Anda di halaman 1dari 31

DETEKSI DINI

GANGGUAN
PENDENGARAN
PENDAHULUAN
 Kesehatan indera pendengaran merupakan syarat penting bagi
upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia karena
sebagian besar informasi diserap melalui proses mendengar
yang baik.
 Gangguan pendengaran pada anak perlu dideteksi sedini
mungkin mengingat pentingnya peranan fungsi pendengaran
dalam proses perkembangan bicara.
 TUJUAN
 Untuk mengetahui perkembangan auditorik.
 Untuk mengetahui penyebab gangguan dengar pada
anak
 Untuk mengetahui pemeriksaan pendengaran pada bayi
dan anak
 Untuk mengetahui bagaimana deteksi dini gangguan
pendengaran pada bayi dan anak
EMBRIOLOGI ORGAN
AUDITORIK
 Perkembangan telinga
 Telinga luar
 Telinga tengah
 Telinga dalam
FISIOLOGI PENDENGARAN
Energi Bunyi → aurikula → Canalis Akustikus Eksternus →
menggetarkan membran timpani → malleus → incus → stapes
→ menggerakan Foramen Ovale dan Perilimfe pada skala
vestibuli → membran Reissner → mendorong endolimfe
menyebabkan membran Bassiler ke bawah → tingkap bundar
terdorong keluar → skala media cembung → mendesak
endolimfe/perilimfe skala timpani bergerak → kanal ion terbuka
→ depolarisasi sel rambut → potensial aksi saraf auditoris →
nukleus auditoris → korteks pendengaran (area 39-40)
PERKEMBANGAN PENDENGARAN PADA
BAYI & ANAK
PERKEMBANGAN WICARA PADA
BAYI & ANAK
FAKTOR RISIKO GANGGUAN
PENDENGARAN PADA BAYI & ANAK
Menurut Joint Committee on Infant Hearing 2007
Usia 0-28 hari
1. Penyakit atau kondisi yang membutuhkan perawatan di Unit
Perawatan Intensif Neonatus (Neonatal Intensive Care Unit /
NICU) selama minimal 48 jam
2. Anomali kraniofasial, meliputi abnormalitas morfologi dari
pinna dan liang telinga
3. Infeksti intra uteri, seperti Cytomegalovirus/CMV, herpes,
toksoplasmosis, atau rubella
Usia 29 hari hingga 2 tahun
1. Infeksi postnatal berkaitan dengan kehilangan pendengaran
sensorineural seperti meningitis bakteri.
2. Infeksi intra uteri seperti CMV, herpes, rubella, sifilis, dan
toksoplasmosis.
3. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan pendengaran
progresif seperti neurofibromatosis, osteopetrosis dan
sindrom Usher
4. Trauma kepala
ETIOLOGI GANGGUAN
PENDENGARAN PADA BAYI & ANAK
dibedakan berdasarkan terjadinya gangguan
pendengaran yaitu
•Masa pranatal
•Masa Perinatal
•Masa postnatal
SKRINING GANGGUAN
PENDENGARAN
 Definisi
DDST (Denver Development Screening Test)
DDST adalah salah satu dari metode skrining
terhadap kelainan perkembangan anak.

 Manfaat DDST
 Tugas perkembangan
 Perilaku sosial (Personal Sosial)
 Gerakan Motorik Halus (Fine Motor Adaptive)
 Bahasa (Language)
 Gerakan motorik kasar (Gross Motor)
 Penilaian
 Abnormal
 Meragukan
 Tidak dapat di test
 Normal
 Baku emas pemeriksaan skrining pendengaran pada bayi 
otoacoustic emission (OAE) dan automated ABR (AABR)
 Ada 2 program NHS (Newborn Hearing Screening):
 Universal newborn hearing screening
 Targeted newborn hearing screening
Alur Skrining Bayi
DETEKSI DINI GANGGUAN
PENDENGARAN PADA BAYI & ANAK
 ANAMNESA
 Usia 0-4 bulan.

Apakah bayi kaget kalau mendengar suara yang sangat keras ?


Apakah bayi yang sedang tidur terbangun kalau mendengar
suara keras?
 Usia 4-7 bulan.

Usia 4 bulan: Apakah anak mulai mampu menoleh kearah


datangnya suara diluar lapangan pandang mata? Apakah
anak mulai mengoceh di usia 5-7 bulan, sebelum usia 7
bulan apakah anak mampu menoleh langsung ke arah
sumber suara diluar lapangan pandang mata?
 Usia 7-9 bulan
Apakah anak mampu mengeluarkan suara dengan nada yang naik-
turun atau monoton saja?
 Usia 9-13 bulan
Apakah anak menoleh bila ada suara dibelakangnya? Apakah anak
mampu menirukan beberapa jenis suara? Apakah anak sudah
mampu mengucapkan suara konsonan seperti ‘beh’, ‘geh’ , ‘deh’,
‘ma’
 Usia 13-24 bulan
Apakah dia mendengar bila namanya dipanggil dari ruangan lain?
Apakah anak memberikan respons dengan bervokalisasi atau
bahkan datang kepada anda? Kata-kata apa saja yang mampu
diucapkan? Apakah kualitas suara dan cara pengucapannya
normal?
 Beberapa gejala pada anak dengan kemungkinan mengalami
gangguan pendengaran yang bisa diamati sehari-hari oleh
orang tua :
 Kurang responsif terhadap suara-suara yang ada disekitarnya :
vacuum cleaner, klakson mobil, petir
 Anak kelihatannya kurang perhatian terhadap apa yang terjadi
disekitarnya, kecuali yang bisa dinikmati dengan melihat.
Anak tidak mudah tertarik dengan pembicaraan atau suara-
suara yang ada disekelilingnya.
 Sering minta kata-kata diulang lagi
 Jawaban yang salah dengan pertanyaan atau perintah
sederhana
 Kesulitan menangkap huruf mati/ konsonan
 Anak hanya memberikan respons terhadap suara tertentu atau
dengan kekerasan tertentu
PEMERIKSAAN TELINGA
 Pemeriksaan fisik pada telinga luar termasuk
inspeksi untuk sinus atau fistula preaurikula,
bentuk dan ukuran aurikula dan patensi dari liang
telinga. Kanalis akustikus eksternus harus
dibersihkan dari serumen untuk penilaian
pendengaran yang lebih akurat
 Teknik-teknik menilai kemampuan anak untuk dapat
mendengar dapat dibagi menjadi beberapa tes sesuai dengan
usia maupun tingkat perkembangan si anak.
 Behavioral Reflex Audiometry

Respon behavioral yang dapat diamati antara lain :


mengejapkan mata (reflex auropalpebra), melebarkan mata,
mengerutkan wajah, berhenti menyusui, refleks moro.
 Behavioral Response Audiometry

Pada bayi normal sekitar 5 – 6 bulan, stimulus akustik akan


menghasilkan pola respon khas berupa menoleh atau
menggerakan kepala kearah sumber bunyi diluar lapangan
pandang.
TIMPANOMETRI
Untuk melakukan pemeriksaan ini sebuah pipa
dengan ujung karet yang lembut dimasukkan ke dalam liang
telinga. Dengan menggunakan pompa tangan manual,
tekanan dalam liang telinga diubah, dan pergerakan membran
timpani diamati dengan menggunakan otoskop yang juga
terpasang pada alat yang sama. Jika pergerakan membran
timpani terbatas, walaupun telah diberikan perbedaan
tekanan yang besar, maka kemungkinan besar anak tersebut
mengidap glue ear.
Infant Distraction Test

 Merupakan pemeriksaan paling awal yang dapat


digunakan untuk menilai gangguan pendengaran pada
anak.

 Dibutuhkan paling sedikit dua orang untuk


melakukan pemeriksaan ini

 pemeriksaan dengan stimulus suara untuk


mengasilkan respon anak
Play Audiometry Test

 Pemeriksaan yang dikembangkan untuk menarik


perhatian anak-anak.
 Tujuan : menilai ambang pendengaran berdasarkan
respon yang telah dilatih.
 Dilakukan melalui kegiatan bermain melalui
stimulus bunyi.
 Dilakukan untuk anak usia 30 bulan-5 tahun
Visual Reinforcement Audiometry
(VRA)

 Pemeriksaan yang ditujukan untuk pasien dengan


usia 6 bulan-3 tahun.
 Menggunakan audiometer yang dihubungkan ke
beberapa speaker yang ditempatkan tersebar dalam
satu ruangan kedap suara.
 Ketika sebuah nada diperdengarkan, nilai respon
anak.
 Diulang dengan intensitas lebih rendah.
Speech Discrimination Test

 tujuan : untuk mengetahui kemampuan pendengaran


dalam membedakan macam-macam kata.
 Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan
terhadap pasien yang sudah mengerti apa arti dari
kata-kata.
 Usia 2-3 tahun
 Test dilakukan dengan perintah
misal : menggambar, mengambil benda
Brainstem Evoked Response
Audiometry (BERA)

 BERA merupakan pemeriksaan elektrofisiologik


untuk menilai integritas sistem auditorik, bersifat
obyektif, tidak invasif, dapat memeriksa bayi,
anak, dewasa, dan penderita koma.
 Prinsif dasar BERA, merupakan respon listrik N
VIII dan sebagian batang otak yang timbul dalam
10 -12 detik setelah suatu rangsang pendengaran
ditangkap oleh telinga dalam.
 Yang di nilai gelombang I – V
• Gelombang I : berasal dari koklea
• Gelombang II : berasal dari nukleus koklearis
• Gelombnag III : berasal dari nukleus olivari superior
• Gelombang IV : berasal dari lemnikus lateralis
• Gelombang V : berasal dari kolikulus inferior
Otoacoustic Emissions (OAE)
Tes ini tidak hanya menilai respons otak terhadap bunyi,
namun juga intaknya koklea berdasarkan gelombang bunyi
yang tidak diubah menjadi respons listrik
PENATALAKSANAAN
 Apabila ditemukan adanya gangguan pendengaran
sensorineural:
a) harus dilakukan rehabilitasi berupa amplifikasi pendengaran
misalnya dengan alat bantu dengar (ABD).
b) selain itu bayi/anak juga perlu mendapat habilitasi wicara
berupa terapi wicara atau terapi audioverbal terapi (AVT)
sehingga dapat belajar mendeteksi suara dan memahami
percakapan agar mampu berkomunikasi dengan optimal.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai