Anda di halaman 1dari 24

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 1

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

Untuk Almamater Kami


Untuk Para Dosen kami
Untuk Senior-senior Kami
Untuk adik bimbingan kami
Untuk orang tua dan orang-orang yang kami sayangi

Disini, semoga semuanya bisa memberi arti

Asisten Fisiologi 2010 & 2011


Laboratorium Fisiologi Jur.Kedokteran FKIK Unsoed

Jalan DR.Gumbreg No.1

Asisten Fisiologi Unsoed

(belakang RSUD Margono Soekarjo)

JADWAL PRAKTIKUM FISIOLOGI


BLOK NSS - KEDOKTERAN UMUM
Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 2

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

STRUKTUR LABORATORIUM FISIOLOGI


Kepala Laboratorium :

dr. Susiana Candrawati, Sp.KO

Dosen Fisiologi

: dr. Susiana Candrawati, Sp.KO


dr. Mustofa, M.Sc
M. Nanang Himawan K, S.Pd., MSc. SpoMed.
dr. Arini Nur Famila
dr. Wiwiek Fatchurohmah

Asisten Dosen

: Partogi Andreas
Cahya Candra
Intan Puspita Hapsari
Nurvita Pranasari

Ridwan
Yahdiyani Razanah
Fitriani Nurnadziah
Rosellina

Alphamaharini
Hayin Naila
Pretty Novianisa
Khozatin Zuni F
Afika Fahmudita
Dicky Bramantyo Agung Yulius Deddy
Admin Lab.

: Ari Setyo Budhi, S.TP

FORMAT PENULISAN LAPORAN

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 3

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

1. Laporan dikumpulkan maksimal H+4 praktikum


2. Sampul mika HIJAU TUA
3. Pada halaman depan disertai tema praktikum, logo isntitusi, tahun
akademik, nama dan nim semua anggota kelompok urut dari NIM
terkecil.
4. Nama dan NIM Asisten disertakan di halaman depan.
5. Font Times New Roman Ukuran 12
6. Spasi 1,5
7. Margin 4-3-3-3
8. Align Text Justify
9. Disertai nomor halaman
10. Harus disertai sitasi
11. Referensi berdasarkan sumber terpercaya, antara lain Jurnal, Text
book, buku sumber referensi dan artikel dari situs terpercaya seperti,
who.gov.id, depkes.go.id, usu.repository.or.id.
12. Referensi terpercaya minimal 5 (LIMA).
13. Format :
BAB I PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
B. Waktu, Tanggal Praktikum
C. Tujuan Praktikum
D. Dasar Teori
E. Alat Bahan
F. Cara Kerja
BAB II ISI dan PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
C. Aplikasi Klinis
BAB III KESIMPULAN
(dalam poin, bukan narasi)
Daftar Pustaka

PRAKTIKUM INDERA

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 4

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

A. FUNGSI PENDENGARAN
Tujuan Instruksional Umum
Setelah praktikum ini mahasiswam mampu memahami pemeriksaan fungsi
pendengaran, fungsi penghidu dan keseimbangan.
Dasar Teori
Telinga terdiri dari tiga bagian : telinga luar , tengah dan dalam.
1. Bagian luar dan tengah menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga
dalam yang berisi cairan, untuk memperkuat energy suara dalam proses
tersebut.
2. Telinga dalam berisi dua system syaraf sensorik yang berbeda yaitu koklea
yang mengandung reseptor reseptor untuk mengubah gelombang suara
menjadi impuls impuls syaraf, sehingga kita dapat mendengar dan apparatus
vestibularis yang penting untuk sensasi keseimbangan.
Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari
daerah bertekanan tinggi karena kompresi ( pemampatan ) molekul molekul
udara dengan daerah daerah bertekanan rendah karena penjarangan atau
rarefaction molekul. Setiap alat yang mampu menghasilkan pola gangguan
molekul udara tersebut disebut sumber suara. Gelombang suara lebih optimal
merambat pada benda dengan partikel yang renggang, seperti udara.
Sedangkan pada partikel yang lebih rapat seperti air dan benda padat
perjalanan gelombang suara dalam media tersebut kurang efisien karena
inersia ( resistensi / hambatan terhadap perubahan ) pada cairan & benda padat
lebih besar.

Suara ditandai oleh 3 hal :


a. Nada
Ditentukan oleh frekuensi getaran
b. Intensitas / kepekaan
Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 5

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

Ditentukan oleh amplitudo gelombang suara ( perbedaan tekanan antara daerah


pemampatan yang bertekanan tinggi dengan daerah penjarangan yang
bertekanan rendah )
c. Timbre ( kualitas suara )
Ditentukan oleh nada tambahan = frekuensi tambahan yang menimpa nada
dasar.
Fisiologi Pendengaran
Energy bunyi ditangkap oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang > ke liang telinga > sampai ke
membrane timpani > bergetar

Getaran diteruskan> tulang pendengaran malleus, incus


dan stapes > menggerakan voremen ovale dan perilimfe

Getaran diteruskan ke membrane Reissner>foramen


Rotundum terdorong ke luar

Rangsang mekanik>defleksi stereosilia sel-sel


rambut > kanal ion terbuka >pelepasan ion
bermuatan listrik ke badan sel.
depolarisasi sel rambut > neurotransmitter lepas ke dalam
sinapsis >timbul potensial aksi pada saraf auditorius,> nucleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40)

Lobus temporalis

Kekurangan pendengaran ada 3 :


1. Tuli konduksi, ialah gangguan pada penghantaran dari mratus auditorius
externa ( MAE ) sampai dengan koklea
2. Tuli syaraf, ialah gangguan impuls dari koklea ke Nn.Auditorius sampai
dengan pusat

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 6

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

3. Tuli Campuran (mixed deafness) yaitu gangguan pendengaran yang merupakan


campuran kedua jenis gangguan dengar di atas, selain mengalami kelainan di
telinga bagian luar dan tengah juga mengalami gangguan pada saraf
pendengaran.
Tes pendengaran
1. Tes tutur
2. Tes garpu tala
3. Tes audiometer

Gambar 1. Garpu tala dan anatomi pendengaran


Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 7

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.


Faktor internal misalnya, yang disebabkan oleh kelainan genetik yang gejalanya
sudah ada sejak baru lahir dan proses penuaan. Sedangkan faktor eksternal dapat
diakibatkan oleh keadaan tertentu seperti mendengarkan musik keras, orang yang
bekerja di pabrik-pabrik atau pusat industri yang bising, trauma kepala, infeksi
dan obat ototoksik. Gangguan itu antara lain bisa berbentuk telinga selalu
berdengung yang disebut tinnitus
A. TES TUTUR
1. Tujuan instruksional khusus
a. melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran tes tutur
b. Menrangkan tujuan pemeriksana pendernaran dengan tes tutus serta
menyimpulkan hasil pemeriksaan tersebut.
2. Prinsip kerja
Pada tes tutur terutama dihgunakan tes berbisik, karena lebih efisien dan
praktis.

Penderita

harus

kooperatif.

Pemeriksaan

ini

bersifat

semikuantitatif, mengrtahui derajat ketulian ini tidak berupa angka.


Bahan kata kata dengan kata sponde.
3. Alat dan bahan
Ruangan panjang 6 m, sepi ( derajat kebisingan 30 db )
4. Cara kerja
a. Penderita tidak berhadapan dengan pemeriksa, tetapi menyamping
dengan telinga yang ditest ke arah pemeriksa. Hal ini supaya tidak
membaca bibir pemeriksa.
b. Telinga yang tidak di test sebaliknyua dan ditutup/ ditekan pada
tragusnya
c. Suara/ kata bisik ialah bisikan yang dikeluarkan setelah kita
melakukan ekspirasi maksimal
d. Dipakai kata bisik terdiri dari 2 suku kata yang dikenal di daerahna
dengan kata sponde. Misalnya di Jateng memakai gajah mada
phonetic balance list. Setiap kata diulang maksimal 3 kali ( ini untuk
menghindari kebingungan )
Gajah Mada Phonetic Balance
Deret ketujuh :
Suntik Batu Nyawa - Kecap - Bola - Makan - Murid - Sampah - Nenek
- Leher - Asin - Kabel - Soal - Kain - Tidur - Baik - Guru - Rumput -Diam
e. Setiap tidak mendengar, maju 1 meter
Plastik
Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 8

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

f. Kesimpulan pemeriksaan.
6 meter
normal
5-4 meter
tuli ringan
3-2 meter
tuli sedang
2-1 meter
tuli berat
5. Hasil percobaan
HASIL TEST BISIK

No
1
2
3
4
5
6
7

Jarak Tes
Dengar
6 meter
5 Meter
4 Meter
3 Meter
2 Meter
1 Meter
Detik pada jam

Tidak

Kesimpulan

tangan

B. TES GARPU TALA


1. Tujuan instruksional khusus
a. Melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran menurut cara :
1) Rinne
2) Weber
3) Schwabah
b. Menerangkan tujuan poemeriksaan pendengaran cara Rinne, weber
dan schwabach serta menyimpulkan hasil pemeriksaan tersebut.
2. Dasar teori
Garputala test

bersifat

kualitaf

artinya

dapat

mengetahui

dan

mengevaluasi tuli konduktif atau tuli syaraf. Penderita harus kooperatif.


3. Alat dan bahan
a. Ruang sunyi ( tingakat kebisingan 30 dB )
b. Penala berfrekuensi 512 Hz
4. Cara kerja

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 9

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

1) RINNE
perbandingan air conduction ( AC ) dengan bone conduction
(BC).
a. Penala digetarkan pada punggung tangan atau siku, dengan tujuan
supaya tidak terlalu keras ( meja, besi )
Frekuensi yang dipakai biasanya 512, 1024 dan 2048 Hz.
b. Tekankan ujung tangkai penala pada prosessis mastoideus salah
satu telinga OP tangan pemeriksa tidak boleh menyentuh jari jari
penala
Jenis hantaran apakah orang mendengar dengungan pada
tindakan tadi ?
JAWAB : hantaran tulang
c. Tanyakan kepada OP apakah ia mendengar bunyi penal
amendengung di telinga yang diperiksa. Bila mendengar, OP
disuruh mengacungkan jari telunjuk. Begitu tidak mendengar lagi,
jari telunjuk diturunkan.
Jenis hantaran apakah orang mendengar dengungan pada
tindakan tadi ?
JAWAB : hantaran udara
d. Apada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari prosesus
mastoideus OP dan kemudian ujung jari penala ditempatkan
sedekat dekatnya ke depan liang telingan OP. Tanyakan Apakah
OP mendengar dengungan itu.

e. Catat hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut


AC lebih lama atau sama dengan BC
( Rinne = + : Bila OP masih mendengar dengungan melalui
hantaran udara ) normal atau sensorineural hearing loss
( SNHL )
AC lebih kecil daripada BC
( Rinne = - : Bila OP tidak lagi mendengar dengungan
melalui hantaran udara ) conductive hearing loss ( CHL )
2) SCHWABACH
perbandingan BC antara penderita dan pemeriksa
a. Getarkan penala berfrekuensi 512 seperti cara diatas

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 10

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

b. Tekankan ujung tangkai penala opada prosesus mastoideus salah


sati telinga OP
c. Suruh OP mengacungkan jarinya pada saat dengungan bunyi
menghilang
d. Pada saat itu dengan segera pemeriksaan memindahkan penala
dari prosesus mastoiudeus OP ke prosesus mastoideus sendiri.
Bila dengungan penala masih dapat didengar oleh pemeriksa
maka hasil pemeriksaan ialah SCHWABACH MEMENDEK ( BC
penderita kecil / pendek BC pemeriksa SNHL )
Catatan : pada pemeriksaan menurut schwabach, telinga
pemeriksa dianggap normal.
e. Apabila dengungan penala yang telah dinyatakan berhenti oleh
OP, juga tidak terdengar oleh pemeriksa, maka hasil pemeriksaan
mungkin

SCHAWACH

NORMAL

ATAU

SCHWABACH

MEMANJANG. Untuk memastikan, dilakukan pemeriksaan


sebagai berikut :
Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula mula
ditekankan ke prosesus mastoideus pemeriksa sampai tidak
terdengar lagi dengungan
Kemudian, ujung tangkai penala seger aditekankan ke
prosesus mastoideus OP
Bila dengungan masih dapat didengar oleh OP, hasil
pemeriksaan ialan SCHWABACH MEMANJANG ( BC
penderita panjang BC pemeriksa CHL )
Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh pemeriksa,
huga tidak dapat didengar oleh OP maka hasil pemeriksaan
ialah SCHWABACH NORMAL ( BC penderita = BC
pemeriksa )
Apa tujuan peneriksaan pendengarann dengan penala di klinik?
JAWAB : untuk membedakan jenis tuli pada pasien yaitu :
a. Tuli syaraf (tuli perseptif ) / sensorineural hearing loss
(SNHL)
b. Tuli hantaran ( tuli konduktif ) / conductive hearing loss
(CHL)
3) WEBER
perbandingan kekerasan BC antara telinga kanan dan kiri.
Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 11

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

a. Getarkan penala yang berfrekuensi 512 seperti pada butir


sebelumnya
b. Tekanlah ujung penala pada dahi OP di garis median
c. Tanyakan kepada OP, apakah ia mendengar dengungan bunyi
penala sama kuat di kedua telinganya atau terjadi lateralisasi ?
Apakah yang dimaksud dengan lateralisasi ?
JAWAB : peristiwa terdengarnya dengungan penala lebih kuar
pada salah satu telinga. Bila dengungan lebih kuat terdengar di
telinga kiri, disebut terjadi lateralisasi ke kiri.
Aural dextra / telinga kanan ( AD ), aural sinistra ( AS )
AD = AS
Normal AD/AS
AD lebih keras dari AS
LATERALISASI KANAN CHL AD / SNHL AS

AD lebih kecil dari AS


LATERALISASI KIRI CHL AS / SNHL AD

5. Hasil percobaan
HASIL TEST GARPU TALA
a. RINNE
Hasil AC ; BC
AC BC
AC BC

KESIMPULAN
Normal / SNHL
..

b. WEBER
Hasil

Lateralisasi

Kesimpulan

AD> AS

+ AD

CHL AD / SNHL AS

AD . AS

..

c. SCHWABACH
Hasil
BC pm = BC pd
BC pm > BC pd
BC pm < BC pd
Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Kesimpulan
Normal

Page 12

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

B. FUNGSI PENGLIHATAN
Tujuan instruksional umum
Setelah praktikum ini mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan refraksi pada
seseorang serta mengoreksi kelainan yang ditemukan memeriksa luas lapang
pandang beberapa macam warna dengan menggunakan kampimeter serta
melakukan pemeriksaan tes buta warna.
A. Pengukuran Dan Koreksi Visus
1. Tujuan instruksional khusus
a. Menetapkan visus seseorang dengan menggunakan optotipe snellen
b. Mengetahui kelainan refraksi
c. Mengoreksi kelainan refraksi yang ditemukan
d. Memeriksan kemungkinan adanya astigmatis pada seseorang dengan
menggunakan gambar kipas lancasater regan dan keratoscop placido
2. Dasar teori
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
lapisan. Dari luar ke dalam, lapisanlapisan tersebut adalah : (1)
sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar
mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar,
sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan),
lapisan luar terdiri atas kornea transparan tempat lewatnya berkasberkas

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 13

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid yang
sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk
memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina,
yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah
lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut,
fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf. (Ilyas,
2004)
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke
retina. Semua komponenkomponen yang dilewati cahaya sebelum sampai
ke retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan
bayangan

gelap

dari

cahaya.

Kornea

dan

lensa

berguna

untuk

mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan


menyebabkan perubahan kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan
merangsang impulsimpuls syaraf ini dan menjalarkannya ke otak. (fajar,
2009)
Visus atau ketajaman penglihatan adalah kemampuan mata untuk
melihat dengan jelas dan tegas. Secara fisiologis hal ini ditentukan oleh daya
pembiasan mata. Mata normal dapat melihat secara jelas dan tegas dua garis
atau titik sebagai 2 garis atau titik dengan sudut penglihatan 1 menit. Secara
praktis sangat sulit untuk mengukur sudut penglihatan suatu mata. Tahun
1876 van snellen menciptakan cara asederhana untuk membandingkan visus
seseorang dengan visus orang normal berdasarkan sudut penglihatan 1
menit.
Jenis pemeriksaan Visus
a. Visus Optotype snelen/straub
Visus Normal 5/5, Penderita bisa membaca huruf pada optotipe pada
jarak 5 m yang se harusnya dapat dibaca oleh orang normal pada jarak 5
m.
b. Visus Hitung Jari
Penderita hanya bisa menghitung jari pada jarak 1 meter yang seharusnya
orang normal pada jarak 60 m
c. Visus Gerakan Lambaian tangan

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 14

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

Penderita HANYA bisa melihat lambaian / gerakan tangan pada jarak 1 m


yang se harusnya bisa dilihat orang normal pada jarak 300 m.
d. Visus Gelap & terang
Penderita HANYA bisa membedakan gelap dan terang. Perlu diperiksa
apakah masih dapat mem bedakan arah datangnya sinar dan membedakan
warna merah hijau

Fisiologi Penglihatan
Benda> memantulkan cahaya>masuk ke pupil> jml cahaya
diatur m.sphincter pupillae (yang mengkonstriksikan pupil
dalam keadaan cahaya terang) dan m.dilator pupillae (yang
melebarkan pupil dalam keadaan kekurangan cahaya)

Cahaya difokuskan oleh lensa bayangan jatuh di retina


(bayangan terbalik) ditangkap oleh fotoreseptor (sel batang
(berfungsi untuk penglihatan hitam putih dan sel kerucut
berfungsi untuk penglihatan warna)
Perubahan retinen struktur
fotopigmen> pengaktifan transdusin
Pengaktifan fosfodiesterase
penurunan CGMP intra sel penutupan kanal Na
Hiperpolarisasi Respon sel bipolar dan unsure sel
saraf yang lainpenjalaran impuls melalui serabut
saraf n.optikus
dihantarkan ke korteks optik di otak area
broadman 17persepsi melihat

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 15

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

Gambar 2. Nervus Penglihatan


REFRAKSI
Pembelokan berkas cahaya dari 1 medium ke medium lain yang berbeda.
Cahaya melewati 2 medium (udara dan kornea) dengan densitas berbeda
indeks bias berbeda

dibiaskan.

Kelainan pembiasan adalah suatu keadaan dimana pada mata yang


melihat jauh tak terhingga, berkas cahaya sejajar masuk ke mata, dibiaskan
tidak tepat jatuh di retina, sehingga tidak dapat melihat secara jelas. Hal ini
dapat disebabkan oleh perubahan indeks bias system lensa mata atau sumbu
mata dari lensa.

Gambar 3. Media refrakta

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 16

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

JENIS KELAINAN REFRAKSI


A. Hipermetropia
Sering disebut juga sbg: hiperopia, sinar sejajar yang masuk ke mata (tanpa
akomodasi) fokusnya jatuh di belakang retina. Keluhan yang sering
ditemukan pada pasien hipermetropia yaitu astenophia akomodatif.
Gambaran Klinis
Kornea lebih kecil dengan pendangkalan pada COA yang menyebabkan
penderita hipermetropia memilki faktor risisko untuk menderita glaucoma
sudut tertutup. Terapi pada pasien ini adalah lensa spheres positif terkuat
yang memberikan visus terbaik.
Etiologi
Aksial : sumbu bola mata terlalu pendek

Normal Dewasa : 23 24 mm

Perubahan 1 mm ~ 3 D

Dapat disebabkan oleh :

Tumor

Inflamasi / edema makula

Ablasi retina

Curvatura cornea:

Cornea plana

Mikro Cornea

Trauma

Perubahan 1 mm ~ 6 D

Indeks refraksi menurun:

Lensa pada usia tua

Penderita DM yang diterapi

B. Miopia
Sinar sejajar masuk ke mata (tanpa akomodasi) fokusnya jatuh di depan
retina. Klasifikasi myopia menurut derajatnya dibedakan menjadi :
Ringan : 1 3 D
Sedang : 4 6 D

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 17

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

Berat : > 6 D
Terapi
1. Lensa spheres negatif
2. Operatif
3. Refraktif Keratoplasti
4. Ablasi kornea
Etiologi
1.

Aksial : sumbu bola mata > panjang

2.

Curvatura : > melengkung (normal : 7-8,5 mm)

3.

Perubahan indeks refraksi pada Nukleus yang sklerosis / Katarak


insipiens

C. Astigamtisma
Sinar yang datang pada mata dibiaskan pada lebih dari satu bidang meridian
mempunyai beberapa titik fokus, Keluhan yang dirasakan pada pasien
biasanya Penglihatan menjadi Kabur, Sakit sekitar mata, dahi atau
astenopia. Terapi yang digunakan adalah koreksi dengan lensa silinder.
Etiologi astigmatisma yaitu : Curvatura, Sentrasi dan Indeks refraksi
3. Alat dan bahan
1. Optotype van snellen
2. Gambar kipas Lancaster regan
3. Sejumlah lensa sferis dan silindris dengan bermacam macam
kemampuan daya bias
4. Mistar
5. Ruangan dengan pencahayaan cukup tapi tidak menyilaukan
4. Cara kerja Visus ( ketajaman penglihatan)
1.

Probandus berdiri/duduk pada jarak 6 meter dari Optotype van snellen

2.

Tinggi mata horizontal dengan Optotype van snellen

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 18

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

3.

Mata diperiksa satu persatu,dengan memasang bingkai kacamata khusus


pada orang percobaan dan tutup mata kirinya dengan penutup hitam khusus
yang tersedia dalam kotak lensa.

4.

Periksa visus mata kanan orang percobaan dengan menyuruhnya membaca


huruf yang saudara tunjuk. Dimulai dari baris huruf yang terbesar (seluruh
huruf) sampai baris huruf yang terkecil (seluruh huruf) yang masih dapat
dibaca OP dengan lancar tanpa kesalahan.

5.

Catat visus mata kanan orang percobaan

6.

Ulangi peneriksaan ini pada mata kiri

7.

Catat hasil pemeriksaan

B. BUTA WARNA
1. Tujuan instruksional khusus
a. Mengetahui fungsi retina sebagai reseptor cahaya mempunyai kepekaan
terhadap warna tertentu
b. Dapat melakukan pemeriksaan test buta warna
2. Dasar teori
Thomas young seorang ahli fisika mengemukakan teori warna yaitu ada 3
warna dasar merah, hijau dan biru/ungu. Helmholtz seorang ahli fisiologi
mengemukakan bahwa pada retina mengandung fotokimia yang sangat peka
terhadap warna dasar tersebut. Jadi sebetulnya teori Young disebut teori
triwarna, sedang teori HelmHoltz teori tri reseptor. Dari teori YoungHelmholtz dapat disimpulkan bahwa daya untuk membedakan warna terjadi
di retina , tidak terjadi di otak. Tes untuk menentukan adanya buta warna
ada banyak cara., yang biasa dipakai sebagai tes retina untuk menentukan
buta warna atau lemh terhadap warna yaitu dengan buku pseudo
isokhromatik ishihara.

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 19

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

Fotoreseptor
Mata memfokuskan berkas cahaya dari lingkungan ke sel fotoreseptor retina
( sel batang dan sel kerucut). Fotoreseptor mengubah energi cahaya menjadi
sinyal listrik untuk disalurkan ke SSP.
Fotoreseptor terdiri dari 3 bagian :
a. Segmen luar
Mendeteksi rangsangan cahaya
b. Segmen dalam
Mengandung perangkat metabolic sel
c. Terminal sinaps
Menyalurkan sinyal dari fotoreseptor ke sel berikutnya di jalur
penglihatan.
Segmen luar dari fotoreseptor memiliki fotopigmen. Fotopigmen terdapat 4
jenis, yaitu 1 pada sel batang ( rodopsin ) dan 1 pada masing-masing 3 jenis
sel kerucut (sel kerucut merah, hijau, biru). Rodopsin menyerap semua
gelombang cahaya yang tampak sehingga tampak sebagai pandangan hitamputih. Sedangkan pada sel kerucut , ketiganya berespon secara selektif
terhadap panjang gelombang sehingga pada penglihatan terdapat warna.
Buta warna apabila pada penderita tidak memiliki satu atau lebih dari 3 jenis
sel kerucut warna.
Cahaya masuk mata stimulasi sel batang & kerucut :
a. Pada sel batang
rhodopsin dipecah menjadi scotopsin & retinal ( derivate vitamin a )
membentuk impuls elektrik ( rhodopsin disintesisi kembali secara
lambat).
b. Pada sel kerucut
menangkap / menyerap cahaya mengelompokkan menjadi 3 macam
warna ( merah , biru, hijau ) sesuai panjang gelombangnya.
Adaptasi cahaya
Terang ke gelap

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 20

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

saat terang: rhodopsin di-resintesis scr lambat ketika pindah ke ruang


gelap, mata butuh waktu u resintesis rhodopsin shg mencukupi
Gelap ke terang
saat gelap: rhodopsin di-resintesis scr cepat (penuh) ketika pindah ke
ruang terang tjd pemecahan rhodopsin scr cepat intensitas impuls
meningkat tajam otak minterpretasikan impuls sbg rasa nyeri stlh
bbrp saat berada di r.terang, rhodopsin kmbali di-resintesis scr lambat
nyeri hilang

3. Alat dan bahan


Buku pseudo isokhromatik dan ishihara
4. Cara kerja
a. Pada ruangan dengan penerangan cukup, probandus disuruh membaca
nomor atau huruf dalam gambaran - gambaran buku ishihara.
b. Tiap gambar harus dapat dibaca dalam waktu maksimal 10 detik
c. Catat hasilnya dan tentukan kelainan yang ditemukan menurut
petunjuk yang terdapat dalam buku tersebut.
d. Bila tidak ada yang buta warna, maka keadaan itu dapat distimulasi
dengan memakai kaca mata merah, hijau atau biru dengan melihat
langit selama 1 menit.
e. Kemudian segera disuruh membaca gambar gambar dalam buku
ishihara
5. Hasil percobaan
Ditemukan / tidak ditemukan kelainan ( buta warna )

D. PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG


1.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 21

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

Praktikan mampu menggunakan perimeter untuk memeriksa lapang


2.

pandang dan menginterpretasikan hasil.


DASAR TEORI
Jika terdapat lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II)
hingga

korteks

sensorik, akan

menunjukkan

gejala

gangguan

penglihatan yaitu pada lapang pandang atau medan penglihatan.


Lesi pada nervus optikus akan mengakibatkan kebutaan atau
anopsia

pada mata yang disarafinya. Hal ini disebabkan karena

penyumbatan arteri centralis retina yang mendarahi retina

tanpa

kolateral, ataupun arteri karotis interna yang akan bercabang


menjadi arteri oftalmika yang kemudian menjadi arteri centralis retina.
Kebutaan tersebut terjadi tiba-tiba dan disebut amaurosis fugax .
Lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan
penglihatan temporal yang disebut

hemianopsia

bitemporal,

sedangkan lesi pada kedua bagian lateralnya akan menimbulkan


hemianopsia binasal. Lesi pada traktus optikus akan menyebabkan
hemianopsia homonim kontralateral. Lesi pada radiasio optika
bagian medial akan menyebabkan quadroanopsia inferior homonim
kontralateral,
menyebabkan

sedangkan

lesi

quadroanopsia

pada
superior

serabut

lateralnya

homonim

akan

kontralateral

(Vaughan, 2000).

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 22

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

Gambar 4. Lintasan Impuls visual dan Gangguan Medan Penglihatan


Akibat Berbagai Lesi di Lintasan Visual
3.

4.

5.

METODE PEMERIKSAAN
Metode pemeriksaan lapang pandang yang digunakan adalah metode
pemeriksaan perimetri.
ALAT BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan adalag sebagai berikut.
a. Perimeter
b. Kapur tulis warna
c. Mistar
CARA KERJA
a. Probandus duduk rileks di depan alat perimeter dengan meletakan
dagunya pada penyangga perimeter.
b. Posisi mata sejajar pada titik pusat perimeter dengan tidak
menggerakan bola matanya ke salah satu sisi sudut.
c. Pemeriksa menelusuri garis radial pada perimeter dengan
menggunakan kapur berwarna secara miring sampai kapur tersebut
terlihat pada probandus dengan arah pandangan sejajar titik pusat
perimeter.
d. Jika probandus telah melihat kapur pemeriksa menghentikan laju
kapur.
e. Lakukan pemeriksaan tersebut setiap sudut 30 radier.
f. Hubungkan setiap titik sudut pandang penglihatan probandus pada
360 perimeter.
g. Pada titik pusat perimeter hitung panjang garisnya dengan
menggunakan mistar.
h. Hitung sudut penglihatan probandus dengan rumus.

DAPUS
Guyton, A.C. dan John E.H. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC.hal. 61-63.
Marieb, E N dan Hoehn K. 2007. Human anatomy and physiology ed. 7. Bejamin
cummings: USA
Sherwood,Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta :
EGC

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 23

Physiology Laboratory Faculty of Medicine Unsoed 2014

Vaughan, Daniel G. 2000. Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam: Oftalmologi


Umum. Jakarta: Widya Medika; 1-25.

TERIMA KASIH..
SEMOGA

SUKSES

SEMUANYA...

Semangat SELALU NSS


SAMPAI JUMPA LAGI..Viva Fisiologi

Hak Cipta Lab Fisiologi UNSOED

Page 24

Anda mungkin juga menyukai