ESOFAGUS
Fsofagoskopi menrpakan metode yang paling langsung untuk merneriksa lumen esofagus. Teknik
ini esensial untuk visualisasi dan pengangkatan benda asing, evaluasi perubahan mukosa danjaringan,
serta biopsi untuk pemeriksaan mikroskopik. Merupakan metode yang paling dapat diandalkan untuk
pengambilan bilasan guna pemeriksaan sitologi dan biakan. Adanya striktur, deviasi dan kelainan
esofagus lainnya dapat dilihat melalui dan seringkali dapat diobati dengan esofagoskopi.
Kelainan Esofagus
GAMBAR 24-1. Penelanan barium memperlihatkan (A) esofagitis korosif akibat tertelan zat kimia dan (B) kardiospasme.
tekanan esofagus intralunrinal dapat bersifat diagnostik. Spasnre dilus dan nyeri jantung terkadang
sulit dibedakan.
Terdapat suatu jumlah yang besar kelainan kongenital pada esofagus. Be-
Kelainan yang menckan
esolagus biasanya jugaberapa melibalkan hanya pada esofagus sendiri. Keterlibatan lainnya adalab
menekan jalannya udara.
esofagus dan trakea. Masih ada kelainan lain dari struktur-struktur didekatnya
mengenai esofagus. Ketidakterdapatan esofagus adalah jarang. Esofagus
duplikat kongenital dapat muncul apakah sebagai suatu tuba atau struktur seperti kista yang berdekatan
24_PENYAKIT JALAN NAPAS BAGIAN BAWAH 457
dengan esofagus. Webbiasa adalah jarang. Stenosis mungkin fibrosis atau akibat suatu gagalnya epite-
lisasi dari suatu bagian pada esofagus. Stenosis esofagus kongenital terjadi pada perbatasan sepertiga
proksimal dan tengah dapat merupakan permulaan bukti ketika bayi mulai mendapat makanan padat.
Terdapat berbagai fistula trakeoesofagus, yang seluruhnya membutuhkan terapi bedah. Atresia tanpa
flstula trakeoesofagus rnungkin memerlukan aspirasi bronkoskopi berulang sebelum pembedahan. Cin-
cin pembuluh darah dan kelainan kardiovaskular lainnya dapat menirnbulkan berbagai derajat penyum-
batan karena tekanan ekstrinsik pada lunlen esofagus.
Jika terdapat riwayat kcnrungkinan tertelan zat kaustik, adalah penting ada
Kctika diduga ada pcnelanan
kaustik maka tcrserah pada atau tidaknya keterlibatan esolagus sehingga dapat ditegakkan. Ada atau
para dokter untuk tidaknya ulserasi orofaringealis tidak membantu dalam rnemutuskan jika ter-
membuktikan atau tidak hal
te r se b ul teld h tc rj a d i.
dapat suatu rasa terbakar pada esofagus. Hal ini dapat ditegakkan hanya de-
ngan esofagoskopi, yang mungkin dapat dilakukan dengan cennat menyedia-
kan bahwa teropong tidak menembus nrelewati luka esofagus yang terlihat pertama. Esofagoskopi
unrutrrnya dilakukan 24 hingga 48 jarn setelah tertelan. Jika zat kaustik rneninrbulkan suatu awal ne-
krosis berat, perforasi dan hasil nrediastinitis dapat terjadi. Paling lazim, pcrlorasi tidak terjadi, tetapi
dalam proses pemulihan sualu parut mclingkar esofagus yang bcrkerut, ntenimbulkan stenosis esofa-
gus (Tabel 24-l).
Bila sejumlah besar basa tertelan, seperti pada percobaan bunuh diri pada orang dewasa, secara
darurat esofagogastrektomi total mungkin diperlukan. Jika kemungkinan terjadi perforasi, rnaka tidak
diberikan steroid. Pernakaian steroid dapat menyamarkan terbentuknya peritonitis atau mediastinitis.
Pada beberapa kasus semua usaha dituiukan pada penanganan mediastinitis atau peritonitis. Per-
hatian diberikan terhadap renjatan yang lnengarah menstabilkan pasien daripada pencegahan terhadap
striktur.
serta trakea dapat menirnbulkan suara sengau, batuk dan dispne. Air liur dapat mengalir ke luar dari
esofagus dan masuk ke dalarn laring.
GAMBAR2I2. Jenis benda asing sering pada anak di esofagus. A,Uang logam pada servikalis menyempit ("menjepit bagian
atas');4 Peniti terhenti pada tempat yang sama seperli pada A; C, kancing terhenti untuk sementara waktu pada ."p".tig"
bagian bawah esofagus.
yang kasar dapat meningkatkan kontraksi peristaltik sehingga benda asing dapat rnengalami perforasi.
Usus besar sebaiknya diperiksa secara cermat terhadap bukti pasase lengkap dari benda asing. Nyeri
abdomen pada pasien ini dapat rnerupakan anjuran bahwa perforasi telah terjadi.
Anamnesis
Bila pasien tampak mengeluh diduga kelainan esofagus, diikuti riwayat spesifik sebaiknya diper-
oleh dan digolongkan sebagai lokasi, awitan, durasi, frekuensi, berhubungan dengan makanan, dan
faktor yang dapat minimalkan atau nleningkatan gejala-gejala penyerta.
1. Kesukaran dalam menelan (disfagia) makanan padat atau cairan
2. Sumbatan kornplit (ketidakmanrpuan untuk ntenelan)
24-PENYAKIT JALAN NAPAS BAGIAN BAWAH 461
\ l
.t
/ (--..',
V il)
A
\r' I
l
;J 't?i;
t
r
,i
I
I
i
I -*_4.
//
,/\ /'
/-',
\
r-\**\
'.
\). -,-/,
'.r/ {..:t Il
)1. ,.
'\
\i -,/'
M,
{ -\-\idfsF i
\ rl\ \
1 _ 'l
\.*_, "';{'u"'
GAMBAR 24-3. Pertolongan pertama yang dianjurkan untuk si sakit cara yang mungkin untuk pengambilan benda asing. (Dari
Tucker GF Jr: Minutes Report of the Commiltee for lhe Prevention of Foreign Body Accidenis. Trans Am Bronchoesophagol
Assoc 49:181-183, 1969.)
Pemeiksaan Fisik
Uji diagnostik lain dapat dilakukan dalam kaitannya dengan radiografi, termasuk pengukuran
tekanan intralurninal. Pada penyelidikan ini, tuba terisi air diternpatkan untuk urengukur perubahan
tekanan dalam lumen esofagus selarna proses pe nelanan (Gbr. 244 A dan B). Gangguan fungsi motor
dan efek tenpi penekanan secara kuantitatif'renggunaka' tek.ik ini.
Esofagoskopi
Esofagoskopi merupakan indikasi setelah analnnesis cennat, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
radiografi dilakukan dengan lengkap. Esofagoskopi disarankan bila setiap pertanyaan tetap mengenai
diagnosis atau jika terapi rnungkin diadakan nrelalui esofagoskopi. Pemeriksaan radiografi yang
negatif tidak rnenyingkirkan kebutuhan untuk esofagoskopi, karena beberapa lesi rnukosa kecil, benda
asing non-radioopak, serta perubahan peradangan non-spesifik dapat clidiagnosis hanya pada keadaan
ini. Esofagoskopi merupakan kontraindikasi bila ada aneurisma aorta (Gbr. 2a-5).
Ada dua tipe dasar esofagoskop. Tipe satu adalah tuba logam kaku dengan suatu lumen berbentuk
oval yang mengandung pembawa ringan serta saluran untuk aspirasi sekresi. Tipe dari esofagoskop ini
mernbolehkan garnbaran langsung tidak tersumbatnya mukosa esofagus serta manipulasi dengan ber-
bagai alat untuk biopsi dan pengeluaran benda asing. Tipe keclua adalah esofagoskop fleksibeidengan
ilumminasi seratoptik serta gambaran seratoptik. Aclanya saluram kecil untuk aspirasi sekresi dan
nrenrasukkan forsep kecil untukbiopsi serta pengeluaran bencla asing (Tabel 24-2).Tipe ini menye-
diakan pandangan yang lebih besar dari rnukosa namun tidak mernungkinkan untuk penggunaan alat
yang beraneka ragam, terutama benda asing.
Juga tidak akan menarik kernbali dan rnelinclungi dinding esofagus selanla pengeluaran benda
asing bertepi tajam seperti pada esofagoskop kaku. Esofagoskopi dapat dilakukan dalam anestesi lokal
atau umum' Pilihan anestesi dan esofagoskop tergantung pada ahli endoskopi, usia dan umumnya
kesehatan pasien, serta penyakit dicurigai (Gbr. Za4).
24-PENYAKI'| JAI-AN NAPAS BAGIAN BAWAH 463
th&
@E@
#re
:,,,,-
TABEL 24-2. UKURAN TUBA TRAKEOSTOMI DAN ENDOSKOP PADA BAYI DAN ANAK
TI]BA
USIA I-ARINGOSKOP I}RONKOSKOP ESOFAGOSKOP TRAKEOSTOMI
Prematur 6 3,0 mm x20 cm 3,5 mm x25 cm 00
Bayi baru lahir 6 3,5 mm x 25 cm 4,0 mm x 35 cm 0
3 hingga 6 bulan 9 3,5 mm x 30 cm 4,0 mm x 35 cm 0 atau 1
L tahun 9 4,0 mm x 30 cm 5,0 nrm x 35 cm 1
2 tahun 11 4,0 mm x 30 cm 5,0 mm x 35 cm L
4 tahun 11 5,0 mm x 35 cm 6,0 mm x 35 cm 2
5 hingga 7 tahun I2 5,0 mm x 35 cm 6,0 mm x 35 cm J
8 hingga 12 tahun 16 6,0 mm x 35 cm 6,0 mm x 35 cm 3 atau 4
7,0 mm x 40 cm
Ukuran tuba untuk dewasa tergantung pada tinggi dan berat badan dan biasanya jarak dari ukuran digunakan
untuk usia 12 tahun terhadap ukuran dua kali libat lebih besar.
464 BAGIAN TUJUH-PENYAKIT TRAKEA DAN ESOFAGUS
1 3 6 l0 r4 (6
z 16
l8 I9 22 25 27 3\ 40 cm.
t7 r8 2t 2\ 26 33 38 cm.
l3 l5 t6 t8 20 2\ 27 Bronkus kili
t2 l! r5 r5 t7 2t 23
7 9 t0 il l2 r4 r5 Krikotaringeus
GAMBAR 244,Jarakkira-kira tanda anatomi esofagus dari gigi seri atas terlihat oleh ahli endoskopi (Diambil dari Jackson C,
Jackson CL: Bronchoesophagology. Philadelphia, WB Saunders Co, 1950, p 229.)
Gangguan Trakeo-bronkia I
Kelainan kongenital pada trakeobronkial bukan tidak lazirn terjadi dan urnurunya menimbulkan
obstruksi saluran pernapasan sejak labir atau segera sesudahnya. Suara yang jernih membedakan
obstruksi laring dari trakea. Atresia dan agenesis trakea jelas tidak dapat bertahan hidup. Selaput
mernbranosa pada trakea dapat dilebarkan dengan ujung dari bronkoskop. Selaput yang lebih lebar
mungkin rnemerlukan penanganan ekstensif. Trakeomalasia atau lernbeknya kartilago trakea dapat ter-
46 BAGIAN TUJUH-PE}ryAKIT TRAKEA DAN ESOFAGUS
3''t
ijii;
3
,,n
GAMBAR 24-7. Emfisema obstruktif pada anak berusia 372 disertai benda asing (kacang) pada bronkus utama kanan. a, Pada
inspirasi bronkus membesar dan udara melewati sekitar benda asing untuk membubung paru kanan. b, Pada ekspirasi udara
keluar seperti biasanya dari paru kiri, tetapi bronkus kanan menutup rapat sekitar benda asing, manahan udara yang terperangkap
pada sisi kanan. Terdapat prgeseran mediastinum ke kiri.
d. a,
d.l.
d.p.
K",@
Paru klrt
Paru Kanen
Bronkua Segmcn Lobur Brcnkur Segmen
fKamnl
..........1 (amn2
Apikat
posterior
Atas tKaren3 Anterior
Bagian bawah I xnto superior Media .. ... IKamn4 Laterat
dibagi
lKiri5 lnlerior LKamn5 Meaia
Bawah ...
fxitis superior(aoikat) Kamn6 Superior(apikal)
] KiriT&8 9653p 6ej;6 KamnT Dasar Media
I anterio, Bawah ... KaEng Dasar Anterior
Dasar rateral Kamng Dasar Lateral
lffi. Kamnl O Dasar Posterior
GAMBAR 24-3Atas, Gambar anatomi pada percabangan bronkial (terbalilq seperti yang ditunjukkan oleh ahli bronkoskopi).
Arah panah menunjukkan pandangan bronkoskopik. (Dari Norris CM: Bronchology.Pada English GM [ed]: Otolaryngology.
Vol IV. NewYork, Harper & Row, 1976, Ch 30.)
Bronki ditandai deskriptif yang sederhana menurut nama dan jumlahnya, menurut nomenklatur Jackson-Huber. Penandaan ini
diperlihatkan pada laporan bentuk bronkoskopik. (Diambil dari Jackson and Huber, Overholt, and Boyden.)
24-PENYAKIT JALAN NAPAS BAGIAN BAWAH 467
lihat pada videofluoroskopi dan dapat rnenirnbulkan gejala dispnea. Fistula trakeoesofagus umumnya
dapat dikoreksi secara bedah. I-obus dan fisura bronkus supernumerikjarang dijumpai.
Gangguan metabolik, alergik dan degeneratif tennasuk asma, bronkiektasis, emfisema, dan penya-
kit paru obstruktifkronik. Aspirasi atau retensi sekret yang kental terutama pada anak dan pasien yang
lemah atau pasien pasca bedah, dapat menimbulkan atelektasis atau pneumonia. Hal ini merupakan
masalah umum yang dapat dicegah atau diatasi dengan bronkoskopi. Biakan guna identifikasi infeksi
termasuk tuberkulosis, mungkin memerlukan bronkoskopi. Demikian juga diagnosis keganasan pada
trakeobronkial dan paru-paru memerlukan pemeriksaan bronkoskopi. Seringkali biopsi langsung dapat
dilakukan atau suatu bilasan guna penelitian sitologi dapat diperoleh melalui bronkoskop. Dengan cara
yang sama dapat pula didiagnosis tumor jinak. Trauma tulnpul atau tembus pada dada dapat pula meli-
batkan percabangan trakeobronkial dan memerlukan evaluasi endoskopik.
Aspirasi BendaAsing
Kasus aspirasi benda asing seringkali ditemukan pada anak, meskipun dapat terjadi pada segala
usia. Penyebab yang paling sering adalah aspirasi atau penelanan benda asing akibat kecerobohan
pasien atau orang tuanya. Anak berusia enrpat tahun atau kurang tidak dapat mengunyah kacang, wor-
tel, berondong jagung dan rnakanatr keras lainnya dengan seurpurna. Mereka cenderung mengulum
makanan tersebut di dalam mulut, dernikian pula rnainan, peniti dan benda lain, dan dengan demikian
seringkali mengaspirasi benda-benda tersebut. Peraturan Peurerintah Federal Arnerika Serikat rnerinci
ukuran mainan terkecil yang diijinkan untuk anak berusia tiga tahun atau kurang, Suatu rnainan atau
benda yang besar mungkin tidak muat dalam mulut anak, dengan demikian mengurangi risiko aspirasi
atau tertelan. Faktor-faktor lain yang mengarah pada aspirasi benda asing adalah intoksikasi, hilangnya
kesadaran oleh sebab apa pun, dan trautna wajah dengan aspirasi fragmen-fragmen gigi dan lempeng
geligi. lrmpeng geligi yang menutup palatum mengurangi sensasi intraoral dalam hal ukuran dan
posisi partikei n-rakanan dan ikut berperan pada aspirasi.
Gejala aspirasi benda asing dapat dibagi dalarn tiga tahap. Tahap pertama
Tahap peftama:
dari gejala awal terjadi saat benda asing teraspirasi. Biasanya timbul serangan
pen atal ak s a n aan da rur at
bukanlah dorongan yang batuk dan ingin n'runtah yang berat. Tindakan pertama pada tahap ini identik
pedama datang pada anda.
dengan tindakan pada tahap awal kasus tertelan benda asing, yaitu menahan
keinginan untuk "melakukan sesuatu," kecuali jika terjadi sumbatan jalan na-
pas total yang jelas. Menepuk punggung pasien, nrenggantung anak dcngan uremegang pergelangan
kakinya, berusaha rnengeluarkan benda asing dengan jari atau dengan memakai alat secara membuta,
akan mempersulit keadaan benda asing yang seurula tidak menimbulkan obstruksi, karena dapat men-
dorong benda asing masuk ke laring dan menintbulkan obstruksi total. Manuver ini juga dapat mele-
paskan benda asing yang tersangkut pada bronkus utama kanan, di mana benda tersebut akan me-
lompat ke dalarn laring dan "ditangkap" oleh pita suara, dan terjadi suatu obstruksi jalan napas total.
Bila telah terjadi obstruksi total, maka benda asing harus dilepaskan atau
Berapa lama waktu yang
anda miliki guna nelegakan dibuat jalan napas alternatif dalan waktu empat menit. Hipoksia melampaui
suatu obstruksi jalan batas waktu ini berakibat kerusakan otak pennanen. Mintalah seseorang sege-
napas total?
ra untuk mencari pisau yahg tajarn guna pcrsiapan trakeostomi atau krikoti-
rotomi bilamana tindakan untuk n.relepaskan benda asing temyata gagal.
Tindakan-tindakan yang dijelaskan dalam paragrafsebelum.ini dapat dicoba. Juga perlu dicoba dibuat
untuk memaksa mengeluarkan sisa udara dalam paru. Tindakan ini dapat dilakukan dengan meneluk
pasien tepat di bawah sternum, dan dengan paksa mendesak perut bagian atas. Tindakan tersebut
dikenal sebagai manuver Heimlich pada kursus resusitasi kardiopulmonar standar. Jika berhasil,
diafragma akan terangkat dan rnenekan paru. Benda asing akan terdorong keluarjalan napas sehingga
pasien dapat bernapas kembali. Metode lain yang juga dapat dicoba adalah resusitasi mulut-ke-mulut,
468 BAGIAN TUJUI-I-PENYAKIT TRAKEA DAN ESOFAGUS
yaitu bertujuan memaksa mendorong benda asing ke dalam percabangan lrakcobronkial sehingga lidak
lagi menyumbat jalan napas secara total, atau mengeluarkan bcnda asing tersebut. Jika tindakan-tin-
dakan ini tidak berhasil memulihkan jalan napas, nraka harus dicoba trakeostomi atau krikotirotonri
darurat. Prosedur ini dijelaskan pada Bab 25.
Tahap kedua adalah interval bebas gejala di mana benda asing tersangkut
Tahap kedua tanpa gejala.
pada suatu ternpat. Tahap ini mungkin hanya berlangsung sekejap atau dapat
mema nja ng hingga berta hun-tahu n.
Tahap ketiga adalah tahap konrplikasi. Obstruksi, erosi dan infeksi, perda-
Tahap ketiga adalah
komplikasi. rahan atau perlorasi nrenrbuat kita kenrbali menrusatkan perhatian pada benda
asing. Benda asing yang tcrsangkut di laring atau esofagus bagian.leher me-
nimbulkan perasaan tidak nyanran, suara serak, batuk dan nrungkin dispnca. Bencla asing dalam trakea
dapat bergerak maju-mundur di antara karina dan bagian bawah glotis bersama respirasi, nrenimbulkan
bunyi yang jelas dan tonjolan yang dapat diraba. Edenra laring akibat trauma pada kcadaan ini dapat
menimbulkan suara serak dan kelak obstruksi jalan napas.
Jika benda asing berada dalam bronkus, terdapat tiga kemungkinan fisio-
Ada tiga jenis obstruksi
bronkus: total, katup, tidak logis dalam hal obstruksi aliran udara. Jika benda tersebut rnenyumbat bron-
obstuktif, kus secara total, terjadi atelektasis perifer akibat resorpsi udara paru-paru dis-
tal ke dalarn darah. Bila benda tersebut tidak menyumbat, di mana udara dapat
lewat di sekitarnya baik pada inspirasi maupun ekspirasi, nraka yang terjadi mungkin hanya mengi
setempat yang menyerupai asma. Cukup banyak kasus bcnda asing yang salah clicliagnosis sebagai
asma. Kemungkinan ketiga dan yang paling sering terjadi adalah obstruksi parsial cli rnana benda asing
berfungsi sebagai katup. Bronkus mengembang pada inspirasi dan memungkinkan lewatnya udara ke
paru-paru distal. Pada ekspirasi terjadi kontraksi bionkus di sekeliling benda asing, sehingga udara ter-
perangkap dalam paru-paru distal. Keadaan ini menirnbulkan emfisema di perifer dari benda asing ter-
sebut. Jika benda asing dibiarkan, dapat tirnbul pneurnonia, abses atau perdarahan. Kecurigaan akan
adanya benda asing merupakan salah satu indikasi bronkoskopi bilamana terdapat pnemunonia mene-
tap atau kambuh, mengi setempat atau hernoptisis.
Pemeriksaan fisik sebaiknya perlu rnemperhatikan auskultasi guna menemukan gambaran yang
sesuai dengan atelektasis, emfisema atau mengi. Pemeriksaan laring clan hipofaring dengan rnenggu-
nakan cermin, dapat mengungkapkan benda asing pada daerah jni.
Bi I amana mu ng ki n, mi ntal ah Jika benda asing dicurigai, mintalah pasien untuk memberikan duplikat-
pasicn atau orangfuanya nya, sehingga ahli endoskopi dapat menentukan secara akurat pendekatan atau
untuk menbawa duplikat
benda asing.
forsep yang akan dipakai. Pasien harus diinstruksikan untuk tidak makan dan
24-PENYAKIT JALAN NAPAS BAGIAN BAWAH 469
rninuln guna mengurangi risiko muntah dan aspirasi berikutnya pada saat en.
Sayuran mcntah atau kering
doskopi. Benda asing yang tersangkut pada percabangan trakeobronkial na-
mcrupak an m asal ah khusu s,
mun tidak menyumbat jalan napas secara total, merupakan keadaan gawat
darurat yang lebih ringan dibandingkan benda asing yang tersangkut di esofagus, kecuali jika benda
tersebut tajam atau berupa sayuran mentah atau kering, yang dapat menyerap air dan mengembang di
dalam lumen.
Riwayat Penderita
Pasien dengan keluhan utama yang memberi kesan penyakit trakeobronkial atau paru rnengharus-
kan anamnesis yang cermat dengan penentuan sifat gejala dan nrasalah berikut ini:
Pemeriksaan fisik harus menyertakan palpasi yang cennat pada leher untuk mencari deviasi trakea,
kelenjar getah bening supraklavikular dan servikal, dan melastasis. Inspeksi, perkusi dan auskultasi
dada perlu diikufi dengan radiograrn dada. Pen-reriksaan radiogram dengan kontras pada percabangan
trakeobronkial serta bronkografi dapat dilakukan dengan meneteskan cairan radioopak ke dalam per-
cabangan trakeobronkial d"i bawah kontrol fluoroskopik. Penelitian fungsi paru, analisa gas darah,
hitung darah lengkap, biakan sputuur serta evaluasi sistem kardiovaskular juga sangat membantu.
Bronkoskopi
Bronkoskopi diindikasikan bilarnana diagnosis dari gejala trakeobronkial atau paru-paru masih be-
lum jelas ditegakkan dengan radiografi atau bila terapi rnengharuskan pencapaian percabangan trakeo-
bronkial secara langsung (Gbr. 24-€).
Terdapat dua tipe dasar bronkoskop. Yang pertama berupa tabung logarn yang kaku dengan sumber
cahaya pada ujung distalnya, dan dengan kenrarnpuan ventilasi penderita selama pelaksanaan prosedur.
Bronkoskop yang kaku mernberikan pandangan cabang trakeobronkial secara langsung dan paling
luwes dalam hal aspirasi sekret, manipulasi dengan forsep, dan pengeluaran benda asing. Teleskop
bronkoskopi dapat ditempatkan lewat bronkoskop ini guna mendapatkan visualisasi langsung yang
diperbesar dan rnenyudut dari bronki yang lebih perifer. Berbagai forsep benda asing ddn biopsi luas
tersedia untuk bronkoskop yang kaku, sebagian tipe ini rnerniliki teleskop yang sudah terpasang guna
visualisasi yang lebih besar dan rnanipulasi.
Tipe kedua adalah bronkoskop serat optik yang fleksibel (Gbr. 24-9). Ukuran yang lebih besar
bronkoskop ini memiliki saluran-saluran kecil untuk aspirasi sekret dan inseni fonep yang langsing
470 BAGIAN TUJUH-PENYAKIT TRAKEA DAN ESOFACT]S
GAMBAR 2,t-9, Bronkoskop serat optik fleksibel Olympus. Inset memperlihalkan pandangan dckat dari sikat (digunakan untuk
mendapatkan sel-sel dari lesi perifer) dan mangkuk biopsi.
untukbiopsi atau pengeluaran benda asir.tg, serla suatu uiung yaug ulobil dau nrudah diarahkan. Suatu
sikat kecil dapat diteruskan urelalui saluran tersebut guna nreudapatkan sanrpel pcnyikatan dari lesi
paru-paru bagian perifer untuk pemeriksaan histologik, di bawah kontrol fluoroskopik. Bronkoskop
serat optik memberikan pemeriksaan dan biopsi segmen bronkus yang lebih perifer bila dibandingkan
dengan bronkoskop yang kaku, terutaura pada cabang-cabang lobus superior. Meskipun bronkoskop
fleksibel yang biasa mempunyai diameter yang lebih kecil daripada sebauding bronkoskop dewasa
yang kaku, tipe ini biasanya nlasih terlalu besar untuk digunakan pada bayi dan anak. Bronkoskop
serat optik fleksibel yang dirancang untuk anak mempunyai diameter yang lebih kecil, namun mung-
kin tidak memiliki saluran guna keperluan penghisapan atau instrumcntasi, dan mungkin tidak memi-
liki ujung yang dapat diarahkan. Bronkoskop biasanya tidak dapat digunakan selain untuk visualisasi
diagnostik dan tidak cocok untuk pengeluaran benda asing.
Bronkoskopi dapat dilakukan di bawah aneslcsi lokal atau ulnunl. Pilihan zat anestetik dan tipe
bronkoskop, biasanya bergantung pada ahli cndoskopi, usia dan keschatan unrunr penderita, serta
penyakit yang dicurigai (Tabel 24-2). PclaksAnaan proscdur ini hanya menrerlukan beberapa menit
dan hanya menimbulkan sedikit pcrasaall tidak nyanran.
MEDIASTINOSKOPI
Mediastinoskopi merupakan suatu teknik diagnostik operatif untuk identiflkasi dan biopsi jaringan
mediastinum anterior (Gbr.2a-D). Kegunaannya terutanla untuk meneutukau ada tidaknya metastasis
karsinoma bronkogenik ke kelenjar getah bcning dan untuk mendiagnosis sarkoidosis intratoraks.
Biasanya dapat dilakukan dengan anestesia endotrakca lokal ataupun umun.l. Trakea dipaparkan lewat
suatu insisi trakeotomi horizontal tepat di atas pintu rnasuk trakea. Diseksi dengan jari dilakukan se-
panjang pennukaan ventral trakea ke dalam mediastinum, ke dalam trakea selanjutnya dirnasukkan
mediastinoskop. Prosedur ini membolehkan pemeriksaan langsung daerah-daerah paratrakeal, para-
bronkial dan subkranial (Gbr. 24-ll clan24-12).
24_PENYAKIT JALAN NAPAS BAGIAN BAWAII 471
:ft
''..-._-.:r.
GAMBAR 24-10. Pencapaian daerah paratrakeal dan parabronkial secara langsung. Arteri-arteri terletak di antara vena-vena
dan percabangan trakeobronkial. Mikroskop operasi Z-eiss menawarkan penerangan dan perbesaran yang lebih unggul dan
memungkinkan fotografi. (Dari Paparella MM, Shumrick DA [eds]: Otolaryngology. Vol 3. Philadelphia, WB Saunders Co,
1973, p 73a.)
Kepustakaan
Becker W, Buckingham Rd Hollinger PH, et al: Atlas of Ear, Nose and Throat Diseases. 2nd ed. Philadelphia, WB Saunders
Co,1984.
Heimlich FU: A life-saving maneuver lo prevent food-choking. JAMA 234:398-401, 1975.
Harris CS, Baker SP, Smith GA" Harris RM: Childhood asphyxiation by food. A national analysis and overview. JAMA
25t:2231-2235,1984.
Jackson C, Jackson CL: Bronchoesophagology. Philadelphia, WB Saunders Co, 1950.
Paparella MM, Shumrick DA [eds]; Otolaryngology. Vol 3: Head and Neck. Philadelphia, WB Saunders Co, 1980.
Ritter FN: Questionable methods of foreign body treatment. Ann Otol 83:729-733,1974.
Rothmann BF, Boeckman CR: Foreign bodies in the larynx and tracheobronchial tree in children. A review of 255 cases. Ann
Otol 89:434-436, 1980.