Dosen Pengampu :
Moch Prastawa Assalim Tetra Putra , ST, M.Si.
NIP. 19771029 200212 1 004
Disusun Oleh :
Achmad Muhajjir S. Nursam
NIM. P27838120002
5. Audiogram Nonorganis Pasien dapat berpura-pura tuli dalam pemeriksaaan, ada yang
secara sadar atau tidak sadar melebih-lebihkan derajat ketuliannya. Pada keadaan ganti
rugi atau kompensasi misalnya, hal ini dapat menguntungkan. Indikasi adanya keadaan
ini adalah bila terdapat ketidakseusaian antara diagnosis klinis dan hasil pemeriksaan
audiometric. Bila tes diulang akan tampak perbedaan nilai ambang. Pemeriksa sebaikya
mengulang pemeriksaan audiometric dan menerangkan ambang yang tidak tetap dan
tidak dapat dipercaya (Soetirto, 2007).
Audiometri berasal bahasa Latin yaitu dari kata audire yang bearti pendengarandan
metrios yang bearti mengukur, jadi secara harfiah audiometri adalah pemeriksaan untuk
menguji fungsi pendengaran. Audiometri adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengetahui level pendengaran seseorang. Pemeriksaan audiometri dalam ilmu medis
maupun ilmu hiperkes tidak sajadapat digunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran,
tetapi juga dapat untuk menentukan lokasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan
pendengaran. Audiometri merupakan tes kemampuan pendengaran, selain menentukan
tingkat pendengaran tetapi juga mengukur kemampuan membedakan intensitas suara
danmengenali pitch.Alat yang digunakan untuk menguji pendengaran adalah audiometer
yangdiujikan pada kedua belah telinga secara bergantian. Audiometer merupakan suatu
peralatan elektronik yang digunakan untuk menguji pendengaran, dimana audiometer
mampu menghasilkan suara yang memenuhi syarat sebagai bahan pemeriksaan
yaitufrekuensi (125-8000 dan intensitas suara yang dapat diukur (-10 s/d 110 dB) (Soetirto,
2007).
Indikasi pemeriksaan audiometri diantaranya adalah :
1. Adanya penurunan pendengaran
2. Telinga berbunyi dengung
3. Rasa penuh ditelinga
4. Riwayat keluar cairan
5. Riwayat terpajan kebisingan
6. Riwayat tauma
7. Riwayat pemakaian obat ototoksik
8. Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga
9. Gangguan keseimbangan
Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis, dan
pasien yang kooperatif. Prinsip dasar pemeriksaan audiometri ini adalah pemeriksaan pada
bermacam-macam frekunsi dan intensitas suara (dB) ditransfer melalui headset ataubone
conductor ke telinga atau mastoid dan batasan intensitassuara (dB) pasien yang tidak dapat
didengar lagi dicatat melalui program computer atau diplot secara manual pada kertas grafik
(Soetirto, 2007).
Ketika tombol on ditekan maka supplay tegangan akan masuk ke seluruh rangkaian
pada alat. Osilator akan membangkitkan frekuensi dengan keluaran gelombang sinus dan
kotak. Gelombang sinus digunakan untuk mengatur intensitas bunyi (dB) sedangkan
gelombang kotak untuk menghitung nilai frekuensi. Nilai frekuensi diatur dengan cara
memutar resistor variable (potensio). Frekuensi akan dihitung oleh microcontroller dengan
menghitung jumlah counter per detiknya, kemudian ditampilkan di display. Gelombang
sinus akan dikuatkan oleh amplifier kemudian dihubungkan dengan headphone. Potensio
digunakan untuk mengatur intensitas bunyi yang keluar. Bunyi yang telah keluar berupa
nada murni yang akan di teruskan ke headphone. Supaya bunyi nada tesnya tidak keluar
terus menerus, maka ditambahkan saklar supaya bunyi keluar sesuai dengan lama waktu
yang dibutuhkan. Jika pasien mendengar maka tombol save akan di pencetnya, maka dB dan
frekuensi beserta tanggal tes yang tertampil di display akan tersimpan pada SD card. Nilai
frekuensi dan desibel yang telah diujikan akan disimpan pada micro sd secara berurutan
berdasarkan nilai frekuensi dan desibel yang diujikan.
Komponen yang diperlukan :
Gambar 1. 7 Nama Komponen yang Diperlukan
2.3 Rangkaian
2.3.1 Rangkaian Power Supply
Rangkaian power supply adalah rangkaian yang berfungsi sebagai pensuplai
tegangan dan arus listrik untuk rangkaian.
Rangkaian minimum sistem pada modul ini berfungsi sebagai kontrol kerja
modul secara keseluruhan. Fungsi dari kristal adalah sebagai clock tambahan yang
terhubung dengan kapasitor berguna sebagai pengosongan dan pengisian osilator,
sebenarnya ATMega328p sudah mempunyai clock internal tetapi frekuensinya masih
kecil sehingga tidak maksimal dalam pengolahan data. Pada IC ATMega 328p ini
diberi program yang akan mengontrol sistem kerja modul. Adapun program yang
digunakan pada modul ini menggunakan program arduino.
Berikut ini fungsi port-port pada ATMega328p, PD2 tersambung ke IC 4584.
PD3 sampai PD7 ditambah PB0 tersambung ke rangkaian LCD. PB2 sampai PB5
terhubung ke modul SD card. PB6 dan PB7 masing-masing tersambung ke kaki
kristal. PC1 sebagai input ADC2, PC2 sebagai input ADC1. PC3 terhubung ke push
button tombol save. PC4 tersambung ke SDA, PC5 tersambung ke SCL pada modul
RTC 1307.
LCD yang digunakan adalah 16 x 2, tegangan masukan 5V. pin-pin pada LCD
terhubung ke rangkaian minimum system sesuai dengan jalur pada gambar.
Fungsi PIN 1 yaitu sebagai pengatur modulasi amplitudo sinyal input dengan
tegangan masuknya 5V. PIN 3 berfungsi sebagai multiplier output. Pin 4 adalah vcc
12V. PIN 5dan 6 adalah timing kapasitor dengan nilai 100nF. PIN 7 adalah timing
resistor yang disusun seri 1K dan potensio 100 K. Fungsi resistor 1 K adalah sebagai
pengaman supaya hambatannya ketika potensi diputar maksimal hambatannya tidak
bernilai 0. Frekuensi yang dihasilkan ditentukan oleh harga kapasitor pada PIN 5,6 dan
resistor pada PIN 7. Harga fₒ adalah:
Gambar 1. 13 Audiogram
Organon korti terletak pada membran basilaris berbentuk seperti spiral yang lebarnya
0,12 mm di bagian basal dan melebar sampai 0,5 mm di bagian apeks yang merupakan
kumpulan neuroepitel yang merupakan ujung organ penerima rangsangan saraf akibat
getaran bunyi. Organon Corti mempunyai tiga bangun penting yaitu sel-sel rambut, sel
penyokong dan membrane tektoria. Sel rambut memiliki stereosilia yang mengandung aktin
dan prestin. Aktin merupakan protein yang sensitif terhadap sentuhan dan pergerakan,
sedangkan prestin merupakan protein motorik yang berperan untuk mengatur dan
mengendalikan kekuatan elektromotilitas sel-sel rambut.
5.1 Kesimpulan
Audiometri adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui level pendengaran
seseorang. Pemeriksaan audiometri dalam ilmu medis maupun ilmu hiperkes tidak sajadapat
digunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat untuk menentukan
lokasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran. Selain itu audiometri
juga memiliki beberapa fungsi lainnya, diantaranya :
1. Untuk mengukur berapa tingkat ketajaman pendengaran manusia.
2. Untuk mengukur ambang pendengaran manusia.
3. Untuk mengindikasikan apabila terjadi kehilangan fungsi pendengaran.
4. Mampu mencatat kemampuan pendengaran dari setiap telinga pada deret frekuensi yang
berbeda-beda.
5. Dapat menghasilkan audiogram (suatu gambar berupa grafik dari ambang pendengaran
dari setiap masing-masing telinga terhadap suatu rentang frekuensi).
Selama ini alat audiometri yang biasa digunakan untuk memeriksa tingkat ketulian
dari telinga manusia merupakan audiometri yang berjenis konvensional. Jenis audiometri ini
memiliki kelemahan dalam hal penggambaran grafik pada hasil akhir dari pemeriksaan
(audiogram) yang masih manual, serta tingkat akurasi penggambaran yang masih tergolong
rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan membuat audiometri yang mampu
menyimpan, menampilkan dan mencetak data pasien beserta bentuk audiogram dari hasil
pemeriksaannya.
Diinisiasi oleh Laboratorium Vibrasi dan Akustik (Vibrastik) Departemen Teknik
Fisika ITS serta didanai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), alat audiometri
ini dikembangkan untuk memonitor level pendengaran seseorang guna diklasifikasikan
sebagai subjek dengan gangguan pendengaran atau berpendengaran normal. Alat audiometri
dirancang portable dan dapat digunakan di ruang terbuka. Alat ukur pendengaran ini juga
dirancang user-friendly sehingga dapat digunakan secara mandiri oleh pasien. Hasil dari
pengukuran alat berupa audiogram dapat diakses melalui alat elektronik yang sudah
terhubung dengan alat audiometri menggunakan sambungan internet wi-fi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] A. N. Fauziati, Hubungan Kuesioner Hearing Handicap Inventory for the Elderly-
Screening ( Hhie-S ) Dengan Tes Audiometri Nada Murni Pada Oleh : 2019.
[2] S. D. Mustiva, “AUDIOMETER BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATmega
8535,” J. Tek. Elektromedik, vol. 8, no. 1, pp. 746–754, 2013.
[3] A. Hamzah, Y. B. Prasetyo, Y. A. Prasetyo, and ..., “Audiometri Interaktif Berbasis
Komputer,” Widya …, vol. 21, no. 2, pp. 40–44, 2016, [Online]. Available:
http://publishing-widyagama.ac.id/ejournal-v2/index.php/widyateknika/article/view/
89%0Ahttps://publishing-widyagama.ac.id/ejournal-v2/index.php/widyateknika/article/
viewFile/89/89
[4] K. Sinaga and H. Sutanto, “Rancang Bangun Audiometer Berbasis Mikrokontroler dengan
Antarmuka Komputer,” Youngster Phys. J., vol. 2, no. 3, pp. 87–94, 2013.
[5] T. S. Pratama, “Analisis Hubungan Umur Dan Lama Pemajanan Pemeriksaan Audiometri
Tenaga Kerja Di Unit Produksi Central Processing Area Job P-PEJ Tuban Jawa Timur,”
J. Skripsi, pp. 1–86, 2010.