Anda di halaman 1dari 3

TATA LAKSANA INTOKSIKASI ORGANOFOSFAT

No. Dokumen : SOP-008/UKP-Y24/PANCORAN


No. Revisi : 00
SOP
Tanggal terbit : 24Juni 2016
Halaman : 1/3
PUSKESMAS
drg. Melvin Sijabat
KECAMATAN NIP :196408141998031004
KEPALA PUSKESMAS :
PANCORAN

1. Pengertian INTOKSIKASI :
1. Intoksikasi adalah suatu kondisi keracunan akibat masuknya bahan kimia atau bahan
makanan tertentu ke dalam tubuh yang menyebabkan timbulnya kelainan pada
tubuh.
2. Intoksikasi obat dapat timbul akut atau kronis. Dapat terjadi akibat bunuh diri
(tentamen suicide) atau pembunuhan (homicide), maupun kecelakaan tidak sengaja
(accidental ).
3. Pada orang dewasa keracunan obat umumnya akibat usaha bunuh diri, kebanyakan
dilakukan oleh wanita muda ( usia 10 – 30 tahun ). Sedang pada anak-anak
kebanyakan karena kecelakaan.
4. Etiologi Organofosfat yaitu insektisida golongan penghambat kolinesterase yang
sangat toksik. Beberapa senyawa organofosfat diantaranya, paration, malation.
Insektisida golongan ini diabsorpsi secara tepat melalui kulit yang intak (ingesti),
setelah inhalasi atau per oral. Mekanisme kerjanya dengan menghambat dan
menginaktivasi enzim asetilkolinesterase yang menyebabkan terjadinya akumulasi
asetilkolin pada susunan saraf pusat, ganglion autonom, ujung – ujung saraf
parasimpatis dan saraf motorik. Ikatan organofosfat – asetilkolinesterase dapat
irreversibel setelah 24 jam sehingga penting untuk penatalaksanaan dini yang
spesifik.
5. Manifestasi Klinik :
5.1 Organofosfat. Manifestasi keracunan timbul 30 menit – 2 jam setelah terpapar
melalui inhalasi dan timbul 24 jam setelah terpapar melalui kulit. Kematian
disebabkan karena kelumpuhan otot pernafasan dan sumbatan jalan nafas oleh
lendir. Gejala yang timbul diantaranya:
5.1.1 Mata: pupil mengecil (miosis) dan penglihatan kabur
5.1.2 Pengeluaran cairan tubuh: pengeluaran keringat meningkat, lakrimasi,
salviasi dan juga sekresi bronchial.
5.1.3 Saluran cerna: mual, muntah, diare dan sakit perut.
5.1.4 Saluran napas: batuk, bersin, dispnea dan dada sesak.
5.1.5 Kardiovaskular: bradikardia dan hipotensi
5.1.6 Sistem saraf pusat: sakit kepala, bingung, berbicara tidak jelas, ataksia,
demam, konvulsi dan koma.
5.1.7 Otot-otot: lemah, fascikulasi dan kram.
6. Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain edema paru, pernapasan berhenti,
blockade atrioventrikuler dan konvulsi.
7. Diagnosis
7.1 Adanya riwayat paparan
7.2 Bau nafas seperti bawang putih
7.3 Gejala :
7.3.1 Ringan : anoreksia, sakit kepala, lemas, ansietas, miosis, gangguan visual,
tremor lidah dan kelopak
7.3.2 Sedang : mual, salivasi, lakrimasi, cramp abdominal, muntah,
berkeringat, tremor otot, nadi lambat
7.3.3 Berat : diare, pupil pin point dan non reaktif, sesak nafas, edema paru,
sianosis, hilang kontrol spinchter, kejang, blok jantung, koma.
8. Laboratorium
8.1 Aktivitas enzim asetilkolinesterase menurun
8.2 Pemeriksaan organofosfat dalam serum, lambung dan urin
8.3 Pemeriksaan lain : elektrolit, glukosa, BUN (ureum), Kreatinin, Transaminase
(SGOT, SGPT), gas darah (astrupp) atau oxymetri, pemeriksaan rontgen toraks dan
monitor ekg.
9. Penatalaksanaan
9.1 Penatalaksanaan umum
9.1.1 Tindakan darurat dan supportif :
9.1.1.1 Airway
9.1.1.2 Breathing
9.1.1.3 Circulation
9.1.2 Obat spesifik dan antidotum
9.1.3 Dekontaminasi

ORGANOFOSFAT :

1. Keracunan akut :
1.1 Tindakan gawat darurat:
1.1.1 Buat saluran udara.
1.1.2 Pantau tanda-tanda vital.
1.1.3 Berikan pernapasan buatan dengan alat dan beri oksigen.
1.1.4 Berikan atropin sulfat 2 mg secara i.m, ulangi setiap 3 – 8 menit sampai
gejala keracunan parasimpatik terkendali.
1.1.5 Berikan larutan 1g pralidoksim dalam air secara i.v, perlahan-lahan,
ulangi setelah 30 menit jika pernapasan belum normal. Dalam 24 jam
dapat diulangi 2 kali. Selain pralidoksim, dapat digunakan obidoksim
(toksogonin).
1.1.6 Sebelum gejala timbul atau setelah diberi atropine sulfat, kulit dan
selaput lendir yang terkontaminasi harus dibersihkan dengan air dan
sabun.
1.1.7 Jika tersedia Naso Gastric Tube, lakukan bilas lambung dengan air dan
berikan sirup ipecac supaya muntah.
1.2 Tindakan umum:
1.2.1 Sekresi paru disedot dengan kateter.
1.2.2 Hindari penggunaan obat morfin, aminofilin, golongan barbital, golongan
fenotiazin dan obat-obat yang menekan pernapasan.
2. Keracunan kronik:Jika keracunan melalui mulut dan kadar enzim kolinesterase
menurun, maka perlu dihindari kontak lebih lanjut sampai kadar kolinesterase

3/2

Dilarang Mengcopy Naskah Ini Tanpa Seijin WMM Puskesmas Kecamatan


kembali normal.

2. Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam penatalaksanaan Intoksikasi Organofosfat


3. Kebijakan 1. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 347 Tahun 2016 tentang Penyusunan
Rencana Layanan Medis
2. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 262 Tahun 2016 tentang Hak dan
Kewajiban Pengguna
3. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 2364 Tahun 2016 tentang Penanganan
Pasien Gawat Darurat dan atau Berisiko Tinggi dan Penanggung Jawab
4. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 348 Tahun 2016 Tentang Penggunaan
dan Pemberian Obat dan atau Cairan Intravena
5. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 365 Tahun 2016 Tentang Layanan Klinis
yang Menjamin Kesinambungan Layanan
6. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 180 Tahun 2016 Tentang Jenis-Jenis
Pelayanan Yang Tersedia di Puskesmas

4. Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 Tentang Puskesmas


2. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,
2007. Cetakan Tahun 2008, Depkes RI
3. Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat Medik (PPGD) 2009. Bekasi : Diklat Litbang
RSUD Kota Bekasi
5. Langkah- 1. Perawat melakukan pengukuran tekanan darah, suhu badan dan mencatat dalam buku
langkah status pasien.
2. Dokter menilai kesadaran pasien, jika diperlukan lakukan tindakan darurat dan
supportif :Airway, Breathing, Circulation
3. Dokter melakukan anamnesa terarah, pemeriksaan fisik.
4. Dokter melakukan Informed consent tindakan untuk bilas lambung
5. Dokter memberikan edukasi mengenai kondisi pasien dan menjelaskan tentang
rencana pengobatan.
6. Berikan atropin sulfat 2 mg secara i.m, ulangi setiap 3 – 8 menit sampai gejala
keracunan parasimpatik terkendali. Sebelum gejala timbul atau setelah diberi atropine
sulfat, kulit dan selaput lendir yang terkontaminasi harus dibersihkan dengan air dan
sabun
7. Dokter melakukan rujukan bila kondisi pasien memburuk dan kesadaran pasien
menurun.
8. Petugas melakukan dokumentasi kegiatan yang dilakukan.
6. Unit Terkait Poli Umum, poli BPJS lansia, apotek
7. Dokumen 1. Status pasien
terkait 2. Lembar observasi pasien
3. Lembar observasi pemberian infus
4. Lembaran resep internal
5. Lembaran resep eksternal
6. Form rujukan eksternal
7. Buku Register rujukan pasien

3/3

Dilarang Mengcopy Naskah Ini Tanpa Seijin WMM Puskesmas Kecamatan

Anda mungkin juga menyukai