Anda di halaman 1dari 15

KEPANITERAAN KLINIK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN THT-KL


Jumat, 19 Juni 2020

Laringofaringologi
Pembimbing :
dr. Wahyu Dwi K, Sp.THT-KL

Disusun Oleh:
Agustia Arjuna Wiwaha G4A018100
Rahmat Yusuf Arifin G4A018102
Noor Aziz Sukma Adi G4A018103
Hanindhiya Hanifah G4A018104
Handra Chairunisa A. G4A018106
Anatomi & Fisiologi
Faring
FISIOLOGI
Sebagai jalan nafas
• Inspirasi dan Ekspirasi

Pengatur kondisi udara (air conditioning)


•  Mengatur kelembaban udara dan suhu

Sebagai penyaring dan pelindung


• Rambut, silia, mukus

Resonansi suara
• Kualitas suara, membentuk konsonan huruf

Refleks nasal
• reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler
dan pernafasan
Proses penghidu
• Zat -> rangsang sel olfaktorius-> tractus olfactorius ke pusat olfactory di
otak-> interpretasi
KLASIFIKASI

Intermitten Persisten
• < 4 hari seminggu atau; • > 4hari/ minggu dan;
• < 4 minggu • > 4 minggu

Ringan Sedang- Berat


• tidur normal • Terjadi 1 atau lebih
• aktivitas normal sehari- gejala
hari, olahraga, saat • Gangguan tidur
santai • Gangguan aktivitas
• Aktivitas kerja dan sehari2, olahraga, saat
sekolah normal santai
• Tidak ada gejala yang • Gangguan aktivitas
mengganggu kerja atau di sekolah
• Gejala yang
mengganggu
DIAGNOSIS

Anamnesis
 Tempat kerja  Hiposmia atau anosmia
 Pekerjaan pasien  Batuk kronik
 Adanya rinore (cairan hidung yang bening  Serangan yang memburuk pada pagi hari
encer) sampai siang hari dan membaik saat malam
 Bersin berulang dengan frekuensi lebih dari 5 hari
kali setiap kali serangan  Frekuensi serangan
 Hidung tersumbat baik menetap atau hilang  Pengaruh terhadap kualitas hidup
timbul  Riwayat atopi di keluarga
 Rasa gatal di hidung, telinga atau daerah  Faktor pemicu timbulnya gejala
langit-langit  Riwayat pengobatan dan hasilnya
 Mata gatal, berair atau kemerahan
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Fisik
 Rinoskopi anterior : tampak mukosa edema, basah,
berwarna pucat atau livid disertai adanya sekret encer
yang banyak.
 Warna mukosa : biru pucat
 Warna ingus : jernih, encer
 Dinding posterior faring tampak granuler dan edema
(cobblestone appearance), dinding lateral faring
menebal.
 Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic
tongue).
 Pemeriksaan Maksilofasial :
 Allergic shiner
 Allergic sallute
 Allergic crease
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Penunjang
 Nasal endoscopy
 Nasal Smear
 Skin test (skin scracth & skin prick)  Gold Standard
 Radioallergosorbent test (RAST)
 Nasal Provocation test
TATALAKSANA

Non Farmakologi
 Penghindaran alergen :
• Sebagian besar studi penghindaran alergen telah menangani gejala asma dan sangat sedikit yang
mempelajari gejala rinitis. Intervensi tunggal mungkin tidak cukup untuk mengendalikan gejala rinitis
atau asma
• Namun, penghindaran alergen, termasuk tungau ,harus merupakan bagian integral bagian dari
strategi manajemen

Farmakologi
1. Antihistamin
2. Dekongestan oral
3. Kortikosteroid

Imunoterapi Spesifik
Apabila tidak terdapat perbaikan setelah farmakoterapi optimal dan penghindaran alergen yang
optimal, maka dipertimbangkan untuk pemberian imunoterapi secara subkutan atau sublingual.
Imunoterapi ini diberikan selama 3-5 tahun untuk mempertahankan efektifitas terapi jangka panjang.
Anti-Histamin
Dekongestan
Kortikosteroid
Chromones & LTRA
Algoritma Tatalaksana Rhinitis Alergi
Edukasi
 Kombinasi modalitas tatalaksana dapat terlaksana dengan baik apabila dilakukan
edukasi yang baik dan cermat kepada pasien ataupun keluarga.
 Menerangkan juga kemungkinan adanya ko-morbid dan tindakan bedah pada kasus
yang memerlukan (hipertrofi konka, septum deviasi atau rinosinusitis kronis).

Komplikasi
• Kualitas hidup • Hipertrofi konka inferior
• Rinosinusitis kronis • Hipertrofi adenoid
• Sinusitis • Efusi telinga tengah
• Otitis media • Polip sinonasal

Prognosis
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Any questions?

Thanks!

Anda mungkin juga menyukai