Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BLOK 1.2

SISTEM NEURO-MUSKULOSKELETAL

PEMERIKSAAN PENDENGARAN MENGGUNAKAN GARPU TALA (PENALA) DAN


PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN

Hari/ Tanggal Praktikum : Senin, 20 November 2017

Nama : Cut winda agustia

NIM : 170610046

Kelompok : 4 (Empat)

Dosen Pembimbing : dr.Cut Sidrah Nadira, M.Sc

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS NEGERI MALIKUSSALEH

TA. 2017/2018
SISTEM VESTIBULOKOKHLEAR

PRAKTIKUM 1 UJI PENDENGARAN MENGGUNAKAN GARPU TALA

(PENALA)

1. Prinsip Percobaan

Kokhlea tertanam di dalam cavitas tulang di tulang temporal, getaran pada

seluruh tuang tengkorak dapat menyebabkan getaran pada cairan kokhlea.

2. Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui jenis ketulian

3. Alat dan Bahan

- Garpu tala 112 Hz- 870 Hz

4. Prosedur Kerja

a. Cara menggetarkan garpu tala

- Pegang bagian bawah dai garpu tala

- Getarkan garpu tala dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu

jari atau ketukkan ke benda logam atau pada tumit sepatu.

b. Posisi / letak garpu tala

- Penting : kaca mata, giwang dilepas

- Hantaran udara (AC) : arah kedua kaki garpu tala sejajar

dengan arah liang

- Hantaran tulang (BC) : pada prosessus mastoid, tidak boleh

menyinggung daun telinga

c. Tes Rinne
Tujuan : membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada

satu telinga penderita.

Cara kerja : kedua ujung kaki garpu tala digetarkan menggunakan ibu

jari dan jari telunjuk kemudian batang garpu tala bagian bawah di

letakkan pada prosesus mastoid dibelakang daun telinga. Setelah tidak

merasakan getaran/bunyi lagi garpu tala diletakkan kira-kira 2,5 cm di

depan daun teinga tanpa menyentuh kaki garpu tala.

Hasil

- Masih terdengar : rinne positif

- Tidak terdengar : rinne Negatif

d. Tes Weber

Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga

penderita

Cara kerja : kedua ujung kaki garpu tala digetarkan kemudiaan

batang garpu tala diletakkan di linea mediana, dahi, gigi insisivus atas,

atau dagu.

Hasil

- Suara terdengar sama keras dikedua telinga (tidak ada

lateralisasi)

- Suara terdengar lebih keras disalah satu telinga (lateralisasi)

e. Tes Schwabach
Tujuan : membandingkan kepekaan hantaran tulang antara naracoba

dan pemeriksa yang sudah diketahui normal ketajaman

pendengarannya.

Cara kerja : kedua ujung kaki garpu tala digetarkan dan batang garpu

tala diletakkan di prosesus mastoid pemeriksa setelah tidak ada getaran

lagi maka dipindahkan pada prosesus mastoid naracoba. Ulangi

pemeriksa dahulu baru kemudian dipindahkan ke pada narocoba.

Digunakan pada telinga kanan dan kiri naracoba.

Hasil

- Masih terdengar suara : Schwabach memanjang

- Tidak terdengar suara : Schwabach memendek atau sama

dengan pemeriksa.
5. Hasil Percobaan

Setelah melakukan pemeriksaan pendengaran menggunakan garpu tala


(penala) didapatkan dengan hasil :

PROBUNDUS 1 PROBUNDUS 2
NAMA : M. IQBAL MAULANA NAMA : MUHAMMAD ARVIN H.

UMUR : 20 UMUR : 18

JK : LAKI-LAKI JK : LAKI-LAKI

TES 1 : RINNE POSITIF TES 1 : RINNE POSITIF

TES 2 : TIDAK ADA TES 2 : TIDAK ADA

LATERALISASI LATERALISASI

TES 3 : SCHWABACH TES 3 : SCHWABACH

MEMENDEK MEMENDEK

Pada probundus pertama ketika tes rinne dan tes schwabach tidak

mengalami gangguan pendengaran pada tes weber telinga kanan probundus

tersebut mengalami lateralisasi.

Pada probundus kedua ketika melakukan tes keseimbangan rinne dan


weber tidak mengalami gangguan pendengaran namun ketika melakukan tes
schwabach ia mengalami schwabach memanjang

6. Dasar Teori
Telinga berfungsi merubah gelombang suara menjadi impuls, yang kemudian
akan dijalarkan ke pusat pendengaran di otak. Membran timpani dan tulang-
tulang pendengaran menghantarkan suara dari telinga luar melalui telinga
tengah ke kokhlea (telinga dalam) Kokhlea tertanam di dalam kavitas tulang di
tulang temporal, dan getaran pada seluruh tulang tengkorak dapat
menyebabkan getaran pada cairan kokhlea.

Terdapat dua jenis ketulian yaitu: tuli sensorineural dan tuli konduktif.
Tuli sensorineural diakibatkan oleh gangguan di kokhlea ataupun pada saraf
pendengaran. Tuli konduktif diakibatkan oleh gangguan struktur fisik telinga yang
berfungsi menghantarkan suara ke kokhlea. Jika kokhlea dan saraf pendengaran
rusak, maka penderita tersebut akan mengalami tuli permanen.

7.Analisa hasil

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada Tes
Rinne ditemukan hasil RINNE POSITIF yang berarti probundus masih
mendengar suara setelah diletakkan di depan daun telinga,dalam artian
probundus tersebut normal atau mengalami tuli sensorineural, Jika
probundus tersebut tidak mendengar suara setelah garputala di letakkan di
depan telinga maka probundus tersebut mengalami rinne negatif yang
berarti iya menderita tuli konduktif.

Pada Tes Weber pun ditemukan hasil NON LATERALISASI pada kedua
probandus yang berati tidak adanya proses pengkhususan fungsi dari dua
belah otak yang terjadi karena penyebelahan menjadi dua bagian, yakni
hemisfer kanan dan hemisfer kiri, dalam artian probandus normal
(probandus mendengar suara tersebut sama keras). sedangkan lateralisasi
berarti adanya proses pengkhususan fungsi dari dua belah otak (berarti
probandus tersebut mendengar suara lebih keras pada salah satu telinga
yang sakit)dalam artian ia mengalami tuli konduktif.

Pada tes schwabach di temukan hasil SCHWABACH MEMENDEK pada


kedua probundus yang berarti ia tidak mendengar dengungan. Sedangkan
schwabach memanjang adalah probundus masih mendengar suara setelah
garputala dari pemeriksa di letakkan di prosessus mastoid dalam artian ia
mengalami tuli konduktif.

Pertanyaan 1 : Apa makna dari tes rinne positif atau rinne negatif ?
Jika probundus masih mendengar suara setelah diletakkan di depan daun

telinga berarti probundus tersebut mengalami rinne positif yang berarti probundus

tersebut normal atau mengalami tuli sensorineural. Jika probundus tersebut tidak

mendengar suara setelag garpu tala diletakkan di depan daun telinga maka

probundus tersebut mengalami rinne negatif yang berarti ia menderita tuli

konduktif.

Pertanyaan 2 : apa makna dari tes weber: ada/tidak ada lateralisasi ?

Jika probundus mendengar suara tersebut sama keras berarti pada

probundus tidak mengalami lateralisasi maka ia normal. Jika probundus tersebut

mendengar suara tersebut lebih keras pada salah satu telinga yang sakit maka ia

mengalami lateralisasi dan menderita tuli konduktif. Jika probundus tersebut

mendengar suara lebih keras pada salah satu telinga yang sehat maka ia

mengalami lateralisasi dan menderita tuli sensorineural.

Pertanyan 3 : Apa makna dari tes schwabach memanjang, memendek

atau sama ?

Jika probundus masih mendengar suara setelah garpu tala dari


pemeriksa diletakkan di prosesus mastoid probundus maka ia mengalami
scwabach memanjang yang artinya ia menderita tuli konduktif. Jika probundus
tidak mendengar degungan maka ia mengalami schwabach memendek atau
sama denga pemeriksan yang artinya ia mungkin menderita tuli sensorineural
atau ia adalah normal.

PRAKTIKUM 2 UJI KESEIMBANGAN


1. Prinsip Percobaan

Regulasi keseimbangan melibatkan tiga komponen yaitu visual,

proprioseptif dan vestibular. Seseorang yang memiliki gangguan

proprioseptif masih dapat mempertahankan keseimbangan dengan

menggunakan kemampuan sistem vestibular dan visual.

2. Tujuan Percobaan

- Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme pengaturan keseimbangan

oleh komponen visual, proprioseptif maupun vestibular.

- Mahasiswa melakukan uji kesimbangan untuk mengidentifikasi

gangguan fungsi salah satu atau lebih komponen pengatur keseimbangan

3. Alat dan Bahan

- Plester

- Kursi atau tempat tidur periksa

4. Prosedur Kerja

a. Tes Romberg

Tujuan : menilai fungsi proprioseptif.

Cara Kerja : Untuk melakukan tes romberg pasien diminta untuk berdiri

dengan kedua tungkai rapat atau saling menempel. Kemudian pasien disuruh

untuk menutup matanya. Pemeriksa harus berada di dekat pasien untuk

mengawasi bila pasien tiba – tiba terjatuh.

Hasil

Positif : tubuh akan kehilangan kesimbangan (terjatuh)

Negatif : tidak terjatuh


b. Tes Fukuda

Tujuan : menilai fungsi vestibular

Cara kerja

- Pasien diminta berdiri di tengah ruangan kemudian tandai

ujung kaki pasien dengan menggunakan plester di lantai

- Kemudian instruksikan pasien untuk merentangkan kedua

tangannya kedepan, kemudian mulai berjalan di tempat.

- Berjalan ditempat sampai 50-100 langkah. Kemudian pasien

disuruh berhenti dan membuka matanya. Lalu letakkan plester

kedua pada ujung kaki pasien

- Dan hitunglah besar perpindsahan sudutnya.

Hasil

- Untuk tes 50 langkah : positif deviasi lebih besar sama dengan

30 derajat ke salah satu sisi

- Untuk tes 100 langkah : negatif deviasi lebih besar sama

dengan 45 derajat ke salah satu sisi

c. Tes Tandem Walking

Tujuan : Menilai fungsi Cerebellum

Cara Kerja : Pasien diminta berjalan pada satu garis lurus diatas lantai

dengan cara menempatkan tumit langsung di ujung kaki yang berlawanan baik

dengan mata terbuka maupun mata tertutup.

Hasil : Positif bila pasien kesulitan berjalan lurus .

d. Tes Finger to Nose/ Finger Nose Finger/ Finger to Finger


Tujuan : menilai fungsi cerebellum

Cara kerja

- Pasien dalam posisi duduk atau berdiri dengan tangan abduksi

90° di sendi bahu dan dan siku fleksi 90°

- Pemeriksa menempatkan jari telunjuknya di berbagai posisi di

depan pasien dengan jarak yang membutuhkan ekstensi tangan

pasien untuk menjangkaunya.

- Pasien diminta menyentuh jari telunjuk pemeriksa dengan jari

telunjuknya, selanjutnya menyentuhkan jari telunjuk ke

hidungnya sendiri.

Ulangi beberapa kali:

- dengan perpindahan posisi jari pemeriksa.

- untuk tangan sisi sebelah lainnya.

- dengan mata tertutup.

Hasil

- Positif : pasien menunjuk dengan gugup, melewati target atau

dengan gerakan yang tidak terkoordinasi.

- Negatif : pasien dapat menunjuk dengan baik.

5. Hasil dan Pembahasan


PROBUNDUS 1 PROBUNDUS 2
NAMA : M. IQBAL MAULANA NAMA : MUHAMMAD ARVIN H.

UMUR : 20 UMUR : 18

JK : LAKI-LAKI JK : LAKI-LAKI

TES 1 : ROMBERG NEGATIF TES 1 : ROMBERG NEGATIF

TES 2 : FUKUDA NEGATIF TES 2 : FUKUDA NEGATIF

TES 3 : TANDEM WALKING TES 3 : TANDEM WALKING

NEGATIF NEGATIF

TES : TEPAT SASARAN TES 4 : TEPAT SASARAN

Pada percobaan yang dilakukan kepada kedua probundus dari ke 4 tes

yang dilaksanakan kedua probundus tersebut tidak mengalami gangguan pada

keseimbangannya

6. Dasar Teori

Manusia mempunyai tiga mekanisme regulasi keseimbangan, yaitu visual,


(visualisasi perubahan posisi), proprioseptif ( informasi tentang posisi tubuh) dan
vestibular (informasi tentang orientasi kepala). Gangguan pada salah satu
kompenen tersebut dapat menyebabkan gangguan keseimbangan.

Apparatus vestibular adalah salah satu organ sensoris yang berfungsi


untuk mengenali sensasi keseimbangan. Apparatus ini terdiri dari kanalis
semisirkularis, sakkulus dan utrikulus.

Makula adalah organ sensoris yang berada di permukaan dari sakkulus


dan utrikulus untuk mendeteksi orientasi kepala berkenaan dengan gravitasi.
Makula dari utrikulus terletak terutama di plana horizontal permukaan bawah
utrikulus, dan berperan dalam mendeteksi orientasi kepala saat kepala berada
dalam posisi tegak. Makula dari utrikulus berada terutama di plana vertical dan
memberi sinyal mengenai orientasi kepala disaat seseorang berada dalam posisi
terbaring.

Duktus semisirkularis terdiri dari tiga duktus yaitu duktus semisirkularis


anterior, posterior dan lateral (horizontal). Duktus ini tersusun dalam sudut yang
tertentu antara satu dengan lainnya sehingga dapat merepresentrasi setiap
bidang dari tiga dimensi. Setiap duktus mempunyai ampula dan baik duktus
maupun ampula berisi cairan endolimf. Pada krista ampularis terdapat kupula
yang akan bergerak meliuk jika terjadi rotasi kepala. Pada kupula inilah, silia dari
sel rambut di proyeksikan. Dari sel rambut ini sinyal dikirim melalui n.vestibular
ke sistem saraf pusat.

Sel rambut yang berada di utrikulus dan sakulus mempunyai susunan


dengan arah yang berbeda, sehingga posisi kepala yang berbeda akan
menstimulasi sel rambut yang berbeda pula. Pola stimulasi inilah yang akan
diteruskan ke otak dan mempersepsikan mengenai posisi kepala terhadap arah
gravitasi. Vestibular,cerebellum,dan sistem saraf motorik retikular otak
selanjutnya akan mengeksitasi otot postural yang sesuai untuk
memepertahankan keseimbangan yang dibutuhkan.

Gambar 2 : Reseptor pada saluran setengan lingkaran, sakulus dan utrikulus

Gambar 3 : Gambar jaras vestibular


7. Analisa Hasil

Pertanyaan 1 : apa makna dari tes Romberg positif atau negatif ?

Apabila pasien disuruh untuk berdiri dengan kaki rapat sambil menutup

matanya dan ia terjatuh maka ia mengalami Romberg positif maka ia mengalami

gangguan pada proprioseptifnya tepatnya dibagian columna dorsalis dan medulla

spinalis. Jika pasien yang disuruh berdiri dengan kaki rapat dan mata tertutup

tidak terjatuh maka ia mengalami Romberg negatif. Apabila pasien yang disuruh

untuk berdiri dengan kaki rapat terjatuh meskipun dengan mata terbuka maka ia

mengalami gangguan pada cerebellum.

Pertanyaan 2 : apa makna dari tes fukuda positif ?

Apabila pasien yang diintruksikan untuk berjalan ditempat pada 50

langkah kemudiansetelah diukur mengalami perpidahan sudut lebih besar dari 30

derajat maka ia mengalami fukuda positif yang artinya ia mengalami gangguan

pada vestibular.
Pertanyaan3: bagaimana mekanisme terjadinya hasil positif pada tes

tandem walking ini ?

Apabila pasien diminta untuk berjalan di satu garis lurut dengan

menempatkan tumitnya langsung ke ujung kaki yang berlawanan dan dia jatuh

pada salah satu sisi baik sisi kanan mau sisi kiri maka ia mengalami tandem

walking positif dan terjadi gangguan pada cerebellum.

Pertanyaan 4: apa makna dari tes finger to nose positif dan negatif ?

Apabila pasien diminta duduk dalam posisi duduk atau berdiri dengan tangan

abduksi 90° di sendi bahu dan siku fleksi 90°, kemudian pemeriksa menempatkan

jari telunjuknya di berbagai posisi di depan pasien dengan jarak yang

membutuhkan ekstensi tangan pasien untuk menjangkaunya, dan pasien diminta

untuk menyentuh jari telunjuk pemeriksa dengan jari telunjuknya, selanjutnya

menyentuhkan jari telunjuk ke hidungnya sendiri. Di ulangi beberapa kali dengan

perpindahan jari pemeriksa untuk tangan sisi sebelahnya dan dengan mata

tertutup. Jika pasien menunjuk dengan gugup, melewati target atau dengan geraka

yang tidak terkoordinasi maka ia mengalami gangguan pada cerebellum (+),

apabila pasien dapat menunjuk dengan baik maka ia cerebellum nya baik-baik

saja(-).

Anda mungkin juga menyukai