Anda di halaman 1dari 24

RHINITIS ALERGI

PEMBIMBING :
dr. Frita Oktina, Sp.THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH JAKARTA
RSUD SEKARWANGI
DEFINISI
Rinitis Alergi
Penyakit inflamasi disebabkan reaksi alergi pada
pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi
dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu
mediator kimia ketika terjadi paparan ulang dengan
alergen spesifik tersebut.
Kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin,
rinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung
terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE (WHO).
ETIOLOGI
Interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:

1. Alergen Inhalan; yang masuk bersama dengan udara pernafasan


2. Alergen Ingestan; yang masuk ke saluran cerna
3. Alergen Injektan; yang masuk melalui suntikan atau tusukan.
4. Alergen Kontaktan; yang masuk melalui kontak dengan kulit atau
jaringan mukosa
PATOFISIOLOGI

Penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi


dan diikuti dengan reaksi alergi.Reaksi alergi terdiri dari 2 fase :
• immediate phase allergic reaction/ reaksi alergi fase cepat (RAFC)
• Late phase allergic reaction/ reaksi alergi fase lambat (RAFL)
Terpapar alergen yang sama diikat oleh
IgE di sel mast

Degranulasi / pecahnya sel mediator

Melepaskan PGD2, LTD4, LTC4, bradikinin, sitokin, histamin

Histamin merangsang reseptor Rasa gatal pada hidung dan


H1pada ujung saraf medianus bersin-bersin

Mukosa & sel goblet mengalami


Rinorea
hipersekresi

Vasodilatasi sinusoid Hidung tersumbat


Klasifikasi
WHO Initiative ARIA 2001

Berdasarkan sifat berlangsungnya


1. RA intermitten
< 4 hari/minggu atau < 4 minggu
2. RA persisten
> 4 hari/minggu dan > 4 minggu

Berdasarkan tingkat
berat/ringannya penyakit
1. Ringan
2. Sedang – Berat
GEJALA KLINIS

• Bersin berulang
• Rinorea yang encer dan
banyak
• Hidung tersumbat
• Mata dan hidung terasa
gatal; mata berair
• Kehilangan nafsu makan
• redness
• swelling
Diagnosa
Anamnesis : Gejala klinis
onset
riwayat terjadinya
etiologi

Pemeriksaan Fisik
rinoskopi anterior : mukosa edema/hipertrofi, basah, livid, sekret encer

Pada Anak
facial : allergic shinner
allergic salute
allergic crease
facies adenoid
cobblestone appearance
geographic tongue
CARA RESPON
TERHADAP
DIAGNOSIS PENGOBATAN,
LINGKUNGAN,
PEKERJAAN

FAKTOR
GEJALA ANAMNESA GENETIK

POLA
GEJALA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
IN VITRO IN VIVO

Hitung eosinofil, Ig E total,


RAST, ELISA, pemeriksaan Skin prick test / Skin test
sitologi
Skin prick test
IMUNOTERAPI

ELIMINASI
ALERGEN
PENATALAKSANAA KONKOTOMI
PENYEBAB N

MEDIKAMENTOSA
• Lini pertama pengobatan alergi
• Diabsorpsi baik dan
dimetabolisme di hepar
• Generasi pertama : berefek
sedatif, durasi aksi pendek
1. Antihistamin • Generasi kedua : tidak berefek
sedatif, durasi aksi lebih panjang
• Golongan simpatomimetik beraksi
pada reseptoradrenergik pada
mukosa hidung untuk
menyebabkanvasokonstriksi,
menciutkan mukosa yang
membengkak,dan memperbaiki
2.DEKONGESTAN pernafasan
• Penggunaan agen topikal yang lama
(lebih dari 3-5 hari) dapat
menyebabkan rinitis medikamentosa,
di manahidung kembali tersumbat
akibat vasodilatasi perifer
DEKONGESTAN ORAL

• Onset lambat, tapi efek lebih lama dan kurang


• Tidak menimbulkan resiko rhinitis medikamentosa
Contoh : Fenilefrin, Fenilpropanilamin, Pseudo efedrin
3. KORTIKOSTEROID
Menghambat respon alergi fase awal maupun fase
lambat.
Efek utama pada mukosa hidung :
1. mengurangi inflamasi dengan memblok pelepasan
mediator
2. mengurangi edema intrasel,
3. menyebabkan vasokonstriksi ringan dan
menghambat reaksi fase lambat yang diperantarai
oleh sel mast
Direkomendasikan sebagai terapi awal disertai
dengan penghindaran terhadap alergen
Imunoterapi (Desensitisasi)

• Imunoterapi merupakan proses yang lambat dan


bertahap dengan menginjeksikan alergen yang diketahui
memicu reaksi alergi pada pasien dengan dosis yang
semakin meningkat.
• Tujuannya adalah agar pasien mencapai peningkatan
toleransi terhadap alergen, sampai dia tidak lagi
menunjukkan reaksi alergi jika terpapar oleh senyawa
tersebut.
CARANYA ??
• Larutan alergen yang sangat encer (1:100.000sampai
1:1000.000.000 b/v) diberikan 1 – 2 kali seminggu.
• Konsentrasi kemudian ditingkatkan sampai tercapai dosis yang
dapat ditoleransi.
• Dosis ini kemudian dipertahankan setiap 2-6 minggu
tergantung pada respon klinik.
• Terapi dilakukan sampai pasien dapat mentoleransi alergen
pada dosis yang umumnya dijumpai pada paparan alergen.
OPERATIF

• Tindakan konkotomi parsial (pemotongan


sebagian konka inferior), konkoplasti atau
multiple outfractured, inferior turbinoplasty
• Dilakukan, bila konka inferior hipertrofi berat dan
tidak berhasil dikecilkan dengan cara kaeuterisasi
memakai AgNO3 25% atau triklor asetat
Diagnosis Banding

• Rhinitis vasomotor
• Sinusitis
Komplikasi

1. Sinusitis
2. Polip hidung
3. Otitis media
• BONAM
PROGNOSIS

Anda mungkin juga menyukai