BLOK 1.2
SISTEM NEURO-MUSKULOSKELETAL
NIM : 170610018
Kelompok : 2 (Dua)
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
SISTEM VESTIBULOKOKHLEAR
1. Prinsip Percobaan
2. Tujuan Percobaan
4. Prosedur Kerja
Cara menggetarkan garpu tala
1. Pegang bagian bawah dai garpu tala
2. Getarkan garpu tala dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu
jari atau ketukkan ke benda logam atau pada tumit sepatu.
Posisi / letak garpu tala
3. Penting : kaca mata, giwang dilepas
4. Hantaran udara (AC) : arah kedua kaki garpu tala sejajar
dengan arah liang
5. Hantaran tulang (BC) : pada prosessus mastoid, tidak boleh
menyinggung daun telinga
a. Tes Rinne
1. Tujuan : membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada satu
telinga penderita.
2. Cara kerja : kedua ujung kaki garpu tala digetarkan menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk kemudian batang garpu tala bagian bawah di
letakkan pada prosesus mastoid dibelakang daun telinga. Setelah tidak
merasakan getaran/bunyi lagi garpu tala diletakkan kira-kira 2,5 cm di
depan daun teinga tanpa menyentuh kaki garpu tala.
3. Hasil
a.Masih terdengar : rinne positif
b.Tidak terdengar : rinne Negatif
b. Tes Weber
1. Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderita
2. Cara kerja : kedua ujung kaki garpu tala digetarkan kemudiaan batang
garpu tala diletakkan di linea mediana, dahi, gigi insisivus atas, atau
dagu.
3. Hasil
a.Suara terdengar sama keras dikedua telinga (tidak ada lateralisasi)
b.Suara terdengar lebih keras disalah satu telinga (lateralisasi)
c. Tes Schwabach
1. Tujuan : membandingkan kepekaan hantaran tulang antara naracoba dan
pemeriksa yang sudah diketahui normal ketajaman pendengarannya.
2. Cara kerja : kedua ujung kaki garpu tala digetarkan dan batang garpu tala
diletakkan di prosesus mastoid pemeriksa setelah tidak ada getaran lagi
maka dipindahkan pada prosesus mastoid naracoba. Ulangi pemeriksa
dahulu baru kemudian dipindahkan ke pada narocoba. Digunakan pada
telinga kanan dan kiri naracoba.
3. Hasil
a. Masih terdengar suara : Schwabach memanjang
b. Tidak terdengar suara : Schwabach memendek atau sama dengan
pemeriksa.
5. Hasil Percobaan
PROBANDUS 1 PROBANDUS 2
Nama : Soni Pilson Nama : Fawwaz Fatahillah
Terdapat dua jenis ketulian yaitu: tuli sensorineural dan tuli konduktif. Tuli
sensorineural diakibatkan oleh gangguan di kokhlea ataupun pada saraf pendengaran.
Tuli konduktif diakibatkan oleh gangguan struktur fisik telinga yang berfungsi
menghantarkan suara ke kokhlea. Jika kokhlea dan saraf pendengaran rusak, maka
penderita tersebut akan mengalami tuli permanen.
Pertanyaan 1 : Apa makna dari tes rinne positif atau rinne negatif ?
Jika pasien masih mendengar suara setelah diletakkan di depan daun telinga
berarti pasien tersebut mengalami rinne positif yang berarti probundus tersebut normal
dan jika jika pasien tersebut tidak mendengar suara setelah garpu tala diletakkan di
depan daun telinga maka mengalami rinne negatif.
Jika pasien mendengar suara tersebut sama keras berarti pada probundus tidak
mengalami lateralisasi yang berarti normal dan jika pasien tersebut mendengar suara
tersebut lebih keras pada salah satu telinga maka ia mengalami lateralisasi dan
menderita tuli konduktif.
Pertanyan 3 : Apa makna dari tes schwabach memanjang, memendek atau sama ?
Jika pasien masih mendengar suara setelah garpu tala dari pemeriksa diletakkan
di prosesus mastoid maka ia mengalami scwabach memanjang yang artinya ia
menderita tuli konduktif. Jika pasien tidak mendengar degungan maka ia mengalami
schwabach memendek atau sama dengan pemeriksan yang artinya ia mungkin
menderita tuli sensorineural atau ia adalah normal.
1. Prinsip Percobaan
Regulasi keseimbangan melibatkan tiga komponen yaitu visual, proprioseptif
dan vestibular. Seseorang yang memiliki gangguan proprioseptif masih dapat
mempertahankan keseimbangan dengan menggunakan kemampuan sistem
vestibular dan visual.
2. Tujuan Percobaan
a. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme pengaturan keseimbangan oleh
komponen visual, proprioseptif maupun vestibular.
b. Mahasiswa melakukan uji kesimbangan untuk mengidentifikasi gangguan
fungsi salah satu atau lebih komponen pengatur keseimbangan
4. Prosedur Kerja
a. Tes Romberg
1. Tujuan : menilai fungsi proprioseptif.
2. Cara Kerja : Untuk melakukan tes romberg pasien diminta untuk berdiri
dengan kedua tungkai rapat atau saling menempel. Kemudian pasien
disuruh untuk menutup matanya. Pemeriksa harus berada di dekat pasien
untuk mengawasi bila pasien tiba – tiba terjatuh.
3. Hasil
a. Positif : tubuh akan kehilangan kesimbangan (terjatuh)
b. Negatif : tidak terjatuh
b. Tes Fukuda
1. Tujuan : menilai fungsi vestibular
2. Cara kerja
a. Pasien diminta berdiri di tengah ruangan kemudian tandai ujung kaki
pasien dengan menggunakan plester di lantai
b. Kemudian instruksikan pasien untuk merentangkan kedua tangannya
kedepan, kemudian mulai berjalan di tempat.
c. Berjalan ditempat sampai 50-100 langkah. Kemudian pasien disuruh
berhenti dan membuka matanya. Lalu letakkan plester kedua pada
ujung kaki pasien
d. Dan hitunglah besar perpindsahan sudutnya.
3. Hasil
a. Untuk tes 50 langkah : positif deviasi lebih besar sama dengan 30
derajat ke salah satu sisi
b. Untuk tes 100 langkah : negatif deviasi lebih besar sama dengan 45
derajat ke salah satu sisi
5. Hasil Percobaan
PROBANDUS 1 PROBANDUS 2
Nama : Richy Dara Perdana Nama : Annisah Istiqomah
Umur : 18 Umur : 20
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Perempuan
Tes Romberg : Positif Tes Romberg : Romberg negatif
Tes Fukuda : Negatif Tes Fukuda : Fukuda positif
Tes Tandem walking: buka mata : positif, Tes Tandem walking: buka mata : negatif, tutup
tutup mata : positif mata : negatif
Tes Finger to finger : negatif Tes Finger to finger : positif
6. Dasar Teori
Manusia mempunyai tiga mekanisme regulasi keseimbangan, yaitu visual,
(visualisasi perubahan posisi), proprioseptif ( informasi tentang posisi tubuh) dan
vestibular (informasi tentang orientasi kepala). Gangguan pada salah satu kompenen
tersebut dapat menyebabkan gangguan keseimbangan.
Apparatus vestibular adalah salah satu organ sensoris yang berfungsi untuk
mengenali sensasi keseimbangan. Apparatus ini terdiri dari kanalis semisirkularis,
sakkulus dan utrikulus.
Makula adalah organ sensoris yang berada di permukaan dari sakkulus dan
utrikulus untuk mendeteksi orientasi kepala berkenaan dengan gravitasi. Makula dari
utrikulus terletak terutama di plana horizontal permukaan bawah utrikulus, dan berperan
dalam mendeteksi orientasi kepala saat kepala berada dalam posisi tegak. Makula dari
utrikulus berada terutama di plana vertical dan memberi sinyal mengenai orientasi
kepala disaat seseorang berada dalam posisi terbaring.
Sel rambut yang berada di utrikulus dan sakulus mempunyai susunan dengan
arah yang berbeda, sehingga posisi kepala yang berbeda akan menstimulasi sel rambut
yang berbeda pula. Pola stimulasi inilah yang akan diteruskan ke otak dan
mempersepsikan mengenai posisi kepala terhadap arah gravitasi.
Tes Romberg ini biasanya dilakukan oleh dokter umum/spesialis saraf untuk
menentukan apakah ada masalah di telinga dalam/system keseimbangan tubuh. Tes ini
dinyatakan positif jika paisen yang disuruh untuk berdiri dengan kaki rapat sambil
menutup matanya dan ia kehilangan keseimbangan atau terjatuh dan akan negative jika
sebaliknya dan jika pasien yang disuruh untuk berdiri dengan kaki rapat terjatuh
meskipun dengan mata terbuka maka ia mengalami gangguan pada cerebellum.
Pada naracoba Richy Dara Perdana didapatkan hasil positif, sementara pada
Annisa Istiqomah (saya sendiri) didapatkan hasil negative karena pada detik ke-30 tidak
terjatuh walaupun hampir kehilangan keseimbangan, kemungkinan akan terjatuh jika
waktunya dilanjutkan.
Pertanyaan 4: apa makna dari tes finger to nose positif dan negatif ?
Apabila pasien diminta duduk dalam posisi duduk atau berdiri dengan tangan
abduksi 90° di sendi bahu dan siku fleksi 90°, kemudian pemeriksa menempatkan jari
telunjuknya di berbagai posisi di depan pasien dengan jarak yang membutuhkan
ekstensi tangan pasien untuk menjangkaunya, dan pasien diminta untuk menyentuh jari
telunjuk pemeriksa dengan jari telunjuknya, selanjutnya menyentuhkan jari telunjuk ke
hidungnya sendiri. Di ulangi beberapa kali dengan perpindahan jari pemeriksa untuk
tangan sisi sebelahnya dan dengan mata tertutup. Jika pasien menunjuk dengan gugup,
melewati target atau dengan geraka yang tidak terkoordinasi maka ia mengalami
gangguan pada cerebellum yang berarti hasilnya positif, apabila pasien dapat menunjuk
dengan baik maka ia cerebellum nya baik-baik saja yang berarti hasilnya negatif.
Pada naracoba Annisa Istiqomah (saya sendiri) hasilnya positif karena saya
menunjuk jari penguji yang berada di depan saya dengan ragu-ragu dikarenakan
pergantian dari membuka mata kemudian menutup mata.
Jadi, pada kedua naracoba didaptkan hasil ada masing-masing tes ada yang
positif dan ada yang negative, berarti ada yang mengalami gangguan pada system
keseimbangannya sesuai dengan fungsi yang telah diujikan dan sesuai dengan hasil
positif dan negative yang menyatakan bahwa terdapatnya gangguan pada system
keseimbangan. Namun, pengujian yang dilakukan tidak terlepas dari factor luar yang
adanya kemungkinan pada saat pengujian dan megurangi kevalidan data, karena
naracobanya saya sendiri, saya menduga factor yang datang dari diri sendiri yang tidak
sarapan pagi sehingga merasakan agak pusing setelah melakukan tes, merasa gerogi saat
pengujian karena diuji oleh teman sendiri dan disaksikan oleh teman yang lain dan
factor dari luar seperti tempat yang kurang luas, karena pada saat yang sama dilakukan
dua pengujian dengan pembagian kelompok menjadi dua kelompok.