Anda di halaman 1dari 16

SLEEP LOSS AS A TRIGGER OF MOOD

EPISODES IN BIPOLAR DISORDER :


INDIVIDUAL DIFFERENCES BASED ON
DIAGNOSTIC SUBTYPE AND GENDER

Pembimbing :
dr. H.M Hermansyah, Sp.KJ

Disusun Oleh :
Arief Aulia Rahman

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
RSUD R. SYAMSUDIN, S.H., KOTA SUKABUMI
TAHUN 2017
Latar Belakang
 Banyak bukti  kurang tidur dapat menjadi gejala inti dan tanda
peringatan dini dari perubahan mood  dapat memicu
kekambuhan (relaps) terutama pada episode mania.

 Namun, kurang tidur tidak selalu muncul sebagai pemicu pada


seluruh individu dengan gangguan bipolar.

 Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kerentanan terjadinya


relaps akibat kurang tidur, yaitu subtipe bipolar dan jenis
kelamin.
 BD-I (mania) dan BD-II (hipomania) merupakan subtipe
bipolar yang dibedakan berdasarkan kriteria DSM.

 Lalu, jenis kelamin dapat mempengaruhi kerentanan terhadap


perubahan mood  perempuan lebih rentan terjadi disregulasi
emosi dan pada laki-laki cenderung mengalami insomnia yang
dapat menyebabkan gangguan tidur.
Tujuan Penelitian
Peneliti ingin menentukan keterkaitan antara kerentanan kurang
tidur dengan gangguan bipolar tipe I (BD-I) atau tipe II (BD-II)
dan jenis kelamin
Subjek dan Metode Penelitian
Lokasi : The Royal College of Psychiatry, UK
Sampel : Sampel diambil dari Bipolar Disorder
Research Network (BDRN)
Jumlah sampel 3140 responden (2075
responden mengalami BD-I dan 1065
responden mengalami BD-II)
Sumber Data : Sekunder
Analisis Statistika : Chi-Square
Uji Regresi Logistik Untuk
multivariat, SPSS v.20
Penilaian : Interview
Psikiatri dan psikolog terlatih
Subjek dan Metode Penelitian
Kriteria Inklusi :
 Individu dengan gangguan afektif bipolar
 Berusia minimal 18 tahun
 Etnis Inggris dan Irlandia

Kriteria Eksklusi
 Gangguan afektif sekunder akibat : konsumsi alkohol,
penggunaan obat yg tidak diresepkan, terdapat penyakit lain,
gangguan mental organic, dan sedang dalam pengobatan
Dari 3140 responden didapatkan hasil :

• Terdapat 20% responden mengalami episode mania atau hipomania yang


disebabkan kurang tidur

• Terdapat 11.4% responden mengalami episode depresi yang disebabkan


kurang tidur
Episode high mood (mania atau Episode depresi pada responden BD-
hipomania) pada responden BD-I > II > BD-I yang dipicu oleh kurang tidur
BD-II yang dipicu oleh kurang tidur
Terdapat hubungan yang tidak
Terdapat hubungan yang signifikan signifikan antara kurang tidur dengan
antara kurang tidur dengan timbulnya timbulnya episode depresi (P = 0.054,
episode mania atau hipomania ( P OR = 1.25)
<0.001, OR = 2.81)
Pada episode high mood (mania atau Pada episode depresi yang dipicu oleh
hipomania) yang dipicu oleh kurang tidur kurang tidur didapatkan hasil bahwa
didapatkan hasil bahwa perempuan >
laki-laki
perempuan > laki-laki

Terdapat hubungan yang signifikan antara Terdapat hubungan yang signifikan


jenis kelamin dengan timbulnya episode antara jenis kelamin dengan timbulnya
mania atau hipomania (P <0.001, OR episode depresi (P =0.013, OR =1.37)
=1.43)
Analisis regresi logistic multivariate :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara episode


mania yang dipicu oleh kurang tidur dengan BD-I (P
<0.001, OR= 2.81) dan jenis kelamin perempuan (P
=0.015, OR= 1.30)

2. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara jenis


kelamin perempuan dengan episode depresi yang dipicu
oleh kurang tidur (P =0.06)
Pembahasan
 Penelitian ini menunjukkan bahwa :
1. Perempuan dan individu dengan BD-I dengan episode mania atau
hipomania yang dipicu oleh kurang tidur lebih banyak dibandingkan pada
laki-laki dan pada individu dengan BD-II.
2. Perempuan dan individu dengan BD-II dengan episode depresi yang dipicu
oleh kurang tidur lebih banyak dibandingkan pada laki-laki dan pada
individu dengan BD-I

 Kurang tidur  pemicu potensial  episode mania atau hipomania pada


seluruh individu dengan gangguan bipolar.
Pembahasan
 Kemungkinan kerentanan setiap individu berbeda  respon yang berbeda
 dapat timbul episode mania atau episode depresi atau tidak berpengaruh.

 Perbedaan antara subtype bipolar dalam kecenderungan penurunan waktu


tidur  memicu episode mania  dapat menggambarkan perbedaan klinis
dan neuroanatomis antara BD-I dan BD-II.

 Hipotesis  kurang tidur dapat mempengaruhi regulasi emosi 


mengganggu system regulasi emosi pada otak (prefrontal dan sistim limbic)

 Studi neuroimaging terbaru  terdapat perbedaan system neurological dan


perbedaan perilaku pada BD-I dan BD-II.
Pembahasan

 Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa :


 perempuan lebih banyak mengalami episode mana atau episode depresi
yang dipicu oleh kurang tidur dibandingkan dengan laki-laki.

 Hasil ini sesuai dgn penelitian sebelumnya  perempuan lebih berisiko


dibandingkan laki-laki dalam gangguan mood yang dipicu oleh kurang tidur.

 Hipotesis  terdapat hubungan antar hormon ovarium dengan sistem


sirkardian  mempengaruhi siklus bangun-tidur dan respon terhadap kurang
tidur.
Keunggulan dan Keterbatasan Penelitian
Keunggulan :
1. Penelitian pertama yang menilai kurang tidur sebagai pemicu episode
mania atau depresi
2. Menggunakan sample yang besar
3. Diagnosis responden berasal dari data klinis yang banyak

Keterbatasan :
1. Data responden bersifat retrospekstif dan subjektif sehingga dapat
memungkinkan responden meremehkan peran kurang tidur sebagai
pemicu gangguan mood.
2. Ketidakmampuan untuk membedakan apakah kurang tidur adalah sebagai
pemicu atau gejala awal dari gangguan mood
Kesimpulan

 Jenis kelamin dan subtipe bipolar dapat meningkatkan kerentanan timbulnya


episode high mood (mania atau hipomania) yang dipicu oleh kurang tidur.

 Tetapi hal ini harus dipertimbangkan dalam situasi dimana pasien mengalami
gangguan tidur.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai