Tujuan Audiologi
Audiologi adalah ilnru pcndengaran yang meliputi pula evaluasi pendengaran dan rehabilitasi in-
dividu dengan ntasalah komunikasi sehubungan dcngan gangguan pendengaran. Ada dua alasanuntuk
melakukan evaluasi: (1) untuk diagnosis lokasi dan jcnis penyakit dan (2) unruk menilai dampak
gangguan pendcngaran tcrhadap proscs bclajar, inlcraksi sosial dan pekerjaan.
Perneriksaan pendcngaran dapat urcningkatkan prcsisi dalarn rnendiagnosis lokus patologis dan
penyakit-penyakit spesifik. Pasicn-pasien dengan penyakit berbcda pada daerah yang sama (mis.,
ketulian dan sindrorn Menicrc kcduanya nrclibalkan koklearis) mclaporkan pengalaman pendengaran
yang berbeda dan akan ntentbcrikan tenluan audiometri yang berbeda pula. Dernikian juga dengan
kualitas gangguan pcndcngaran akan nrengakibalkan keterbatasan dalant keahlian yang memerlukan
perhatian, perkembangan bcrbahasa, prcsisi bicara dan efektivitas komunikasi umum sesuai dengan
derajat dan jcnis gangguan. Rcttcana-rcncana unluk mengadakan pendidikan khusus dan rehabilitasi
harus dipengaruhi dan diluntun olch hasil pcmcriksaan pendengaran dibarengi dengan variabel penting
laimya seperti intclcgensi, tnotivasi dan dukungan keluarga. Dokter terpaksa harus memeriksa keutuh-
an telinga tengah secara tidak langsung dan sanra sekali tidak dapat memeriksa koklearis dan sistem
saraf akustikus kecuali dengan rncnrpclajari cara-cara keduanya berfungsi sebagai jawaban terhadap
buny^.
Kentampuan pasien urtluk ttrcndcngar dapat clitentukan dengan berbagai cara mulai dari prosedur
infonnal hingga pcngukuran tcpat bcrstalldar tinggi yang menterlukan peralatan khusus. Dengan sema-
kin sering atau mcnjadi rulinnya pentcriksaan pcndcngaran dilakukan di ruang praktek, maka semakin
bcsar keahlian yang dapat dikenrbangkan penreriksa dalam aplikasi praktis dan penggunaarmya.
Macam-macam uji pendengaran berikut ini akan dibahas dalam bab ini: uji penala, audiometri nada
murni, audiometri bicara, uji-uji khusus dan audiometri pediatrik. Adalah penting untuk memandang
uji-uji ini sebagai suatu kumpulan dengan tujuan saling melengkapi.
Ada tiga jenis gangguan pcnclcngaran yang clapat dikcnali dengan uji pendengaran: gangguan kon-
duktif, gangguan scnsorirteuritl dan gabungan kcctuanya atau tipe canlpuran. Gangguan pendengaran
4-AUDIOLOGI 47
*laca*macam gangguan konduktif adalah akibat kelainan telinga luar atau tengah' Gangguan pcndc-
pcndcng ar an: (1 ) ko rd uktil, ngaran sensorineural timbul sekunder dari kelainan koklearis, saraI kedclapall
(2) scn sorin cu ral ft ok ha i s
dan rctrok*haris), dan
atau saluran auditorik sentral. Istilah-istilah terdahulu seperti tuli "sarafi'atau
(3) campuran tuli,,perseptif'telah dicampakkan karena apa yang disebut sebagai pcnyakit-
penyakit saraf adalah yang ditemukan atau berasal dari koklearis, senlenmra
istilah "perseptifi' mengesankan suafu dinamika psikologis. Perbedaan "koklearis" dan "retroko-
klearis" oleh beberapa ahli dianggap berguna bila uji-uji pendengaran cukup canggih. Tuli canrpur
atau kombinasi meliputi gangguan pada kedua mekanisme konduktif dan sensorineural.
Model Uji
Hantaran udara (HU) menggunakan telinga luar dan tengah untuk mengbantarkan bunyi ke ko-
klearis dan seterusnya. Hantaran ini dianggap jalan yang lazim untuk transmisi bunyi. Pada hantaran
tulapg (HT), tulang tengkorak dibuat bergetar dengan jalan menempelkan benda yang bergetar secara
periodik, misalnya garpu tala. Rangsang yang dihantarkan tulang diduga menggetarkan cairan ko-
klearis tanpa melewati telinga luar dan tengah. Bekesy (1932) memperlihatkan bahwa pola getaran
koklearis adalah sama tanpa memandang apakah bunyi dihantarkan melalui tulang ataupun udara.
Uji hantaran tulang telah dianggap sebagai suatu alat untuk mengukur integritas koklearis dan
struktur di atasnya. Pendengaran hantaran tulang yang normal jelas mengisyaralkan fungsi koklearis,
saraf dan batang otak yang normal pula. Jika komponen sensorineural (HT) normal, sedangkan seluruh
sistem (HII) terganggu (HT>HU), maka gangguan dicluga rnerupakan akibat kerusakan bagian sistem
lainnya, yaitu telinga tengah dan/atau telinga luar yang tidak terukur dengan temuan hantaran tulang
yang normal. Sebaliknya bila hantaran tulang tidak lebih peka dari hantaran udara (f{Ts HU), maka
gangguan total diduga sebagai akibat kerusakan atau perubahan pada mekanisme koklearis atau
ietrotoktearis. Akan tetapi sejumlah peneliti, dipelopori oleh Tonndorf telah menanlang kebenaran in-
terpretasi tidak adanya perbedaan udara/tulang ini. Mereka mendemonstrasikan adanya peningkatan
ambang hantaran tulang yang timbul sekunder dari gangguan-gangguan telinga tengah.
UJI PENALA
Satu perangkat penala yang mernberikan skala pendengaran dari frekuersi rendah hingga tinggi
akan memuclahkan survei kepekaan pendengaran. Perangkat yang lazim mengambil beberapa sampel
nada C dari skala musik, yaitu l?3,256,512, 1024,2048,4096 dan 8192Hz. Hz adalah singkatan dari
hertzyangmerupakan istilah konternporer {ari "siklus per detik," sebagai satuan frekuensi. Semakin
tinggi frekuensi, makin tinggi pula nadanya. Dengan membatasi survei pada frekuensi bicara, maka
frekuensi 512, 1024 dan2048 Hz biasanya memadai.
Ambang
Penala dipegang pada tangkainya, dan salah satu tangan garpu tala dipu-
Jika dilakukan dengan leliti,
p cn ala,apat me mbe rika n kul pada pertnukaan yang berpegas seperti punggung tangan atau siku. Per-
inlormasi diagnosis hatikan jangan rnemukulkan penala pada ujung meja atau benda keras lainnya
yang penting.
karena akan nrenghasilkan nada berlebihan, yang adakalanya kedengaran dari
jarak yang cukup jauh dari penala dan bahkan dapat menyebabkan perubahan
menetap pada pola getar penala. Penala dipegang di dekat telinga dan pasien diminta melaporkan saat
bunyi tidak lagi terdengar. Sesudah itu garpu dipindahkan dekat telinga pemeriksa dan dilakukan
penghitungan selang waktu antara saat bunyi tidak lagi didengar pasien dengan saat bunyi tidak lagi
didengar pemeriksa. Prosedur ini tidak saja memberikan estirnasi kasar tentang kepekaan pendengaran
relatif, tapi juga suatu pola kepekaan nada tinggi jika penala tersedia dalam berbagai frekuensi.
48 BAGIAN DUA-TELINGA
Uji Schwabach
Schwbach: masloid Uji Schwabach membandingkan hantaran tulang pasien dengan pemeriksa.
kc mastoid. Pasien diminta melaporkan saat penala bergetar yang ditempelkan pada mas-
toidnya tidak lagi dapat didengar. Pada saat itu, pemeriksa memindahkan
penala ke rnastoidnya sendiri dan rnenghitung berapa lama (dalam detik) ia masih dapat menangkap
bunyi.
Uji Schwabach dikatakan normal bila bantaran tulang pasien dan pemeriksa hampir sama. Uji
Schwabach memanjang atau meningkat bila hantaran tulang pasien lebih lama dibandingkan peme-
riksa, misalnya pada kasus gangguan pendengaran konduktif. Jika telinga pemeriksa masih dapat men-
dengar penala setelah pasien tidak lagi mendengarnya, maka dikatakan Schwabach rnernendek.
Interpretasi uji Schwabach diperlihatkan pada Tabel 4-1.
Uji Rinne
Rinrc: membandingkan Uji Rinne rnembandingkan hantaran tulang dan hantaran udara pende-
hanhran tulang dengan ngaran pasien. Tangkai penala yang bergetar ditempelkan pada mastoid
hanbran udars-
pasien (hantaran tulang) hingga bunyi tidak lagi terdengar; penala kemudian
dipindahkan ke dckat telinga sisi yang sama (hantaran udara). Telinga norrnal
masih akan mendengar penala nrclalui hantaran udara, temuan ini disebu.t Rinne positif (HU>HD.
Hasil ini dapat dijelaskan scbagai hanrbalan yang lak sepadan.
Pasien dengan gangguan pendengaran sensorineural juga akan memberi Rinne positif seandainya
sungguh-sungguh dapat rnendcrtgar bunyi penala, sebab gangguan sensorineural seharusnya mempe-
ngaruhi baik hantaran udara uraupun hanlaran tulang (HU>HT).
Istilah Rinne negatif dipakai bila pasien tidak dapat mendengar melalui hantaran udara setelah
penala tidak lagi terdengar melalui hantaran tulang (HU<HT). Interpretasi uji Rinne diringkaskan
dalam Tabel 4-2.
U.ii Weber
Uji Webcr adalah scpcrti ntcngingat kcnrbali pcngalanran yang tidak asing, yairu dapat nrende-
ngarkan suara scndiri lcbih kcras bila satu lclinga ditutup. Gagang pcnala yang bcrgctar ditenrpclkan di
tengah dahi dan pasicn dinriuta rttclaporkan apakah suara lcrdcngar di tclinga kiri, kanan atau
kcduanya.
Unrumnya pasicn nrcndcngar lrunyi pcnala pada lclinga dcngan konduksi tulang yang lcbih baik
atau dengan kourpoucn konduktif yang lcbih bcsar. Jika nada tcrdcngar pada tclinga yang dilaporkan
lebih buruk, nraka tuli konduktiIpcrlu dicurigaipada tclinga lcrscbut. Jika tcrdcngarpada tclinga yang
lcbih baik, maka dicurigai luli scnsorincural pada lclinga yang lcrganggu. Fakta bahwa pasien meng-
alami latcralisasi pcndcngaran pada lcliuga dcngan gangguan konduksi dan bukannya pada tclinga
yang lcbih baik nrungkin tcrlihat anch bagi pasicn dan kadang-kadangjuga pcnreriksa.
Uji Wcbcr sangat trcrrnlnflll pada kasus-kasus gangguan unilateral, naurun dapat rneragukan bila
tcrdapat gangguan konduktil nrilul)un scnsorincural (canrpuran), atau bila hanya menggunakan penala
frckucnsi tunggal. Klinisi harus utclakukan uji Wcbcr bcrsama uji lainnya dan tidak boleh diinterpre-
lasi sccara tcrscnd iri.
Uji Bing
Uji Bing adalah aplikasi dari apa yang discbut scbagai cfck oklusi, di mana penala terdengar Icbih
kcras bila tclinga nornral ditutup. Bila liang lclinga ditutup dan dibuka bergantian saat penala yang
bcrgclar dilcnrpclkan pada nrasloid, tuaka tclinga nornral akan rncnangkap bunyi yang mengeras dan
nrclcnrah (Bing positil). Hasil scrupir akan didapat pada'gangguan pendengaran sensorineural, namun
pada pasicn dcngan pcrubahan nrckanisnrc konduklil sepcrli pcndcrita otitis media atau otosklerosis,
tidak mcnyadari adanya pcrubahan kckerasan bunyi tcrscbut (Bing negatil).
Dengan mekanisme serupa, suatu uji Schwabach yang meningkat atau memanjang untuk teli-
nga kanan sebenarnya dapat saja merupakan respons telinga kiri dengan hantaran tulang lebih baik dari
telinga kanan. Insidens Rinne negatif palsu dan Schwabach memanjang palsu dapat dikurangi de-
ngan meminta pasien memberitahu letak gangguan pendengarannya. Juga dapat dikendalikan dengan
memasang bising pcnyamar (masking noise) pada telinga yang tidak diperiksa, misalnya dengan alat
penyamar seperti "Barany buzzer". Hal ini perlu dilakukan dengan hati-hati karena bising penyarnar
yang berintensitas tinggi tersebut dapat saja dilateralisasi melintasi tulang tengkorak dan sampai ke
tclinga yang diuji.
Karena masalah-masalah validitas dan reliabilitas ini, maka sebaiknya gunakan serangkaian uji
penala yang memberi kesempatan untuk membandingkan indikasi pengujian, daripada hanya bergan-
tung pada suatu uji saja. Hal ini juga sebagian merupakan penyebab perkembangan audiometri elektris.
Ambang
Tujuan pemeriksaan adalah urenentukan tingkat intensitas terendah dalam desibel dari tiap frekuen-
si yang masih dapat didengar, dengan kata lain anrbang pendengaran dari bunyi tersebut.
4-AUDIOLOGI 51
n
Tingkat anlbang pendengaran yang didapat dari pemeriksaan pasien
Se n ua p asi cn di ba nd i ng k a
dengan suatu kelompok dibandingkan dcngan audiometrik "nol". Audiometrik nol adalah median am-
dewasa muda dengan bang bunyi yang didapat dari suatu sampel yang sangat besar dari kelompok
pendengaran normal.
dewasa muda tanpa keluhan pcndengaran, tanpa riwayat penyakit telinga dan
tidak menderita flu akhir-akhir ini. Masing-nrasing frckuensi ntemiliki angka
nolnya sendiri, dan suatu alat kalibrasi nilai nol dirakitkan pada outptrt audiometer. Karena "nol"
merupakan nilai rala-rata dari anrbang kepekaan, maka harus tersedia intensitas yang lebih rendah
uutuk memeriksa pendcngaran yang lebih pcka. Skala yang sama tidak selalu harus digunakan. Hasil-
hasil pengujian yang sudah lama mungkin berbcda dengan hasil-hasil terakhir hanya karena standar
yang berbeda.
Intensitas audionrclcr berkisar antara -10 dB hingga 110 dB. Jika scorang pasicn memerlukan in-
tensitas sebesar 45 dB di atas inlcnsitas normal untuk menangkap bunyi tertentu, rnaka tingkat ambang
pendengarannya adalah 45 dB; jika kepekaan pasien lebih dekat ke uonual dan hanya rnemerlukan
peningkalan sebesar 20 dB di atas nonnal, nraka ambang tingkat pcndcngarannya adalah 20 dB. Jika
pendengaran pasien L0 dB lebih peka dari pendengaran rata-rata, maka tingkat ambang pcndengaran-
nya ditulis dalam nilai negatif alau -10 dB.
Persiapan Pasien
1.Pasien harus duduk sedemikian rupa sehingga ia tidak dapat melihat panel kontrol ataupun pe-
meriksanya. Sebagian pemeriksa lebih suka bila dapat ntelihat profil pasien.
2. Benda-benda yang dapat mengganggu pemasangan earpltone yang tepat atau dapat mernpe-
ngaruhi hasil pemeriksaan harus disingkirkan. Misalnya anting-anting, kacatnata, topi, wrg, per-
men karet dan kapas dalarn liang telinga. Saat ini pemeriksa sebaik-nya merneriksa apakah ada
penyernpitan liang telinga dengan cara urengamati gerakan clinding kanalis saat tnenekatt pinna
dan tragus. Perbedaan hantaran udara dan tulang hingga sebesar 15-30 dB telah dilaporkan
sebagai akibat penyempitan liang telinga. Masalah ini dapat diatasi dengan rnemegang eor-
phone di depan pinna sehingga rangsang pengujian terletak dalam suatu lapangan suara, semen-
tara telinga satunya diturup atau disamarkan menggunakan earplrcne bantal sirkurnaural. Cara
lain adalah dengan memasukkan suatu cetakan liang telinga ke dalam kanalis agar suatu jalan
udara menuju membrana timpani dapat dipertahankan.
52 BAGIAN DUA-TELINGA
FREKUENSI (Hz)
6
I
a -ro >t
7o N
\
'+
HU
€10
-s(
12.-
HT
o30 \' \
z
t
#oo
2uo
il:l:ll
HT
I
t! h
960
uJ I KJ*v" -"1
o- 70
F
Suo l-#"-T-1
o
4eo
F l'*?*il
Tc""t"h d"ri S.rb.l I
I Tanpa Respons I
trtr
110
GAMBAR 4-1. Audiogram dan kuncinya yang menrperlihatkan simbol-simbol standar. HU = hantaran udara, FIT = hantaran
tulang.
3. Instruksi harus jclas dan tepat. Pasicn perlumengetahui apa yang harus didengar dan apa yang
diharapkan scbagai jawabannya. Pasicn harus didorong unfuk memberi jawaban terhadap bunyi
terlemah yang dapat didcnganrya.
4. Lubang earpltone harus tcpat mcncntpcl pada lubang liang telinga.
Biasanya jawaban yang dinrinta adalah mengacungkan tangan atau jari atau menekan tombol yang
menghidupkan sinyal cahaya. Pasicn diinstruksikan untuk terus memberi jawaban selama ia masih
menangkap sinyal pcngujian. Tindakan ini memungkinkan peneriksa mengendalikar pola jawaban
pasien, tidak hanya dcngan nlengubah-ubah selang waktu antar rangsangan namun juga Iamanya sinlal
diberikan. Hal ini khususnya pcntingjika pasien nlcmberikan banyakjawabanpositifpalsu.
5. Setelah menentukan aurbang pendengaran untuk frekuensi pengujian awal, cantumkan simbol-
sirnbol yang sesuai pada audiogram.
6. I;rnjutkan dcngan lrekucnsi bcrikutnya dalau.r rangkaian. Mulailah nada tersebut pada tingkat
yang lcbih rcndah 15-20 dB dari arnbang frckucnsi yang diuji sebelumnya. Misalnya jika am-
bang pcndcngaran untuk frckucnsi 1000 Hz adalah 50 dB, maka mulailah frekuensi 2000 hz
pada inlcnsitas 30 alau 35 dB,
l. Tcknik ini clapat dipakai untuk mcncnlukan ambang hantaran tulang maupun udara. Pada
audion.rctri anrbang hantaran tulang, biasanya tidak terdapat frekuensi 6000 dan 8000 Hz.
Validitas
Perbandingan ambang hantaran tulang dan udara tetap nrerupakan suatu determinan penting dalam
proses pengambilan kcpulusan yang bcrkaitan dcngan pcnatalaksanaan medis atau bedah penyakit-
penyakit tclinga. Pcrbcdaan artrbang tulang dan udara discbut beda udara-tulang'
Percctantau antar lclinga adalah bcrkurangnya lntcnsitas suatu sinyal saat ditransmisi dari satu teli-
nga ke telinga lainnya. Misalnya, nada 1000 Hz dengan inleusitas 65 dB yang diperdengarkan pada
satu tclinga (re audiomclrik nol) akan mcngalarni percdantan antar telinga sebesar 55 dB sebelum
akhirnya mencapai telinga satunya scbagai sinyal 10 dB, yang hanya akan ditangkap bila koklea teli-
nga tersebut pcka tcrhadap sinyal 10 dB. Istilah pcndengaran silang (cross hearing) atau lengkung
bayangan (slmdow curve) scringkali dipakai bila pendcngar berespors terhadap uji sinyal melalui
telinga yang tidak diuji. Pendcngaran silang seringkali terjadi lcwat tulang tengkorak melalui hantaran
tulang sekalipun sinyal dibcrikan nrclalui pcncrinta hantaran udara.'
Percdaman antar tcliuga untuk sinyal yang diberikan melalui hantaran tulang dapat diabaikan.
Menempatkan vibrator tulang pada mastoid atau pada dahi akan menimbulkan getaran seluruh tulang
tengkorak. Keadaan ini mcnghasilkan stinrulasi yang sama pada kedua koklear. Tidak adanya pere-
clarnan antar tclinga yang cukup bcrnrakna pada sinyal hantarantulang seringkali rnenimbulkan masa-
lah clalam mengenali hubungan hantaran lulang dan udara yang benar pada telinga yang diuji. Misal-
nya, bila tcrdapat perbcdaan anrbang hanlaran udara antar telinga, maka secara teoretik ambang han-
taran tulang setidakuya sanra baiknya dcngan anrbang hantaran udara dari telinga yang lebih baik.
Apakah bccla udara-tulang pada lclinga yang dipcriksa merupakan beda sejati atau apakah perbedaan
itu disebabkan pcndcngaran silang olch tclinga yang lidak diuji?
Untuk mensahihkan hasil-hasil pcngukuran, nraka telinga yang tidak diuji perlu disingkirkan de-
ngan menggunakan pcuyarnar yang elcklif schingga jawaban yang didapat dari pasien dapat dihu-
bungkan dengan telinga yang diuji. Dala percdauran antar telinga dapat digunakan untuk membuat
"aturan" kapan harus ntelakukan pcnyamaran Qnosking). Pada pengujian hantaran uddra bilamana
tingkat sinyal pengujian nrclanrpaui anrbaug hantaran tulang telinga yang tidak diuji sebesar 45 dB
atau lcbih, maka harus dilakukan pcnyaurarau. Pada pengujian hantaran tulang, telinga yang tidak diuji
harus disarnarkan bilanrana terdapat bcda udara-ttrlang pada telinga yang diuji.
54 BAGIAN DUA-TELINGA
Penyamaran (Masking)
Masking adalah rnengaburkan suatu bunyi dengan menggunakan bunyi lainnya atau peninggian
ambang pendengaran suatu sinyal yang diakibatkan terdengarnya sinyal kedua. Walaupun penyantaran
yang paling efisien untuk suatu nada murni adalah nada lain yang berfrekuensi sama, nantun tcrdapat
kesulitan yang nyata dalam membedakan nada yang disamarkan dan nada yang meuyamarkan. Bising
frekuensi sempit merupakan penyamar yang paling efisien untuk nada-nada murni. Bising ini nreru-
pakan energi dalam rentang frekuensi terbatas dengan pusat yang sama dengan frekuensi nada murni
yang diuji. Cukup sulit untuk mendapatkan tingkat penyamaran yang tepat. Penyamaran yang tcrlalu
kecil berakibat masih terjadinya pendengaran pada telinga yang tidak diuji. Namun jika terlalu besar
akan menghasilkan ambang pendengaran yang salah.
Hood (1962) rnenjelaskan metode dasar penyamaran:
1. Buatlah audiogram hantaran udara dari kedua telinga dengan cara penyamaran normal,jika per-
lu, pada telinga yang tidak diuji, yaitu bila perbedaan hilangnya pendengaran antara kedua teli-
nga melampaui 50 dB.
2. Tentukan ambang hantaran tulang dengan menempelkan konduktor tulang pada mastoid telinga
yang diuji tanpa melakukan penyamaran pada telinga tidak uji.
3. I-akukan penyamaran dengan rentang frekuensi yahg sama pada telinga yang tidak diuji mema-
kai penerima yang dapat diselipkan dalam telinga dan tentukan ambang hantaran tulang.
4. Demikian lakukan prosedur "bayangan": Tingkatkan bunyi penyamar sebesar 10 dB di atas am-
bang dan ulangi penentuan ambang hantaran tulang. Bila ambang hantaran tulang meningkat 10
dB, tambahkan Iagi intensitas bunyi penyamar sebbsar 10 dB dan ulangi. I:njutkan prosedur ini
hingga mencapai titik di rnana hantaran tulang tetap konstan meskipun peningkatan bunyi pe-
nyamar masih berlanjut. Titik ini adalah titik "perubahan" yang rnemberikan ambang hantaran
tulang sejati dari telinga yang diuji.
Karena sinyal-sinyal penyamar juga mengikuti aturan peredaman antar telinga seperti juga rang-
sang hantaran udara yang dihadirkan lewat tipe transduser yang sama, maka penyamaran berlebihan
dapat terjadi jika tingkat penyamar melampaui ambang hantaran tulang sebesar 45 dB atau lebih. Hu-
bungan linear seperti yang dijelaskan sebelumnya akan kembali terbukti bila terjadi penyamaran ber-
lebihan. Metode "plateau" yang dijelaskan di sini diilustrasikan dalam grafik pada Gambar 4-2.
Sinyal-sinyal bicara juga mengikuti "aturan" peredaman antar telinga dan pendengaran silang yang
sama seperti sinyal-sinyal nada murni. Maka kriteria yang sama dalam menentukan saat melakukan
penyamaran pada uji nada murni, dapat diterapkan pada audiometri bicara; yaitu bila tingkat sinyal
melampaui ambang pendengaran hantaran tulang dari telinga yang tidak diuji sebesar 45 dB, penya-
maran sebaiknya digunakan. Pemeriksa harus memberi perhatian khusus terhadap hubungan ini saat
melakukan uji diskriminasi bicara, karena kata-kata dalam uji tersebut diberikan pada tingkat di atas
ambang.
o
!
Kendati lebih disukai bising dalam rentang frekuensi yang sempit untuk menyamarkan nada-nada
murni, frekuensi ini amat terbalas untuk menyamarkan spekrum bicara yang luas. Untuk itu penyamar
yang dipilih dapat berupa bising putih atau bising bicara yaitu keadaan bising putih yang mengalami
penyaringan sehingga spektrum frekuensinya menyerupa i frekuensi bicara.
Tanpa memandang bising apa yang digunakan, perlu dipastikan tingkat penyamaran efektif dari
audiometer yang dipakai. Hal ini dapat dilakukan dengan mengambil llal^-rata tingkat efektif pada
frekuensi 500, 1000 dan 2000 Hz alau melalui pengukuran sekelompok individu dengan pendengaran
normal. Bising dan pembicaraan dapat dipadukan pada satu earphone, dan ambang pendengaran bicara
ditentukan menggunakan bebenpa tingkat kebisingan. Cara ini memberitahu pemeriksa angka petun-
juk yang diperlukan untuk mendapat pergeseran ambang pendengaran pada telinga yang disamarkan.
Interpretasi Klasik
gra m d a n
Audiogram dapat diinterpretasikan sesuai dengan derajat ketulian, pola
I nte rpr cta s i a udio
beda udardtulang. da n konfi gura si ketu lia n, serta hubu nga n ha nta ra n tula ng-udara.
Tuli konduktif "murni" dapat memperlihatkan derajat gangguan
hingga
mencapai tingkat pendengaran 70 dB. Gangguan di atas tingkat pendengaran 70 dB selalu mengan-
dung komponen sensorineural. Tuli sensorineural dapat bervariasi dari sangat ringan hingga sangat
berat.
Sejauh ini peranan interpretasi audiogram yang terpenting adalah pada hubungan antara ambang
hantaran udara dan hantaran tulang, yaitu ada tidaknya beda udara-tulang. Secara garis besar hubungan
ini dapat dijetaskan sebagai berikut:
L. Bila ambang hantaran tulang lebih baik (lebih peka) dari ambang hantaran udara sebesar 10 dB
atau lebih dan nortnal, maka ruli bersifat konduktif (Gbr. zf-3).
2. Bila ambang hantaran tulang sama dengan ambang hantaran udara dan keduanya tidak normal,
maka tuli benifat sensorineural (Gbr' 4-4).
3. Bila ambang hantaran tulang berkurang namun masih lebih baik dari ambang hantaran udara
sebesar 10 dB atau lebih, maka tuli benifat campuran atau kombinasi (Gbr. zt-5).
dala.m mekanisme pengubah hantaran teli-
Bila terdapat beda udara/tulang artinya ada perubahan
nga luar dan tengah. Tidak adanya beda udara-tulang dipandang sebagai petunjuk keterlibahn sen-
sorineural. Akan tetapi "takik Carhart" pada otosklerosis dikenal sebagai suatu peninggi ambang
hantaran tulang melalui suatu patologi telinga lengah, dan ahli lainnya memandang hilangnya pende-
ngaran frekuensi tinggi pada hantaran tulang adalah akibat sekunder otitis media. Karenanya harus
berhati-hati dalam melakukan interpretasi tidak adanya beda udara/tulang.
Contoh-contoh audiogran yang khas diperlihatkan pada halaman 63-65.
Timpanometri
Audiometri hambatan telah dianggap sernakin penting artinya dalam rangkaian pemeriksaan audio-
logi. Timpanometri merupakan alat pengukur tak langsung dari kelenturan (gerakan) membrana tim-
pani dan sistem osikular dalam berbagai kondisi tekanan positif, normal atau negatif. Energi akustik
tinggi dihantarkan pada telinga rnelalui suatu tabung bersumbat; sebagian diabsorpsi dan sisanya
dipantulkan kembali ke kanalis dan dikumpulkan oleh saluran kedua dari labung tenebut. Satu alat
'pengukur pada telinga normal memperlihatkan bahwa besar energi yang dipantulkan tersebut lebih
56 BAGIAN DUA_TI]I-INGA
FREKUENSI (HZ)
9,o
a^
Zw
o10
E ro GANIBAII 4-3. Ambang hantaran tulang normal dan anrbang
3--
<3() hantaran udara yang berkurang (beda udara-tulang) khas unluk
o gangguan pendengaran kond ukti f.
cr
6uo
z
lrl
o 60
ztil 70
(!
kBo
Y
O on
z'"
tr 1()o
DISKR. KATA%
't25 5c)0 1000 2c)c)c) 4()c)0
6'
T -10
tt)
zg o
(D
! 10
I 20
o 30
z
40
tr
o 50
z
tlj GAMBAR 4-5. Ambang hantaran tulang dan
60 udara
o --\1
zt!
(L 70
)- keduanya berkurang tidak sanra besar dengan retcnsi bcda
udara{ulang, khas untuk gangguan pendengaran campuran
F atau kombinasi.
g BO
o 90
2
tr
100
110
kccil {ari cncrgi iu-sidcn. Scbaliknya bila lclinga tcrisi cairan, atau bila gendang telinga menebal, atau
sistcn.r osikular ntcnjadi kaku, nraka encrgi yang dipantulkan akan lcbih besar dari tclinga nonnal.
Dcngan dcntikian junrlah cncrgi ynng dipanlulkan nrakin sclara dcngan encrgi insidcn. Hubungan ini
digunakan sctngai saralla pcllgukur heletrturatt.
Tinrpanograrn aclalah suatu l)cnvajian bcrbcnluk gralik dari kclcnluran rclalif sistcn.r tintpano-
osikular sculcnlitrit tckanlr n udara liang lclinga diubah-ubah. Kclcnturatt nlaksinlal dipcroich pada
tckanan udara norrrral, dan bcrkulitng jika lckitunu udara ditingkalkan alau dilurunkan. Individu dcngan
pcnclcngaran nornral alau clcuglu glllggu:ln scnsorincural akatt t'ttcutpcrlihalkan sislcm tilnpano-osiku-
lar yang uornral.
scbagai tlcrikut:
Tipe A (l'inrpanogrant Nontral). Kclculurln ttraksjrttal lcrjadi pada alau dckat tckanan udara
sckitar, rtrcntbcri kcsalt lck:tttit tt udara lclirlga li:rtgah yattg trornral.
f ipe A5. Kclcnturirn nraksinr;rl tcrjldi pada alau dckat lckanan udara sckilar, tapi kclenluran lcbih
rcnclah claripada tiltc A. Fiksasi atlu kckitkuatt sis{cttt osikularscringkali dihubungkan de ngan tipc AS.
't'ipe Ao. Kclrrnturan utaksirrrun.r yaug saugll tinggi tcrjadi ltada lckanan udara sckitar, dcngan pc-
uingkatan kclcnlunrn yinlg aulitl ('el)irt siral tckanln diturunkart ntcucaltai lck:ruan udara sckilar nornral.
Tipc An tlikaitkan dcngun diskontinuitls sistcrtt osikularalau suitlu ntcntbratta tiltrpani tttonomcrik.
f ipe Il. Tintplrnogranr rclllil'"dutlr" aluu "bcrbcrtluk kullah" nrcrnpcrlihalkan scdikit pcrubahan
<Jalalr kualitas pcurautul sislcnr liurpirno-osikular dcngatt pcrultahan tckauau udara dalanl liang tclinga.
Tinrpanogranr tipe B dilnrbungkan dcugart cairan dllartt lclinga tcngah, gcndang lclinga yang nrcncbal
alau sunrbalau scrulucll. Ciri hanrbirtan sislcur linrparto-osikular didorninasi olch sifat tak dapat dipa-
datkal {ari kclainlrn yirng ada. Scdikit pcnrbithan lckattart hanya kccil pcngaruhnya.
Tipe C. Kclcnturan nraksirnal tcrjrdi pada tckauan ekivalcn ncgatil'lcbih dari 100 nrm H2O pada
liang lclinga. Pcurcriksaan otosk()p biasanya ntcurpe rlihalkart rctraksi ntcntbrana linrpani dan mungkin
juga cairan dalartt ltrlingtr te ngalt.
Sualu tinrpanognrrn bcrbcnluk llurul'W difrubungkan derngatr parut alrofik pada nlcnrbrana tinrpani
alau clapat pula suatu irdhcsi lclinga lr:ngah, llalnult biasanya ntcntbuluhkan nada dcngan frckucnsi
yang lcbih tinggi scbclu rtt diillllt d idcttto ttstrasiklt tt.
-200 () + 2OO
TEKANAN mm H2O
58 BAGIAN DUA-TELINGA
Immitansi Akustik
Pengukuran irnnritansi akustik tclah bcrkembang dcngan teknologi yang tepat untuk mengukur
kemudahan encrgi akustik nrcnrasuki tclinga. Sebagai pelengkap atau pengganti pola A, AS, AD, B dan
C, immitarui akustik mcnjclaskan dan nrenghilung parametcr fisik dari pola-pola tersebut. Parameter
tersebut antara lain: (1) aduritansi statis atau tinggi puncak tinrpanograrn; (2) ek-uivalen volume kanalis
atau adn-ritansi akustik dcngan tckanan liang telinga scbcsar +200 dekapascal; (3) tekanan puncak tim-
panometrik (TPT) atau tckanan di nrana didapat adlrilansi rnaksimunr; dan (4) gradien (GR) atau lebar
tirnpanonretrik di nrana tcrjadi pcnguraugan adnrilansi maksimurn sebesar 50%. Apakah immitansi ini
memperkenalkan dasar-dasar baru atau ntcrupakan ungkapan yang lebih tepat dari grafik Jergerlliden
masih diperdcbatkan. Namun dcmikian, pcntisahan ukuran yang lcbih tegas dapat berkorelasi dengan
gangguan-gangguan telinga. Kcuntungan dari suatu tipe tirnpanograrn (A, dll.) adalah deskripsinya
yang lebih luas dan mudah dikonrunikasikan antar profcsional. Pararneter admitansi berpotensi untuk
diferensiasi yang lebih besar dcugan suatu profil yang tcrdiri dari tiga atau enpat parameter dan tidak
hanya ukuran tunggal.
Tabcl 4-3 rnempcrlihalkan rata-rata dan rcntang 9070 unnk ke-4 parameter admitansi yang didapat
oleh Margolis dan Hcllcr (1987) nrcnrakai Microtyurp Wellch Allyn untuk anak dan dewasa. Parame-
ter tenebut adalah admitansi puncak untuk 226 Hz (Puncak Ya), ekuivalcn volume liang telinga (+200
Vec), tekanan puncak tinrpanourctrik (TPT) dan gradicn tinrpanornctrik (GR).
Arah pcngujian iutnrilarlsi di rnasa dalang akan mengupas balistik diferensial dan fisika diafragma
menjadi mungkin dcngan urcnggunakan slinruli frckucnsi Luschcr. Potensinya di sini adalah untuk
mengungkapkan pcrkapuran gcndang telinga, adhcsi gcndang dan osikula, fiksasi stapes dan aberasi
telinga tcngah lainnya yang biasanya tidak tcrdcteksi dengan stimulus 220H2 konvensional.
ANAK DEWASA
Rata-rirtit Rcnkrng Rata-rata Rentang
Puncak Ya 0,50 0,224,81 o,72 o,27-t,38
(mmhos) 0,74 0,424,97 1,05 0,63-r,46
+200 Vec (cc) -30,4 -1 39-+ 1I -18 -3H
TPT (daPa) 100 59-15 I 77 51-1 15
CR (daPa)
'Didapat oleh Margolis clan Ilcller (1987) memakai suatu stimulus 226H2; parameter termasuk
admitansi puncak gcndang tclinga (Puncak Ya), ekuivalen volume liang telinga (+200 Vec),
tekanan puncak timpanomctrik (TI/l) dan gradien atau lebar timpanogram (GR).
.
Refleks Akustik
Irngkung refleks akustik bcrupa sualu jaras langsung yang terdiri dari tiga sampai empat neuron.
Irngkung ini mcnghubungkau saral akustikus dengan kcdua neuron motorik stapedius. Refleks timbul
bilateral sekalipun sinyal pencefus hanya dibcrikan pada satu telinga. Kontraksiototstapedius, yang
berinsersi pada kaput stapes,,mcllyebabkan kekakuan sistem timpano-osikular. Akibatnya adalah
peningkatan hambatan yang bcmranilcstasi scbagai peningkatan energi pantulan dari nada yang dihan-
tarkan melalui tuba telinga. Kckuatan sinyal yang dapat mencetuskan refleks ini pada individu normal
berkisar antara tingkat pendengaran 70 hingga 90 dB dengan suatu stimulus nada murni.
Tuli konduktif ringan hingga scdang (tingkat perldengaran 30 hingga 40 dB) dapat meninggikan
ambang refleks akustik n.relalui junrlah komponen konduktif saat stimulus tiba pada telinga yang ter-
ganggu. Ambang rcfleks yang meninggi juga diamati bila tuli koklear melampaui tingkat pendengaran
60 sarnpai 65 dB pada tclinga yang dirangsang.
4:AUDIOLOGI 59
Hilangnya retleks akustik dapat dikaitkan dengan berbagai faktor termasuk tuli sensorineural yang
cukup bermakna pada telinga yang dirangsang, lesi retrokoklear pada telinga yang dirangsang, keter-
libatan saraf fasialis pada sisi telinga yang disumbat (dirangsang), tidak adanya otot stapedius kongeni-
tal, pengangkatan stapes, dan tuli konduktifsedang atau lebih berat pada telinga yang dirangsang.
Refleks akustik dapat terjadi, namun bukan merupakan peristiwa yang dapat direkam. Misalnya,
scdikit peningkatan ketegangan akibat kontraksi otot stapedius tidak akan mengubah secara bermakna
kekak-uan yang telah ada akibat diskontinuitas sistem timpano-osikular, karena kontraksi otot stapedius
tak dapat mempengaruhi kckakuan sistem.
Peningkatan ambang refleks akustik didapatkan bila merangsang telinga yang terkena dari pasien
dengan lesi batang otak ekstra-aksial dan pasien sklerosis multipel. Pada kedua kelompok pasien ini
terdapat kecenderungan tingginya insidens peluruhan (decay) refleks akustik (rangsangan kontinu sela-
ma 10 detik) dengan waktu paruh refleks hingga Sependek tiga detik pada beberapa individu. Pelu-
ruhan refleks yang tidak normal dapat merupakan suatu tanda tumor saraf kedelapan. Refleks akustik
sangat bermanfaat dalarn menilai fungsi saraf fasialis perifer. Refleks akustik juga dapat digunakan
untuk menilai pendengaran neonatus ataupun anak yang masih terlalu kecil untuk dapat bekerja sama
dan sebagai bagian dari rangkaian uji kehilangan pendengaran fungsional. Ketepatannya memadai
untuk perkiraan kasar derajat ketulian. Tabel 44 memuat ringkasan kondisi-kondisi penyebab refleks
akustik nonnal, meningkat dan rnenghilang.
AUDIOMETRI BICARA
Uji nada murni memberi informasi mengenai derajat gangguan pendengaran, konfigurasi audio-
metrik dan tipe gangguan yaitu konduktif alau sensorineural. Kendati dari ambang pendengaran nada
rnurni dapat ditarik kesinrpulan dan spekulasi menyangkut kemarnpuan mendengar dan memahami
pembicaraan, namun audionretri nada murni bukan merupakan suatu pengukur langsung dari keca-
kapan tersebut dan dapat saja salah. Perlunya menilai aspek komunikasi dari pendengaran menuntun
ke arah perkembangan rangkaian pengujian yang menggunakan pembicaraan itu sendiri sebagai rang-
sangnya. Perkembangan ini berlanjut dalam dua arah yang agak luas, yaitu pengukuran kepekaan (am-
bang pengenalan bicara) dan pengukuran pemahaman (skor diskriminasi kata).
60 BAGIAN DUA-TDI-INGA
Arnbang pcnangkapan bicara (APB) yang kadangkala disebut sebagai ambang pengenal atau am-
bang bicara (AB) aclalah tingkat prcscntasi terlcmah dalan dcsibcl di mana pasien mampu mengenali
dcngan benar 50Vo kala-kata yang diuji. Tclah dikembangkan suatu uji yang efisien menggunakan
kata-kata (bcnuku dua dcngan lr:kanaa yang sanra) di mana hubungannya cukup baik dengan ambang
pcndcngaran terhadap kalinrat alau sualu pcnrbicaraan yang kontinu. Uji ambang penangkapan bicara
menggunakan kata-kata bcrsuku dua ini nrcrupakart nrctode konvensional dalam pengukuran kepekaan
terhadap penraha ntan pcntbica raa n.
Uji dapat dilakukan dcngan nrcnggunakan rckauran kala-kata ataupun yang langsung diucapkan
dan dilakukan pcnlanlauan urcnrakai VU nrctcr. Rcliabilitas uji yang lcbih baik dicapai dengan metode
yang ntcnggunakan sliruuli rckauran kala-kata. Jawaban yang lazim diminta adalah pengulangan kata-
kata tcrsebut olch pasicn.
Arnbang pcndcngaran kata-ka1a bcrsuku dua anrat dckal dengan rata-rata ambang pendengaran
nacla nrurni pada frckucnsi 500, 1000 dan 2000H2, alau dcngan rata-rala nada 500 dan 1000 Hzbila
pendcngaran ntcnuruu tajant pada frckucnsi pcrlcngahan. Hubungan ini dapat bcrfungsi sebagai sarana
unfuk nrenilai rcliabilitas dala anrbang pcndcngaran nada ururui dari pasien tertentu. Pemeriksa harus
menrpertanyakan suatu pcrbcdaan scbcsar 15 dB alau lcbih anlara APB dan rala-rala nada murni.
Pasien dapat salah mcngcrli pcngarahau yang dibcrikall, Atau mcnjadi tidak kooperatif, atau kadang-
kadang rnclcbih-lcbihkan gangguan pcudcngaratrnya untuk kcpcntingan pribadi.
Diskriminasi Bicara
Pennasalahan
Sifat-sifat dafiar kala-kata yang dirckam akan nrcncnlukan skor diskriminasi. Variabcl-variabcl sc-
pcrti ketcpalan artikulasi, kcccpatan suku kata scrta keawanran kata dislandarisasi unluk tiap daliar
kata narnun tidak ada staudarisasi autitr dlltar kata. Dcngau dcnrikian daftar bc'rbcda akan urcnrlxri
hasil yang bcrbeda pula pada tclinga yang sanra.
Potensial lislrik dari olak (kulit kcpala) yang dibangkitkan olch bunyi tclah rnenjadi subjck pcncli-
tian klinisi sclanra tigapcrcnrpal abad ini. Bcrbagai konrponcn respons tcrnrasuk rcspons Ianrbat, res-
pons latcn mencngah, elcktrokoklcografi dan rcspons ccpat tclah nrcnarik perbalian. Uji respons audi-
torik batang otak yang dibangkitkan (ABR) tclah nrcnjadi scnrakin penting dalanr 20 tahun terakhir
dan pcnggunaannya scnrakin nrcluas. Scpcrli dikclahui, ABR bclunr pcmah dilakukan scbclum 1968.
Peralatan uji bcrkenrbang ccpat dan pada tahun 1971, Jcwctt nrenrastikan dcskripsi dari ABR. Kcnra-
juan dalanr tcknologi ini bcrupa pcnurunan harga dan ukuran konrponen konrputcr sccara ccpaI yang
sangat pcnting unluk opcrasi aparalus pengukuran ABR.
Teknik
ABR nrerupakan rcspons listrik saraf kcdclapan dan scbagian batang otak yang timbul dalam l0
hingga 12 nrilidctik sctclah sualu rangsang pcndcngaran ditangkap oleh tclinga dalam. Dengan meng-
hadirkan sejunrlah bunyi klik pada lclinga, dibangkitkan lctupan-lctupan sinkron dari serabut-serabut
auditorik frckucnsi tinggi. Sangat disayangkan bahwa amat sukar untuk membaca suatu respons listrik
tunggal. Supaya pola ini dapat lcrlihatjclas, harus digunakan skcnra untuk membuat rata-rata agarse-
tiap gelonrbang atau loklsi pcr;rngsirngiln nrcnjadi nyata. Standar nrutakhir nrenghadirkan rangsang
klik pada tingkat 75 atau 80 dB di atas aurbaug pcndengarau. Bunyi klik ini diulangi dengan kecepatan
pengulangan pasti, mis., 11/dctik atau 33/dctik hingga rcsporls klik 1.500 atau 2.000 telah "dirata-rata-
kan". Elcktroda yang dipasang pacla nrasloid dibandingkan ilengan elektrocla di tcngah dahi, mencip-
takan suatu EEG. Dengan rucnganrbil angka rzrla- rala gclonrbang-gelonrbang EEG ini, terbentuklah
suatu pola. Bcntuk-bcntuk gclouibang ini dikcrtrukakan olch Jewett pada tahun l971dan diberi label I
santpai VII. Kini sudah jelas bahrva gelonrbang I dan II bcrasal dari daerah sarafkranial kedclapan dan
gelonbang selanjulnya bcrasal lcbih tinggi di batang olak (Gbr. 4-7).
80 dB
rrlttlrrr
012345678
milidetik
62 BAGIAN DUA-TEI-INGA
95 dB
GAN{BAR 4-8. Puncak-puncak menjadi sulit dilihat dan muncul lebih ter-
lambat. Bentuk gelombang sukar diulangi pada beberapa kali pengujian
ulangan secara bcrurutan. Pasien dengan neuroma akustik sebesar 1,5 cm.
Kontrol
012345678
milidetik
Variabel-variabel yang bcrkailan dcngan intcnsilas dan polaritas bunyi klik dapat dikendalikan.
Kondisi pasien sepcrti suhu tubuh dan pcngobatan dapat mcrnpengaruhi hasil rekaman, namun umum-
nya pengaruh ini tidak berrttakna unluk mendapatkan suatu pola gelombang yang dapat dipercaya.
Hasil-hasil uji ini kcnrudian dipctakan untuk nlelihat waktu rclatif dari gelornbang I hingga V. Pe-
riode waktu ini dikenal scbagai nrasa lalcrl dari tiap-tiap gcloutbang dan selang waktu laten antar ge-
lombang. Dari rekamalt ini nrungkin pula diketahui amplitudo dan norfologi secara umum.
Manfaat Ktinis
Secara ktinis ABR berguna pada bebcrapa kondisi. Pcrtarna, uji ini sangat membantu dalam diag-
nosis tutnor sudut scrcbclopontin. Kcdua, dapat pula meurbantu pada penyakit Meniere atau pusing
non-Meniere lainnya. Ketiga, ABR bcrguna dalam nrenetapkan aurbang pendengaran pada bayi dan
pasien-pasien yang sukar dipcriksa. Akhimya, uji ini mungkin bcmilai dalam evaluasi gangguan
proses pendengaran.
Uji ABR nlcnjadi lnclode yang ntcnonjol untuk diagnosis ncuroma akustik. Selters dan Brackmann
melaporkan validitas ranralan yallg sangat tinggi (hanrpir 95Vo) dengan metode uji ini. Secara spesifik
uji ini lebih baik dari pada uji-uji pendcngarau sebeluurnya. Pengukuran ABR didapat dengan
menggunakan masa latcu atttara gclontbang I dan V. Dengan nreningkatnya masa laten gelombang I
hingga III, maka utakin tinggi pula kcrttungkinan diagnosis tuuror sercbelopontin. Hal ini benarsekali-
pun lesi sangat kecil dan tidak tcrungkapkan olch uji lairutya. Dengan bertambah besarnya tumor dan
bertambah beratnya gangguan pcndcngaran, bcntuk-bcnluk gelourbang menjadi tidakjelas dan bahkan
dapat mcnghilang scluruhnya (Gbr. 4-8).
Penyakit Meniere
Dalam evaluasi pasicn dcngan pcnyakit Mcniere adalnh penting untuk mencari sebab patologi
retrokoklear sepcrti turttor akustik. Di sanrping ilu, penting pula untuk memastikan bahwa masalah ter-
sebut bcnar pada koklca scndiri. Unluk proscs ini ABR merupakan indikator yang akurat. Nyatalah
bahwa lesi koklca hanya sedikit bcqrcngaruh lcrhadap urasa laten dan konduksi jaras bila keterlam-
batan koklea telab ditiadakan. Dcugau ureningkatnya intcnsitas raugsangan, rnaka keterlambatan akan
menurun dramatis. Pcuuruttart ini bcrsifat non-lincar dan mcrupakan petunjuk pengurnpulan suan
keras pada penyakit Meniere.
Evaluasi Ambang
Pada pasien-pasicn yang tidak koopcratif alau pasien yang tidak dapat bekerja sama karena
keadaan menlal ataupun usianya, dapat dilakukan evaluasi pendengaran ntenrakai ABR. Adalah sulit
untuk mendapatkan ambang pcndcngaran ntutlak dengan uji ABR, akan tetapi mungkin untuk men-
dapat angka yang urendckati anrbang pcndcngaran. ABR sering digunakan pada keadaan-keadaan di
mana neonafus menterlukalt pcrawa{al1 intcnsif dan khususnya mudah mengalan.ri ketulian sensori-
4-AUDtOLOGt 63
neural. Ambang ABR dcngan bunyi klik bcrkorclasi baik dcngan anrbang nada nrurni pada frekuensi 2
KHz dan 4 KHz, nanlun lidak dcnrikian dcngan frckucnsi 500 Hz, kcndatipun alat mutakhir yang
dilengkapi pcnyaring khusus dan stralcgi lain dapat nrcngalasi nrasalah ini.
AUDIOMETRI PEDIATRIK
Perkernbangan nornral bicara dan konrunikasi bahasa, hubungan pribadi dan keluarga, serta pen-
capaian intelektual dan pendidikan sangat bcrganlung pada pcndcngaran yang utuh. Dengan demikian
sudah menjadi kclvajiban doklcr unluk urcngcrnbangkan kcahlian dalam menilai pendengaran pasien
cilik dan untuk nrcngenali surrrbcr-sunrber yang tcrscdia untuk mencapai tujuan ini.
Kini telah jelas bahwa tahun-tahun pcrlaura kchidupan adalah sangat penting untuk memperoleh
kecakapan berbahasa. Idcnti[ikasi dini adalah pcnting agar bayi dengan gangguan pendengaran dapat
rnenrperoleh bimbingan rchabililaliI ataupun pendidikan yang diperlukan, dan jika keluarganya ingin
rurendapat bantuan. Scorang anak yang rnasih bclum bclajar bicara pada usia 12 hingga 18 bulan biasa-
nya tnencemaskan orangluanya; kondisi ini scharusnya juga nrengingatkan dokter keluarga akanrisiko
tinggi gangguan pendcngaran dan pcrlunya evaluasi pendengaran.
Pendengaran senrua bayi dau anak dapat dicvaluasi. Pengukuran pendengaran anak dapat dibeda-
kan dalam 4 katcgori: (1) audionrctri obscrvasi lingkah laku, (2) audiometri bcrmain, (3) audiometri
bicara, (4) audiourctri "objcklif' yang biasanya mcmerlukan teknologi khusus. Dokter seharusnya
malnpu urelakukan bcbcrapa uji tc4rilih dari salah-satu katcgori di atas.
FREKUENSI (Hz)
-to
o^
fu
@
21o
GAMBAR 4-9, Audiogram tipe konduktil yang paling lazim
adalah audiogram otitis rncdia serosa. Audiogranr hantaran ; \
udara relatif datar dcngan derajat gangguan ringan sanrpai
_( )--
sedang serta suatu beda udara-tulang pada serrua fre,kuensi. o
Program audiometri skrining yang biasanya mengabaikan z40
gangguan pendengaran pada tingkat pcndcngaran kurang dari t
<50
20 dB akan luput dalam mcndcleksi otitis serosa ringan yang o
diperlihatkan di sini.
u60
o --
zU.n
L /U
F
$eo
o
z^^
F'"
FREKUENSI (Hz)
ul
o6C) )-'
zuJ
o- 70
F
$uo
o
FREKUENSI (Hz)
3go
F
125 250 500 1000 2000 4000 Booo
1C)
?o
U'
Zto
i,^ \ )
GAMBAR 4-11. Adanya kcmungkinan bahw'a proscs pe-
nuaan bcrsifat menyeluruh dan tidak hanya lcrbrtas pada satu
segi sistcm pcndcngaran scharusnya rncnrbual audiogram
I
3
z
,'o
\<r presbikusis menjadi lebih sukar diramalkan. 'Iclah diduga
adanya lesi-lesi metabolik, vaskular, atc,rosklcrotik, koklca-
<5C)
(I mekanis, sensorik (organ Corri) dan pcrubahan dcgcncratif
)_ pada saraf. Tentunya audiogram tcrpisah unluk masing-
o60
zt! masing lcsi ini tanrpak logis, nanrun sccara slat;srik lcrdapat
o/o
zlrJ suatu audiogram "khas" yang mcnunjukkan gangguan pcn-
[F .-
"n dcngaran yang lcbih berat pada frckuc,nsi ringgi tanpa adanya
beda udara-tulang. Diskrinrinasi bicara n,rcnurun scringkali rli
<eo
Y luat perkiraan memakai model audiogram yang murni disa-
o
z 1OO ring. Kegagalan diskriminasi yang lcbih bcsar dari yang cli-
tr perkirakan hasil audiogram ini dibcri nama khusus ,,regr.csi
r1C)
fonemik" dan diduga mcngarah pada faktor-faktor saraf dan
DISKR, KATA% atau senttal.
Ka 52-68
FREKUENSI (Hz)
500 rooo 2000
? -,.
(t^
2w
GAMBAR 4-12. Rala-rata audiogranr hanlaran udara USIA
untuk selang usia yang berurutan didapat dari Wisconsin ;ro
Sote Fair tahun 1954. Rata-rala audiogram dari bcbcra-
pa pasien berusia 80 tahun dipcrlihatkan bersama rata- I
=20 -o -t
35- 44
<3C)
o
:r 45- 54
rata hasil audiometri bicara. (Data dari Ilearing l,.cvcl of
'1960-1962.
Adults by Age and Sex, United States, Loo
(I
Public l{ealth Service Publication No 1000, Ser 11, No {sn
11; dihitung kembali oleh II Davis nrcnjadi tingkat o"'
zt1J
rujukan ISO untuk dimuat dalam Bab lV dari buku o
60
Davis H, Silverman SR: llearing and Dcafncss. Ncrv z,_
IIJ /U
York Rinehart and Winston. 1970.) o_
F-^
9""
Oqn
z--
F ,oo
11c]
4-AUDIOLOGI 65
FREKUENSI (Hz)
2!,4 50() tooo 2000
6'
(4
-L l()
a
Zo
m
GAMBAR 4-13. Tampak takik yang khas pada frckucnsi
4.000 I{z (3.00M.000 l.lz) sckunder dari paparan bising
u l() yang kontinu. Takik menjadi semakin dalam dan lebar dcngan
s
1 ,., (
paparan terus-menerus, tidak adanya masa istirahal dan
peningkatan intensitas, terutama pada pasien-pasien tertcnlu.
o 3(-l
z Akhirnya diskiminasi bicara akan terganggu pula dan gar)g-
o: 4() guan meluas mencakup frekuensi 2.000 I Iz pada awalnya dan
zt!O c,r
"' kcmudian frekucnsi 1.000 I lz.
O 6ar
z
tr.t
(L r:O
F.
$ao
o
z9(]
F
roo
FREKUENSI (Hz)
ilo
250 500 1(]00 2()00
Ieea
lKaG-10d8
forsK-R-KA-rA%-_1
l{a9_a-ro0 I
o
(o
I -tO
6
?c).^
dl
GAN'IBAR t&-l:I. Sifat progrcsif dari orosklclosis nrcmcrlu- ! ,r/
kan sedikitnya dua atau tiga rckanian audiogram scbclunr
seluruh ciri audiomctrik ntcnjaJi nyala. nudiogrrnl l)cttln)a
s20
o30
memperlihatkan suatu konrpresi pada frckucnsi rcndah akibat
rantai osikular yang menjadi kaku (ankilosis). lbkik pada
z \(
cr 4u
hanhran tulang frekuensi 2.000 llz discbut "rakik Carharl."
O <,r
\''
Audiogram mendatar pada tahap bcrikutnya di mana bcda
[l
udara{ulang menjadi rata (hilang). Pada rahap ketiga han- o6()
z
taran tulang memburuk dan terdapat gangguan pcndengaran trJ
o- 7()
sensorineural pada frckuensi tinggi yang mcngisyaralkan F
suatu otosklerosis koklear. $nn
o
Ego
F
roo
an
go
lD
!lO
\r
5zo
=
o30
I
t
e
cc40 ( GAMBAR 4-15. Contoh lain dari gangguan pendcngaran
o
zcw
/< yang bcrfluktuasi yang mcmanfaatkan audiometri serial
ttl adalah hidrops cairan endolinrfatik. Pcnyakit ini seringkali
9oo
trJ \/ -<( menunjukkan gangguat) pendcngaran sensorineural. Dcrajal
(L70 gangguan dapat bcrvariasi terkadang scbesar 30 hingga 40 d13
F dari hari ke hari. Skor diskriminasi bervariasi sesuai dcrajat
vBo
o gangguan dan dapat sangat buruk terutama pada stadium lan-
4eo
F
jut atau akhir penyakit.
roo
r10
Sejumlah uji klinis telah digauti olch ABR pacta kelompok usia ini. Uji tingkah laku seringkali
sukar dinilai da1 tcrkadang urcmbcri hasil yang ticlak konsisten serta memerlukan pemeriksa yang
lebih berpengalanan. Umurnnya unit nconatus mcnggunakan ABR dalam menyaring anak yang didu-
ga bcrisiko terhadap gallgguan pcnclcngaran. Pcmcriksaan ini dianjurkan antara lain pada:
1. Riwayat kelulian dalam keluarga
2. Rubcla matcrnal
3. Anak dengan anontali kcpala datt lchcr
4. Kadar bilirubin 20 rtry'dl atau lcbih
5. Berat lahir 1.500 g alau kurang
Pada anak yang "lcbih lu;r" rnungkin dipcrlukan scdasi dengan kloral hidrat untuk membatasi
aktivitasnya. Tinclakan ini ticlak nlcnrpcngaruhi hasil pengujian. Adakalanya diperlukan anestesia
umum untuk nrcnenangkan anirk yang hipcraktif. Walaupun hal ini tidak diinginkan namun dapat ber-
hasil baik.
kelereng dalam kotak, sapi dalam kandang, cincin pada suatu tonggak, atau menempel selembar kertas
pada papan pengumuman) bila ia mendengar bunyi. Biasanya anak perlu didorong dengan rasa an-
iusias-Oan pujian. Metode penentuan ambang pendengaran serupa dengan yang dilakukan pada
dewa-
sa. Jika metode ini gagal,'dapat dilakukan ABR.
Audiometri Bicara
pemeriksaan ndcngaran clcngan nrcnggunakan penbicaraan nre mpunyai validitas yang menge-
pe
sankan. Bila alak dapat nrengulangi kata-kala, dapat rnenunjuk objek dengan tepat ataupun melakukan
perintah yalg diberikal, uraka pcnrcriksa tclah nrcndapat salnpel dari sebagian sistem saraf, akan
ietapi ada bcberapa masalah. Bahasa yang cligunakan haruslah sesuai dengan usia dan lingkungan
budaya anak. Keterbalasan intrinsik clalam pcrkembangan bahasa yang ditirnbulkan gangguan pende-
ogurun akan mcrnbatasi luasnya kosa kata, kcrunritan kalirnat dan seterusnya. Namun demikian, pelak-
sanaan audiornctri bicara benuanlaat pada bcberapa keadaan.
Arak usia tiga tahun dan scbagian anak usia dua tahun dapat diajarkan untuk mengulangi kata-kata
yang lazim atau untuk rncnunjuk objck-objck yang tak asing baginya. Anbang penerimaan bicara
6apat 6iperolch bila kata-kata ini diucapkan atau dipcrdengarkan melalui audiometer bicara yang telah
dikalibrasi.
Skor cliskrininasi dapat ditcnlukal dcngan daftar kata-kttta bcrsuku satu pada tingkat taman kanak-
kanak (pB-K). Scjunrlah uji r.liskrinrinasi penciengaran (DlP, WIPI dan G-F-UD telah distandarisasi
sebagai tugas mcngclrali ganrbar bagi anak-anak.
4_AUDIOLOGI 67
Pada anak dcngan gangguan pcndcngaran didapat, dokter harus dapat memperkirakan ambang
penerimaan bicara dan diskriurinasi sepcrti yang dilakukannya pada orang dewasa, akan tetapi keter-
batasan bahasa pada anak-anak dengan gangguan pendengaran kongenital akan sangat membatasi
pemeriksaan ini bila tidak ada latihan pendcngaran yang berrnakna.
Suatu uji pengaruh terhadap bicara lainnya adalah uji "umpan balik tertunda" atau "nada samping
terfunda". Sementara pasien membaca dengan keras, bacaannya direkam dan diperdengarkan padan]a
melalui ear phone dengan keterlambatan 0,2 detik. Bila rekaman mencapai suatu tingkat intensitas
yang mengganggu, akan te{adi perubahan dalam kefasihan, kecepatan dan intensitas membaca yang
terkadang agak dramatis. Uji ini paling efektif pada pasien-pasien yang mengaku mengalami gangguan
unilateral yang berat (telinga yang baik disamarkan) atau dengan gangguan bilateral. Mereka dengan
gangguan pendengaran sejati tidak akan merasa terganggu.
Uji objektif yang disebutkan terdahulu juga bermanfaat mengatasi masalah. Pasien yang berpura-
pura tuli total akan dikhianati oleh ambang refleks akustik yang normal. Ambang ABR jelas berman-
faat dan merupakan keharusan dalam menjelaskan suatu komponen fungsional yang menunggangi
gangguan organik.
Sifat Amplifikasi
Alat bantu dengar merupakan miniatur dari sistem pengeras suara untuk umum. Alat ini memiliki
mikrofon, suau amplifier, pengeras suara, dan baterei sebagai sumber tenaga. Selanjutnya dilengkapi
dengan kontrol penerimaan, kontrol nada dan tenaga maksimum. Akhir-akhir ini dilengkapi pula de-
4*AUDIOLOGI 69
ngan alat pemroses sinyal otomatis dalam rangka memperbaiki rasio sinyal: bising pada bising latar
belakang. Komponen-koffrporer ini "dikemas" agar dapat dipakai dalam telinga (ITE = "in-the-
ear")(Gbr. 4-16) atau di belakang telinga (BTE= "behind-the-ear") (Gbr. 4-I7) dan pada tubuh (Gbr.
,t-18). Tipe dalam telinga yang terkecil adalah alat bantu dengar "kanalis" dengan beberapa komponen
dipasang lebihjauh dalam kanalis dan lebih dekat dengan gendang telinga.
:- ^.;; .s
GA\{BAR 4-18. Tipe cetakan relinga. Arm. Dari kiri ke
kanan tipe yang tidak menyumbat dengan suaru tabung
yang dipcgang oleh penahan, tipe dcngan kaliber pendek
dan bcrongga dan tipe slandar. Bawah. lipe dengan lubang
angin (ditunjuk oleh panah).
"::*""r.,
Pemilihan antara alat banru DT dan BT tcrgautung pacla clcrajat gangguan pendengaran dan selera
pasien. Dcngan kcntajuan tcknologi alat banlu dcngar, nraka alat bantu DT clapat digunakan pada
ketulian yang mencapai tingkat pcndcngaran 70 hingga 80 dB. Alat bantu DT dengan lubang angin
yang besar atau yang discbut juga /ROS fitting da;tat efcktif pacla ketulian mendadak pada frekuensi
tinggi.
Alat bantu tipe kanalis menjadi populcr karcna daya tarik kosmetiknya. Alat ini dapat membantu
pada gangguan pendcngaran ringan sanrpai scdang. Akan tetapi alat ini kurang fleksibel dalam respors
frekuensi dan penerintaannya bila dibandingkan dcngan alat banlu DT atau BT. Tipe kanalis juga tidak
cocok untuk telinga yang kecil di ntana vcnlilasi rnenjadi sulit, sehingga pemakai nrengalami efek
penutupan "di bawah tong".
Pemilihan Telinga
satu alat bantu sementara amplifierdan penerima ditempatkan pada alat bantu kedua. Penataan seperti
ini dapat pula diterapkan pada kaca mata. Maka sinyal akan dihantarkan dari telinga yang terganggu ke
telinga dengan pendengaran normal. Suatu sirkuit frekuensi radio dapat digunakan untuk menghan-
tarkan bunyi dari satu sisi ke sisi lainnya. Meskipun alat bantu dengar CROS hanya sedikit membantu
dalam memperbaiki lokalisasi, namun alat ini kadang-kadang terbukti bermanfaat pada beberapa kon-
disi mendengar suara bising dan juga meminimalkan efek bayangan kepala.
Berbagai variasi CROS yang disebut Bi-CROS atau Multi-CROS dapat digunakan bila terdapat
gangguan pendengaran yang cukup bermakna pada telinga yang lebih baik, sedangkan telinga yang
lebih buruk tidak sesuai untuk teknik amplifikasi. Tipe Bi-CROS memiliki mikrofon pada masing-ma-
sing alat bantu dan suatu pemasok bunyi amplifier pada telinga yang lebih baik.
Amplifikasi pada anak-anak dengan gangguan pendengaran harus dianjurkan sedini mungkin.
Segera setelah pengukuran pendengaran menunjukkan adanya gangguan pendengaran yang cukup
untuk menunda perkembangan bicara dan bahasa sang anak, serta evaluasi medis menunjukkan ketu-
lian yang tidak reversibel, pernakaian alat bantu dengar harus segera dimulai.
Jelaslah bahwa bayi dengan gangguan pendengaran tak dapat memberi banyak informasi pada ahli
audiologi tentang bagaimana bunyi yang dihasilkan alat bantu dengar ataupun data tentang fungsi dis-
kriminasi bicara dengan berbagai alat bantu. Pemilihan alat bantu dengar biasanya tidak berdasarkan
ukuran-ukuran psiko-akustik dari pendengaran dengan alat bantu, namun berdasarkan ciri-ciri elek-
troakustik dari beberapa instrumen yang sesuai dan ekstrapolasi data yang diperoleh dari anak-anak
yang lebih besar atau orang dewasa yang menggunakan alat bantu tersebut. Tiap kesalahan dalam
memasang alat bantu dengar pada anak yang sangat muda haruslah berupa kekurangan dan bukannya
kelebihan kompensasi pendengaran, menghindari penerimaan akustik yang tinggi dan tenaga mak-
simum yang berlebihan.
Implan Koklearis
Penggunaan alat bantu dengar hanya sedikit manfaatnya pada beberapa pasien, bahkan alat tersebut
hanya memberi rangsang vibrotaktil dan bukannya perbaikan diskriminasi bicara pada pasien tersebut.
Untuk sebagian pasien tersebut dianjurkan pemakaian implan koklearis. Implan koklearis diran-
cang untuk pasien-pasien dengan tuli sensorineural yang berat. Pada pasien demikian, fungsi sel-sel
rambut mengalami gangguan sementara saraf akustikus masih berfungsi dengan baik. Telah dikem-
bangkan bebempa jenis implan koklearis. Semua alat ini merniliki empat komponen yang sama: se-
buah mikrofon untuk menangkap bunyi, suatu prosesor mikroelektronik untuk mengubah bunyi
menjadi sinyal listrik, suatu sistem transrnisi untuk menyampaikan sinyal-sinyal pada komponen-kom-
ponen implan, dan suatu elektroda yang panjang dan rarnping yang diselipkan ke dalam skala timpani
sampai ke jangkauan terdalam dari koklearis. Elektroda dimaksudkan untuk menyampaikan rangsang-
an listrik langsung pada serabut-serabut sarafakustikus pada satu atau beberapa tempat. Beberapa alat
hanya memiliki elektroda dengan saluran tunggal sementara yang lainnya memiliki banyak saluran.
Bergantung pada jenis implan koklearis, alat ini dapat memberikan informasi menyangkut inten-
sitas, ciri-ciri segmental seperti bersuara atau kurang bersuara, konsonan, tempo dan irama, intonasi
dan penekanan kata. Isyarat-isyarat pendengaran ini benama-sama dengan pembacaan gerak bibir
dapat sangat memperbaiki kemampuan diskriminasi bicara. Alat dengan banyak saluran tampa-knya
membantu dalam rnembaca gerak bibir dan pada pada beberapa pasien tampaknya dapat memperbaiki
diskriminasi bicara tanpa pernbacaan gerak bibir. Penelitian dalam bidang ini masih benifat eksperi-
mental dan keputusan k-linis barus lelap konservatif dan realistik.
72 BAGIAN DUA_TELINGA
REHABILITASI PENDENGARAN
Perlunya latihan pra"sekolah unfuk anak dengan gangguan pendengaran tidaklah mendesak. Pada
usia kurang dari 6 bulan, bayi telah dianrati dapat melakukan diskriminasi pola bicara secara kasar.
Kala-kata pertama biasanya diucapkan pada usia anlan L2 hingga 16 bulan, dan kelompokusia antara
satu'hingga lima tahun adalah yang paling responsif dalam belajar bahasa. Jika diagnosis, penggunaan
alat bantu dengar dan latihan berbahasa dinulai dini, maka rangsaugan naksimal dapat diberikan pada
masa kritis kecakapan bcrbahasa terscbut. Semakin banyaknya sekolah dan pusat rehabilitasi yang
menawarkan latihan unluk anak dcngau gaugguan pendengaran mencerminkan keprihatinan akan
kesempatan pendidikan dan latihan berbahasa secara dini. Banyak program tidak membatasi usia untuk
mendaftar; satu-satunya syarat untuk dapat ikut sefia adalah identifikasi gangguan pendengaran tanpa
memandang usia.
Program Pra-sekolah
Karena pengaruh nrasukan bahasa orang tua tcrhadap kematangan berbahasa anak tahap dini, maka
orang tua dianjurkan untuk lcbih aktif lrcrpcran dalam pendidikan dan latihan berbicara dari anak-
anak pra-sekolah dengan gangguan pendengaran. Banyak program pra-sekolah menawarkan uraian
dan peragaan teknik-teknik yang dapat dilakukan orang tua di rumah untuk mernbantu anak dalam
4_AUDIOLOGI 73
mengelnbangkan keablian rnenrbaca gerak bibir dan mendengarkan. Orang tua juga mendapat infor-
masi mengenai kehilangan pcndengaran, perkembangan bahasa, masalah komunikasi, perawatan alat
bantu dengar dan cara nrenangani anak. Sclarna tiga tahun pertama, orang tua merupakan sumberuta-
ma rangsangan berbahasa. Banyak pcndidik berpendapat bahwa dengan meningkatnya pengetahuan
orang fua tenrang konruuikasi, nraka elcktivitas mereka sebagai pendidik akan meningkat pula.
Saat anak diikutkan pada suaru program sekolah bermain, maka peran guru menjadi lebih dominan
dalam Iatihan berbahasa. Partisipasi orang tua tidak boleh berkurang, namun harus erat kaitannya de-
ngan rencana pcndidikan sang guru agar dapat melengkapi dan memperluas aktivitas dalam kelas di
rumah. Program sekolah bermain nrenckankan pada perkembangan bahasa, perluasan kosa kata, per-
baikan kecakapan berkomunikasi dan sosialisasi dengan temansebaya.
Saat anak beniap-siap mcninggalkan program pra-sekolah, rekomendasi program pengganti harus
dibuat bcrdasarkan kecakapan bahasa dan komunikasi, kcmatangan sosial dan kesiapan akademis
anak" Filihannya anlara lain adaiah suatu kelas unfuk anak dengan gangguan pendengaran dalam
suasana sekolah. sckolah untuk anak dengan gangguan pendengaran, atau integrasi purna waktu alau
paruh waktu dalam kelas dengan pendengaran normal.
Integrasi
Anak yang dinrasukkan dalanr kclas nonnal uururnnya dapat mengernbangkan kecakapan komu-
nikasi bicara-dengar. Akan tetapi anak dcngan babasa isyarat sebagai metode komunikasi primernya
dapat pula menghadiri kelas nortnal dcngan bantuan penterjemah.
Harus dilakukan usaha-usaha adaptasi dan pelayanan untuk dapat mempertabankan anak di kelas
biasa. Tingkat kebisingan lingkungan dan silat gaung dari suatu kelas cendenrng menimbulkan kesu-
litan pada murid dengan gangguan pendcngaran. Duduk di dekat guru, perlengkapan akustik dalam
ruangan kelas (pcnutup, karyet, ubin akustik) atau menlant'aatkan pelatih pendengaran dapat rneri-
ngankan persoalan. Bimbingan akadcniik dengan penekanan pada pengenalan dan pengulangan kosa
kata dan konsep baru dapat tttelttenuhi kekurangan anak dalam kelas.
Metodologi
Bentuk komunikasi yang perlu diajarkan pada anak dengan gangguan pendengaran telah menjadi
bahan perdebatan selama bertahun-tahun. Mula-mula metode dibatasi pada oralisme vs. manualisme
fbahasa isyarat) dengan berbagai pcngcntbangan dan variasi dari masing-masingnya.
Ada bebcrapa nrctode yarrg dipakai uniuk nlengembangkan kecakapan berbahasa lisan pada anak-
anak tuli. Metode ini urcnekankan pada penrbacaan gerak bibir dan pendengaran dalam berbagai kom-
binasi, mulai dari yang paling ekstrinr seperti anrplifikasi pendengaran secara eksklusiftanpa pemba-
caan gerak bibir, hingga penckanan pada pcnrbacaan gerak bibir saja. Dengan dikembangkannya ber-
bagai alat bantu dengar dcngan kckuatan dan kcrnanrpuan yang lebih besar, maka residu pendengaran
anak rnenjacli faktor penenlu yang nrakin penting dalaur menentukan metode pendidikan. Penemuan
alat-alat latihan pendengaran di rnana guru lnenggunakan mikroforltrarsmiter dalam jarak vang
konstan dari rnulutnya, nrenghasilkan prcsisi bicara yang lebih tinggi dan hubungan bicara-kebisingan
latar belakang -yang lebih baik.
Arnerican sign languange (Ameslan = bahasa isyarat Amerika) adalah suatu sistem bahasa isyarat
menggunakan rangan yang unrun'r dipakai cli negara ini. Setiap sikap melambangkan suatu kata, sebuah
frasa atau konseq, Hal-bal yang abstrak cenderung dikomunikasikan dalam bentuk konkret. Kritik
utama terhadap Ameslan adalah tata bahasanya yang kasar. Strukrur sintaktis tidaklah mencerminkan
bahasa Inggris lisan ataupun tulisan, de nrikian pula ciri-ciri benfuk lampau ataupun bentuk jamak- Ber-
bagai arti dan pcrbcdaan-pcrbcdaan kecil dari kala-kata nrenjadi kaburdalam komunikasi Ameslan.
74 BAGIAN DUA-TELINGA
Ejaanjari adalab suatu aksara jari. Biasanya dipakai untuk melengkapi dan bukannya untuk meng-
ganfikan Ameslan. Ejaan jari diperlukan bilarnana komunikasi Ameslan memerlukan nama dan angka
yang pasti. Ameslan dan ejaan jari dikembangkan menjadi berbagai varian, misalnya Seeiag Essenial
English (SEE), yang dapat menjawab bcrbagai kritik terhadap Ameslan. Komunikasi manual dira-
rnaikan pula oleh "pendekatan kombinasi" dan "metode Rocbester''"
Belum lama ini Total commudcation nruncul scbagai pemimpin dalam fitosofi dan praktek pendi-
dikan. Prinsip dasarnya adalah sctiap sarana yang mungkin haruslah digunakan untuk berkomunikasi
dengan aruk dengan gangguan pendengaran. Anak dihadapkan dengan bahasa isyarat, ejaanjari, sikap
alami, ekspresi wajah, pembacaan gerak bibir, gerakan tubuh, dan pembicaraan yang melalui alat ban-
tu dengar, serta latiban pendengaran. Beberapa ahli mempertanyakan apakah rangsang multimodal
atau bahkan bimodal benar-benar mempermudah atau malab membingungkan. Sebagianllagi percaya
bahwa anggapan guru yang keliru ikut menentukan pilihan akhir modalitas komunikasi anlk.
Pendekatan apa yang paling cocok untuk anak dengan gangguan pendengaran bergantung pada
sejumlah faktor seperti usia saat awitan atau identifikasi, derajat dan tipe gangguan pendengaran, ke-
ahliair pemrosesan pendengaran, lingkungan rumah dan keterlibatan orang tua, serta lamanya pema-
kaian alat bantu dengar. Pada suatu prograln yang diberi penjelasan, tidak perlu terpaku pada suatu
metode. Bakat dan kebutuhan vang unik dari rnasing-rnasing anak rnenjadi pertimbangan ahli yang
profesional bersatna keluarganya, dan nretode atau cara penclidikan dirancang untuk memenuhi kebu-
tuhan tersebut.
Kepustakaan
Betesy GV: Zur theorie des hdrens bei der Schallafnahme durch Knochenleitung. Ann Physik 13:111-l X,1g3Z.
Carhart R: Clinical applicarion of bone conductio n aud iomerry. Arch Orolaryngol 5l:?98-807. 1g50.
Glasscoct ME, Jackson cG, Josey AF: The ABR Handbook. znd ed. Newyork, Thicmc publishers. l9g?.
Hood JD: Bone conduction: A review of the present position with special referencc to the contributions of Dr. 6eorg von
Bekesy. J Acoust Soc Am 24:1.325-1332,1962.
Jerger l: clinical experience with impedance audiomerry. Arch orolaryngol 92:3lL-324,r9l-0,
Jewen Dl Williston JS: Auditory evoked far fields averaged from the scalp of humans" Brain 94:681-696, l9Tl.
Kae J: Handbook of Clinical Audiology. 3rd ed. Balrimore, William & Wilkins, 1985.
Uden G: The scope and application of current audiomctrics rests. J L:ryngol Orol 83:5O7-520, 1969.
Margolis RH, Heller JW: Screening tympanometry crileria for medical referral. Audiology 26:lgi-2o8,1981-.
Paparella MM, Brady DR, Hoel R: Sensorineural hearing loss in chronic otitis media and masroiditis. Trans Am Acad Ophthal-
mol Otolaryngol 14:108-115, 1970.
Selters WA Brackmann DE: Acousiic tumor detection with braiostem elecric response audiometry. Arch Orolaryngol 103:151-
t24,197t.
TonndorfJ: Bone conduction: Studies in experimental animals. Acta Orolaryngol Suppl 213:l-132, L966.