Cover
Oleh :
Pembimbing :
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi OAE
Otoacoustic Emission atau OAE pertama kali ditemukan oleh Gold pada
tahun 1948 dan diperkenalkan oleh Kemp pada tahun 1978. OAE merupakan suara
dengan intensitas rendah yang diproduksi oleh koklea baik secara spontan atau
menggunakan stimulus yang disebabkan oleh gerakan sel-sel rambut luar di telinga
bagian dalam. Gerakan-gerakan ini adalah hasil mekanisme sel yang aktif, yang dapat
terjadi baik secara spontan, maupun oleh rangsangan bunyi dari luar.11,12
OAE merupakan skrining pendengaran yang dilakukan untuk mengetahui
fungsi koklea di telinga dalam dan hasilnya merupakan respons koklea yang
dipancarkan dalam bentuk energi akustik, namun tidak dapat memberikan informasi
tentang derajat gangguan pendengaran seorang bayi atau anak. Fungsi koklea selain
menerima suara, juga menghasilkan energi akustik. Energi akustik yang dihasilkan
berupa suara dengan intensitas rendah, dapat timbul secara spontan atau merupakan
respons terhadap rangsangan akustik.12,13
OAE adalah suatu teknik pemeriksaan koklea yang relatif baru, berdasarkan
prinsip elektrofisiologik yang obyektif, cepat, mudah, otomatis, non invasif, dengan
sensitivitas mendekati 100%. Pemeriksaan OAE dikatakan objektif karena dapat
langsung mengetahui fungsi koklea. Keuntungan lain OAE tidak terbatas pada umur,
bahkan dapat dilakukan pada neonatus, tidak memerlukan waktu lama, tersedia alat
portable. Kelemahannya dipengaruhi oleh bising lingkungan, kondisi telinga luar dan
tengah, kegagalannya pada 24 jam pertama kelahiran cukup tinggi, serta harga alat
relatif mahal.12,13,15
2.2 Tujuan Pemeriksaan OAE
Tujuan utama pemeriksaan OAE adalah guna menilai keadaan koklea,
khususnya fungsi sel rambut. Hasil pemeriksaan dapat berguna untuk:16
a. Skrining pendengaran (khususnya pada neonatus, infant atau individu dengan
gangguan perkembangan)
b. Memperkirakan sensitivitas pendengaran dalam rentang tertentu
c. Membedakan gangguan sensori dan neural pada gangguan pendengaran
sensorineural
d. Pemeriksaan pada gangguan pendengaran fungsional (berpura-pura).
Pemeriksaan dapat dilakukan pada pasien yang sedang tidur, bahkan pada
keadaan koma, karena hasil pemeriksaan tidak memerlukan respon tingkah
laku.
2.3 Syarat-syarat untuk menghasilkan OAE:16
a. meatus akustikus eksternus tidak obstruksi
b. menutup rapat-rapat meatus akustikus eksternus dengan probe
c. posisi optimal dari probe
d. tidak ada penyakit telinga tengah
e. sel rambut luar masih berfungsi
f. pasien kooperatif
g. lingkungan sekitar tenang
6
.
http://www.mimosaacoustics.com/products/teoae.html
di dalam koklea bisa setinggi 50 dB, namun energi sisa yang mencapai kanal telinga
(OAE) normalnya berkisar 0-15 dB.12
Ada 3 langkah umum dalam menganalisa OAE. Langkah pertama yakni
memverifikasi kondisi pengukuran yang adekuat, khususnya pada level suara yang
rendah untuk dapat menghasilkan deteksi aktivitas OAE yang meyakinkan dan
tingkat intensitas stimulus pada kanal telinga sebaiknya mendekati level yang
ditargetkan. Langkah berikutnya dalam analisa data adalah mempertimbangkan
apakah OAE yang timbul dapat diterima yakni apakah amplitudo OAE melebihi level
suara 6 dB atau lebih pada frekuensi pemeriksaan. Langkah terakhir, ketika
perbedaan antara amplitudo OAE dan tingkat kebisingan ≥ 6 dB, hasil dianalisa
dengan cermat untuk daerah normal yang sesuai dari amplitudo OAE.12
Aplikasi utama dari pemeriksaan OAE yakni skrining pada pasien dengan
resiko gangguan pendengaran. Hasil skrining OAE ini secara umum digambarkan
sebagai pass atau refer. Jika terdapat gelombang OAE (≥ 6 dB di atas tingkat
kebisingan) untuk frekuensi pemeriksaan yang paling banyak maka bayi dapat
melewati tes OAE (pass), yang berarti bayi tersebut tidak mengalami gangguan
pendengaran. Namun walaupun terdapat OAE tidak selalu menggambarkan sensivitas
pendengaran yang normal, hasil pass mengeliminasi hilangnya pendengaran pada
tingkat yang serius. Jika tidak ditemukan gelombang OAE berarti ada gangguan
pendengaran (refer). Hasil refer perlu dilihat sebagai faktor resiko hilangnya
pendengaran yang dapat mempengaruhi komunikasi, sehingga pasien dengan hasil
pemeriksaan refer dianjurkan untuk dilakukan tes lanjutan.12,17
Pemeriksaan OAE dapat menentukan penilaian klinik telinga perifer/jalur
preneural, namun tidak dapat memeriksa adanya gangguan saraf pendengaran atau
respon otak/jalur neural terhadap suara. OAE dipengaruhi oleh verniks kaseosa,
debris, dan kondisi telinga tengah (cavum tympani). Neonatus usia kurang dari 24 jam
meatus akustikus eksternus terisi verniks kaseosa yang akan keluar dalam 24-48 jam
setelah lahir, sehingga hasil refer 5-20% bila skrining dilakukan 24 jam setelah
lahir.17,18
9
Angka refer <3% dicapai bila skrining dilakukan usia 24-48 jam karena
perjalanan stimulus bunyi menuju koklea maupun emisi akustik yang dipancarkan
oleh koklea ke meatus akustikus eksternus harus melewati telinga tengah; maka
sebelum pemeriksaan OAE harus dipastikan bahwa telinga tengah dalam kondisi
normal dengan pemeriksaan timpanometri agar dapat dipastikan bahwa hasil tes OAE
akurat atau tidak. Selama hasil timpanometri adalah normal, maka hasil tes OAE
dapat dipercaya. Tetapi jika dari hasil tes timpanometri menunjukkan adanya
gangguan di telinga tengah, maka hasil tes OAE kurang akurat.18,19
Faktor lain yang mempengaruhi hasil tes OAE yaitu ukuran probe (harus
sesuai dengan ukuran meatus akustikus eksternus), posisi penempatan probe (tidak
ada kebocoran atau celah udara dan posisi probe harus lurus ke arah gendang telinga)
serta kebisingan eksternal maupun internal.16,17
obat ototoksik dan pemaparan bising, menentukan prognosis tuli mendadak (sudden
deafness) dan gangguan pendengaran lainnya yang disebabkan oleh kelainan koklea.
3) Telinga tengah
a) Tekanan telinga tengah yang abnormal
b) Otosklerosis
c) Disartikulasi telinga tengah
d) Kolesteatoma
e) Kista
f) Otitis media
4) Koklea
a) Pemaparan obat-obat ototoksik atau pemaparan bising
b) Patologi koklear lainnya
BAB III
RINGKASAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaden, K. I., Neely, S. T., Harris, S. E., & Dubno, J. R. Metabolic and Sensory Components of
Age-Related Hearing Loss: Associations With Distortion- and Reflection-Based Otoacoustic
Emissions. Trends in Hearing. 2023 27; 1-18
2. Tavares, M. C., Pizzetta, A. B., Costa, M. H., & Pinheiro, M. M. C. Microcontroller-based
acquisition system for evoked otoacoustic emissions: Protocol and methodology. Biomedical
Signal Processing and Control. 2023 87;
3. Jedrzejczak, W. W., Pilka, E., Ganc, M., Kochanek, K., & Skarzynski, H. Ultra-High Frequency
Distortion Product Otoacoustic Emissions for Detection of Hearing Loss and Tinnitus.
International Journal of Environmental Research and Public Health. 2022 19(4);
4. Fang, J., Liu, Y. W., Chen, Y. W., Shih, T. C., Yao, C. H., Tsai, C. H., Tyler, R. S., Hsu, A., &
Wang, T. C. (2023). Quantification of transient evoked otoacoustic emissions by sample entropy to
assess cochlear symptoms (Hearing and Tinnitus) in Meniere’s disease. Applied Acoustics. 2023
21(2).
5. Escobar-Ipuz, F. A., Soria-Bretones, C., García-Jiménez, M. A., Cueto, E. M., Torres Aranda, A.
M., & Sotos, J. M. Early detection of neonatal hearing loss by otoacoustic emissions and auditory
brainstem response over 10 years of experience. International Journal of Pediatric
Otorhinolaryngology, 2019; 127
6. Jeong, Y. J., Oh, K. H., Lim, S. J., Park, D. H., Rah, Y. C., & Choi, J. Analysis of auditory brain
stem response and otoacoustic emission in unilateral tinnitus patients with normal hearing. Auris
Nasus Larynx, 2023 50(4), 513–20.
7. Engler, S., de Kleine, E., Avan, P., & van Dijk, P. Frequency selectivity of tonal language native
speakers probed by suppression tuning curves of spontaneous otoacoustic emissions. Hearing
Research, 2020; 398.
8. de Kleine, E., Maat, B., Metzemaekers, J. D., & van Dijk, P. Carbamazepine induces upward
frequency shifts of spontaneous otoacoustic emissions. Hearing Research, 2022; 420.
9. Ramachandra, D. S., Uppunda, A. K., & Suryanarayana, K. G. Distortion product otoacoustic
emissions in newborn babies with and without late-term maternal iron deficiency anaemia. Journal
of Otology, 2023 18(3), 132–138.
10. Durante, A. S., Nascimento, C. M. do, & Lopes, C. Otoacoustic emissions in neonates exposed to
smoke during pregnancy. Brazilian Journal of Otorhinolaryngology, 2021 87(2), 193–199.
11. Turay, C. B., Ozer, F., Yildirim, T., & Erbek, S. Evaluation of the possible effect of magnetic
resonance imaging noise on peripheral hearing organ with the otoacoustic emission. American
Journal of Otolaryngology - Head and Neck Medicine and Surgery. 2020 41(6).
12. El-sayed El-sayed Gaafar, A., Ibrahem Ismail, E., & Zaghloul, H. S. Otoacoustic emissions value
in patients with idiopathic sudden sensorineural hearing loss. Journal of Otology, 2022 17(4), 183–
90
13. Yıldız, E. Comparison of pure tone audiometry thresholds and transient evoked otoacoustic
emissions (TEOAE) of patients with and without Covid-19 pneumonia. American Journal of
Otolaryngology - Head and Neck Medicine and Surgery, 2022 43(2).
14. Jedrzejczak, W. W., Pilka, E., Skarzynski, P. H., & Skarzynski, H. Contralateral suppression of
otoacoustic emissions in pre-school children. International Journal of Pediatric
Otorhinolaryngology, 2020; 132.
15. Hyppolito, M. A., Antonio, J., de Oliveira, A., Lessa, R. M., & Rossato, M. (n.d.). Amifostine
otoprotection to cisplatin ototoxicity: a guinea pig study using otoacoustic emission distortion
products (DPOEA) and scanning electron microscopy Summary. In BRAZILIAN JOURNAL OF
OTORHINOLARYNGOLOGY (Vol. 71, Issue 3).
16
16. Shaikh, M. A., Connell, K., & Zhang, D. (2021). Controlled (re)evaluation of the relationship
between speech perception in noise and contralateral suppression of otoacoustic emissions.
Hearing Research, 2021 409.
17. Cheatham, M. A. Spontaneous otoacoustic emissions are biomarkers for mice with tectorial
membrane defects. Hearing Research, 2021 412.