ANATOMI DAN
FISIOLOGI LARING
James I. Cohen, M.D., Ph.D.
Embriologi
Faring, laring, trakca dan paru-paru nrcrupakan 'Jcrivatforegrre ntbrionalyang tcrbcnluk sckitar lll
hari setclah konscpsi. Tak laura scsudahnya, tcrbcntuk alur faring uredian yang bcrisi pclunjuk-petult-
juk pertama sislcnr pcrnapasan dan bcnih laring. Sulkus atau alur Iaringolrakea mcnjadi nyata pada
sckitar hari kc-21 kchidupan crnbrio (Gbr. 19-1). Pcrluasan alur ke arah kaudal ntcrupakan pritrtordial
paru. Alur nrcnjadi lebih dalanr dan bcrbcntuk kantung dan kcnrudian nteniadi dua lobus pada hari ke-
27 atau kc-28. Bagian yang paling proksirnal dari luba yang nrcrtrbcsar ini akan nrcnjadi laring. Pcnr-
besaran aritcnoid dan larnina cpi{clial dapat dikcnali nrcnjclang 33 hari, scdangkart karlilago, otot dan
scbagian bcsar pita suara (korda vokalis) lcrbcnluk dalanr liga alau cnlpat nringgu bcrikutttya.
Hanya kartilago cpiglotis yang lidak tcrbcnluk hingga masa midfetal. Karcna pcrkcmbangan Iaring
bcrkaitan erat dcngan pcrkcnrbangan arkus brankialis cnrbrio, maka banyak struklur laring tnerupakan
dcrivat dari aparalus brankialis.
'' t
S
-.:
piglotis
A=,./
GAMBAR l9-1. Perkerrrbangan -r,.-]N{,;\-\ - E /'
trls
laring manusia. A, Empat minggu;
-8, lima minggu; C, enam minggu;
Kq_ ) s/;
D, tujuh minggu [, scpuluh ming-
gu; i;, laring bayi pada saat lahir. lFl,'
Angka romawi mcngacu pada de-
rivat arkus viseralis. (llari Blucs-
ronc CD. Stool SE (cds.;: l'e diatric
Otolaryngology. Philadelphia, WB
Saunders Co, 1983, p 1136).
370 BAGIAN LIMA-LARING
Penutupan kadilago Gangguan perken.rbangan dapat berakibat berbagai kclainan yang dapat
didiagnosis melalui penreriksaan laring secara langsung. Irring sendiri mung-
krikoidea yang tidak hngkap
menimbulkan celah
kin kecil atau n.rungkin terdapat bcrbagai tingkatan selaput di antara korda
e s ol ag u s I a ri n gotrak ea,
vokalis scjati. Jarang, lcngan posterior dari sulkus laringotrakea yang berben-
tuk T dapat nenetap, nrcninggalkan cclah laring tcrbuka antara esofagus dan trakca. I-aringomalasia
suatu tingkat abnortrtal flasiditas pada kerangka laring, sehingga laring nenjadi kolaps pacla waktu
respirasi, merupakan kclainan kongcnital laring yang paling scring tanrpak scbagai penyebab untuk
stridor pada nconatus. Hal ini hanrpir sclalu mcrupakan kondisi jinak yang sernbuh sponlan dcngan
pertunrbuhan dan pcrkcntbangan. Gangguan pcrkcmbangan laring akan dibicarakan dalam Bab 20;
kelainan csofagus dan cabang trakcobronkial dibahas clalaur Bab 24.
ANATOMI LARING
Struktur Penyangga
Struktur kerangka laring tcrdiri dari sa{u tulang dan bcberapa karlilago yang bc4rasangan ataupun
tidak (Gbr. l9-2). Di scbclah supcrior tcrdapat os hioidcurn, struklur yang bcrbcnluk U dan 4apat
dipalpasi di lchcr dcpan dan lcwat ntulul pada dinding faring latcral. Meluas dari nrasing-nrasing sisi
bagian tcngah os alau korpus hioidcurn adalah sualu proscsus panjang dan pcndck yang mcngarah ke
postcrior dan sualu proscsus pcndck yang nlcngarah kc supcrior. Tcndon dan otot-otot lidah, nran-
dibula dan kraniunt, nrclckat pada pcrrrrukaan supcrior korpus dan kcdua proscsus. Saat menelan,
kontraksi otot-otot ini nrcugangkat Iaring. Naruun bila laring dalanr kcaclaan slabil, nraka otot-otottcr-
sebut akatr nrcmbuka nrulut dalt ikul bc4rcran dalarn gcrakan lidah. Di bawah os hioidcunr dan rneng-
gantung pada liganrcntunr lirohioidcunr adalah dua alae alau sayap kartilago tiroidca (pcrisai). Kcdua
alae tncttyalu di garis tcngah pada sudul yang Icbih clulu dibcntuk pacla pria, lalu nrcntbcntuk,Jakun,'
(Adam apple). Pada tcpi poslcrior Iuasing-nrasing alac, tcrdapat kornu supcrior dan inf'crior. Artiku-
lasio kornu infcrius dcngan karlilago krikoidca, nrcnrungkinkan sedikit pcrgcscran atau gcrakan antara
karlilago liroidca darr krikoidca.
Kartilago apiglotika
Kornu,superius
lnsisura liroidea I
superior i
Karlilago Kaftilago
kornikulata aritenoidea
GAMBAR 19-2. Kartilago laringis
I Putiotus
(Digambar kembali dari Turner).
-- Prosesus vokalis
_ - Fasies artiku.
t; hris liroidea
Linea oblikua Kotnu inferius - - Alkus
Kadilago tiroidea Kaiilagokrikoidea tilr6 u6utar-.*
Ig-ANATOMI DAN FISIOLOGI LARING 37I
tubasi endotrakea yang lama sering kali merusak lapisan mukosa cincin dan dapat menyebabkan
stenosis subglotis didapat. Di sebelah inferior, kartilago trakealis pertama melekat pada krikoid lewat
liga mentu m interka rli la ginosa.
Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritenoidea, masing-masing berbentuk
seperi pirarnid bersisi tiga. Basis piramidalis berartikulasi dengan krikoid pada artikulasio kriko-
aritenoidea, sehingga dapat terjadi gerakan meluncur dari medial ke lateral dan rotasi. Tiap kartilago
aritenoidea mempunyai dua prosesus, prosesus vokalis anterior dan prosesus muskularis lateralis.
Ligamentum vokalis meluas ke anterior dari masing-masing prosesus vokalis dan berinsersi ke dalam
kartilago tiroidea di garis tengah. Prosesus vokalis membentuk dua perlima bagian belakang dari korda
vokalis, sementara ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian pita suara yang
dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis suara membentuk glotis. Ba-
gian laring di atasnya disebut supraglotis dan di bawahnya subglotis. Terdapat dua pasang kartilago
kecil dalam laring yang tidak memiliki fungsi. Kartilago kornikulata terletak dalam jaringan di atas
menutupi aritenoid. Di sebelah lateralnya, yaitu di dalam plika ariepiglotika terletak kartilago kunei-
formis.
Otot-otot Laring
Otot-otot laring dapat dibagi dalam dua kelornpok (Gbr. 19-3). Otot ekstrinsik yang terutama
bekerja pada laring secara keseluruhan, sementara otot intrinsik menyebabkan gerakan antara berbagai
struktur-struktur laring sendiri. Otot ekstrinsik dapat digolongkan menurut fungsinya. Otot depresor
atau otot-otot leher (omohioideus, sternotiroideus, sternohioideus) berasal dari bagian inferior. Otot
elevator (milohioideus, geniohioideus, genioglosus, hioglosus, digastrikus dan stilohioideus) meluas
dari os hioideum ke mandibula, lidah dan prosesus stiloideus pada knnium. Otot tirohioideus walau-
pun digolongkan sebagai otot-otot leher, terutama berfungsi sebagai elevator. Melekat pada os hioi-
deum dan ujung posterior alae kartilago tiroidea adalah otot konstriktor medius dan inferior yang
melingkari faring di sebelah posterior dan berfungsi pada saat menelan. Serat-serat paling bawah dari
otot konstriktor inferior berasal dari krikoid, membentuk krikofaringeus yang kuat, yang berfungsi
seba gai sfi ngter esofa gus superior.
Anatomi otot-otot intrinsik laring paling baik dimengerti dengan rnengaitkan fungsinya. Serat-serat
otot interaritenoideus (aritenoideus) transvenus dan oblikus rneluas di antara kedua kartilago arite-
noidea. Bila berkontraksi, kartilago aritenoidea akan bergeser ke arah garis tengah, mengaduksi korda
vokalis. Otot krikoaritenoidcus posterior meluas dari permukaan posterior larnina krikoidea untuk
372 BAGIAN LIMA-LARING
Otol aritenoideus
lransversus
Otot ariepiglotikus
Otol krikoarite-
noideus laleralis
Kartilago
krikoidea
d
' Olol arilenoideus
Otot krikoarif enoideus poslerior (0c ru&* l-* 1-*
Dua pasangan saraf mengurus laring dengan persarafan sensorik dan mo-
Sar al laringeus superior
,er ula m ab er sif at se nso rik, torik. Dua saraf laringeus superior dan dua inferior atau laringeus rekurens,
Saral ini hany4 mengurus
saraf laringeus merupakan cabang-cabang saraf vagus. Saraf laringeus supe-
lungsi motorik safu otol
rior meninggalkan trunkus vagalis tepat di bawah ganglion nodosum, meleng-
sa ja---otot kr ik oti ro i deu s.
kung ke anterior dan nedial di bawah arteri karotis eksterna dan interna, dan
bercabang dua menjadi suatu cabang sensorik interna dan cabang motorik eksterna. Cabang interna
menembus membrana tirohiodea untuk mengurus persarafan sensorik valekula, epiglotis, sinus pirifor-
mis, dan seluruh mukosa laring superior interna tepi bebas korda vokalis sejati. MaSing-masing cabang
eksterna merupakan suplai motorik untuk satu otot saja, yaitu otot krikotiroideus. Di sebelah inferior,
saraf rekurens berjalan naik dalarn alur di antara trakea dan esofagus, masuk ke dalam laring tepat di
belakang artikulasio krikotiroideus, dan mengurus persarafan motorik sernua otot intrinsik laring ke-
cuali krikotiroideus. Saraf rekurens juga mengurus sensasi jaringan di bawah korda vokalis sejati (re-
gio subglotis) dan trakea superior. Perjalanan saraf rekurens kanan dan kiri yang berbeda diilustrasikan
dalam Gambar 194, yang juga metnperlihatkan jaras neural yang lebih tinggi dari penarafan laring.
Karena perjalanan saraf inferior kiri yang lebih panjang serta hutlungannya dengan aorta, maka
sarafini lebih rentan cedera dibandingkan sarafyang kanan.
Suplai arteri dan drainase venosus dari laring paralel dengan suplai saraf-
Sardl laringeus suptbr,
arteri dan vena laringea nya. Arteri dan vena laringea superior merupakan cabang-cabang arteri dan
superior masuk ke laring vena tiroidea superior, dan keduanya bergabung dengan cabang interna saraf
di scblah latcral, yaitu di
tntara os hioideum dan
laringeus superior untuk membentuk pedikulus neurovaskular superior. Arteri
kaflilago tiroidea. dan vena laringea inferior berasal dari pembuluh tiroidea inferior dan masuk
ke laring bersama saraf Iaringeus rekurens.
Pengetahuan mengenai drainase limfatik pada laring adalah penting pada terapi kanker. Terdapat
dua sistem drainase telpisah, superior dan inferior, di mana garis pen.risah adalah korda vokalis sejati.
Korda vokalis sendiri rnempunyai suplai lirnfalik yang buruk. Di sebelah superior, aliran liurft'nre-
nyertai pedikulus neurovaskular superior untuk bergabung dcngan nodi lintlatisi supcriores dari raus-
kaian servikalis profunda setinggi os hioideus. Drainase subglotis lcbih be ragarn, vairu ke nodi linrta-
tisi pretrakeales (satu kelenjar terlelak tepat di depan krikoid dan discbut norJi Dclptrian), kclcn.jar
getah bening servikalis profunda iuferior, nocli supraklavikularis dan balrkan nodi nretjiastinalis
superior.
Sebagian besar laring dilapisi olch mukosa toraks bersilia yang dikenal sebagai epircl rcspiratorius.
Namun, bagian-bagian laring yang terpapar aliran uclara terbcsar, ntisalnya pennukaal lingua pada
epiglotis, permukaan superior plika aricpiglotika, dan pe rmukaan superior se rla tepi bcbas korda voka-
lis sejati, dilapisi epitel gepeng yang lebih keras. Kclenjar penghasil mukus banyak diremukan dalam
epitel respiratorius.
Struktur pertama yang diarnati pada pcnre riksaan urcmakai kaca aclalah epiglotis (Gbr. 19-5). Tiga
pita mukosa (satu plika glosocpiglotika nrediana dan dua plika glosoepiglotika lateralis) mcluas dari
epiglotis ke lidah. Di anlara pita nrcdiau dan scliap pita lateral terclapat suatu katrtung kecil, vaitu vale-
kula. Di bawah lepi bebas cpiglotis, dapat terlihat aritcnoicl scbagai dua gunr.lukan kecil yang dihu-
bungkan oleh otot interaritenoid yang tipis. Perluasan dari masing-rnasing arilcnoid kc a.nterolateralis
menuju tepi lateral bcbas dari epiglotis adalah plika aricpiglotika, nrerupakan suatu mernbrana
kuadrangularis yang dilapisi mukosa. Di lateral plika ariepiglotika tcrdapat sinus alau resesus pirifor-
mis. Struktur ini bila dilihat dari atas, mcrupakan suatu kanlung bcrbentuk segitiga di nrana tidak rne-
miliki dinding posterior. Dinding mcdialnya di bagian atas ailalah kartilago kuaclrangularis clan di
bagian bawah kartilago aritenoidea dengan otot-otot lateral yang nrelekat padanya, clan clincling lateral
adalah pennukaan dalam alae tiroid. Di sebclah posterior sinus piriformis berlanjut sebagai hipofaring.
Sinus piriformis dan faring bergabung ke bagian in[erior, ke clalan.r introilus csothgi yang clikelilingi
oleh otot krikofaringeus yang kuat.
Dalam laring sendiri, terdapat dua pasang pifa horisontal yang berasal dari aritcnoid clan berinsersi
ke dalam kartilago liroidea bagian antcrior. Pila superior adalah korda vokalis palsu arau pita ventri-
kular, dan lateral terhadap korda vokalis sejali. Korda vokalis palsu terletak tepal di inferior tepi bebas
membrana kuadrangularis. Ujung korda vokalis sejati (plika vokalis) adalah batas superior konus elas-
Pantulan cahaya
tikus. Otot vokalis dan tiroaritenoideus membentuk massa dari korda vokalis
dai
ini. Karena permukaan superior korda vokalis adalah datar, maka mukosa
pcrmu kaan ko rd a vokal i s
rcmbualnya tcrlihat
akan memantulkan cahaya dan tampak berwarna putih pada laringoskopi in-
berwama putih.
direk. Korda vokalis palsu dan sejati dipisahkan oleh ventrikulus laringis.
Ujung anterior ventrikel meluas ke superior sebagai suatu divertikulum kecil yang dikenal sebagai
sakulus laringis, di mana terdapat sejumlah kelenjar mukus yang diduga melumasi korda vokalis. Pem-
besaran sakulus secara klinis dikenal sebagai laringokel.
Struktur di Sekitarnya
FISIOLOGI LARING
Walaupun laring biasanya dianggap sebagai organ penghasil suara, narnun
Fungsi utama laring adalah
me litl ternyata rnempunyai tiga fungsi utama-proteksi jalan napas, respirasi dan
u ng i j al an n ap as.
pengosongan jantung dan paru. Selain itu, bentuk korda vokalis palsu dan sejati memungkinkan laring
berfungsi sebagai katup tekanan bila menutup (Gbr. 19-6), memungkinkan peningkatan tekanan in-
tratorakal yang diperlukan untuk tindakan-tindakan mengejan misalnya mengangkat berat atau defe-
kasi. Pelepasan tekanan secara mendadak menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan
ekspansi alveoli terminal dari paru dan membersihkan sekret atau partikel makanan yang berakhir
dalam aditus laringis, selain semua mekanisme proteksi lain yang disebutkan di atas.
Namun, pembentukan suara agaknya merupakan fungsi laring yang paling kompleks dan paling
baik diteliti. Penemuan sistem pengamatan serat optik dan stroboskop yang dapat dikoordinasikan de-
ngan frekuensi suara sangat membantu dalam memahami fenomena ini. Korda vokalis sejati yang
teraduksi, kini diduga berfungsi sebagai suatu alat bunyi pasifyang bergetar akibat udara yang dipaksa
antara korda vokalis sebagai akibat kontraksi otot-otot ekspirasi. Nada dasar yang dihasilkan dapat
dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik laring (dan krikotiroideus) berperan penting dalam
penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk dan massa ujung-ujuitg bebas korda vokalis sejati
dan tegangan korda itu sendiri. Otot ekstralaring juga dapat ikut berperan. Demikian pula karena posisi
laring manusia yang lebih rendah, maka sebagian faring, di samping rongga hidung dan sinus para-
nasalis dapat dimanfaatkan.untuk perubahan nada yang dihasilkan laring. Semuanya ini dipantau mela-
lui suatu mekanisme umpan balik yang terdiri dari telinga manusia dan suatu sistem dalam laring sen-
diri yang kurang dimengerti. Sebaliknya, kekerasan suara pada hakekatnya proporsional dengan
tekanan aliran udara subglotis yang menimbulkan gerakan korda vokalis sejati. Di lain pihak, berbisik
diduga te{adi akibat lolosnya udara melalui komisura posterior di antara aritenoid yang terabduksi
tanpa gelaran korda vokalis sejati.
Tiap penyakit yang mempengaruhi kerja otot intrinsik dan ekstrinsik laring (paralisis saraf, trauma,
pembedahan), atau massa pada korda vokalis sejati (misalnya, paralisis saraf, trauma, pembedahan)
akan mempengaruhi fungsi laring, akibatnya akan terjadi gangguan menelan ataupun perubahan suam.
Penyakit-penyakit dernikian akan dibahas rinci dalam bab-bab selanjutnya.
Kepustakaan
Crelin ES: Development of the upper respiratory system. CIBA Clinical Symposia,Yol2g,No 4, L977.
Fink RB, Demarest RI: hryngeal Biomechanics. Cambridge, MA, Harvard University Press, 1978.
Hollinshead [IW: Anatomy for Surgeons. Vol 1: The Head and Neck. New York, Harper and Row, 1968.
Kirchner JA: Physiology of the larynx. InPaparclla MM, Shumrick DA (eds): Otolaryngology. Philadelphia, WB Saunders Co,
1980, pp 377-388.
1g_ANATOMI DAN FISIOLOGI LARING 377
O'Rahilly R, Tucker JA: The early development of the larynx in staged human embryos. Ann Otol Rhinol Laryngol 82 (Suppl
7):l-27,1973.
Tucker HM: Monographs in Clinical Otolaryngology-Surgery for Phonatory Disorders, Vol 3. New York Churchill
Livingstone, 1981, pp 6-11.
Van Alyea OE: The Embryology of the Ear, Nose and Throat. Rochester, MN, American Academy of Ophthalmology dan
Otolaryngology, 1944.
Wyke BD, Kirchner JA: I-aryn-Neurology. In Hinchcliffe R, Harrison D (eds): Scientific Foundations of Otolaryngology.
Chicago, Year Book Medical Publishers, 1976, pp 546-573.