Anda di halaman 1dari 4

REAKSI ANAFILAKTIK

No. Dokumen : 131/SOP/PKM/KMG/2018


No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit : 19 Januari 2018
Halaman : 1/3

Reaksi anafilaktik adalah reaksi hipersensitifitas generalisata atau sistemik yang


1. Pengertian beronset cepat, serius, dan mengancam. Jika reaksi tersebut cukup hebat dapat
menimbulkan syok yang disebut sebagai syok anafilaktik
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam diagnosis dan tatalaksana
2. Tujuan
pasien dengan reaksi/syok anafilaktik
Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas No. 116/SK/PKM/KMG/2018 tentang
3. Kebijakan
Standar Layanan Klinis di UPTD Puskesmas.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
4. Referensi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta : PB IDI. 2017.
1. Petugas melakukan anamnesis singkat terarah.
a. Gejala respirasi : bersin, hidung tersumbat, batuk, sesak napas.
b. Gejala kulit/mukosa : gatal, kulit kemerahan, pembengkakan
bibir/lidah
c. Gejala gasterointestinal : perut kram, mual, muntah, diare
d. Riwayat konsumsi obat, digigit serangga dan alergi
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik singkat terarah
a. Tanda-tanda vital : takikardia, takipneu, hipotensi
b. Mata : edema periorbital, mata berair, hiperemi konjungtiva
c. Mulut : pembengkakan bibir/lidah/uvula
d. Kardio-pulmoner : wheezing (+)
5. Prosedur/
e. Kulit : urtikaria, eritema
langkah
3. Petugas menegakkan diagnosis.
Kriteria diagnosis :
a. Riwayat terpapar alergen yang mungkin (likely allergen)
b. Onset gejala akut (menit – jam)
c. Dua atau lebih tanda berikut :
1) Gangguan kulit dan jaringan mukosa (misalnya urtikaria
generalisata, pembengkakan lidah/bibir/uvula) ditambah
sedikitnya salah satu tanda berikut
2) Gangguan respirasi (misal sesak napas, wheezing)
3) Hipotensi atau gejala yang berkaitan dengan kegagalan organ
target (misal : hipotonia, sinkop, inkontinensia)
4) Gangguan gasterointestinal yang peristen (misal: kram perut,
muntah)
4. Petugas melakukan tatalaksana.
a. Pasien diposisikan tredelenburg atau berbaring dengan kedua tungkai
diangkat (diganjal dengan kursi).
b. Oksigen 3 – 5 liter/menit via kanul nasal
c. Pasang infus RL atau NaCl 0,9 %
d. Injeksi adrenalin, IM, 0,3 – 0,5 ml dari larutan 1 : 1000. Injeksi dapat
diulangi 1x dengan interval 5 – 10 menit.
e. Injeksi difenhidramin HCl, IV, 5 – 20 mg
f. Injeksi dexamethasone, IV, 5 – 10 mg
g. Apabila bronkospasme (wheezing) belum hilang, diberikan injeksi
aminofilin, IV bolus pelan, 250 mg dan dapat dilanjutkan IV drip
infus, 250 mg (bila perlu)
h. Penyebab reaksi anafilaktik dicatat dalam rekam medis serta
diberitahukan kepada pasien/keluarga
5. Petugas melakukan perujukan sesuai indikasi.
Kriteria rujukan :
a. Apabila dengan penanganan yang dilakukan tidak ada perbaikan
Petugas melakukan anamnesis singkat terarah

Gejala respirasi : bersin, hidung tersumbat, batuk, sesak napas.


Gejala kulit/mukosa : gatal, kulit kemerahan, pembengkakan bibir/lidah
Gejala gasterointestinal : perut kram, mual, muntah, diare
Riwayat konsumsi obat, digigit serangga dan alergi

Petugas melakukan pemeriksaan fisik singkat terarah

Tanda-tanda vital : takikardia, takipneu, hipotensi


Mata : edema periorbital, mata berair, hiperemi konjungtiva
Mulut : pembengkakan bibir/lidah/uvula
Kardio-pulmoner : wheezing (+)
Kulit : urtikaria, eritema

Petugas menegakkan diagnosis

Kriteria diagnosis :
Riwayat terpapar alergen yang mungkin (likely allergen)
6. Bagan alir Onset gejala akut (menit – jam)
Dua atau lebih tanda berikut :
Gangguan kulit dan jaringan mukosa (misalnya urtikaria
generalisata, pembengkakan lidah/bibir/uvula) ditambah
sedikitnya salah satu tanda berikut
Gangguan respirasi (misal sesak napas, wheezing)
Hipotensi atau gejala yang berkaitan dengan kegagalan organ
target (misal : hipotonia, sinkop, inkontinensia)
Gangguan gasterointestinal yang peristen (misal: kram perut,
muntah)

Petugas melakukan tatalaksana

Pasien diposisikan tredelenburg atau berbaring dengan kedua tungkai diangkat


(diganjal dengan kursi).
Oksigen 3 – 5 liter/menit via kanul nasal
Pasang infus RL atau NaCl 0,9 %
Injeksi adrenalin, IM, 0,3 – 0,5 ml dari larutan 1 : 1000. Injeksi dapat diulangi 1x
dengan interval 5 – 10 menit.
Injeksi difenhidramin HCl, IV, 5 – 20 mg
Injeksi dexamethasone, IV, 5 – 10 mg
Apabila bronkospasme (wheezing) belum hilang, diberikan injeksi aminofilin, IV
bolus pelan, 250 mg dan dapat dilanjutkan IV drip infus, 250 mg (bila perlu)
Penyebab reaksi anafilaktik dicatat dalam rekam medis serta diberitahukan kepada
pasien/keluarga
Rujuk

7. Unit terkait UGD

Anda mungkin juga menyukai