejang,
hipoglikemia, kelainan elektrolit dsb.)

Edukasi  Memberikan informasi secara intensif kepada orang


tua atau orang yang bertanggung jawab dalam
perawatan anak dan kepada masyarakat mengenai :
Keracunan pada anak, bagaimana terjadinya, akibat
yang terjadi serta bagaimana mencegahnya. Bahan-
bahan yang potensial dapat menyebabkan keracunan
yang terdapat didalam atau sekitar rumah yang
seringkali tidak diketahui oleh orang tua.
Pengetahuan sederhana bagaimana memberikan
pertolongan pertama bila terjadi keracunan.

Prognosis  Ad Vitam (Hidup) : Dubia ad bonam


 Ad Sanationam (sembuh) : Dubia ad bonam
 Ad Fungsionam (fungsi) : Dubia ad bonam
1. dr. A. Latief Azis, Sp.A(K)
Penelaah Kritis
2. dr. Ira Dharmawati, Sp.A(K)
3. dr. Hari Kushartono, Sp.A(K)
4. dr. Neurinda Permata Kusumastuti, Sp.A(K)
5. dr. Arina Setyaningtyas, Sp.A(K)
6. dr. Dwi Putri Lestari, Sp.A(K)

Indikator  Terapi suportif harus segera diberikan sambil


Medis menunggu pemberian antidotum apabila zat toksik
memiliki antidotum
 Respon pemberian antidotum tergantung jenis zat
toksiknya
 Eliminasi racun dengan meningkatkan ekskresi
melalui urin dapat dilakukan dengan pemberian
natrium bikarbonat dalam waktu 1-2 jam untuk
mempertahan pH urine 7,58,5
 80% Pasien tanpa komplikasi akan sembuh dalam
waktu 5 hari
1. Aranoff SC. Food poisoning. Dalam: Behrman
Kepustakaan
RE,Kliegman RM Eds.Nelson Textbook of
Pediatrics.Philadelphia : Saunders, 1992; 1770 -74.
2. Dreisbach RH. Poisoning, Prevention, Diagnosis and
Treatment. Dalam : Dreisbach Ed. Handbook of
Poisoning. California : Lange Medical Publication
1983; 3 - 103.
3. Hutchison JH,Cockburn F. Accidental poisoning in
childhood. Dalam : Hutchison Ed. Practical pediatrics
problems. London : Lloyd-Luke, 1986; 673 - 89.
4. Madse M. Poisoning,ingestion and overdosis. Pediatric
Critical Handout, University of Minesotta, 1998.
5. Olson KR. Comprehensive evaluation and treatment of
poisoning and overdose. Dalam :Olson KR Ed. Lange :
Clinical manual : Poisoning and drug overdose. San
Francisco :Apleton & Lange,Prentice Hall
International,1990; 1 - 57.
6. Pascoe DJ. Poisoning. Dalam : Pascoe Ed. Quick
reference to pediatric emergencies. Philadelphia :
Lippincott; 1984; 86 - 142.
7. Pearson-Shaver AL,Steinbart CM. Evaluation of the
poisoned child. Dalam : Holbrook PR Ed. Textbook of
Pediatric Critical Care. Philadelphia : Saunders,1993;
982 - 97.
8. Reece RM. Poisoning. Dalam:Reece RM ed. Manual of
emergency Pediatrics.Philadelphia:Saunders,1978;
203 - 37.
9. Rumack BH. Chemical and drug poisoning. Dalam :
Behrman RE,Kliegman RM Eds. Nelson Tetbook of
Pediatrics.Philadelphia: Saunders, 1992; 1774 - 65.
10. Wolf AD,Berkowitz ID,Liebelt E,Rogers MC.
Poisoning and the critically child. Dalam : Rogers MC
Ed. Textbook of Pediatric Intensive Care.Baltimore:
William Wilkins,1996;1315-91 5. Larry K.Pickering
and John D.Snyder. Gastroenteritis. In: Nelson.
Texbook of Pediatrics. Saunders, Philadelphia, Edisi
17 2004; p.1272-1276.

Anda mungkin juga menyukai