Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Pertumbuhan gigi Molar 3 sering menimbulkan masalah dan menimbulkan


keadaan infeksi pada jaringan lunak di sekitarnya dan mengganggu kenyamanan
mulut dan gigi – gigi yang lain. Terutama jika molar 3 ini erupsi tidak sempurna,
contohnya antara lain akibat bentuk anatomi dari pada rahang yang sempit.

Gigi Molar 3 pertumbuhannya dimulai pada saat seseorang berusia kurang


lebih 17-22 tahun, sering dinamakan GIGI bungsu karena merupakan gigi yang
terakhir muncul pada kehidupan seseorang.

Masalah serius sering dirimbulkan oleh pertumbuhan gigi ini, Menurut Letkol
Laut drg. A. Danardono, Sp. B.M., Kepala Sub Departemen Bedah Mulut &
Maksilo Fasial Ladokgi (Lembaga Kedokteran Gigi) TNI AL M.E. Martadinata,
Jakarta, kemunculan gigi Molar 3 memang sering dikeluhkan pasien. “Dan
mereka rata-rata menjalani operasi gigi bungsu,” tambahnya.

Problem yang sering dialami gigi molar 3 adalah kesulitan bererupsi. Kondisi
ini biasa disebut impaksi ( adalah gigi yang jalan erupsi normalnya terhalang atau
terblokir, biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis ). Gigi terhalang
oleh gigi depannya ( molar dua) atau jaringan tulang / jaringan lunak yang padat
disekitarnya. Kemungkinannya, gigi bisa muncul sebagian atau tidak bisa erupsi
sama sekali. Kalaupun muncul, erupsinya salah arah atau posisinya tidak normal.
Gigi demikian bisa digolongkan sebagai gigi yang gagal bererupsi pada posisi
normal.

Posisi impaksi gigi molar 3 bisa bermacam – macam. Ada yang miring ke
depan, vertikal dan muncul sebagian, serta terpendam horizontal atau vertikal.
semua itu tergantung letak dan posisi gigi molar 3 terhadap rahang dan Molar 2,
serta kedalamannya tetanam terhadap molar 2.

1
Tidak jarang dalam pertmbuhannya molar 3 ini menimbulkan infeksi pada
jaringan lunak sekitarnya ( ginggiva ) yang menimbulkan suatu keadaan yang
dinamakan PERIKORONITIS yang akan dibahas sedikit di makalah ini.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Perikoronitis merupakan perdangan pada jaringan lunak disekeliling gigi yang


akan erupsi, paling sering terjadi pada molar 3 bawah. (1,4 )

Perikoronitis merupakan suatu kondisi yang umum terjadi pada Molar impaksi
dan cenderung muncul berulang, bila molar belum erupsi sempurna. Akibatnya,
dapat terjadi destruksi tulang di antara gigi molar dan geraham depannya.(2 )

Pericoronitis adalah pembengkakan jaringan lunak berwarna merah (gingiva)


yang mengelilingi mahkota gigi yang mengalami erupsi sebagian. Pembengkakan
berkisar dari halus sampai kaku. Hal ini dapat berkembang menjadi knob- like
mass dari jaringan ini, akan terasa nyeri sekali ketika mengunyah atau membuka
dan menutup mulut. Hal ini terjadi paling sering sekitar gigi molar ketiga (gigi
bungsu), tetapi dapat terjadi juga di sekitar dasar dari setiap gigi yang belum
tumbuh sepenuhnya. Hal ini paling sering terjadi pada remaja dan dewasa muda,
dan dapat menyebabkan nyeri yang parah, bengkak dan drainase spontan dari
infeksi. 

2.2 EPIDEMIOLOGI

Perikoronitis dapat terjadi pada usia berpapun, tetapi paling terjadi pada anak
– anak dan dewasa muda yang gigi – giginya sedang bererupsi. Umumnya hal ini
berkaitan dengan molar ketiga bawah yang sedang bererupsi dalam alignemen
yang baik, tetapi dibatasi erupsinya oleh ruang yang tidak cukup. Radiograf dari
daerah tersebut menggambarkan radiolusensi menghilang atau sangat menebal
karena deposisi dari tulang yang reaktif.

3
2.3 FAKTOR PENYEBAB

Faktor penyebab utama dari perikoronitis adalah karena gigi molar 3 tidak
dapat erupsi dengan baik dikarenakan tidak cukup ruang untuk pertumbuhannya,
sehingga sulit untuk erupsi dinamakan impaksi

Impaksi bertendensi menimbulkan infeksi ( perikoronitis ), dikarenakan


adanya karies pada gigi geraham depannya. Cukup banyak kasus karies pada gigi
molar 2 dikarenakan gigi molar 3 mengalami impaksi. Hal ini terbukti dari hasil
pengamatan Akbar Rahayu (1981 ) pada penderita yang berobat pada bagian
bedah mulut dan Maksilo Fasial Ladokgi TNI AL M.E. Martadinata. Menurut
Akbar, terbentuknya karies dipermudah, terutama kalau erupsinya Molar 3
sebagian maka sisa – sisa makanan akan sulit untuk di bersihkan karena sikat gigi
sulit menjangkau wilayah gigi gigi bagian belakang sementara sisa – sisa
makanan masuk di celah antara gigi karena letaknya di ujung dan tersembunyi di
belakang geraham depannya sehingga dapat menimbulkan invasi kuman dan
menyebabkan peradangan setempat.( 4)

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan gigi mengalami impaksi. Karena


jaringan sekitarnya yang terlalu padat, adanya retensi gigi susu yang berlebihan,
tanggalnya gigi susu terlalu awal. Bisa juga karena tidak adanya tempat untuk
erupsi. Rahang “kesempitan” dikarenakan pertumbuhan tulang rahang yang
kurang sempurna.

Teori lain mengatakan Pertumbuhan rahang dan gigi mempunyai tendensi


bergerak maju ke arah depan. Apabila pergerakan ini terhambat oleh sesuatu yang
merintangi, bisa terjadi impaksi gigi. Misalnya, karena infeksi, trauma, malposisi
gigi, atau gigi susu tanggal sebelum waktunya.

Sementara, menurut teori Mendel, pertumbuhan rahang dan gigi dipengaruhi


oleh faktor keturunan. Jika salah satu orang tua (ibu) mempunyai rahang kecil,
dan bapak bergigi besar-besar, ada kemungkinan salah seorang anaknya berahang
kecil dan bergigi besar-besar. Akibatnya, bisa terjadi kekurangan tempat erupsi
gigi molar 3, dan terjadilah impaksi.

4
Sempitnya ruang erupsi gigi molar 3, menurut drg. Danardono, itu karena
pertumbuhan rahangnya kurang sempurna. Hal ini bisa karena perubahan pola
makan. Manusia sekarang cenderung menyantap makanan lunak, sehingga kurang
merangsang pertumbuhan tulang rahang.

Makanan lunak yang mudah ditelan menjadikan rahang tak aktif mengunyah.
Sedangkan makanan banyak serat perlu kekuatan rahang untuk mengunyah lebih
lama. Proses pengunyahan lebih lama justru menjadikan rahang berkembang
lebih baik. Seperti diketahui, sendi-sendi di ujung rahang merupakan titik tumbuh
atau berkembangnya rahang. Kalau proses mengunyah kurang, sendi-sendi itu
pun kurang aktif, sehingga rahang tidak berkembang semestinya. Rahang yang
harusnya cukup untuk menampung 32 gigi menjadi sempit. Akibatnya, gigi
bungsu yang selalu tumbuh terakhir itu tidak kebagian tempat untuk tumbuh
normal. Ada yang tumbuh dengan posisi miring, atau bahkan “tidur” di dalam
karena tidak ada tempat untuk nongol.

Ada 3 sumber utama infeksi gigi, yaitu :


• Dari periapikal ( ujung akar gigi ) sebagai akibat kerusakan pulpa dan masuknya
kuman ke jaringan periapikal
• Dari jaringan periodontal ( jaringan pengikat akar gigi ) sebagai akibat saku gusi
semakin dalam karena penumpukan karang gigi sehingga penetrasi kuman
semakin mudah.
• Dari Perikoroner akibat akumulasi kuman di sekeliling mahkota gigi saat
erupsi / tumbuh.

Impaksi gigi molar kadang – kadang tampak pada waktu dilakukan


pemeriksaan roentgen rutin seputar daerah tidak bergigi pada rahang bawah.
Penekanan selaput lender antara mahkota molar 3 dan prothesa menyebabkan rasa
sakit. Tekanan pada gusi yang menutupi menyebabkan kematian sel dan dapat
menimbulkan penyebaran infeksi. Pericoronitis dapat berkembang ketika gigi
molar ketiga hanya erupsi sebagian. Hal ini memungkinkan bakteri untuk masuk
di sekitar gigi dan menyebabkan infeksi. Dalam kasus pericoronitis, makanan
atau plak (film bakteri yang tersisa pada gigi setelah makan) mungkin terjebak di
bawah flap dari gingiva di sekitar gigi. Ruang antara mahkota gigi dan overlying

5
gingival flap adalah daerah ideal untuk akumulasi sisa-sisa makanan dan
pertumbuhan bakteri. Jika berlanjut, dapat mengiritasi gingiva dan menyebabkan
perikoronitis. Jika perikoronitis sangat parah, pembengkakan dan infeksi dapat
menjalar dari rahang menuju pipi dan leher. 

Skema terjadinya pericoronitis

Molar ketiga menembus oral mucosa → erupsi yang tidak sempurna


(impaksi) → terbentuk small pocket di sekitar mahkota  → bakteri dan sisa
makanan masuk dalam pocket + OH jelek → terjadi akumulasi plak dan tartar   
→inflamasi dan bengkak pada gingiva  →pericoronitis

2. 4 GAMBARAN KLINIS

` Penderita Perikoronitis ini biasanya mengeluh kesakitan yang kadang tidak


tertahankan dan seringkali menyebabkan perasaan yang kurang nyaman pada saat
membuka mulutnya, dengan membuka mulut pasien akan merasa semakin terasa

6
sakit. Pasien mengeluh nafsu makannya menjadi berkurang dikarenakan lebih
terasa sakit bila tersentuh oleh makanan, dan mengunyah.

Rasa sakit yang idiopatik merupakan rasa sakit molar yang sedang erupsi atau
rasa sakit yang menyebar ke bagian leher dan kepala. Pasien sering mengeluh
sakit meski kadang secara klinis dan rongent tidak ada yang tidak normal.
Kecuali adanya gigi impaksi tertanam dalam sekali.

Daerah infeksi terlihat gusi ( ginggiva ) yang hiperemis, bengkak, dan terlihat
lebih mengkilat daripada daerah gusi yang lain.

Kadang sudah timbul pernanahan, disebut perikoronal abses, yang nanahnya


dapat keluar dari marginal.

2.5 PENATALAKSANAAN

Perlindungan antibiotic dianjurkan jika ada gejala – gejala konstitusional dan


kemungkinan adanya penyebaran infeksi.

Perikoronitis paling baik dirawat dengan membuka ruang folikuler, membilas


bahan purulen dari sulkus gusi dengan larutan saline dan menghilangkan trauma
oklusi apapun.
Perawatan yang pasti biasanya adalah pencabutan gigi yang bersangkutan.

Tetapi Bila ruangan cukup untuk erupsi gigi dilakukan operkuloktomi yaitu
pengambilan jaringan lunak disekitar gigi yang mengalami impaksi.untuk
memberi kesempatan gigi molar 3.
Bila ruangan tidak cukup untuk erupsi gigi dilakukan ekstraksi gigi penyebab.

Gigi molar 3 rawan menyebabkan masalah kesehatan gigi dan mulut misalnya
perikoronitis yang menimbulkan nyeri yang terasa amat mengganggu dikarenakan
banyak hal, sehingga banyak dari para ahli menyarankan untuk melakukan
ekstraksi molar 3 walaupun pertumbuhannya normal dan tidak mengganggu
fungsi gigi – gigi yang lain.

7
Sebenarnya rasa sakit bisa dengan mudah dihilangkan dengan pemberian
antibiotic, tetapi yang jadi masalah adalah apabila ada sisa makanan yang
menempel pada daerah – daerah molar 3 akan sangat sulit untuk dibersihkan
karena posisinya yang terletak di paling belakang sehingga rasa nyeri akan terus
kambuh dan sakit lagi.

Untuk menghindari kemungkinan muncul komplikasi lebih lanjut, pencabutan


sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Sebelum menimbulkan kerusakan pada gigi
yang lain. Selain itu bila pencabutan dilakukan pada umur yang lebih muda,
penyembuhan pasca pencabutan bisa lebih cepat.

Tetapi bagaimana bila timbulnya perandangan (perikoronitis) sedangkan gigi


molar 3 masih berada di bawah gusi dan tidak dapat di cabut?

Solusinya adalah harus mengoperasi gigi molar 3 itu terlebih dahulu. Bukan
mencabut gigi molar depannya ( molar 2 )

Pengobatan pericoronitis tergantung pada tingkat keparahan dari peradangan,


komplikasi sistemik, dan kelayakan mempertahankan gigi yang terlibat.
Pengobatan perikoronitis akut terdiri dari (1) bilas daerah pericoronitis dengan air
hangat untuk menghilangkan kotoran dan eksudat (2) swab dengan antiseptik
setelah flap diangkat dari gigi dengan scaler. Membersihkan sisa- sisa debris , dan
daerah yang memerah dengan air hangat. Antibiotik dapat diresepkan pada kasus
yang berat dan pada pasien yang mungkin memiliki bukti klinis infiltrasi difus
jaringan mikroba. Jika flap gingiva mengalami pembengkakan dan berfluktuasi,
dokter dapat menggunakan pisau #15 untuk membuat sayatan anteroposterior
untuk melakukan drainase. Setelah gejala akut telah mereda, penentuan dibuat
tentang apakah untuk mempertahankan gigi atau dilakukan ekstraksi. 

8
Treatment of acute pericoronitis. A, Inflamed

pericoronal flap (arrow) in relation to the mandibular third

molar. B, Anterior view of third molar and flap. C, Lateral

view with scaler in position to gently remove debris under

flap. D, Anterior view of scaler in position. E, Incorrect

removal of the tip of the flap, permitting the deep pocket

to remain distal to the molar. F, Removal of section of the

gingiva distal to the third molar, after the acute symptoms

subsided. The line of incision is indicated by the broken line.

G, Appearance of the healed area.

9
2.6 PENCEGAHAN

Seperti diketahui, sendi – sendi di ujung rahang merupakan titik tumbuh atau
berkembangnya rahang. Kalau proses mengunyah kurang, sendi – sendi itupun
kurang aktif, sehingga rahang tidak berkembang semestinya. Rahang yang
seharusnya cukup untuk menampung 32 gigi menjadi sempit. Akibatnya, gigi
molar 3 yang selalu tumbuh terakhir itu tidak kebagian tempat untuk tumbuh
normal. Ada yang tumbuh dengan posisi miring, atau bahkan “tidur” di dalam
karena tidak ada tempat untuk erupsi.

Maka, untuk mendukung perkembangan rahang, sebaiknya sering – sering


mengkonsumsi makanan berserat supaya gigi jadi lebih aktif menggigit,
memotong, dan mengunyah. Rahang pun menjadi makin aktif dan diharapkan
akan tumbuh normal. Dampaknya, pertumbuhan gigi pun bisa lebih baik. Dan
periksalah gigi secara teratur ke dokter gigi.

2.7 KOMPLIKASI

Bila molar 3 dibiarkan bererupsi sedangkan ruang untuk erupsinya kurang,


maka ia akan mendesak kuat dua gigi sebelahnya ( molar satu dan molar dua ).
Karena dua gigi molar itu kuat, sementara gigi molar tiga terus mendorong,
akibatnya timbul rasa sakit. Jika gigi depannya tidak ada atau kurang kuat, daya
dorong molar tiga dapat menyebabkan gigi depannya akan cenderung condong ke
depan.

Gigi molar 3 yang impaksi MERADANG adakalanya tidak menimbulkan


keluhan maupun gejala klinis. Meskipun demikian, kalau molar 3 dibiarkan
tertanam ditempatnya, ada kemungkinan dapat memperburuk keadaan, misalnya
pada penderita kelainan jantung akut, kelainan pembekuan darah, dan menjadikan
tidak tahan terhadap obat anestesi. Apalagi bila gigi impaksi terbenam dalam
dalam tulang rahang secara keseluruhan, justru memungkinkan terbentuknya
kista.

10
Komplikasi dapat terlokalisasi dalam bentuk pericoronal abses. Hal ini dapat
menyebar ke bagian posterior sampai daerah orofaringeal dan medial ke dasar
lidah, sehing menyebabkan penderita sulit untuk menelan. Tergantung pada
tingkat keparahan dan luasnya infeksi, dapat meluas ke submaxillary, posterior
cervical deep cervical, dan retropharyngeal lymphnodes. Pembentukan
peritonsillar abses, selulitis, Ludwig’s angina jarang terjadi tapi dapat bepotensi
menjadi perikoronitis akut

Untuk mencegah timbulnya komplikasi macam – macam, maka tindakan


pencabutan atau atau bedah sangat dianjurkan.

11
2.8 PROGNOSIS

Prognosis penyakit perikoronitis biasanya baik. Kebanyakan factor local dapat


diobati jika disebabkan oleh infeksi dapat diobati denan obat – obatan dari
golongan antibiotic.

Perikoronitis berulang sebaiknya dilakukan pencabutan, untuk menghindari


berbagai komplikasi yang kemungkinan akan timbul jika tidak dilakukan
pencabutan sedini mungkin

12
BAB III

KESIMPULAN

Perikoronitis adalah peradangan dari jaringan lunak di sekitar mahkota gigi


yang erupsi sebagian atau impaksi.

Perikoronitis dapat terjadi pada usia berapapun, tetapi paling sering terjadi
pada anak – anak dan dewasa muda yang gigi – ginya sedang bererupsi.
Umumnya hal ini berkaitan dengan molar ke tiga bawah yang sedang bererupsi
dalam alignmen yang baik, tetapi dibatasi erupsinya oleh ruang yang tidak cukup.
Radiograf dari daerah tersebut menggambarkan radiolusensi yang berbentuk obor
disekeliling giginya, dengan batas kortikal pada sisi distal dari lusensi
menghilang atau sangat menebal karena deposisi dari tulang yang reaktif.

Perikoronitis terjadi dari kontaminasi bakteri di bawah operculum,


mengakibatkan pembengkakan gusi, kemerahan dan halitosis. Timbulnya sakit
merupakan salah satu variabel dan mungkin parah sekali, tetapi ketidaknyamanan
yang dirasa biasanya mirip dengan gingivitis , abses periodontal dan tonsillitis.
Limphadenopati regional, malaise, dan sedikit demam adalah hal biasa, jika
edema atau selulitis meluas mengenai otot masseter maka, seringkali trismus
menyertai keadaan ini. Perikoronitis sering kali diperparah oleh sakit yang
ditimbulkn oleh trauma dari gigi lawannya selama penutupan mulut.

Perikoronitis paling baik dirawat dengan ,membuka ruang folikuler, membilas


bahan purulen dari sulkus gusi dengan larutan saline dan menghilangkan trauma
oklusi apapun. Perawatan yang pasti biasanya adalah pencabutan gigi yang
bersangkutan. Perlindungan antibiotic dianjurkan jika ada gejala – gejala
konstitusional dan kemungkinan ada penyebaran infeksi. Kekambuhan dan
kronisitas dapat terjadi jika keadaan tersebut hanya dirawat dengan antibiotik.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Langlais Robert P., and Craig S miller., Atlas berwarna “kelainan rongga mulut
yang lazim”. Robert P L, Craig S M; Alih bahasa budi susetyo, editor Lilian
juwono. Jakarta hipokrates, 1998.

2. Mansjoer Arif, dkk: Kapita selektakedokteran. Editor Arif Mansjoer, dkk,Edisi


3, Volume 1, Jakarta: mediaAesculapius FKUI 2000

3. http://www.indomedia.com/intisari/, “Rahang sempit si bungsu menebar rasa


sakit.

4. http://www.pikiran_rakyat.com “Sakit gigi yang mengganggu”

5. http://www.medicastore.com 2004.,

6 http://www.pdgi_online.com.,About these ads

14

Anda mungkin juga menyukai