Anda di halaman 1dari 38

Nama Mahasiswa : Keiza Hapsari L.

Tanggal Pemeriksaan :
NPM : 10522752 Nama Asisten :
Kelas : 1PA18 Paraf Asisten :

1. Percobaan : Indera Pendengaran


Nama Percobaan : Rine
Nama Subjek Percobaan : Keiza Hapsari Listyaningrum
Laboratorium Psikologi Faal
Tempat Percobaan :
(Kampus D 333-334 )
Untuk membuktikan bahwa
a. Tujuan Percobaan : transmisi melalui udara lebih
baik dari tulang.
Menurut Kamajaya (2007) Tes
Rinne merupakan sebuah tes
pendengaran yang dilakukan untuk
mengevaluasi kemampuan
pendengaran pada satu telinga (tuli
unilateral).[1] Hal ini membedakan
persepsi suara yang dihantarkan
oleh konduksi udara dengan suara
b. Dasar Teori :
yang dihantarkan oleh konduksi
tulang melalui mastoid. Dengan
demikian dapat dinilai dengan cepat
suatu keadaan tuli konduksi. Tes
Rinne harus dibandingkan dengan
Tes Weber untuk mendeteksi tuli
sensorineural. Tes Rinne dinamakan
sesuai dengan nama ahli telinga

1
berkewarganegaraan Jerman
Heinrich Adolf Rinne (1819-1868)
Menurut Morton (2003) Tes rinne.
Tes ini membandingkan konduksi
tulang dengan konduksi udara di
kedua telinga. Kaji konduksi telinga
dengan meletakan dasar garpu tala
yang sedang bergetar pada procesus
mastoideus, perhatikan berapa
menit berlalu sebelum klien tidak
dapat lagi mendengarnya.
Kemudian, dengan cepat letakkan
garpu tala yang masih bergetar
dengan gigi garpu paralel dengan
aurikel klien di dekat kanal telinga
(untuk menguji konduksi udara).
Jika klien melaporkan mendengar
suara lebih lama melalui konduksi
tulang, berarti klien mengalami
kehilangan pendengaran konduktif.
Pada kehilangan sensorineural,
klien akan melaporkan mendengar
suara lebih lama melalui konduksi
udara, tetapi rasionya tidak akan
normal 2:1.
Membran timpani memisahkan
telinga tengah dengan telinga
eksternal pada bagian proksimal
kanal auditorius. Tersusun dari
lapisan-lapisan kulit, jaringan
fibrosa dan membran mukosa,

2
membran timpani tampak abu-abu
keperakan, bercahaya dan tembus
cahaya. Kanal auditorius yang
meregangkan hampis semua bagian
membran, disebut pars tensa, sangat
rapat kedalam; tetapi bagian
superior dari membran, yang
disebut pars flaccida bergantung
bebas dan menutupi prosesus
pendek maleus. Bagian tengah
membran(umbo) menutupi prosesus
panjang maleus. Di sekitar tepi luar
membran tampak pucat, putih,
cincin fibrosa yang disebut anulus.
Menurut Yogarajah (2017) Ujung
garpu tala frekuensi 512 Hz
digetarkan dan dasar garpu tala
diletakkan pada prosesus
mastoideus. Pemeriksa kemudian
memindahkan garpu tala ke meatus
akustikus ekstenus ketika bunyi
sudah tidak terdengar. Pada kondisi
lebih baik dibandingkan hantaran
tulang karena amplifikasi membran
timpani.
c. Alat yang Digunakan : 2 buah Garpu tala
1.1 Siapkan sepasang garpu tala
1.2 Lalu praktikan diharap untuk
d. Jalannya Percobaan : fokus dan menghadap kedepan
1.3 Asisten Laboratorium akan
menepatkan satu garpu tala yang

3
telah dibunyikan di atas kepala dari
praktikan.
1.4 Jika praktikan sudah tidak
mendengar suara dari garpu tala di
atas kepala maka praktikan akan
menyebutkan “Stop”,
1.5 Setelah itu garpu tala yang
masih bergetar akan di arahkan ke
lubang telinga sebelah kiri
praktikan sehingga praktikan akan
mendengar suara dari garpu tala
berdenging dengan sangat jelas dan
kencang.
1.6 Jika praktikan tidak dapat
mendengar suara dari garpu tala
yang diarahkan ke lubang telinga
sebelah kiri, maka praktikan harus
mengatakan “Stop”.
1.7 Selanjutnya asisten
laboratorium akan melanjutkan
percobaan yang kedua yaitu Garpu
tala akan di bunyikan di belakang
kepala dari praktikan, dan diulangi
langkah ke 4 hingga praktikan tidak
dapat mendengar denging garpu
tala lagi.
1.8 Bedanya dari percobaan
pertama, untuk percobaan kedua ini
setelah dari belakang telinga
praktikan lalu Asisten
Laboratorium akan menepatkan

4
garpu tala ke lubang telinga
praktikan sebelah kanan.
1.9 Dan praktikan akan
menyebutkan “Stop” jika suara
denging dari garpu tala tidak
terdengar lagi di lubang telinga
sebelah kanan.
1.10 Lalu praktikan harus
membedakan perasaan saat
mendengar denging garpu tala dari
dua percobaan yang berbeda arah
itu.
Hasil yang saya rasakan saat
percobaan pertama (posisi diatas
kepala ke samping lubang telinga)
yaitu suara berdenging yang saya
dengar lebih lama waktunyaa lalu
lebih besar juga suaranya,
e. Hasil Percobaan :
Sedangkan dari percobaan kedua
yang posisi garpu tala dari belakang
kepala lalu ke samping lubang
telinga itu saya lebih merasa lebih
cepat dengarnya dan lebih
berkurang volume dengingnya.
Berdasarkan percobaan garpu tala
yang menguji transmisi suara
melalui udara dan tulang, dapat
f. Kesimpulan : disimpulkan bahwa transmisi suara
melalui udara lebih baik daripada
transmisi melalui tulang. Percobaan
ini mengindikasikan bahwa garpu

5
tala yang ditempatkan di udara
menghasilkan suara yang lebih jelas
dan terdengar lebih jauh daripada
ketika garpu tala ditempatkan
langsung pada tulang, seperti
misalnya tulang pipi atau tengkorak.

Hal ini menunjukkan bahwa udara


memiliki sifat yang lebih efisien
dalam mentransmisikan getaran
suara daripada tulang. Udara dapat
menghantarkan gelombang suara
dengan lebih sedikit hambatan dan
gangguan, sehingga suara dapat
menyebar dengan lebih baik dan
menjaga kejelasannya.

Di sisi lain, ketika garpu tala


ditempatkan langsung pada tulang,
sebagian besar getaran suara dapat
terserap atau terganggu oleh
jaringan tulang, mengakibatkan
penurunan kualitas dan jangkauan
suara yang terdengar. Ini
menunjukkan bahwa tulang tidak
seefisien udara dalam
mentransmisikan suara. Namun,
penting untuk diingat bahwa
kesimpulan ini didasarkan pada
percobaan garpu tala tertentu dan
mungkin tidak dapat diterapkan

6
secara langsung pada semua situasi
atau metode transmisi suara melalui
udara dan tulang. Masih mungkin
ada konteks atau kondisi di mana
tulang dapat memberikan transmisi
suara yang lebih baik daripada
udara, tergantung pada kebutuhan
dan pengaturan spesifik.

 Kamajaya. (2007). Cerdas


Belajar Fisika untuk Kelas XII.
Bandung: Grafindo.

 Morton, P. G. (2003). Panduan


Pemeriksaan Kesehatan Dengan
g. Daftar Pustaka : Dokumentasi SOAPIE, E/2.
Pennsylvania: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

 Yogarajah. M. (2017). Crash


Course Neurology.Updated 4Th
edition. Singapore: Elsevier
Health Sciences.

7
2. Percobaan : Indera Pendengaran
Nama Percobaan : Tempat Sumber Bunyi
Nama Subjek Percobaan : Keiza Hapsari Listyaningrum
Laboratorium Psikologi Faal
Tempat Percobaan :
(Kampus D 333-334 )
a. Tujuan Percobaan : Untuk menentukan sumber bunyi.
Menurut Emanuel & Abner (2007),
Beberapa sifat bunyi : Bunyi
dihantarkan dan dihasilkan oleh
gerak suatu benda yang bergetar.
Getaran ini menimbulkan sejumlah
gelombang kompresi yang dapat
berjalan melalui media yang padat,
cair, atau gas.
Gelombang bunyi mempunyai sifat-
sifat fisis seperti : Intensitas,
intensitas bunyi tergantung pada
b. Dasar Teori : besarnya pergeseran gelombang
bunyi, intensitas ditentukan oleh
energi dari sumber bunyi, jarak yang
ditempuh oleh bunyi, dan media
yang harus dilalui bunyi untuk
mencapai pendengar. ; Frekuensi,
frekuensi bunyi ditentukan oleh
jumlah getaran per detik (cycles per
second, CPS). Makin besar cps,
makin tinggi frekuensinya. ;
Kekerasan, kerasnya bunyi yang
didengar (atau kecilnya bunyi)

8
ditentukan baik oleh intensitas
maupun oleh frekuensi. Bunyi
berintensitas tinggi pada jangkauan
kepekaan pendengaran maksimal
dari telinga (1000 – 5000 cps) akan
terasa sama kerasnya dengan bnyi
yang frekuensinya lebih rendah
(misalnya 200 cps).
Menurut Nurhayadi (2009), Untuk
merambatkan bunyi dari satu tempat
ke tempat lain membutuhkan waktu.
Semakin jauh jarak sumber bunyi
dengan pendengarnya, semakin
lama waktu yang diperlukan untuk
menambah jarak tersebut. Telinga
manusia dapat menerima bunyi
dengan frekuensi antara 20 Hz
sampai 20.000 Hz. Jika sumber
bunyi mendekati pendengar maka
pendengar akan menerima bunyi
lebih banyak sehingga frekuensi
bunyi lebih tinggi. Sedangkan, jika
sumber bunyi menjauhi pendengar
maka pendengar akan menerima
bunyi lebih sedikit sehingga
frekuensi bunyi lebih rendah tetapi
frekuensi asal tetap (tidak berubah).
Menurut Budiarti (2023), Beberapa
fungsi dari daun telinga salah
satunya adalah Mengetauhi sumber
lokasi bunyi dan Melokalisasi

9
gelombang bunyi. Sumber bunyi
dapat berasal dari segala arah. Daun
telinga mampu mendeteksi arah
sumber gelombang bunyi. Oleh
karena itu, manusia mampus
mengetahui asal bunyi. Daun telinga
memiliki saraf yang dapat
mendeteksi sumber bunyi. Jadi,
tidak menyangka bila manusia
menoleh untuk mencari sumber
bunyi dan menemukan bunyi yang
di dengarnya. Setelah getaran
gelombang bunyi disaring,
ditangkap, dan dikumpulkan, daun
telinga masih memiliki fungsi
lainnya. Daun telinga akan
menglokalisasikan getaran
gelombang bunyi pada bagian
telinga luar, yaitu saluran telinga
atau liang telinga.
c. Alat yang Digunakan : 2 buah Garpu tala
1.1 Mendekatkan ujung – ujung dari
pipa karet kedepan lubang telinga
praktikan,
1.2 Asisten Laboratorium akan
d. Jalannya Percobaan : menekan pipa karet secara acak
posisinya,
1.3 Lalu praktikan harus merasakan
atau mengidentifikasi letak sumber
bunyinya.

10
1.4 Lakukan percobaan ini selama
3 kali dan identifikasi apakah letak
sumber bunyinya sesuai dengan
yang praktikan tebak.
Dalam percobaan pertama asisten
laboratorium yang menguji saya
menekan pipa karet di bagian
belakang sebelah kanan telinga
saya, lalu untuk percobaan di bagian
e. Hasil Percobaan : belakang sebelah kanan namun agak
sedikit mengarah kebelakang kepala
saya dan percobaan yang terakhir
Asisten laboratoriumnya menekan
pipa karet di bagian belakang
sebelah kiri saya.
Berdasarkan percobaan indera
pendengaran dengan menggunakan
alat pipa karet untuk menentukan
tempat sumber bunyi, dapat
disimpulkan bahwa pipa karet dapat
membantu menentukan lokasi atau
arah sumber bunyi.
Percobaan ini menunjukkan bahwa
f. Kesimpulan :
ketika suara dihasilkan dari sumber
tertentu dan diarahkan melalui pipa
karet, pendengar dapat mendeteksi
dan mengidentifikasi arah sumber
bunyi tersebut berdasarkan pada
suara yang terdengar di telinga atau
melalui persepsi stereo.

11
Kesimpulan ini mengindikasikan
bahwa pipa karet dapat bertindak
sebagai saluran yang mengarahkan
dan memfokuskan bunyi ke telinga
dengan cara yang memungkinkan
pendengar untuk membedakan
antara bunyi yang berasal dari
sumber di dekat pipa karet dan
bunyi yang berasal dari sumber di
tempat lain.

Namun, penting untuk diingat


bahwa kemampuan pendengaran
manusia untuk menentukan arah
sumber bunyi melalui pipa karet
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti panjang dan bahan pipa,
kondisi lingkungan, serta kepekaan
dan pengalaman pendengar. Dalam
kesimpulannya, percobaan indera
pendengaran dengan menggunakan
pipa karet menunjukkan bahwa pipa
karet dapat membantu pendengar
menentukan arah atau lokasi sumber
bunyi dengan memanfaatkan sifat-
sifat pengaliran bunyi melalui pipa.
Namun, penelitian lebih lanjut dan
variasi dalam percobaan mungkin
diperlukan untuk memahami secara
lebih mendalam tentang potensi
penggunaan pipa karet dalam

12
aplikasi penentuan arah sumber
bunyi.
 Budiarti, I. S. (2023) Seri
Pancaindra Telinga. Indonesia:
Bumi Aksara.

 Nurhayadi, Y. (2009). Seri


pandangan belajar dan
g. Daftar Pustaka : evaluasi Fisika untuk
SMP/MTS kelas VIII. Jakarta:
Grasindo.

 Stein, E. & Delman, A. J.


(2007). Interpretasi Akurat
Bunyi Jantung edisi II.
Indonesia: EGC.

13
3. Percobaan : Indera Pendengaran
Nama Percobaan : Keseimbangan
Nama Subjek Percobaan : Keiza Hapsari Listyaningrum
Laboratorium Psikologi Faal
Tempat Percobaan :
(Kampus D 333-334 )
Untuk menjelaskan bahwa cairan
Endolimph dan Perilymph yang
a. Tujuan Percobaan : terdapat pada telinga bila bergejolak
atau bergoyang maka menyebabkan
keseimbangan seseorang terganggu.
Menurut Aryulina dan Muslim
(2006), Struktur telinga terdiri dari :
Telinga Luar, Telinga Tengah dan
Telinga dalam. Telinga tengah atau
biasa disebut rongga timpani berupa
rongga kecil yang berisi udara,
terletak didalam tulang pelipis, dan
dindingnya dilapisi sel epitel. Di
dalam rongga telinga tengah
terdapat tiga tulang, yaitu tulang
b. Dasar Teori :
martil, tulang landasan, dan tulang
sanggurdi. Ketiga tulang tersebut
saling berhubungan melalui sendi
yang bergerak bebas. Ke arah depan,
telinga tengah dihubungkan dengan
tenggorokan oleh Saluran (tuba)
Eustachius. Saluran ini berfungsi
menyeimbangkan tekanan udara
pada telinga luar dengan telinga
tengah.

14
Telinga sebagai indera
keseimbangan. Indera
keseimbangan merupakan indera
khusus yang terletak di dalam
telinga. Indera keseimbangan secara
struktural terletak dekat indera
pendengaran, yaitu di bagian
belakang telinga dalam yang
membentuk struktur utrikulus dan
sakulus, serta kanalis semi-
sirkularis. Struktur tersebut
berfungsi dalam pengaturan
keseimbangan tubuh yang
dihubungkan dengan bagian
keseimbangan dari saraf otak VIII.
Dengan demikian, saraf otak VIII
mengandung dua komponen, yaitu
komponen pendengaran dan
komponen keseimbangan.
Menurut Apriyani (2023), Membran
tympani yang normal selalu utuh,
tidak robek. Amati dengan hati-hati
seluruh membran tympani termasuk
keseluruhan garis/batas annulus,
pars tensa, dan pars flaccida.
Processus malleus panjang yang
dilihat melalui membran tympani
seperti garis keputihan mulai dari
process malleus pendek sampai ke
umbo. Pada orang-orang yang alergi
akan tampak ada vaskularisasi

15
sepanjang processus panjang,
walaupun vaskularisasi ini bisa
merupakan petunjuk awal adanya
otitis media. Warna membran
tympani yang normal adalah
transparan, opaque (tak tembus
cahaya/buram), atau berwarna abu-
abu seperti mutiara. Bentuk normal
membran tympani adalah sedikit
cekung. Bentk ini mengijinkan
bagian pars tensa membran dapat
bergerak dengan lembut saat diuji
dengan tiupan udara dari alat
pneumatic pada otoscope.
Menurut Agustina & Kuntoadi
(2021) Indra keseimbangan terletak
didalam telinga. Secara struktural
terletak dengan indera pendengara,
yaitu bagian belakang telinga dalam
yang membentuk struktur utrikulus
dan sakulus serta kanalis
semirkularis. Keseimbangan dibagi
menjadi :
Kesimbangan statis. Merupakan
keseimbangan yang berhubungan
dengan orientasi letak kepala
(badan) terhadap gaya gravitasi
bumi. Keseimbangan statis ini yang
berperan adalah sakulus dan
utrikulus (pada kanalis semi
sirkularis). Apabila kepala miring

16
salah satu arah, otolith yang berat
akan tertarik ke bawah yang
kemudian merangsang sel-sel
rambut. Impuls keseimbangan ini
kemudian dijalarkan melalui bagian
vestibularis dari syaraf ke VIII.
Ketiga canalis semisircunalis ini
letaknya saling tegak lurus maka
gerakan kepala ke segala arah dapat
terkontrol oleh alat keseimbangan.
Keseimbangan dinamis. Suatu
upaya pertahanan keseimbangan
tubuh terhadap gerakan-gerakan
dari berbagai arah, seperti berputar,
percepatan, jatuh dan lain
sebagainya. Bila kepal bergerak ke
segala arah, maka cairan di dalam
canalis semi sirkularis akan
bergerak ke arah kebalikannya,
sehingga akan menekekukan
cupula. Karena hal tersebut maka
sel-sel rambut terangsang dan
timbul rangsangan menuju saraf ke
VIII. Ketiga canalis semi sircularis
ini letaknya saling tegak lurus maka
gerakan kepala ke segala arah dapat
di kontrol oleh alat keseimbangan.
c. Alat yang Digunakan : Tidak ada alat yang digunakan.
1.1 Praktikan disuruh untuk berdiri
d. Jalannya Percobaan : tegak dengan kepala menghadap
kedepan,

17
1.2 Lalu, praktikan harus berjalan
lurus dengan cepat dari asisten
laboratorium 1 ke asisten
laboratorium 2,
1.3 Selanjutnya, praktikan berputar
untuk berjalan dengan kepala
menghadap kesamping kiri atau
menengok kiri,
1.4 setelah menengok ke arah kiri,
maka praktikan harus berjalan lurus
dengan kepala menghadap ke
kanan.
1.5 Jika sudah semua percobaan di
lakukan, maka praktikan harus
merasakan apakah praktikan pusing
atau saat berjalan kehilangan
keseimbangan.
Saat jalan biasa atau posisi kepala
lurus kedepan, praktikan akan tidak
merasa pusing dan sedikit oleng
karena keseimbangan dari praktikan
terjaga. Sedangkan saat berjalan
e. Hasil Percobaan :
dengan posisi kepala menengok ke
kanan atau ke kiri, maka praktikan
akan merasa sedikit pusing dan
berjalan dengan miring (kehilangan
keseimbangan).
Berdasarkan percobaan indera
pendengaran untuk menentukan
f. Kesimpulan :
keseimbangan tubuh praktikan,
dapat disimpulkan bahwa indera

18
pendengaran memainkan peran
penting dalam menjaga
keseimbangan tubuh. Percobaan ini
menunjukkan bahwa dengan
mengubah posisi atau memanipulasi
stimulus pendengaran, seperti
melalui suara atau getaran yang
dihasilkan, praktikan dapat
mengalami perubahan dalam
persepsi keseimbangan tubuh
mereka. Misalnya, ketika suara atau
getaran yang dihasilkan diarahkan
ke satu sisi telinga, praktikan dapat
merasakan pergeseran atau
ketidakseimbangan dalam posisi
tubuh mereka.
Kesimpulan ini menunjukkan
bahwa indera pendengaran berperan
dalam memberikan informasi
kepada otak tentang posisi tubuh
dan orientasi spasial. Dalam hal ini,
perubahan dalam stimulus
pendengaran mempengaruhi sistem
vestibular di telinga dalam
mendeteksi perubahan posisi tubuh,
yang pada gilirannya
mempengaruhi persepsi
keseimbangan. Namun, penting
untuk diingat bahwa keseimbangan
tubuh dipengaruhi oleh sejumlah
faktor lainnya, termasuk sistem

19
vestibular, penglihatan, dan
propriosepsi (sensasi posisi dan
gerakan tubuh). Oleh karena itu,
percobaan indera pendengaran ini
memberikan pemahaman awal
tentang kontribusi indera
pendengaran dalam keseimbangan
tubuh, tetapi tidak melibatkan
aspek-aspek lain dari sistem
keseimbangan yang mungkin
berperan juga.

Dalam kesimpulannya, percobaan


indera pendengaran untuk
menentukan keseimbangan tubuh
praktikan menunjukkan bahwa
indera pendengaran berperan dalam
memberikan informasi penting
kepada otak tentang posisi tubuh
dan orientasi spasial. Penelitian
lebih lanjut dan eksperimen yang
lebih mendalam mungkin
diperlukan untuk memahami secara
lebih lengkap dan menyeluruh
tentang interaksi antara indera
pendengaran dan sistem
keseimbangan tubuh manusia.
 Aryulina, D., Manaf, S.,
Endang., Winarni., & Muslim, C.
g. Daftar Pustaka : (2006). Biologi SMA dan MA
untuk Kelas XI edisi 2. Jakarta :
Esis Erlangga.

20
 Agustina, D. K., Apriyanti, E.,
Kuntoadi, G. B., Pora, Y. D.,
Nua, E. N. (2021). Teori Anatomi
Tubuh. Aceh: Penerbit Zaini.

 Hastuti, A. P. (2023). Berpikir


kritis dalam keperawatan. Jawa
Tengah: Lakeisha.

21
4. Percobaan : Indera Pendengaran
Nama Percobaan : Ketajaman Pendengaran
Nama Subjek Percobaan : Keiza Hapsari Listyaningrum
Laboratorium Psikologi Faal
Tempat Percobaan :
(Kampus D 333-334 )
Untuk memeriksa ketajaman
a. Tujuan Percobaan :
pendengaran seseorang.
Menurut Budiarti (2023), Koklea
disebut juga sebagai rumah siput
dikarenakan bentuknya yang spiral
seperti siput. Koklea berfungsi
mengubah getaran gelombang bunyi
menjadi persepsi bunyi. Koklea
manusia pada umumnya memiliki
ukuran tinggi 5 mm dan ukuran
lebar 9 mm. Di dalam koklea
terdapat tiga ruang yang berisi
cairan limfe. Ketiga ruang koklea
tersebut adalah skala vestibula,
b. Dasar Teori :
skala media, dan skala timpani.
Skala vestibuli dan skala timpani
berisi cairan perilimfe. Sementara it,
skala media berisi cairan endolimfe.
Skala vestibuli terhubung dengan
skala timpani melalui lubang kecil
yang disebut helikotrema. Membran
reissner merupakan membran yang
terdapat di antara skala vestibula
dan skala media. Sementara it,
membran basiler merupakan
membran yang terletak di antara

22
skala media dan skala timpani,
ruang koklea ini adalah tempat
terakumulasinya cairan koklea,
sehingga bagian ini berfungsi
sebagai penampung cairan koklea.
Menurut Hasan (2010) Pemeriksaan
saraf koklearis meliputi
pemeriksaan ketajaman
pendengaran. Secara kasar
pemeriksaan dapat dilakukan
dengan menggesekan jari ke telinga
pasien. Apabila pasie mendengar
gesekan jari pemeriksa, maka dapat
diasumsikan bahwa fungsi
pendengaran cukup baik. Secara
lebih spesifik, pemeriksaan
pendengaran dapat dilakukan
dengan tes Rinne, Weber, dan tes
Audiometri.
Menurut Wade & Tavris (2007),
Gelombang suara bergerak melalui
telinga bagian luar dan masuk ke
dalam sebuah kanal sepanjang 1 inci
untuk kemudian menyentuh
membran berbentuk oval yang di
sebut sebagai gendang telinga.
Gendang telinga sangat peka hingga
dapat merespons gerakan sebuah
molekul tunggal. Gelmbang suara
menyebabkan gendang telinga
bergetar dengan frekuensi dan

23
amplitudo yang sama dengan
gelombang itu sendiri.
Organ pendengaran yang
sesungguhnya, yaitu Organ Korti
adalah sebuah bilik yang terletak di
dalam koklea yakni sebuah struktur
dalam telinga yang berbentuk
seperti rumah siput. Organ kortu
mengandung semua sel reseptor
penting, yang berbentk seperti bulu
sikat dan biasa disebut sebagai sel-
sel rambut atau cilia. Ketika ada
banyak frekuensi gelombang suara
yang hadir tetapi tidak harmonis,
kita akan mendengar noise. Ketika
semua frekuensi dari spektrum suara
muncul, muncul suara noise yang
berdesis yang dikenal sebagai white
noise. Sama seperti cahaya ptih
yang terdiri dari semua panjang
gelombang yang dapat dilihat
spektrum warna.
Menurut Paulsen, Bockers &
Waschke (2017) Organ pendengaran
yang terletak di dalam telinga dalam
(organum vestibulocochleare)
mengubah nada dan bunyi, yakni
sebagai informasi mekanik yang
ditangkap telinga luar, diteruskan
dan diperkuat oleh telinga tengah,
menjadi impuls listrik yang

24
selanjutnya diteruskan ke otak.
Selain itu, didalam telinga dalam
terletak reseptor khusu untuk
penentuan gerak dan posisi dalam
ruang (organ keseimbangan).
Stopwatch dan Meteran Baju (dalam
c. Alat yang Digunakan :
ukuran CM).
1.1 Dekatkan stopwatch di depan
lubang telinga dari praktikan,
1.2 Setelah detik stopwatch sudah
berjalan, perlahan jauhkan
stopwatch dari telinga praktikan
d. Jalannya Percobaan : hingga praktikan sudah tidak dapat
mendengar dari deti stopwatch itu.
1.3 Saat praktikan mengatakan
“Stop”, hitunglah jarak dari
stopwatch ke telinga praktikan
menggunakan meteran.
Hasil jarak dari 2 kali percobaan
yang saya lakukan adalah saat saya
mendengar detik stopwatch dengan
telinga sebelah kiri jarak yang saya
e. Hasil Percobaan : dapatkan sekitar 29 Cm, sedangkan
jarak untuk telinga sebelah kanan
saya adalah cukup berbeda jauh dari
telinga kiri saya yaitu dengan jarak
sekitar 42 Cm.
Berdasarkan percobaan Ketajaman
Pendengaran menggunakan
f. Kesimpulan :
stopwatch, dapat disimpulkan
bahwa stopwatch dapat digunakan

25
sebagai alat yang sederhana namun
efektif untuk mengukur ketajaman
pendengaran seseorang. Percobaan
ini melibatkan pengukuran waktu
yang dibutuhkan oleh seseorang
untuk mendengar dan merespons
suara yang dihasilkan dari jarak
tertentu. Dengan menggunakan
stopwatch, waktu respons dapat
dicatat dengan akurasi yang baik.

Kesimpulan ini menunjukkan


bahwa stopwatch dapat memberikan
metode pengukuran yang konsisten
dan objektif untuk mengukur
ketajaman pendengaran. Hal ini
memungkinkan peneliti atau
profesional kesehatan untuk
mengumpulkan data yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi
tingkat pendengaran seseorang.

Namun, penting untuk diingat


bahwa percobaan Ketajaman
Pendengaran menggunakan
stopwatch ini merupakan metode
yang sederhana dan mungkin tidak
mencakup semua aspek dan
kompleksitas ketajaman
pendengaran. Terdapat faktor-faktor
lain seperti frekuensi suara,

26
intensitas suara, dan sensitivitas
pendengaran individu yang dapat
memengaruhi hasil
pengukuran.Dalam kesimpulannya,
percobaan Ketajaman Pendengaran
menggunakan stopwatch
menunjukkan bahwa stopwatch
dapat digunakan sebagai alat yang
sederhana dan efektif untuk
mengukur ketajaman pendengaran.
Namun, penting untuk dilakukan
penelitian lebih lanjut dan
menggunakan metode lain untuk
mendapatkan gambaran yang lebih
komprehensif tentang kemampuan
pendengaran individu.
 Budiarti, I. S. (2023) Seri
Pancaindra Telinga. Indonesia:
Bumi Aksara.

 Hasan, R. Y., Maulana, A. J.,


Mulyadi, S., & Saputra, A.
(2010) Ilmu Bedah Saraf
Satyanegara edisi IV. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.

g. Daftar Pustaka :  Wade, C. & Tavris, C. (2007)


Psikologi edisi Kesembilan
jilid 1. Indonesia: Erlangga.

 Waschke, J., Paulsen, F., &


Bockers, T. M. (2017) Sobotta
Textbook of Anatomy - Bahasa
Indonesia/Latin Edition.
Singapore: Elsevier.

27
Bukti Teori

● Percobaan 1

28
29
30
● Percobaan 2

31
32
● Percobaan 3

33
34
35
● Percobaan 4

36
37
38

Anda mungkin juga menyukai