TRAKEOSTOMI
Robert H. Maisel, M.D.
Trakeotomi. dan trakeostomi adalah kata yang seringkali digunakan untuk tindakan pembukaan
dinding anterior leher guna mencapai trakea yang bersifat sementara. Trakeotomi per definisi, adalah
suatu irsisi yang dibuat pada trakea, sementara trakeostomi merupakan tindakan membuat stoma agar
udara dapat masuk ke paru-pam dengan rnemintas jalan napas bagian atas. Stoma perrnanen setelah
laringektomi yang dibuat dengan menjahitkan kulit pada mukosa trakea sebaiknya disebut sebagai
trakeostomi permanen.
SEIARAH TRAKEOSTOMI
Tindakan bedah ini memiliki reputasi yang panjang sampai baru-baru ini kurang baik. McClelland
percaya terdapat lima periode dalam perkernbangan dan penerirnaan tindakan trakeostomi yang dapat
dilihat. Catatan trakeostomi yang paling awal terkubur dalam legenda. Buku suci agama Hindu Rig
Veda yang ditulis antam tahun 2000 dan 1000 SM menjelaskan "satu tindakan yang dapat menyatukan
kembali pipa udara bila rawan leher dipotong." Namun, para ahli sejarah menganggap Asclepiades
yang lahir sekitar 124 SM merupakan orang pertama yang melakukan operasi ini. Tidak ada catatan
bedah mengenai keberhasiian tindakan ini sebelum Brasalova (1500-1570) mengemukakan pena-
nganan bedah yang berhasil pada angina Ludwig pada tahun 1546. Pada era kedua, dari tahun 1546
hingga 1833, tindakan bedah seperti ini sangat ditakuti, dan hanya 28 trakeostorni yang dilaporkan ber-
hasil selama tiga abad ini.
Trousseau dan.Bretonneau mempopulerkan operasi ini di Perancis. Mereka melakukannya untuk
rnenangani kasus difteria dengan angka keberhasilan 25 persen (angka penyembuhan yang cukup
tinggi pada saat itu). Era trakeostomi yang ketiga terangkat pada lahun 1921 saat Chevalier Jackson
mengemukakan teknik-teknik modern dan menentang insisi kartilago krikoid atau cincin trakea per-
tama. Saran ini, bila diikuti, mengurangi angka komplikasi yang tinggi akibat stenosis subglotis iatro-
genik. Selama masa ini, indikasi untuk trakeostomi hampir eksklusif merupakan sumbatan jalan napas
bagian atas.
Era keempat.dimulai tahun 7932 dengan usulan Wilson bahwa koreksi jalan napas dapat dilakukan
pada kasus-kasus paralisis pernapasan yang sulit, khususnya poliomielitis. Galloway juga ikut berpe-
ran dalam mengarahkan pemikiran dalam era ini, dengan melakukan trakeostomi untuk indikasi seperti
cedera kepala, cedera dada yang berat, intoksikasi barbiturat, dan kontroljalan napas pasca bedah. Era
ini merupakan masa-masa yang penuh rasa antusias. Selama tahun-tahun ini, lahirlah ungkapan'Jika
anda mempertimbangkan trakeostomi, lakukanlah", dan pepatah ini rnasih diikuti oleh sebagian dokter
untuk menghindari trakeostorni pada saat kritis.
474 BAGIAN TUJUH-PENYAKIT TRAKEA DAN ESOFAGUS
INDIKASI
Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan napas dan gangguan non-obstruktif
yang mengubah ventilasi. Tiap lesi yang menyunbat atau dapat menyumbat jalan napas bagian atas
harus dipintas. I-esi laring kongenital seperti stenosis subglotis, paralisis pita suara, penyakit inflamasi
yang menyumbat jalan napas (mis., angina Ludwig yang mengangkat dasar mulut dan lidah, dan me-
nutup jalan napas faring), epiglotitis dan lesi-lesi vaskular, neoplastik atau traumatik yang timbul me-
lalui mekanisme serupa merupakan indikasi utama trakeostomi.
Gejala obstruksi jalan napas bagian atas menakutkan baik bagi pasien maupun dokternya. Timbul
dispnea dan stridor, biasanya inspirasi (bunyi gagak) bila lesi terletak pada atau di atas pita suara
sejati. Stridor ekspirasi yang khas pada obstruksi setinggi atau di bawah rima glotidis, bernada tinggi
dan menimbulkan mengi. Retaksi pada insisura suprasternal dan supraklavikular dan celah iga men-
2s-TRAKEOSTOMI 475
ANATOMI
Trakea merupakan suatu tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago (elastin) yang tidak
penuh di bagian posterior. Trakea berawal di bawah kanilago krikoid yang berbentuk cincin stempel
dan meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam toraks di mana ia membelah menjadi dua
bronkus utama pada karina. Pembuluh besarpada leher berjalansejajar dengan trakea di sebelah lateral
dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di sebelah depan dan
lateral. Ismus melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima.
Saraf laringeus rekurens terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan
menufupi trakea di bagian depan adalah otot-otot leher suprasternal, yang melekat pada kartilago tiroid
dan hioid.
TEKNIK BEDAH
Trakeostomi Elektif pada Orang Dewasa
Bila pembedahan tidak mendesak, maka trakeostomi dilakukan di ruang operasi, kecuali bila kon-
disi pasien memerlukan peralatan yang tidak praktis sehingga menyusahkan perjalanan ke ruang
476 BAGI.AN TUJUH-PENYAKIT TRAKEA DAN ESOFAGUS
Dalam pelaksanaan trakeostomi elektif pada anak dan bayi, maka semakin kecil pasien, semakin
diperlukan pula suatu ventilasi terkontrol dengan rnasker atau tuba. Jika jalan napas terkontrol, maka
suatu insisi horizontal akan lebih tnemuaskan secara kosmetik, sedangkan diseksi garis tengah $ecara.
teliti adalah penting oleh karena pernbuluh-pembuluh besar terletak berdekatan. Palpasi tuba endo-
trakea atau bronkoskop memudahkan tindakan ini. Saat inspirasi, kupula pleura meluas ke dalam leher,
2s-TRAKEOSTOMI 177
Catatan: Untuk ukuran anak, tuba Shiley menawarkan potongan melintang yang lebih besar di sebelah dalam
bila dibandingkan dengan tuba Jackson.
Setelah usia enam bulan, anak memerlukan ukuran tuba sekurang-kurangnya sama dengan usia mereka pada
ulang tahun berikutnya (hingga ukuran 6).
3F=1cm.
Identifikasi ukuran dari seluruh tuba intratrakea kini telah distandarisasi. Suatu komite dari American Standard
Institute mengharuskan semua pabrik untuk memberi pengenal pada tuba intratrakea yaitu dengan diameter inter-
nal dalam milimeter.
Suatu aturan sederhana untuk mengingat dalam memilih tuba endotrakea untuk anak dalarn situasi gawat
darurat adalah dengan melihatjari kelingking anak tersebut. Ukuran kelingking anak kira-kira mendekati diameter
luar dari tuba endotrakea yang dipilih.
terutarna dalam pernapasan beftekanan positif. Hal ini harus dihindarkan sela-
Jahilan sutera yang dibuat
pada pcmbdahan digun* ma diseksi, karena kupula dapat n.renekan trakea. Menakik kupula akan me-
kan scbagai psmandu nirnbulkan pneuln"otoraks. Aspirasi jarurn pada trakea rnerupakan prosedur
sc an dai nya tcrja di dck a-
nulasi yang tidak discngaja. yang dapat diterima pada anak, untuk memastikan agar suatu pembuluh besar
arteri jangan sampai dikelirukan dengan jalan napas. Jahitan sutera dibuat
antero-lateral pada kedua sisi garis tengah, menembus dua cincin trakea sebelum dibuat suatu insisi
vertikal pada cincin kedua dan ketiga (dan kadang-kadang keempat). Sekali lagi, kartilago krikoid dan
cincin pertama tidak boleh diganggu. Jaringan trakea tidak dieksisi pada anak. Gunakan ukuran tuba
yang sesuai dengan lumen trakea
GAMBAR 25-1. Teknik trakeostomi elektif. A, Setelah insisi kulit horizontal, maka suatu diseksi vertikal pada garis tengah
leher akan memaparkan trakea.4 Ismus tiroid diretraksi dari lapangan operasi, atau dibelah di garis tengah dan diikat. Selanjut-
nya jaringan anterior dalam celah kedua dan ketiga bersama cincinnya diangkat (berbentuk elips vertikal). C, Pada anak tidak
ada pengangkatan elips. Jahitan sutera dibuat anterolateral pada kedua sisi garis tengah menembus dua cincin trakea. D, Tuba
logam tampak memasuki stoma. d Tuba lrakeostomi pada tempatnya.
dengan memotong kartilago krikoid dan cincin pertama bila tidak ada bahaya dini yang dikenali oleh
ahli bedah. Tindakan ini juga dilanjutkan dengan suatu insisi pada cincin ketiga dan keempat dan pe-
ngangkatan tuba yang pertama; tidak ada komplikasi bilamana prosedur ini dikenali dan diperbaiki
dalam 24 jam.
Pasien dengan hipoventilasi alveolar yang berat dan pasien apnea tidur obstruktif yang berat (OSA)
seringkali memerlukan trakeostomi permanen. Pasien obesitas mungkin mengalami kesulitan dalam
2s_TRAKEOSTOMI 479
Flap kulit leher diangkat dengan menyertakan selapis jaringan lemak oleh karena pembuluh plek-
sus subdermal yang memasok kulit di atasnya terletak pada lapisan ini. Tindakan undermining ke
lateral hingga otot sternokleidomastoideus, ke bawah hingga manubrium, dan ke atas hingga tulang
hioid, danjaringan adiposa diangkat hingga terlihat otot-otot leher (Gbr. 25-2). Insisi trakea diperlihat-
kan pada Gambar 25-3, dan flap kulit dijahitkan pada trakea seperti yang terlihat pada Gambar 25-4.
Setelah penyembuhan lengkap, suatu kanula Montgornery dapat digunakan sebagai s/er?t trakeostomi.
Kanula ini selalu disumbat kecuali bila metnerlukan ventilasi di malam hari (Gbr. 25-5).
Seperti yang dijelaskan di atas, trakeokanula Montgomery mernungkinkan kanulasi trakea tanpa
tuba trakeostomi. Lumen trakea tidak ditutup. Tindakan ini menirnbulkan iritasi minimal pada mukosa
trakea dan memungkinkan suatu jalan napas bagian atas yang lebih paten dan luas pada saat-saat di
mana jalan napas tidak tersurubat.
Tuba Communitrach rnerupakan penernuan baru dari suatu ide yang kuno yang mernungkinkan
pasien dengan perawatan ventilator untuk berbicara. Tuba ini mempunyai saluran terpisah untuk udara
yang dapat disuplai dari luar sebanyak 3 hingga 5 liter per menit. Udara mengalir lewat saluran khusus
dalam trakeostomi dan di kirirn ke atas urelalui lubang-lubang tuba ke dalam trakea. Aliran udara
hanya berjalan ke atas (ke arah laring), oleh karena uranset balon trakea mencegah aliran ke bawah.
Alira udara melalui laring dan rnenghasilkan suara yang pelan namun cukup dinengerti.
besar memiliki komponen edematosa, dan pernbelaban krikoid anterior merupakan suatu prosedur
dekompresif yang memungkinkan lepasnya edema dari cincin krikoid utuh. Dengan cara ini, proses
jaringan granulasi yang mengarah pada pembentukan sikatriks yang kaku menjadi terganggu.
Meskipun prosedur ini baru diperkenalkan sejak kurang lebih enam tahun yang lalu, telah cukup
banyak pengalaman yang dikumpulkan untuk membuktikan bahwa angka keberhasilannya kini sekitar
75 persen. Dengan demikian, jumlah besar neonatus dengan stenosis subglotis didapat, dapat di-
ekstubasi dan tidak memerlukan jalan napas buatan dalam bentuk suatu trakeostomi. Kini, prosedur ini
dicadangkan untuk anak di bawah tiga tahun di mana stenosis subglotis nasih dalam stadiurn jaringan
granulasi yang lunak. Karena plqsedur ini bersifat dekompresif, maka tidak akan berhasil bilamana
stenosis subglotis sudah berkembang rnenjadi sikatrjks yang padat dan kaku. Anak tenebut tetap harus
diekstubasi dengan cara lain dan tidak memiliki patologi glotis lailnya yang memerlukan pintas jalan
napas (trakeostomi).
t:'l
ili i"''
|.: :,
''."2!- i":
? 9.:,i
&
GAMBAR2!5. Kanula trakea dari silikon, dirancang yang digunakan sebagai pengganli tuba rrakeostomi.A, Kanulahanya
masuk hingga permukaan dalam dinding anterior trakea, menghindari tonjolan benda asing ke dalam trakea. B, Kanula, lempeng
depan berbentuk sayap, sumbat dan pencuci cincin. Alur di sepanjang sumbu panjang kanula membantu drainase sekret dan ber-
fungsi sebagai pengenal bagian inferior dari kanula. Tiga cincin p€rtama di dekat flange, berbentuk segitiga untuk menbantu
memfiksasi kanula di tempatnya dan tidak mudah tergeser ke depan. Alur sisanya berfungsi menambarkan lempeng depan dan
pencuci cincin pada tempatnya. Sumbat mempunyai kepala untuk mencegahnya masuk terlalu dalam pada lumen kanula. C,
Tampak kanula trakea dari silikon untuk penggunaanjangka lama dengan dua pencuci dan suatu sumbat. Permukaan yang ber-
dekatan dengan batas intraluminal dibuat halus unluk memungkinkan dan mendorong perrumbuhan epitel baik dari trakea
maupun dari kulit. (Dari Montgomery WW, Montgomery SK: Manual for use of Montgomery laryngeal, tracheal and esophageal
prostheses. Ann Otol Rhinol Laryngol (Suppl 125) 95(4):1-16, 1986.)
Jalan napas atas telah dipintas dan fungsinya sebagai sarana penghangat
lns is i tr akc oslomi tidak
dijahft scluruhnya. udara inspirasi hingga 36 oC, hurnidifikasi, dan pengeluaran partikel-partikel
asing telah hilang. Silia pada trakea telah kehilangan fungsi dan refleks batuk
menjadi tidak efektif. Pada perawatan awal dari stoma perlu dilakukan auskultasi dada dan pada anak
juga memerlukan radiogram dada segera untuk mencek posisi tuba agar tidak melampaui karina se-
hingga masuk ke bronkus kanan dan menyumbat bronkus kiri, serta untuk memastikan bahwa tidak
terjadi pneumotoraks. Radiogram perlu diperiksa oleh ahli bedah setelah prosedur selesai dilaksana-
kan. Emfisema mediastinum sering ditemukan pada radiogram dada dan fihn ulangan setelah 48 jarn
seharusnya tidak memperlihatkan perluasan emfiselna. Suatu kerah pelenbab yang mengalirkan udara
dingin jenuh air atau oksigen dipasang pada storna. Di samping tempat tidur perlu dipersiapkan
peralatan trakeostomi dan suatu tuba pengganti, gunting serta tersedia alat penghisap, demikian pula
bel untuk meminta pertolongan.
Sekret trakea banyak selama 24 hingga 48 jarn pertama setelab pembedahan tanpa memandang
penyakit primer yang memerlukan trakeostorni. Bronkore perlu dibenihkan karena sekret tersebut
dapat menyumbat dan menimbulkan ateleklasis, pneumonia dan shunt pembuluh pulmonalis. Refleks
4E2 BAGIAN TUJUH_PENYAKIT TRAKEA DAN ESOFAGUS
batuk tidak memadai dan sekret perlu diaspirasi melalui tuba. Tindakan ini
Sualu kasa pcmbalut yang
perlu dilakukan berulangkali, setidaknya tiap 15 menit dalam beberapa jam
I mggar ditcm palkan sck ila r
stoma tnked.
pertama. Setelah itu dapat dilakukan dalarn frekuensi sesuai kebutuhan per-
orangan berdasarkan banyaknya sekret, hasil auskultasi dada dan mende-
ngarkan pernapasan pasien. Pasien trakeostomi yang berbunyi menggelegak berada dalam risiko besar
dan harus dilakukan penghisapan. Teknik ini dilakukan dalam kondisi steril, setiap kalinya mengguna-
kan kateter sekali pakai yang baru. Operator harus mengenakan sarung tangan dan rnencuci tangannya
sebelum dan setelah melakukan tindakan pada penderita.
Sekret cenderung mengumpul pada'trakea, seringkali tepat di bawah tuba. Aspirasi bronkusjuga
perlu dan dapat dicapai dengan teknik penghisapan ini. Kateter dihubungkan dengan perangkat vakum
melalui suatu penghubung V (Gbr. 25-6). Tekanan jangan dibuat negalif sebelum penghubung V di-
sumbat. Cara yang dipilih adalah dengan meurasukkan kateter lewat lumen tuba.trakeostomi tanpa
tekanan hisap negatif. Bila tuba trakeostomi merniliki kanula dalam, rnaka kanula ini harus dikeluar-
kan sebelum tindakan dilakukan. Setelah kateter penghisap tidak lagi dapat masuk lebih jauh ke dalam
bronkus, maka kateter tenebut ditarik perlahanJahan dengan memutar pergelangan tangan sambil
GAMBAR 2*-7, Trga tuba trakeostomi yang sering digunakan dan mudah didaparkan. A, Tuba Shiley no. 6 (juga tersedia de-
ngan manset yang tak dapat dilepas).,8, Tuba Lanz no. GT18 dengan manset bertekanan terkontrol yang memelihara tekanan
pada dinding trakea di bawah 26 mm Hg. C, Tuba logam Jackson. Manser karet dipasang oleh pemalai. Manset tersebut
tidak
terdapat pada tuba Pilling dengan manset.
ujung jari menutup penghubung V hingga seluruh kateter dikeluarkan. Tindakan ini kemudian ditrlangi
pada bronkus satunya setelah suatu periode istirahat. Periode istirahat ini perlu karena penghisap
vakum mengeluarkan udara dari paru-paru dan jika penghisapan diulangi dalarn selang waktu yang
berdekatan, volume resi,Ju paru-paru akan berkurang. Penghisapan ulang pada sisi yang sama dilanjut-
kan hingga auskultasi menjadi benih atau respirasi menggelegak lewat tuba trakeostomi menjadi reda.
Tuba dengan kanula dalam memerlukan pengeluaran dan pembersihan kanula yang sering. Tuba
PVC dan Silastic merupakan tabung yang kompak (one piece) dan tidak menyebabkan pengumpulan
mukus ataupun krusta seperti halnya tuba logam. Tuba ini harus dikeluarkan dan diperiksa 48 jam
setelah pembedalan, diganti dan diperiksa ulang setiap minggu untuk memastikan tidak ada bolus
mukus yang menyumbat lumen. Tuba plastik kini dirancang agar paling lunak pada suhu tubuh. Sifat
ini lebih lanjut akan mengurangi resistensi kekakuan ukuran dan arah trakea yang merupakan masalah
dengan tuba logam.
Kini tersedia manset plastik bertekanan rendah untuk tuba trakeostomi. Manset ini dirancang untuk
memelihara tekanan pada trakea agar tetap di bawah 25 cm HzO. Tekanan demikian mengurangi
irsidern stenosis akibat manset trakea. Salah satu tuba bertekanan rendah diperlihatkan pada Gambar
25-:7.
Orang dewasa yang awas dan berpendidikan dapat diajarkan perawatan stoma yang menyeluruh,
dan perawatan trakeostomi pada anak di atas enam bulan dapat dilakukan di rumah. Dokter perlu san-
gat berhati-hati dan harus memikirkan dengan cermat sebelum memulangkan anak yang berusia
kurang dari enam bulan sementara anak tersebut masih mengenakan tuba trakeostomi.
Komplikasi
Setclah dilakukaitra-
hentijantung yang dapat diakibatkan hilangnya rangsangan hipoksia terhadap
keosto mi di buat radi o gram respirasi, dapat diatasi dengan tindakan yang lazim, antara lain berupa ban-
dada pasca oprasi yang
tuan pernapasan hingga CO2 dapat dibersihkan dari medula oblongata. Pneu-
perlu segera dinilai olch
ahli bcdah. momediastinum tidak tergolong sebagai komplikasi, namun merupakan aki-
bat. Kondisi ini biasanya terjadi pada anak, dan harus ditindak lanjut guna
memastikan tidak adanya perkembangan ke arah pneumotora.ks. Paralisis saraf rekuren jarang terjadi
dan harus dicegah dengan memperhatikan teknik bedah. Tuba harus terpasang pada jalan napas, tidak
menyumbat bronkus serta tidak mengenai dinding anterior trakea. Pengalaman klinis dan evaluasi
radiologik akan terdiagnosis dan mencegah kejaclian ini.
Komplikasi Lanjut. Konrplikasi ini cukup bcmrakna dalaur hal variasi dan jumlahnya, sehingga
perlu dilakukan usaha-usaha pencegahan. Perdarahan lanjut adalah akibat erosi trakea pada pembuluh
utana, biasanya qrteri inominata. (Sebenarnya menghitung cincintrakea mulai dari kartilago krikoid
merupakan tindakan yang esensial). Tindakan urengekstensikan kepala pasien dan menarik trakea ke
atas dengan suatu pengait trakea dapat rnenggarnbarkan cincin trakea kesembilan. Trakeostomi rendah
(di bawah cincin trakea kelima) seringkali salah. Pernasangan manset yaug lama dengan akibat ne-
krosis dinding trakea juga ikut berperan dalam erosi pembuluh darah.'Mathog rnenganjurkan pema-
kaian tuba plastik lunak yang lebih auran. Penanganan dari perdarahan mayor tindakan darurat dan
memerlukan pemakaian tuba (dengan manset dalam keadaan terkembang) yung cukup panjang untuk
mencapai bagian distal dari pembuluh yang tererosi. Tindakan ini dapat mencegah aspirasi darah ke
dalam paru. Kesalahan dalarn menrbedah dan menjahit peurbuluh mungkin mengharuskan tindakan
sternotomi parsial.
tlrellyebabkan obstruksi lltukosa sirkuurfcre nsial dalarn bcbcrapa jam. Manset harus dikentbangkan dan
kemudian sejumlah udara dilepaskan hingga nrcnimbulkan "bunyi." Mansct bertekanan rendah juga
bersifat protektif. Perbaikan stenosis trakea menjadi senrakin sulit bilanrana sikatriks nrakin panjang.
Kepuslakaan
Bryant LR, Trinkle JK, Dubilier L: Reappraisal of tracheal injuries from cuffed tracheostomy tubes: Experiments in dogs. JAMA
ll5:615_618, lq7t.
Lrw resistance in tracheoslomy lubcs. Ann Orol llhinol I_aryngol 82:827-830, 1973.
Cavo J, et al:
Chew.TOY, Canlrell RW: Tracheostomy: Complications and their managcment. Arch Otol 96:583445,1972.
Cotton RT, Myer CM, Bralcher GO, Fitton CM: Anterior cricoid split, lS77-1987. Arch Orolaryngol Ilead Neck Surg
I 14:130G-1302. 1988.
Cotton RT, Seid AB: Management of thc extubalion problcm in thc premalure child: Anlerior cricoid split as an allernative to
tracheotomy. Ann Otol Rhinol Laryngol 89:508-511, 19it0.
Fearon B, Cotton R: Surgical correction of subglottic slenosis of tho larynx in inlants and children. Ann Otol Rhinol l-aryngol
84:231:235,1974.
Goodall EW: The story of tracheotomy. Br.T Child Dis3l:76'1-252,7934.
Grillo tIC, Cooper JD, Geffin B, Ponloppian H: A low prcssure cuff for tracheoslonry tubcs to minimize tracheal injury. J
Thorac Cardiovasc S urg 62:898-90'7 ,1911.
Jackson C: I{igh tracheotomy and other errors: The chiel causes of chronic laryngeal stenosis. Surg Gynecol Olntet32:392-397,
t921.
Mathog RH, Kenan PD, Hudson WII: Delaycd massivc hcmorrhage following lracheostomy. Laryngoscope 81 :1O7-119,1971.
McClelland l{MA: Tracheostomy: Ils nranagcmcnl and allcrnalivcs. [)roc I{ Soc Med65:4O1-403,19'12.
Montgomery WW. Montgomery SK: Manual for use of Montgorrcry laryngcal, lracheal, and csophagcal prostheses. [Supple-
ment l25l 95(4);1-16, 1986.
Sahni R, Blakley BW, Maisel RH: Flap trachc,oslomy in slcep apnea paticnts. [-aryngoscopeg5(2):221-223,1985.
Schuller DE, Birck IIG: The safety of intubation in croup and epiglottitis: An eight ycar follow-up. I-aryngoscope 85:3346,
19'75.
Snow JB, Preslon WJ: Dry, aseptic melhod oI tracheolon]y care. Arch Orol 92:191-194, 1970.
Szachowicz E, Walsh J, Maisel RH: TALC lracheoslony tube: Nornral laryngeal spccch while on a ventilator. Otolaryngol
Head Neck Surg 89:221, 1981.