DAN RHINITIS
VASOMOTOR
Meet The Experts
Preseptor : dr. Jacky Munilson Sp.THT-KL(K)
Rhinitis Alergi
Kelainan pada hidung dengan gejala bersin, rinore, gatal, tersumbat setelah mukosa
terpapar alergen yang diperantarai IgE (WHO-ARIA 2001)
Prevalensi terbesar usia 15-30 tahun prevalensi pada usia sekolah dan produktif
penurunan kualitas hidup fisik, emosional, gangguan bekerja dan sekolah,
gangguan tidur malam hari akibat sumbatan hidung, sakit kepala, lelah, penurunan
kewaspadaan dan penampilan
Faktor Risiko
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
In vivo :
Tes kulit :
Tes cukit/tusuk (Prick test), Multi test
Intradermal
SET (skin end point titration)
In vitro :
IgE total : untuk skrining, bkn alat diagnostik
IgE spesifik
Sitologi hidung : eosinofil > 5 sel/LPB
DPL : eosinofil me↑
Tes Provokasi : tdk sesuai klinis dan hsl tes cukit, tdk rutin, penelitian
Radiologis (Foto SPN, CT-Scan, MRI) :
Tidak untuk diagnosis rinitis alergi
Indikasi : Untuk mencari komplikasi sinusitis/polip, tidak ada respon terhadap terapi,
direncanakan tindakan operatif
Skin Prick Test
Banyak dipakai sederhana, mudah, murah, sensitivitas tinggi, cepat, cukup aman
Tes pilihan dan primer untuk diagnostik dan riset
Membuktikan telah terjadi fase sensitisasi
Tes (+) ada reaksi hipersensitivitas tipe I atau telah terdapat kompleks Sel Mast –
IgE pada epikutan
Tatalaksana
Tujuan pengobatan : me(-) gej, perbaikan kualitas hidup, m(-) ES obat, edukasi,
mengubah jalannya peny / terapi kausal
CARA :
Penghindaran allergen (avoidance) dan eliminasi
Edukasi
Medikamentosa/farmakoterapi
Imunoterapi
Pembedahan (jika perlu) untuk mengatasi hipertrofi konka, komplikasi rinosinusitis dan polip
hidung
Pencegahan terhadap Alergen
Antihistamin
Antagonis yang bekerja secara inhibitor kompetitif pada reseptor H-1
Mengurangi gejala bersin, rinore, gatal
Antihistamin ideal :
Efek antikolinergik, antiadrenergik, antiserotonin (-)
Tidak melewati SDO dan plasenta efek samping SSP (-)
Efek ke jantung (-)
Absorbsi oral cepat, mula kerja cepat, masa kerja lama
Tidak ada efek takifilaksis
Terapi Medikamentosa
AH generasi I (klasik) :
Lipofilik menembus SDO efek pada SSP sedasi, lemah, dizzines, ganguan
kognitif dan penampilan
Efek antikolinergik mulut kering, konstipasi hambatan miksi, glaukoma
Difenhidramin, klorfeniramin maleat (CTM), hidroksisin, klemastin, prometasin dan
siproheptadin
AH generasi II (non-sedatif)
Lipofobikefek SSP minimal, efek antikolinergik(-)
Kelompok I : terfenadin, astemisol kardiotoksik, ditarik dari peredaran
Kelompok II : loratadin, setirisin, fexofenadin,desloratadin,levosetirizin
AH topikal :
Azelastin, levocabastin
Untuk mengatasi gejala bersin dan gatal pada hidung dan mata
Terapi Medikamentosa
Kombinasi Antihistamin-Dekongestan
Banyak digunakan
Loratadin/feksofenadin/setirisin + pseudoefedrin 120 mg
Ipratropium Bromida
Topikal, antikolinergik
Efektif mengatasi rinore yang refrakter terhadap kortikosteroid
topikal/antihistamin
ES : iritasi hidung, krusta, epistaksis ringan
Terapi Medikamentosa
Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal
Pilihan pertama untuk rinitis alergi persisten sedang-berat efek antiinflamasi
jangka panjang
Mula kerja lambat (12 jam), efek maksimum beberapa hari sampai minggu
Budesonide, beklometason, fluticason,mometason furoat, triamcinolon
acetonide
Dosis dws : 1 x II semprot/hr, anak 1 x I semprot /hr
Kortikosteroid oral
Jangan gunakan sebagai pengobatan lini I
Terapi jangka pendek (3 – 5 hr). Dosis tinggi, tapp off
Pada rinitis alergi berat yang refrakter
Terapi Medikamentosa
Imunoterapi:
Respon (-) terhadap terapi medikamentosa
Penghindaran alergen tidak dapat dilakukan
Terdapat efek samping dari pemakaian obat
sublingual, suntikan
Operatif : konkotomi pada konka hipertrofi berat dan kauterisasi
sudah tidak menolong, sinusitis & polip nasi
CysLT reseptor antagonis (zafirlukast)
Leukotrien reseptor antagonis ( montelukast)
5-LO inhibitor (Zileuton) : asma, rinitis alergi
Kombinasi AH + antileukotrien : RA
Anti IgE ( recombinant humanized monoclonal antibody , Omalizumab ) : subkutan 3-
4 mgg
Fosfodiesterase inhibitor : m’hbt degradasi sAMP
Vaksinasi dg peptida
T regulator
Cuci hidung dg lar.NaCl fisiologis atau air laut isotonik
Rhinitis Vasomotor
Rinitis vasomotor adalah suatu inflamasi mukosa hidung yang bukan merupakan
proses alergi, bukan proses infeksi, dimana pembuluh darah yang terdapat di hidung
menjadi membengkak sehingga menyebabkan hidung tersumbat dan kelenjar mukus
menjadi hipersekresi
Etiologi
obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti ergotamin,
chlorpromazin, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal.
faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang tinggi
dan bau yang merangsang.
faktor endokrin, sepeti keadaan kehamilan, pubertas, pemakaian pil anti hamil dan
hipotiroidisme.
faktor psikis, seperti stress, ansietas dan fatigue.
Patofisiologi
Gejala Klinis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak gambaran klasik berupa edema mukosa
hidung, konka hipertrofi dan berwarna merah gelap atau merah tua ( karakteristik ),
tetapi dapat juga dijumpai berwarna pucat. Permukaan konka dapat licin atau
berbenjol (tidak rata).
Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Akan tetapi pada
golongan rinore, sekret yang ditemukan bersifat serosa dengan jumlah yang banyak.
Pada rinoskopi posterior dapat dijumpai post nasal drip
Pemeriksaan Laboratorium
Sinusitis
Eritema pada hidung sebelah luar
Pembengkakan wajah
Prognosis