PENDAHULUAN
Masalah serius sering dirimbulkan oleh pertumbuhan gigi ini, Menurut Letkol
Laut drg. A. Danardono, Sp. B.M., Kepala Sub Departemen Bedah Mulut &
Maksilo Fasial Ladokgi (Lembaga Kedokteran Gigi) TNI AL M.E. Martadinata,
Jakarta, kemunculan gigi Molar 3 memang sering dikeluhkan pasien. “Dan
mereka rata-rata menjalani operasi gigi bungsu,” tambahnya.
Problem yang sering dialami gigi molar 3 adalah kesulitan bererupsi. Kondisi
ini biasa disebut impaksi ( adalah gigi yang jalan erupsi normalnya terhalang atau
terblokir, biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis ). Gigi terhalang
oleh gigi depannya ( molar dua) atau jaringan tulang / jaringan lunak yang padat
disekitarnya. Kemungkinannya, gigi bisa muncul sebagian atau tidak bisa erupsi
sama sekali. Kalaupun muncul, erupsinya salah arah atau posisinya tidak normal.
Gigi demikian bisa digolongkan sebagai gigi yang gagal bererupsi pada posisi
normal.
Posisi impaksi gigi molar 3 bisa bermacam – macam. Ada yang miring ke
depan, vertikal dan muncul sebagian, serta terpendam horizontal atau vertikal.
semua itu tergantung letak dan posisi gigi molar 3 terhadap rahang dan Molar 2,
serta kedalamannya tetanam terhadap molar 2.
1
Tidak jarang dalam pertmbuhannya molar 3 ini menimbulkan infeksi pada
jaringan lunak sekitarnya ( ginggiva ) yang menimbulkan suatu keadaan yang
dinamakan PERIKORONITIS yang akan dibahas sedikit di makalah ini.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Perikoronitis merupakan suatu kondisi yang umum terjadi pada Molar impaksi
dan cenderung muncul berulang, bila molar belum erupsi sempurna. Akibatnya,
dapat terjadi destruksi tulang di antara gigi molar dan geraham depannya.(2 )
2.2 EPIDEMIOLOGI
Perikoronitis dapat terjadi pada usia berpapun, tetapi paling terjadi pada anak
– anak dan dewasa muda yang gigi – giginya sedang bererupsi. Umumnya hal ini
berkaitan dengan molar ketiga bawah yang sedang bererupsi dalam alignemen
yang baik, tetapi dibatasi erupsinya oleh ruang yang tidak cukup. Radiograf dari
daerah tersebut menggambarkan radiolusensi menghilang atau sangat menebal
karena deposisi dari tulang yang reaktif.
3
2.3 FAKTOR PENYEBAB
Faktor penyebab utama dari perikoronitis adalah karena gigi molar 3 tidak
dapat erupsi dengan baik dikarenakan tidak cukup ruang untuk pertumbuhannya,
sehingga sulit untuk erupsi dinamakan impaksi
4
Sempitnya ruang erupsi gigi molar 3, menurut drg. Danardono, itu karena
pertumbuhan rahangnya kurang sempurna. Hal ini bisa karena perubahan pola
makan. Manusia sekarang cenderung menyantap makanan lunak, sehingga kurang
merangsang pertumbuhan tulang rahang.
Makanan lunak yang mudah ditelan menjadikan rahang tak aktif mengunyah.
Sedangkan makanan banyak serat perlu kekuatan rahang untuk mengunyah lebih
lama. Proses pengunyahan lebih lama justru menjadikan rahang berkembang
lebih baik. Seperti diketahui, sendi-sendi di ujung rahang merupakan titik tumbuh
atau berkembangnya rahang. Kalau proses mengunyah kurang, sendi-sendi itu
pun kurang aktif, sehingga rahang tidak berkembang semestinya. Rahang yang
harusnya cukup untuk menampung 32 gigi menjadi sempit. Akibatnya, gigi
bungsu yang selalu tumbuh terakhir itu tidak kebagian tempat untuk tumbuh
normal. Ada yang tumbuh dengan posisi miring, atau bahkan “tidur” di dalam
karena tidak ada tempat untuk nongol.
5
gingival flap adalah daerah ideal untuk akumulasi sisa-sisa makanan dan
pertumbuhan bakteri. Jika berlanjut, dapat mengiritasi gingiva dan menyebabkan
perikoronitis. Jika perikoronitis sangat parah, pembengkakan dan infeksi dapat
menjalar dari rahang menuju pipi dan leher.
2. 4 GAMBARAN KLINIS
6
sakit. Pasien mengeluh nafsu makannya menjadi berkurang dikarenakan lebih
terasa sakit bila tersentuh oleh makanan, dan mengunyah.
Rasa sakit yang idiopatik merupakan rasa sakit molar yang sedang erupsi atau
rasa sakit yang menyebar ke bagian leher dan kepala. Pasien sering mengeluh
sakit meski kadang secara klinis dan rongent tidak ada yang tidak normal.
Kecuali adanya gigi impaksi tertanam dalam sekali.
Daerah infeksi terlihat gusi ( ginggiva ) yang hiperemis, bengkak, dan terlihat
lebih mengkilat daripada daerah gusi yang lain.
2.5 PENATALAKSANAAN
Tetapi Bila ruangan cukup untuk erupsi gigi dilakukan operkuloktomi yaitu
pengambilan jaringan lunak disekitar gigi yang mengalami impaksi.untuk
memberi kesempatan gigi molar 3.
Bila ruangan tidak cukup untuk erupsi gigi dilakukan ekstraksi gigi penyebab.
Gigi molar 3 rawan menyebabkan masalah kesehatan gigi dan mulut misalnya
perikoronitis yang menimbulkan nyeri yang terasa amat mengganggu dikarenakan
banyak hal, sehingga banyak dari para ahli menyarankan untuk melakukan
ekstraksi molar 3 walaupun pertumbuhannya normal dan tidak mengganggu
fungsi gigi – gigi yang lain.
7
Sebenarnya rasa sakit bisa dengan mudah dihilangkan dengan pemberian
antibiotic, tetapi yang jadi masalah adalah apabila ada sisa makanan yang
menempel pada daerah – daerah molar 3 akan sangat sulit untuk dibersihkan
karena posisinya yang terletak di paling belakang sehingga rasa nyeri akan terus
kambuh dan sakit lagi.
Solusinya adalah harus mengoperasi gigi molar 3 itu terlebih dahulu. Bukan
mencabut gigi molar depannya ( molar 2 )
8
Treatment of acute pericoronitis. A, Inflamed
9
2.6 PENCEGAHAN
Seperti diketahui, sendi – sendi di ujung rahang merupakan titik tumbuh atau
berkembangnya rahang. Kalau proses mengunyah kurang, sendi – sendi itupun
kurang aktif, sehingga rahang tidak berkembang semestinya. Rahang yang
seharusnya cukup untuk menampung 32 gigi menjadi sempit. Akibatnya, gigi
molar 3 yang selalu tumbuh terakhir itu tidak kebagian tempat untuk tumbuh
normal. Ada yang tumbuh dengan posisi miring, atau bahkan “tidur” di dalam
karena tidak ada tempat untuk erupsi.
2.7 KOMPLIKASI
10
Komplikasi dapat terlokalisasi dalam bentuk pericoronal abses. Hal ini dapat
menyebar ke bagian posterior sampai daerah orofaringeal dan medial ke dasar
lidah, sehing menyebabkan penderita sulit untuk menelan. Tergantung pada
tingkat keparahan dan luasnya infeksi, dapat meluas ke submaxillary, posterior
cervical deep cervical, dan retropharyngeal lymphnodes. Pembentukan
peritonsillar abses, selulitis, Ludwig’s angina jarang terjadi tapi dapat bepotensi
menjadi perikoronitis akut
11
2.8 PROGNOSIS
12
BAB III
KESIMPULAN
Perikoronitis dapat terjadi pada usia berapapun, tetapi paling sering terjadi
pada anak – anak dan dewasa muda yang gigi – ginya sedang bererupsi.
Umumnya hal ini berkaitan dengan molar ke tiga bawah yang sedang bererupsi
dalam alignmen yang baik, tetapi dibatasi erupsinya oleh ruang yang tidak cukup.
Radiograf dari daerah tersebut menggambarkan radiolusensi yang berbentuk obor
disekeliling giginya, dengan batas kortikal pada sisi distal dari lusensi
menghilang atau sangat menebal karena deposisi dari tulang yang reaktif.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Langlais Robert P., and Craig S miller., Atlas berwarna “kelainan rongga mulut
yang lazim”. Robert P L, Craig S M; Alih bahasa budi susetyo, editor Lilian
juwono. Jakarta hipokrates, 1998.
5. http://www.medicastore.com 2004.,
14