Anda di halaman 1dari 8

Proposal Penelitian

PENGARUH KONTEN VLOG YOUNG LEX DALAM YOUTUBE TERHADAP PERILAKU


REMAJA CIPUTAT TANGERANG SELATAN
Oleh: Muhammad Badruzzaman/ NIM: 11150510000041/ KPI 5D

A. Latar Belakang Masalah


Komunikasi merupakan sebuah proses yang terjadi dalam kedhiupan sehari-hari baik antar
individu maupun antar keolompok. Di era moderen seperti sekarang ini, kehadiran internet sebagai media
komunikasi telah membuat segalanya menjadi semakin mudah. Hampir semua orang memiliki perangkat
komunikasi yang terhubung dengan internet. Berkomunikasi dengan menggunakan media baru dalam
bentuk internet dan media sosial mulai menggeser media lama seperti media televisi, radio, majalah dan
lain-lain dalam penyampaian informasi. Media sosial dapat diakses kapanpun, dimanapun asal terhubung
dengan internet dan memiliki sumber yang tanpa batas.
YouTube merupakan salah satu media sosial yang berbasis video mulai dari video clip sampai
film, serta video-video yang dibuat oleh pengguna YouTube itu sendiri. YouTube memiliki lebih dari
satu milyar pengguna yang merupakan hampir sepertiga semua pengguna internet. YouTube juga
dapat menjadi wadah untuk mendapatkan penghasilan dimana jika video yang di upload atau di unggah
memiliki viewers yang sangat banyak maka itu akan menjadi royalti untuk si pengupload. Maka dari itu
sekarang YouTube sangatlah di minati oleh berbagai kalangan dan juga YouTube ini menjadi media
sosial yang sangat populer karena pengguna dan penikmatnya bisa menggunakan secara gratis.
Sekarang ini banyak pengguna YouTube yang menggunakan YouTube sebagai tempat untuk
berkarya terutama untuk anak remaja. Rata rata anak remaja yang menggunakan YouTube sebagai
tempat berkarya adalah dengan membuat video-video baik itu video lucu, romatis atau sebagainya.
Orang-orang yang menggunakan YouTube sebagai tempat berkarya mereka biasa di sebut sebagai
YouTubers. Vlog atau Video Blog, sesuai namanya adalah blog berbentuk video. Jadi, vlog adalah
sebuah video dokumentasi yang berada di dalam web yang berisi tentang hidup, pikiran, opini, dan
ketertarikan.
Berdasarkan kasus tersebut, maka timbul permasalahan antara apa yang ada dalam konten vlog
terhadap perilaku penonton terutama anak remaja. Dalam psikologi perkembangan anak remaja pada usia
12 sampai dengan 18 tahun berada dalam masa yang sulit. Mereka berada dalam kondisi yang labil.
Selama masa perkembangan, anak remaja menghadapi berbagai masalah, yakni masalah biologis,
psikologis dan sosiologis. Kehidupan anak remaja tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dalam
pembentukan jati dirinya.
1
B. Permasalahan Penelitian
1. Batasan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang diperoleh penulis, maka adapun batasan dalam penelitian
ini lebih menitik beratkan kepapada pengaruh vlog Young Lex dalam YouTube terhadap perilaku remaja
Ciputat Tangerang Selatan. Peneliti lebih membahasa mengenai:
1. Konten vlog Young Lex dalam YouTube.
2. Perilaku remaja Ciputat Tangerang Selatan setelah menonton vlog Young Lex dalam YouTube.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diperoleh dan batasan masalah yang telah ditentukan oleh
penulis, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskna permalsahan sebagai berikut:
1. Bagaimana konten vlog Young Lex dalam YouTube?
2. Bagaimana pengaruh vlog Young Lex dalam YouTube terhadap perilaku remaja Ciputat
Tangerang Selatan?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang ada yakni :
1. Untuk menegathui bagaimana konten vlog Young Lex dalam YouTube.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh vlog Young Lex dalam YouTube terhadap perilaku
remaja Ciputat Tangerang Selatan.

Adapula kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:


1. Dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai konten video yang layak atau tidak layak
ditonton oleh remaja.
2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan kepada remaja mengenai
tontonan yang baik untuk pembentukan perilakunya.

2
D. METODOLOGI PENELITIAN
1. Paradigma dan Pendekatan Penellitian
Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan suatu kebenaran atau
untuk membenarkan kebenaran. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode Deskriptif Kuantitatif. Dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengaruh vlog
Young Lex terhadap perilaku remaja di Ciputat Tangerang Selatan. Pendekatan yang digunakan pada
desain penelitian ini adalah pendekatan deskriptif.

2. Subjek Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen
yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau
penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.1Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksudkan populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan remaja yang
dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian. Adapun populasi penelitian ini adalah remaja di Ciputat
Tangerang Selatan.
b. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang di teliti. Metode sampling yang digunakan
dalam melakukan penelitian ini adalah Non- Probability Sampling yang mana teknik pengambilan
sampel ini tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Teknik Non- Probability Sampling yang digunakan adalah accidental sampling
yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok
sebagai sumber data.2

3. Objek Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. F.N.
Kerlinger menyebutkan variabel sebagai sebuah konsep. Sedangkan Sutrisno Hadi mendefinisikan

1 Suharsim Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi), Jakarta:
Rineka Cipta, Hal: 173
2 Suharsim Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi), Jakarta:

Rineka Cipta, Hal: 176

3
variabel sebagai gejala yang bervariasi. Berdasarkan kedua pendapat diatas maka variabel dalam
penelitian ini adalah konten vlog Young Lex dalam YouTube.3

4. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini
sebagai berikut:
 H0 : Tidak ada pengaruh antara vlog Young Lex dalam YouTube dengan perilaku remaja Ciputat
Tangerang Selatan.
 H1 : Terdapat pengaruh antara vlog Young Lex dalam YouTube dengan perilaku remaja Ciputat
Tangerang Selatan.

5. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer adalah materi atau kumpulan fakta yang
dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat berlangsung suatu penelitian. Alat pengumpulan data primer
berupa kuesioner yang telah dirancang agar diperoleh informasi yang relavan dengan tujuan. Penulis juga
mendapatkan data sekunder dari YouTube terkait jumlah penonton vlog Young Lex.

6. Teknik Analisis Data


Analisis Statistik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
a. Uji normalitas
Untuk mengetahui apakah sebaran data mempunyai sebaran normal atau tidak secara analitik
digunakan uji Kolmogorov-smirnov. Data yang memiliki nilai p>0.05 dinyatakan sebagai data yang
berdistribusi normal. Sedangkan data yang memiliki nilai p<0.05 dinyatakan data berdistribusi tidak
normal.
b. Analisis univariat
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat untuk melihat gambaran
distribusi frekuensi pada setiap variabel.
Variabel Dependen : Kepuasan dalam menonton vlog.
Variabel Independen : Konten Vlog Young Lex, yang terdiri dari: Kualitas Gambar, Kualitas

3Suharsim Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi), Jakarta:
Rineka Cipta, Hal: 159

4
Audio, Pesan yang disampaikan dalam Vlog.
Karakteristik Responden : Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan.

c. Analisis Bivariat
Tujuan dilakukannya analisis bivariat adalah untuk menguji hubungan antara variabel dependen
dan independen serta memberikan gambaran kemungkinan adanya hubungan yang signifikan antara
masing-masing variabel. Analisa ini juga memberikan hasil tentang pembuktian hipotesis yang
dianjukan.

E. KAJIAN PUSTAKA
1. Deskripsi Teori
Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner yaitu, “Mass
communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people”.
Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat diartikan bahwa komunikasi massa merujuk pada pesan. Sedangkan
menurut Wiryanto komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia yang lahir bersamaan
dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah bentuk komunikasi yang
memanfaatkan media massa untuk menyebarkan pesan kepada khalayak luas pada saat yang bersamaan.4

Teori Jarum Hipodermik


Teori jarum hipodermik ini merupakan teori media massa pertama yang ada dan mulai
berkembang di sekitar tahun 1930 hingga 1940an. Jarum Hipodermik pada hakekatnya adalah model
komunikasi searah, berdasarkan anggapan bahwa mass media memiliki pengaruh langsung, segera dan
sangat menentukan terhadap audien. Pada umumnya khalayak dianggap hanya sekumpulan orang yang
homogen dan mudah dipengaruhi. Sehingga, pesan-pesan yang disampaikan pada mereka akan selalu
diterima, bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan.5
Kekuatan media yang begitu dahsyat hingga bisa memegang kendali pikiran khalayak yang pasif
dan tak berdaya. Dari sini kita ketahui bahwa teori peluru adalah sebuah teori media yang memiliki

4 John Vivian. 2008. Teori Komunikasi Massa, Edisi Kedelapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Hal: 15
5 Zikri Fachrul Nurhadi. 2015. Teori-Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Hal: 180
5
dampak yang kuat terhadap audiennya sehingga tak jarang menimbulkan sebuah budaya baru dan
penyaampaiannya secara langsung dari komunikator yakni media kepada komunikan audien

Teori Kultivasi
Teori kultivasi adalah teori sosial yang meneliti efek jangka panjang dari televisi pada khalayak.
Teori ini merupakan salah satu teori komunikasi massa. George Gerbner adalah orang yang pertama kali
menggagas teori kultivasi. Teori kultivasi muncul dalam situasi ketika terjadi perdebatan antara
kelompok ilmuwan komunikasi yang meyakini efek sangat kuat media massa dengan kelompok yang
mempercayai keterbatasan efek media, dan juga perdebatan antara kelompok yang menganggap efek
media massa bersifat langsung dengan kelompok efek media massa bersifat tidak langsung atau
kumulatif. Teori kultivasi muncul untuk meneguhkan keyakinan orang, bahwa efek media massa lebih
bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran sosial budaya ketimbang individual.6
Teori kultivasi ini di awal perkembangannya lebih memfokuskan kajiannya pada studi televisi
dan audien, khususnya pada tema-tema kekerasan di televisi. Tetapi dalam perkembangannya, ia juga
bisa digunakan untuk kajian di luar tema kekerasan. Gerbner bersama beberapa rekannya kemudian
melanjutkan penelitian media massa tersebut dengan memfokuskan pada dampak media massa dalam
kehidupan sehari-hari melalui Cultivation Analysis.
Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu. Media pun
kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai tersebut antar anggota masyarakat, kemudian
mengikatnya bersama-sama pula. Media mempengaruhi penonton dan masing-masing penonton itu
meyakininya.7
Dalam penelitian ini penulis menyamakan media televisi dengan media YouTube. Karena pada
saat ini media YouTube lebih diminati dibandingkan dengan media televisi. Meski masih terpaut jauh
dibandingkan televisi yang disaksikan selama 1,25 miliar/jam diwilayah Amerika Serikat, namun
menurut data Nielsen, di periode yang sama seperti dilansir CNBC, angka viewership YouTube itu sudah
meningkat hingga 10 kali lipat dibandingkan lima tahun sebelumya pada 2012. Durasi waktu menonton
di YouTube juga cenderung terus meningkat, sementara televisi sebaliknya terus menurun. Bukan tidak
mungkin suatu ketika YouTube bisa menggantikan televisi sebagai pilihan utama dalam menyaksikan
konten video.

6 Edia Santoso dan Mite Setiansah. 2010. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal: 96
7 Edia Santoso dan Mite Setiansah. 2010. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu Hal: 101

6
Sebuah dewan yang mewakili produser, distributor, importir, dan pemilik bioskop, yakni
Classification and Rating Administration Board, memasukkan film atau video ke dalam kategori-kategori
untuk membantu orang tua menentukan tontonan apa yang pantas ditonton anak-anaknya. Berikut ini
kategorinya, setelah mengalami beberapa kali modifikasi:
G: Cocok untuk audien umum dan segala usia.
PG: Bimbingan orang tua disarankan, sebab ada beberapa isinya yang dipandang tidak cocok untuk anak
praremaja.
PG-13: Bimbingan orang tua terutama disarankan untuk anak kurang dari 13 tahun karena ada adegan
telanjang sebagian, sumpah serapah, atau kekerasan.
R: Dilarang untuk siapa saja yang berusia dibawah 17 tahun kecuali mereka ditemani orang tuanya.
NC-17: Siapa saja yang dibawah 17 tahun seharusnya dilarang menonton.8

2. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis memaparkan penelitian terdahulu yang relevan dengan
permasalahan yang akan diteliti tentang pengaruh media YouTube terhadap perilaku remaja.
Indra Permana (2017) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasuruan Bandung
dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Tayangan Media Sosial Youtube Terhadap Perilaku
Menyimpang Siswa di Sekolah Sma Indonesia Raya Bandung. Peneliti lebih memfokuskan pada masalah
dampak menyimpang pengaruh tayangan YouTube. Tujaun penulis melakukan penelitian ini untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh YouTube di kalangan siswa. Metode yang di gunakan didalam
peneltian ini adalah metode kuantitatif dengan instrumen penelitian menggunakan Angket. Berdasarkan
hasil penelitian dan dengan perhitungan SPSS di peroleh bahwa pengaruh media sosial YouTube
terhadap perkembangan perilaku menyimpang siswa atau siswi SMA Indonesia Raya cukup kecil. Hal
tersebut terlihat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa pengaruh media sosial YouTube terhadap
perkembangan perilaku menyimpang hanya 27,4%, dan tingkat signifikannya < 0,05 itu artinya H0
diterima dan H1 ditolak.

8 Zikri Fachrul Nurhadi. 2015. Teori-Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Hal: 185

7
F. DAFTRA PUSTAKA
Arikunto, Suharsim. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi), Jakarta:
Rineka Cipta.
Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset
Nurhadi, Zikri, Fachrul. 2015. Teori-Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia
Santoso, Edia, dan Mite Setiansah. 2010. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa, Edisi Kedelapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Anda mungkin juga menyukai