KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN THT-KL
Pembimbing :
Dr. dr. Anton Budi D, M.Kes, Sp.THT-KL(K)
Disusun Oleh:
Agustia Arjuna Wiwaha G4A018100
Rahmat Yusuf Arifin G4A018102
Noor Aziz Sukma Adi G4A018103
Hanindhiya Hanifah G4A018104
Handra Chairunisa A. G4A018106
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Pendengaran merupakan kemampuan untuk mengenali suara dan menentukan lokasi sumber suara.
Proses pendengaran melibatkan dua hal, yaitu identifikasi dan lokalisasi dari suara.
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang
dihantarkan melalui udara atau tulang ke koklea.
Proses pendengaran dapat terganggu apabila terjadi gangguan transmisi bunyi di telinga luar, telinga
tengah, maupun telinga dalam. Gangguan transmisi tersebut dapat disebabkan oleh obstruksi saluran
telinga oleh serumen, inflamasi, infeksi, konsumsi obat-obatan, dan pajanan terhadap bising.
Untuk menegakkan diagnosis jenis gangguan pendengaran yang terdapat pada seseorang, diperlukan
pemeriksaan hantaran melalui udara dan melalui tulang dengan menggunakan tes garputala (kualitatif) atau
audiometri nada murni (kuantitatif).
Pemeriksaan tes garputala merupakan pemeriksaan yang lebih mudah dan sederhana untuk dilakukan di
daerah-daerah tertentu, dibandingkan audiometri yang tidak selalu tersedia dan biayanya relatif lebih
terjangkau. Berdasarkan referensi yang telah ada sebelumnya, pemeriksaan tes garputala dapat menjadi
pilihan untuk menegakkan diagnosis dan mendeteksi gangguan pendengaran. Oleh karena itu, pada referat
ini akan dibahas teknik dan cara interpretasi pemeriksaan garpu tala.
(Gunawan, 2020).
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi & Fisiologi Pendengaran
Anatomi Telinga
Telinga Luar
- Dari daun telinga, meatus akustikus eksterna,
membran timpani
- Daun telinga tulang rawan elastin, kulit
- MAE 1/3 tulang rawan, 2/3 dalam pars osseus,
Panjang sekitar 2,5 – 3 cm
1/3 luar kulit terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut,
2/3 dalam hanya sedikit kelenjar keringat
(Soetiro et al.,2016)
5. Setelah pasien tidak dapat lagi mendengar garpu tala yang ditempatkan
pada prosesus mastoideus, pindahkan garpu tala yang bergetar ke
dekat liang telinga dengan orientasi tegak lurus terhadap saluran
telinga, dengan jarak sekitar 3-4 cm dari telinga. Penempatan garpu tala
dengan orientasi tegak lurus dengan liang telinga menghasilkan
Pemeriksaan Rinne. amplitudo suara lebih tinggi di membran timpani.
Penempatan garpu tala tegak
lurus di prosesus mastoideus dan 6. Minta pasien untuk memberi tahu kapan pasien tidak lagi dapat
tangan pemeriksan memfiksasi mendengar suara yang dihantarkan melalui udara.
kepala pasien
(Turton & Batty, 2016).
Kong & Fowler, 2020 ; Butskiy, 2016 ; Soepandi et al, 2011
Simulasi Tes Rinne: (a,b)
penempatan paralel garpu tala
512 Hz (c,d) penempatam garpu
tala tegak lurus (c, d) ke liang
telinga (Butskiy, 2016).
Tes Weber Prinsip pemeriksaan Tes Weber adalah
membandingkan hantaran tulang telinga
kiri dan kanan. Telinga normal hantaran
tulang kiri dan kanan akan sama.
2. Tempatkan garpu tala yang bergetar di verteks ( lokasi lain yang dapat
digunakan adalah garis tengah dahi, tulang puncak hidung, dan dagu),
tempatkan garpu tala disumbu tengah tubuh atau berjarak sama dari
kedua telinga. Getaran ini akan dihantarkan melalui tulang tengkorak
lalu mencapai koklea.
Tes Rinne
Tes Rinne positif: suara dari konduksi udara lebih keras
dibandingkan konduksi tulang tidak ada tuli hantaran, dapat
menunjukkan normal atau tuli sensorineural
Tes Rinne negatif: suara dari konduksi tulang lebih keras yang
menunjukkan adanya tuli hantaran atau tuli konduktif
Tes Weber
Jika suara terdengar lebih keras di salah satu sisi maka menunjukkan
adanya lateralisasi dengan penjelasan :
Tes Schwabach
Bila pemeriksa masih dapat mendengar ketika pasien sudah tidak
mendengar disebut Schwabach memendek (tuli sensorineural)
Tes Bing:
Ini seperti uji Swabach, tetapi saluran telinga luar (Meatus Acusticus Externus) ditutup dan dibuka
secara bergantian dengan menekan dan melepaskan tragus.
Tes bing positif (Lebih keras ketika tersumbat): Normal atau SNHL
Tes bing negatif (Tidak ada perubahan): CHL
Tes Gelle:
Garpu tala ditempatkan pada mastoid dan tekanan di saluran telinga meningkat menggunakan
spekulum Siegle. Peningkatan tekanan pada saluran telinga ini mendorong membran timpani dan
ossicles ke dalam, yang menyebabkan peningkatan tekanan intralabyrinthine. Ini menyebabkan
imobilitas selaput basilar koklea, yang mengakibatkan penurunan pendengaran.
(Epomedicine, 2014)
Keterbatasan Pemeriksaan
1. Tes garputala merupakan tes kualitatif yang terdiri dari tes Weber, tes Rinne, dan tes
Schwabach, dan dilakukan dengan cara membandingkan hantaran udara dan tulang.
2. Prinsip pemeriksaan Tes Rinne adalah membandingkan hantaran tulang dengan
hantaran udara pada satu telinga
3. Prinsip pemeriksaan Tes Weber adalah membandingkan hantaran tulang telinga kiri
dan kanan. Telinga normal hantaran tulang kiri dan kanan akan sama.
4. Prinsip pemeriksaan Tes Schwabach adalah membanidngkan hantaran tulang dari
penderita dengan hantaran tulang pemeriksa dengan catatan bahwa telinga
pemeriksa harus normal.
5. Interpretasi hasil Tes Rinne adalah positif, negatif atau false negative
6. Interpretasi hasil Tes Weber adalah Tidak ada lateralisasi, lateralisasi kanan, atau
lateralisasi kiri.
7. Interpretasi hasil Tes Schwabach adalah memanjang atau memendek.
8. Tes lain yang dapat dilakukan yaitu tes Bing dan Tes Gelle.
9. Pemeriksaan garpu tala merupakan pemeriksaan skrining dan tidak menggantikan
tes audiometri formal.
DAFTAR PUSTAKA
British Society of Audiology. 2016. Recommended procedure for Rinne and Weber tuning ‐fork tests. British Journal of Audiology.
Epomedicine. Hearing tests with Tuning fork [Internet]. Epomedicine; 2014 May 24 [cited 2020 Jun 21]. Available from:
https://epomedicine.com/clinical-medicine/hearing-tests-with-tuning-fork/.
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2015. Pemeriksaan Fisis Telinga Hidung dan Tenggorok. Buku Penuntun Kerja
Keterampilan Klinik. Fakultas Kedokteran Unhas. Makassar.
Gunawan, S. 2020. Akurasi Tes Garputala Pada Pasien Gangguan Pendengaran Di Poliklinik THT-KL RSUP Mohammad Hoesin
Palembang. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Kong EL & Fowler JB. 2020. Rinne Test. StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing; Treasure Island (FL).
Primadewi, N., Pratiwi, D., Sudrajad, H., Nurcahyo, E.K., Kandhi, P.W., Hastami, Y. 2019. Buku Manual Keterampilan Klinik Topik
Pemeriksaan Dasar Telinga Hidung Tenggorok. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Riskesdas. 2013. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Ed.8. Terjemahan Oleh: Brahm U. EGC, Jakarta, Indonesia, hal. 231-250.
Soepandi et al. 2011. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 6. Jakarta : Penerbit FK UI.
Texiera, D & Jabaut, J. 2017. The Ear, Nose, and Throat Exam. Midatlantic Regional Occupational and Environmental Medicine
Conference.
Turton, L & Batty S. 2016. Recommended Procedure Rinne and Weber tuning fork tests. Seafield : British Society of Audiology.
Terima Kasih