Anda di halaman 1dari 30

Refrat

RINITIS ALERGI
Oleh:
M. Aulia M.O.PC
Sharanjit Kaur Autar Singh
Sangeethaa Kusalakumaran
Pembimbing:
dr. Yoan Levia Magdi, Sp. T.H.T.K.L, FICS

Anatomi Hidung

Fisiologi Hidung
1. Fungsi respirasi
Untuk mengatur kondisi udara, humidikasi, penyeimbang
dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik local.
2. Fungsi penghidu
Terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk
menampung stimulus penghidu.
3. Fungsi fonetik
Yang berguna untuk resonanasi suara, membantu proses
bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui
konduksi tulang.
4. Fungsi static dan mekanik
Untuk meringankan beban kepala.
5. Reflex nasal.

Rhinitis Alergi ...

DEFINISI
Rinitis Alergi
penyakit inflamasi disebabkan reaksi alergi pada
pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi
dengan
alergen yang sama serta dilepaskannya suatu
mediator
kimia ketika terjadi paparan ulang dengan alergen spesifik
tersebut ( Von Pirquet, 1986).
Kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore,
rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar
alergen yang diperantarai oleh Ig E (WHO).

ETIOLOGI
Interaksi antara lingkungan dengan
predisposisi genetik
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi
atas:
1.Alergen Inhalan; yang masuk bersama
dengan udara pernafasan
2.Alergen Ingestan; yang masuk ke saluran
cerna
3.Alergen Injektan; yang masuk melalui
suntikan atau tusukan.
4.Alergen Kontaktan; yang masuk melalui
kontak dengan kulit atau jaringan mukosa

PATOFISIOLOGI
penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap
sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi.
Reaksi alergi terdiri dari 2 fase :
immediate phase allergic reaction/ reaksi alergi fase cepat
(RAFC)
sejak kontak alergen sampai 1 jam setelahnya
Late phase allergic reaction/ reaksi alergi fase lambat
(RAFL)
yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam
(fase hiper-reaktifitas) setelah pemaparan dan berlangsung 2448 jam

Tahap Provokasi

(second response)

Terpapar alergen yang sama diikat oleh IgE di sel mast

degranulasi / pecahnya sel mediator

melepaskan PGD2, LTD4, LTC4, bradikinin, sitokin, histamin

merangsang
reseptor
H1
Histamin
rasa
gatal pada
hidung
pada ujung saraf medianus

dan bersin-bersin

mukosa & sel goblet mengalami hipersekresi


rinorea
vasodilatasi sinusoid

hidung tersumbat

Klasifikasi
Dahulu, menurut sifat berlangsungnya :

Rinitis alergi musiman (seasonal, hay


fever)

Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial)


Sekarang :

Berdasarkan terdapatnya
gejala :
1. RA intermitten

< 4 hari/minggu atau < 4


minggu
2. RA persisten
> 4 hari/minggu dan > 4 minggu

WHO Initiative ARIA 2001

GEJALA KLINIS

Diagnosis
Anamnesis Gejala rinitis alergi :

bersin-bersin (> 5 kali/serangan)


rinore (ingus bening encer)
hidung tersumbat (menetap/berganti-ganti)
gatal di hidung, tenggorok, langit-langit atau telinga
mata gatal, berair atau kemerahan
hiposmia/anosmia
sekret belakang hidung/post nasal drip atau batuk kronik
adakah variasi diurnal
frekuensi serangan, beratnya penyakit, lama sakit (intermiten atau
persisten), usia timbulnya gejala,
pengaruh terhadap kualitas hidup : ggn. aktifitas dan tidur
Gejala penyakit penyerta : sakit kepala, nyeri wajah,sesak
napas,gejala radang tenggorok, mendengkur, penurunan
konsentrasi, kelelahan

PEMERIKSAAN FISIK
Pada Anak
facial : allergic shinner, allergic salute, allergic crease,
facies adenoid
cobblestone appearance, geographic tongue

Allergic shiner

facies adenoid

Allergic salute

Allergic crease

Cobblestone appearance

Geographic tongue

Rinoskopi anterior
Mukosa edema, basah, pucatkebiruan disertai adanya sekret
yang banyak, bening dan encer
konka inferior hipertrofi
Nasoendoskopi kelainan yang
tidak terlihat di rinoskopi anterior

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Skin prick test

Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan : mengurangi gejala,
perbaikan kualitas hidup, mengurangi ES obat,
edukasi, mengubah jalannya peny / terapi kausal
CARA :
Penghindaran allergen (avoidance) dan eliminasi
Edukasi
Medikamentosa/farmakoterapi
Imunoterapi
Pembedahan (jika perlu) untuk mengatasi
hipertrofi konka, komplikasi rinosinusitis dan
polip hidung

ALLERGEN AVOIDANCE & ELIMINASI

Pencegahan primer
mencegah tahap sensitisasi
Pencegahan sekunder
mencegah gejala timbul, dgn cara
menghindari alergen dan terapi
medikamentosa (Studi ETAC )
Pencegahan tersier
mencegah komplikasi atau
berlanjutnya
penyakit

DEKONGESTAN ORAL
Onset lambat, tapi efek lebih lama dan kurang
Tidak menimbulkan resiko rhinitis medikamentosa
Contoh : Fenilefrin, Fenilpropanilamin, Pseudo
efedrin

3. KORTIKOSTEROID
menghambat respon alergi fase awal maupun fase
lambat.
Efek utama pada mukosa hidung :
1.mengurangi inflamasi dengan memblok pelepasan
mediator
2.mengurangi edema intrasel,
3.menyebabkan
vasokonstriksi
ringan
dan
menghambat reaksi fase lambat yang diperantarai
oleh sel mast
Direkomendasikan sebagai terapi awal disertai
dengan penghindaran terhadap alergen

Imunoterapi
desensitisasi

Imunoterapi merupakan proses yang lambat dan bertahap


dengan menginjeksikan alergen yang diketahui memicu
reaksi alergi pada pasien dengan dosis yang semakin
meningkat.
Tujuannya adalah agar pasien mencapai peningkatan
toleransi terhadap alergen, sampai dia tidak lagi
menunjukkan reaksi alergi jika terpapar oleh senyawa
tersebut.

CARANYA ??
Larutan alergen yang sangat encer (1:100.000sampai
1:1000.000.000 b/v) diberikan 1 2 kali seminggu.
Konsentrasi kemudian ditingkatkan sampai tercapai dosis
yang dapat ditoleransi.
Dosis ini kemudian dipertahankan setiap 2-6 minggu
tergantung pada respon klinik.
Terapi dilakukan sampai pasien dapat mentoleransi alergen
pada dosis yang umumnya dijumpai pada paparan alergen.

OPERATIF
Tindakan konkotomi parsial (pemotongan sebagian
konka inferior), konkoplasti atau multiple
outfractured, inferior turbinoplasty
Dilakukan, bila konka inferior hipertrofi berat dan
tidak berhasil dikecilkan dengan cara kaeuterisasi
memakai AgNO3 25% atau triklor asetat

Diagnosis Banding
Rhinitis Non-alergik
inflamasi hidung yang disebabkan oleh selain alergi.
tergantung dari penyebabnya, antara lain:
rhinitis vasomotor
rhinitis gustator
rhinitis medikamentosa
rhinitis hormonal
Immotile cilia syndrome (ciliary dyskinesis)
Manifestasi klinis termasuk batuk kronis, rinitis kronis, dan
sinusitis kronis.

Komplikasi
1. Sinusitis
2. polip hidung
3. otitis media

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai