Oleh :
Preseptor :
1
terdapat pada usia 45-66 tahun. Insidens karsinoma payudara pada lelaki hanya
1% dari kejadian pada perempuan.2
Dalam penegakan diagnostik kelainan payudara dapat dilakukan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemmeriksaan penunjang berupa FNAB, USG,
Mammografi. Tatalaksana pada pasien dapat berupa operatif, kemoterapi dan
radioterapi.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Payudara
2.1.1 Anatomi
Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua
sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media.
Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Pada masa pubertas, payudara wanita
lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan
pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan
dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium.1
Payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan glandular (kelenjar)
dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus)
dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak
dan jaringan ikat. Payudara juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe payudara
sering kali dikaitkan dengan penyebaran (metastase) pada kanker payudara. 1
Payudara terdiri atas 12-20 lobus yang tersusun radier dan berpusat pada
papilla mamma melalui duktus laktiferus. Saluran utama tiap lobus memiliki
ampulla yang membesar tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke papilla. Tiap
papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang disebut areola
mamma. Pada areola mamma, terdapat tonjolan-tonjolan halus yang merupakan
tonjolan dari kelenjar areola di bawahnya. 1
3
Perdarahan jaringan payudara berasal dari arteri perforantes anterior yang
merupakan cabang dari arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis, yang
bercabang dari arteri aksilaris, dan beberapa arteri interkostalis. Sedangkan,
sistem limfatik payudara terdiri dari pleksus subareola dan pleksus profunda.
Pleksus subareola mencakup bagian tengah payudara, kulit, areola dan puting
yang akan mengalir kearah kelenjar getah bening pektoralis anterior dan sebagian
besar ke kelenjar getah bening aksila. Pleksus profunda mencakup daerah
muskulus pektoralis menuju kelenjar getah bening rotter, kemudian ke kelenjar
getah bening subklavikula atau route of Grouzsman, dan 25% sisanya menuju
kelenjar getah bening mammaria interna.4
4
1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)
5. Regio puting susu (nipple)
2.1.2 Histologi
Payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus kelenjar tubuloalveolar yang
dipisahkan oleh jaringan ikat padat interlobaris. Setiap lobus akan bermuara ke
papila mammae melalui duktus laktiferus. Dalam lobus payudara terdapat
lobulus–lobulus yang terdiri dari duktus intralobularis yang dilapisi oleh epitel
kuboid atau kolumnar rendah dan pada bagian dasar terdapat mioepitel kontraktil.
Pada duktus intralobularis mengandung banyak pembuluh darah, venula, dan
arteriol.5
2.1.3 Fisiologi
Payudara mengalami 3 perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan
pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, lalu masa fertilitas,
sampai klimakterium hingga menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan
progesterone yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofisis menyebabkan
berkembangnya duktus dan timbulnya asinus.14
Secara fisiologi, unit fungsional terkecil jaringan payudara adalah asinus.
Sel epitel asinus memproduksi air susu dengan komposisi dari unsur protein yang
disekresi apparatus golgi bersama faktor imun IgA dan IgG, unsur lipid dalam
bentuk droplet yang diliputi sitoplasma sel. Dalam perkembangannya, kelenjar
5
payudara dipengaruhi oleh hormon dari berbagai kelenjar endokrin seperti
hipofisis anterior, adrenal, dan ovarium. Kelenjar hipofisis anterior memiliki
pengaruh terhadap hormonal siklik Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan
LuteinizingHormone (LH). Sedangkan ovarium menghasilkan estrogen dan
progesteron yang merupakan hormon siklus haid.
Pengaruh hormon siklus haid yang paling sering menimbulkan dampak
yang nyata adalah payudara terasa tegang, membesar atau kadang disertai rasa
nyeri. Sedangkan pada masa pramenopause dan perimenopause sistem
keseimbangan hormonal siklus haid terganggu sehingga berisiko terhadap
perkembangan dan involusi siklik fisiologis, seperti jaringan parenkim atrofi
diganti jaringan stroma payudara, dapat timbul fenomena kista kecil dalam
susunan lobular atau cystic change yang merupakan proses aging.4
6
g. Duktus ektasia
h. Adenosis sklerosis
i. Mastitis sel plasma
j. Nekrosis lemak
4. Tumor Ganas5
a. Ductal carcinoma insitu
b. Infiltrating ductal carcinoma
c. Medullary carcinoma
d. Infiltrating lobular carcinoma
e. Tubular carcinoma
7
2.2.1 Kelainan Pertumbuhan3
a. Ginekomastia
Ginekomastia adalah hipertrofi pada payudara laki-laki. Hipertrofi ini pada
masa remaja sering ditemukan berupa cakram yang nyeri, sebesar dua sampai tiga
sentimeter dan biasanya bilateral. Dalam satu tahun kelainann ini akan menjadi
normal kembali.
Ginekomastia biasanya ditemukan pada pria usia lebih dari 65 tahun,
terutama pada orang gemuk. Penyakit hati seperti kanker atau sirosis hati,
karsinoma testis, tumor anak ginjal, hipertiroidisme, dan hipogonadisme, sering
kali disertai dengan ginekomastia. Obat-obat seperti yang mengandung hormon
estrogen dan androgen, serta obat antihipertensi, digitalis, simetidin, diazepam,
amfetamin juga dapat menimbulkan ginekomastia.
Diagnosis ginekomastia dapat ditegakkan dengan biopsi dan/atau
mammografi. Diagnosis banding ginekomastia unilateral adalah karsinoma
payudara.14
b. Anomali
Anomali mammae meliputi amastia, athelia, jaringan mamae asesoris, dan
mammae aberan. Amastia dan athelia sangat jarang terjadi. Amastia kadang
disertai tidak adanya otot pectoralis. Mammae asesoris adalah terdapatnya lebih
dari dua payudara atau papilla mammae tanpa jaringan payudarayang terletak di
sepanjang pada garis susu mulai dari aksila sampai regio inguinal. Umumnya
ditemukan di ketiak dan rudimenter sehingga sering dikira sebagai tahi lalat.
Mammae aberan ditemukan dua kali lebih banyak dari perempuan bila kelainan
ini menggangu atau dikhawatirkan menjadi karsinoma yang sukar dideteksi, dapat
dilakukan eksisi.14
2.2.2 Infeksi
Mastitis
Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang
menyusui atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit
sekitar puting. Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan memudahkan
8
bakteri dari permukaan kulit untuk memasuki duktus yang menjadi tempat
berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi4. Sel-sel inflamasi
melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan
pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran darah. Perubahan ini
menyebabkan payudara menjadi merah, nyeri, dan terasa hangat saat perabaan.4
Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu massa
berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu
akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening
aksila. Kondisi ini diterapi dengan antibiotik. Pada beberapa kasus, mastitis
berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang harus dikeluarkan melalui
pembedahan.2
a. Mastitis Puerperalis Akut
Pada minggu-minggu pertama laktasi dapat terjadi infeksi payudara oleh
bakteri stafilokokus atau streptokokus yang masuk memalui puting susu yang luka
berupa fisura atau lewat muara duktus laktiferus. Mastitis puerperalis ini dapat
berkembang menjadi abses yang nyeri disertai demam. Infeksi bisa berlanjut ke
kelenjar aksila.3
Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan putting dan jika ada
luka, cepat diobati. Stasis air susu akan membantu timbulnya infeksi bila produksi
susu berlebihan. Sebaiknya, dilakukan pengisapan air susu dengan pengisap
khusus.14
b. Mastitis tuberkulosa
Mastitis spesifik ini jarang ditemukan. Pada beberapa kasus, mungkin
dapat ditemukan abses dingin yang tidak begitu nyeri. Menegakkan diagnosis
mastitis tuberkulosa memerlukan anamnesis yang teliti dan biopsi ditempat yang
tepat, yaitu pada massa yang tersisa setelah nanah dialirkan. Diagnosis pasti
dengan pemeriksaan dan pembiakan nanah serta pemeriksaan histologi biopsi. 3
c. Fistel Paraareola
Kelainan ini tidak jarang dijumpai pada pelebaran duktus laktiferus. Salah
satu duktus dapat tersumbat dan melebar karena sekret yang kental sehingga
menyebabkan perangsangan dan radang di sekitar duktus.
9
Proses ini ditandai dengan keluarnya cairan hemoragik atau serosa dari
papilla mamae, atau keluarnya bahan kental seperti mentega dari satu duktus.
Sering tampak retraksi di bawah putting akibat proses kronik berupa fibrosis.
Dapat terbentuk abses, yang dapat mengakibatkan fistel, biasanya di pinggir
areola. Fistel ini umumnya harus dieksisi (fistulektomi)
10
pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi
berikutnya. Apabila keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan,
sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila
cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar,
maka kemungkinan benjolan tersebut jinak4.
Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor payudara jinak yang terkadang terlalu
kecil untuk dapat teraba oleh tangan, walaupun diameternya bisa saja meluas
beberapa inchi. Fibroadenoma dibentuk baik itu oleh jaringan payudara glandular
maupun stroma, dan biasanya terjadi pada wanita muda berusia 15-25 tahun 4.
Setelah menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering
membesar mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang fibroadenoma tumbuh multiple
(lebih 5 lesi pada satu mammae) tetapi sangat jarang 2.
Etiologi dari fibroadenoma masih tidak diketahui pasti tetapi dikatakan
bahwa hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi
penyebabnya. Usia menarche, usia menopause dan terapi hormonal termasuklah
kontrasepsi oral tidak merubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga
dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat keluarga (first-degree) dengan
karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini.2,4
Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik
dari mammae yang dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan normal dan
involusi”. Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu
dimana struktur lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus pada mammae.Lobul
hiperplastik sering terjadi pada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari
perkembangan mammae 2. Gambaran histologi dari lobul hiperplastik ini identik
dengan fibroadenoma 2.
Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara
ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm,
namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma).
Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak
menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan
11
tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting (puting
masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus2.
Pemeriksaan mammografi menghasilkan gambaran yang jelas jinak berupa
rata dan memiliki batas jelas. Pada masa adolecents, fibroadenoma tumbuh dalam
ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi
atau menjelang menopause, saat rangsangan estrogen meningkat.2,4
Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol, dengan
simpai licin dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat ke jaringan
sekitarnya dan amat mudah digerakkan kesana kemari4. Biasanya fibroadenoma
tidak nyeri bila ditekan. Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh multipel. Pada
pasien dengan usia kurang dari 25 tahun, diagnosa bisa ditegakkan melalui
pemeriksaan klinik walaupun dianjurkan untuk dilakukan aspirasi sitologi4.
Konfirmasi secara patologi diperlukan untuk menyingkirkan karsinoma seperti
kanker tubular karena sering dikelirukan dengan penyakit ini4. Fine-needle
aspiration biopsi (FNAB) sitologi merupakan metode diagnosa yang akurat
walaupun gambaran sel epitel yang hiperplastik bisa dikelirukan dengan
neoplasia.
Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada
pasien usia muda dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Pada pasien
yang berusia, fibroadenoma memberikan gambaran soliter, lesi yang licin dengan
densitas yang sama atau hampir menyerupai jaringan sekitar pada mammografi4.
Ultrasonografi mammae juga sering digunakan untuk mendiagnosa penyakit ini.
Ultrasonografi dengan core-needle biopsy dapat memberikan diagnosa yang
akurat. Kriteria fibroadenoma yang dapat terlihat pada pemeriksaan ultrasonografi
adalah massa solid berbentuk bulat atau oval, berbatas tegas dengan internal
echoes yang lemah, distribusinya secara uniform. Diameter massa hipoechoic
yang homogenous ini adalah antara 1 – 20 cm4.
Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa melalui aspirasi jarum
halus atau biopsi jarum dengan diameter yang lebih besar (core needle
biopsi).Pada umumnya dokter menyarankan untuk dilakukannya pengangkatan
fibroadenoma terutama jika pertumbuhan terus berlangsung atau terjadi perubahan
bentuk payudara. Terkadang (terutama pada usia petengahan atau wanita usia
12
dewasa) tumor ini akan berhenti tumbuh atau bahkan mengecil dengan sendirinya
tanpa terapi apapun. Dalam hal ini, selama dokter yakin massa tersebut adalah
benar-benar fibroadenoma dan bukan kanker payudara, pembedahan untuk
mengangkat fibroadenoma mungkin tidak diperlukan. Pendekatan ini berguna
untuk wanita dengan fibroadenoma yang multipel yang tidak berlanjut
pertumbuhannya.2,4
13
dipengaruhi hormon gestational, dan diferensiasi sekresi saat analisis PA. Sekali
lagi biopsi adalah diagnostik dan terapi 4.
b. Adenosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan
fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup
kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus
saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus dengan adenosis ini
kemungkinan dapat diraba 4.
Istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis
agregasi, atau tumor adenosis. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari adenosis
dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous. Apabila
adenosis dan adenosis sklerotik cukup luas sehingga dapat diraba, dokter akan
sulit membedakan tumor ini dengan kanker melalui pemeriksaan fisik payudara.
Kalsifikasi dapat terbentuk pada adenosis, adenosis sklerotik, dan kanker,
sehingga makin membingungkan penegakan diagnosis. Biopsi melalui aspirasi
jarum halus biasanya dapat menunjukkan apakah tumor ini jinak atau tidak.
Biopsi melalui pembedahan dapat dianjurkan untuk memastikan tidak terjadinya
kanker 4.
Sklerosing adenosis adalah proliferasi jinak baik jaringan stromal
(sclerosis) berhubungan dengan peningkatan ductules terminalis yang kecil
(adenosis). Biasanya merupakan komponen fibrocystic disease dan bermanifestasi
sebagai mikrokalsifikasi yang ditemukan saat screening mammogram.
Stereotactic core atau wire localization biopsy adalah untuk diagnosis pasti 4.
c. Tumor Filoides ( Sistosarkoma Filoides )
Tumor filodes atau dikenal dengan sistosarkoma filodes adalah tumor
fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan
komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini
jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai
benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi,
meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena
pertumbuhannya yang cepat. Berdasarkan pemeriksaan histologi, diketahui bahwa
tumor filodes jinak berkisar 10%, dimana tumor filodes ganas berkisar 40% 4.
14
Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup
secara lokal dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat
ditemukan dalam ukuran yang besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tapi
kebanyakan pada usia sekitar 45 tahun.
15
jaringan payudara yang rusak, daerah yang mengalami kerusakan tergantikan
menjadi jaringan parut 4.
Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak
membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata. Karena
payudara
kebanyakan kanker berkonsistensi keras, daerah yang mengalami nekrosis
lemak dengan jaringan parut sulit untuk dibedakan dengan kanker jika hanya dari
pemeriksaan fisik ataupun mammogram sekalipun. Dengan biopsi jarum atau
dengan tindakan pembedahan eksisi sangat diperlukan untuk membedakan
nekrosis lemak dengan kanker.Secara histopatologik terdapat nekrosis jaringan
lemak yang kemudian menjadi fibrosis 4.
American Cancer Society menyatakan, beberapa area dari nekrosis dapat
berespon berbeda-beda terhadap cedera. Di samping pembentukan jaringan parut,
sel-sel lemak akan mati dan mengeluarkan isi sel, yang membentuk kumpulan
seperti kantong-kantong berisi cairan berminyak dan disebut kista minyak. Kista
minyak dapat ditemukan melalui aspirasi jarum halus, yang sekaligus merupakan
tindakan untuk terapinya4.
e. Traductal Papilloma
Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan
disertai tangkai yang tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari jaringan
glandular dan jaringan fibrovaskular. Papilloma seringkali melibatkan sejumlah
besar kelenjar susu. Lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75%
tumbuh di bawah areola mamma ini memberikan gejala berupa sekresi cairan
berdarah dari puting susu. Hampir 90% dari Papilloma Intraduktus adalah dari
tipe soliter dengan diameternya kurang dari 1cm dan sering timbul pada duktus
laktiferus dan hampir 70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang
serous dan bercampur darah. Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa
pada area subareola walaupun massa ini lebih sering ditemukan pada pemeriksaan
fisis. Massa yang teraba sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi4
Pasien dengan Papilloma Intraduktus multiple biasanya tidak gejala nipple
discharge dan biasanya terjadi pada duktus yang kecil. Dipekirakan hampir 25%
dari Papilloma Intraduktus multiple adalah bilateral4.
16
Perubahan payudara jinak yang menyebabkan keluarnya sekresi cairan
dari puting, hampir setengahnya adalah papilloma, dan sisanya adalah campuran
perubahan fibrokistik. Walaupun papilloma bisa dicurigai dari pemeriksaan
terhadap discharge, namun banyak dokter menganggap pemeriksaan tersebut tidak
begitu bermanfaat. Apabila papilloma cukup besar, biopsi jarum bisa dilakukan.
Papilloma dapat juga didiagnosa melalui pemeriksaan pencitraan pada duktus
payudara yaitu dengan duktogram atau galaktogram.
Terapi untuk papilloma adalah dengan mengangkat papilloma serta bagian
duktus dimana papilloma tersebut ditemukan, dimana biasanya dengan melakukan
insisi pada tepi sekeliling areola4.
Papilloma Intraduktus subareolar soliter atau intrakistik adalah benigna.
Namun, telah terjadi pertentangan apakah penyakit ini merupakan prekursor bagi
karsinoma papillary atau merupakan predisposisi untuk meningkatkan resiko
terjadinya karsinoma. Menurut komuniti dari College of American Pathologist,
wanita dengan lesi ini mempunyai risiko 1,5 – 2 kali untuk terjadinya karsinoma
mammae4.
17
Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara
menimbulkan rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan terutama
nyeri bila disentuh, mengarah pada kista. Walaupun penyebab kista masih belum
diketahui, namun para ahli mengetahui bahwa terdapat hubungan antara kista
dengan kadar hormon. Kista muncul seminggu atau 2 minggu sebelum periode
menstruasi mulai dan akan menghilang sesudahnya. Kista banyak terjadi pada
wanita saat premenopause, terutama bila wanita tersebut menjalani terapi sulih
hormon.Kista biasanya dipastikan dengan mammografi dan ultrasound
(sonogram). Ultrasound sangat tepat digunakan untuk mengidentifikasi apakah
abnormalitas payudara tersebut merupakan kista ataukah massa padat 4.
Kebanyakan kista yang simpel dapat digambarkan dengan baik, yaitu
memiliki tepi yang khas, dan sinyal ultrasound dapat dengan mudah
melewati.Walaupun begitu, beberapa kista didapatkan dengan tingkat ekoik
internal yang rendah yang menyulitkan ahli radiologi untuk mendiagnosis sebagai
kista tanpa mengeluarkan cairan.Tipe kista yang seperti ini disebut kista
kompleks. Walaupun kista kompleks tersebut terlihat sebagai massa yang solid,
namun kista tersebut bukanlah kanker. Dalam keadaan tertentu, kista dapat
menimbulkan nyeri yang hebat. Mengeluarkan isi kista dengan aspirasi jarum
halus akan mengempiskan kista dan mengurangi ketidaknyamanan.Apabila cairan
dari kista tampak seperti darah atau terlihat mencurigakan, cairan tersebut harus
diperiksakan ke laboratorium patologi untuk dilihat di bawah mikroskop.
Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui aspirasi sitologi. Jumlah cairan yang
diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml. Cairan dari kista bisa berbeda warnanya,
mulai dari kuning pudar sampai hitam, kadang terlihat translusen dan bisa juga
kelihatan tebal dan bengkak4.
Kista ditemukan pada 1/3 dari wanita berusia antara 35 sampai 50 tahun.
Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara usia 45 dan 52 tahun,
walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini terutamanya pada
individu yang menggunakan terapi pengganti hormon4. Biasaannya kista ini soliter
tetapi tidak jarang ditemukan kista yang multiple. Pada kasus yang ekstrim,
keseluruhan mammae dapat dipenuhi dengan kista.Kista dapat memberikan rasa
tidak nyaman dan nyeri. Dikatakan bahwa terdapat hubungan antara ketidak
18
nyamanan dan nyeri ini dengan siklus menstruasi dimana perasaan tidak nyaman
dan nyeri ini meningkat sebelum menstruasi4. Kista ini biasanya dapat dilihat.
Karekteristiknya adalah licin dan teraba kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga
mobil namun tidak seperti fibroadenoma. Gambaran klasik dari kista ini bisa
menghilang jika kista terletak pada bagian dalam mammae. Jaringan normal dari
nodular mammae yang meliputi kista bisa menyembunyikan gambaran klasik dari
lesi yakni licin semasa dipalpasi. Mammografi dan ultrasonografi membantu
dalam penegakkan diagnosis tetapi pemeriksaan ini tidak begitu penting bagi
pasien yang simptomatik 5.
Massa soliter dengan dilatasi dari duktus retroareolar merupakan
gambaran yang bisa terlihat pada mammografi atau ultrasonografi sekiranya
massa yang terbentuk agak besar. Massa yang kecil tidak memberikan gambaran
khas pada mammografi dan ultrasonografi. Gambaran kalsifikasi jarang terlihat
pada penyakit ini namun bisa terjadi pada massa yang kecil maupun
besar.Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah eksisi massa dan diperiksa
dengan teknik histopatologi konvensional4.
Eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun terapi ini sudah
tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai. Setelah diaspirasi, kista
akan menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa dideteksi dengan
mammografi. Walaubagaimanapun, bukti klinis perlu bahwa tidak terdapat massa
setelah dilakukan aspirasi4.
Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni :
(1) massa menghilang secara keseluruhan setelah diaspirasi.
(2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi darah.
Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista. Indikasi pertama
adalah sekiranya cairan aspirasi mengandung darah (selagi tidak disebabkan oleh
trauma dari jarum), kemungkinan terjadinya intrakistik karsinoma yang sangat
jarang ditemukan. Indikasi kedua adalah rekurensi dari kista 5. Hal ini bisa terjadi
karena aspirasi yang tidak adekuat dan terapi lanjut perlu diberikan sebelum
dilakukan eksisi. Apabila kista masih terus membesar, eksisi direkomendasikan5.
Teknik yang digunakan untuk aspirasi kista mammae yang dapat dipalpasi
sama dengan teknik yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi FNA. Permukaan
19
kulit dibersihkan dengan alkohol. Biasanya digunakan jarum 21-gauge dan juga
syringe 20 ml5. Kista di fiksasi menggunakan ibu jari dan jari telunjuk atau jari
telunjuk dan jari tengah. Syringe dipegang oleh tangan yang lain dan kista
dipalpasi sehingga sudah tidak teraba. Volume dari cairan kista biasanya 5 ml
sampai 10 ml tetapi dapat mencapai 75 ml atau lebih. Cairan dari kista biasanya
berwarna coklat, kuning atau kehijauan. Sekiranya didapatkan cairan sedemikian,
pemeriksaan sitologi tidak diperlukan. Apabila ditemukan cairan kista bercampur
darah, 2 ml dari cairan diambil untuk pemeriksaan sitologi4.
Apabila kista ditemukan pada ultrasound tetapi tidak bisa dipalpasi,
aspirasi dengan ultrasound-guided needle bisa dilakukan. Kulit dibersihkan
dengan alkohol. Probe ultrasound dipegang dengan satu tangan untuk
mengidentifikasi kista. Syringe dipegang dengan tangan lain dan kista diaspirasi5.
g. Ektasia Duktus
Ektasia duktus merupakan pelebaran dan pengerasan dari duktus, dicirikan
dengan sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket.Pada
puting serta daerah disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan2.
Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia sekitar 40
sampai 50 tahun. Ektasia duktus adalah kelainan jinak yang walaupun begitu
dapat mengacaukan diagnosis dengan kanker dikarenakan benjolan yang keras di
sekitar duktus yang abnormal akibat terbentuknya jaringan parut.
Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat
membaik dengan melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat
antibiotik. Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat
melalui pembedahan dengan cara insisi pada tepi areola2.
h. Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang
hamil atau menyusui. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti
kanker. Biasanya galaktokel tampak rata, benjolan dapat digerakkan, walaupun
dapat juga keras dan susah digerakkan. Penatalaksanaan galaktokel sama seperti
kista lainnya, biasanya tanpa melakukan tindakan apapun. Apabila diagnosis
masih diragukan atau galaktokel menimbulkan rasa tidak nyaman, maka dapat
dilakukan drainase dengan aspirasi jarum halus4.
20
2.2.4 Tumor Ganas Payudara
Kanker payudara merupakan kanker yang sering terjadi pada negara
berkembang, yaitu sekitar 18% dari seluruh kelompok kanker. Insidensi di negara
Inggris yaitu 2 : 1000 wanita tiap tahun, dengan prevalensi yaitu 2% wanita pada
umur 50 tahun. Kurva insidensi Ca mammae menurut usia terus meningkat sejak
usia 30 tahun. Ca mammae jarang sekali ditemukan pada usia kurang dari 20
tahun 6.Berdasarkan klasifikasinya tumor payudara ganas dibagi menjadi :
Non invasive carcinoma
a. Ductal carcinoma in situ
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk pada
sel kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar. Saluran
menjadi tersumbat dan membesar seiring bertambahnya sel kanker di dalamnya.
Kalsium cenderung terkumpul dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam
mamografi sebagai kalsifikasi terkluster atau tak beraturan (clustered or irregular
calcifications) atau disebut kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada hasil
mammogram seorang wanita tanpa gejala kanker 5.
DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau munculnya massa
yang secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada mammografi. DCIS
kadang ditemukan dengan tidak sengaja saat dokter melakukan biopsy tumor
jinak5. Sekitar 20%-30% kejadian kanker payudara ditemukan saat dilakukan
mamografi. Jika diabaikan dan tidak ditangani, DCIS dapat menjadi kanker
invasif dengan potensi penyebaran ke seluruh tubuh 5.
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu sel
cenderung lebih invasif dari tipe satunya. Tipe pertama, dengan perkembangan
lebih lambat, terlihat lebih kecil dibandingkan sel normal 4. Sel ini disebut solid,
papillary atau cribiform. Tipe kedua, disebut comedeonecrosis, sering bersifat
progresif di awal perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan
bentuk tak beraturan 2.
21
Gambar 2.7 Ductal Carcinoma in situ (A) dan Sel-sel kanker menyebar
keluar dari ductus, menginvasi jaringan sekitar dalam mammae (B)
22
berhubungan dengan DCIS (Ductal Carcinoma in situ) yang luas dan mungkin
berhubungan dengan kanker invasif. Biopsi papilla mammae akan menunjukkan
suatu populasi sel yang identik (gambaran atau perubahan pagetoid).
Patognomonis dari kanker ini adalah terdapatnya sel besar pucat dan bervakuola
(Paget's cells) dalam deretan epitel. Terapi pembedahan untuk Paget's disease
meliputi lumpectomy, mastectomy, atau modified radical mastectomy, tergantung
penyebaran tumor dan adanya kanker invasif. 4,5
b. Invasive ductal carcinoma
1) Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST) (80%)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada 60%
kasus kanker ini bermetastasis (baik mikro maupun makroskopik) ke KGB aksila.
Kanker ini biasanya terdapat pada wanita premenopause atau postmenopause
dekade kelima sampai keenam, didapatkan massa soliter dan keras. Batasnya
kurang tegas dan pada potongan meilntang, tampak permukaannya membentuk
konfigurasi bintang di bagian tengah dengan garis berwarna putih kapur atau
kuning menyebar ke sekeliling jaringan payudara. Sel-sel kanker sering
berkumpul dalam kelompok kecil, dengan gambaran histologi yang bervariasi.4,5
2) Medullary carcinoma (4%)
Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara, berkisar
4% dari seluruh kanker payudara yang invasif dan merupakan kanker payudara
herediter yang berhubungan dengan BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat
dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis dan perdarahan. Pada 20% kasus
ditemukan bilateral. Karakterisitik mikroskopik dari medullary carcinoma berupa
(1) infiltrat limforetikular yang padat terutama terdiri dari sel limfosit dan plasma
(2) inti pleomorfik besar yang berdiferensiasi buruk dan mitosis aktif
(3) pola pertumbuhan seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada diferensiasi
duktus atau alveolar.
Sekitar 50% kanker ini berhubungan dengan DCIS dengan karakteristik
terdapatnya kanker perifer, dan kurang dari 10% menunjukkan reseptor hormon.
Wanita dengan kanker ini mempunyai 5-year survival rate yang lebih baik
dibandingkan NST atau invasive lobular carcinoma.4,5
23
3) Tubular carcinoma (2%)
Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara
sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada
wanita perimenopause dan pada periode awal menopause. Long-term survival
mendekati 100%.4
4) Invasive lobular carcinoma (10%)
Invasive lobular carcinoma sekitar 10% dari kanker payudara.Gambaran
histopatologi meliputi sel-sel kecil dengan inti yang bulat, nucleoli tidak jelas, dan
sedikit sitoplasma. Pewarnaan khusus dapat mengkonfirmasi adanya musin dalam
sitoplasma, yang dapat menggantikan inti (signet-ring cell carcinoma). Seringnya
multifokal, multisentrik, dan bilateral. Karena pertumbuhannya yang tersembunyi
sehingga sulit untuk dideteksi.4
24
Tabel 2. Hubungan umur dengan keadaan lesi.8
Presentasi Kemungkinan Penyebab Patologis
< 25
Klinis 25-35 tahun 35-55 tahun >55 tahun
tahun
FAM,
a.Benjolan mobile FAM FAM Phyloides
Phyloides
b.Benjolan
Jarang Fibrokistik Fibrokistik Jarang
berbatas tegas
Karsinoma,
c.Benjolan keras
Jarang Karsinoma Karsinoma Nekrosis
dan melekat
lemak
d.Discharge Duktus Duktus
Jarang Jarang
papilla eksatia eksatia
Paget
Paget disease,
Adenoma Adenoma disease,
e.Ulserasi papila adenoma
papila papila adenoma
papila
papila
25
teraba ketika penderita berbaring kadang lebih mudah ditemukan pada posisi
duduk. Perabaan aksila pun lebih mudah dilakukan dalam posisi duduk. Dengan
memijat halus puting susu dapat diketahui adanya pengeluaran cairan, darah, atau
nanah. Cairan yang keluar dari kedua puting susu harus dibandingkan. 13
Terdapat tanda atau gejala dari hasil pemeriksaan fisik yang dapat
menunjukkan bentuk lesi mammae, sebagai berikut:
26
Pembesaran Kelenjar aksila Metastasis karsinoma mammae
27
itu sendiri. Selain itu, lidokain yang digunakan sebagai bahan anestesi bisa
menimbulkan artefak yang dapat terlihat pada pemeriksaan mikroskopis. 4
Hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya
superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga tubuh
unpalpable, dengan indikasi:
b. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang
sangat halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil jaringan.
Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi maupun eksisi
dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin. Metode biopsi eksisi
28
maupun insisi ini merupakan pengambilan jaringan yang dicurigai patologis
disertai pengambilan sebagian jaringan normal sebagai pembandingnya. Tingkat
keakuratan diagnosis metode ini hampir 100% karena pengambilan sampel
jaringan cukup banyak dan kemungkinan kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi
metode ini memiliki kekurangan seperti harus melibatkan tenaga ahli anastesi,
mahal, membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama karena harus di insisi,
menimbulkan bekas berupa jaringan parut yang nantinya akan mengganggu
gambaran mammografi, serta dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan dan
infeksi.4
2.4 Tatalaksana
Untuk tumor jinak payudara terapi dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenis
tumor itu sendiri.
Papiloma Intraduktal
Eksisi lokal atau pengambilan benjolan dari payudara merupakan terapi utama.
Hal ini dapat dilakukan dengan bius lokal. Apabila biopsi pada benjolan
menunjukkan hasil atipikal hiperplasia pada papiloma ini, maka risiko kanker
29
payudara meningkat dibandingkan dengan hasil penyakit proliperatif dengan
atipia.
Fibroadenoma
Pada saat FAM diketahui, diagnosis ini dikonfirmasi dengan biopsi atau analisis
sitologi (sel). Biopsi tersebut dapat mengkonfirmasi adanya sel keganasan.
Tumor Filodes Jinak
Tumor yang besar dan ganas dengan batas infiltratif mungkin membutuhkan
mastektomi (pengambilan jaringan payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari
apabila memungkinkan. Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor
filodes ganas, maka re-eksisi komplit dari seluruh area harus dilakukan agar tidak
ada sel keganasan yang tersisa.
Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara.Ada3 jenis mastektomi5:
30
Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara
saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.
Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan
yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu
diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy
direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan
letaknya di pinggir payudara.
31
Syarat teknik ini adalah :
Tumor primer tidak lebih dari 2cm
N1b kurang dari 2cm
Belum ada metastasis jauh
Tidak ada tumor primer lainnya
Payudara kontralateral bebas kanker
Payudara bersangkutan belum pernah mendapat pengobatan sebelumnya
[kecuali lumpektomi]
Tidak dilakukan pada payudara yang kecil karena hasil kosmetiknya tidak
terlalu menonjol
Tumor primer tidak terlokasi di belakang puting susu
32
tetapi bila respon negatif dilakukan kemoterapi dengan CMF
[CAF] minimal 12 siklus selama 6 minggu.
3. Pada pasien pasca menopause lakukan terapi hormonal
inhibitif/aditif.
4. Pada stadium IV
1. Pada pasien pre menopause dilakukan oofarektomi
bilateral. Bila respon positif, berikan aminoglutetimid atau
tamofen. Bila relaps atau respon negatif, berikan
CMF/CAF.
2. Pada pasien sudah 1-5 tahun menopause, periksa efek
estrogen. Efek estrogen dapat diperiksa dengan
estrogen/progesteron reseptor [ER/PR]. Bila positif,
lakukan seperti [a]. Bila negatif lakukan seperti [c].
3. Pada pasien pasca menopause berikan obat-obat hormonal
seperti tamoksifen, estrogen, progesteron dan
kortikosteroid.
Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel
kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek
pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di
sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai
akibat dari radiasi.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak
hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek
dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok
karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
33
2.5 Pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok
besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir
setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian
penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula
pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
a. Pencegahan primer
b. Pencegahan sekunder
34
Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI
untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan
mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.
35
4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya
5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak
6. Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan
c. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara
sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan.
Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak
terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis,
36
dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,
pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternatif.
37
BAB 3
KESIMPULAN
38
DAFTAR PUSTAKA
39