Oleh:
Pembimbing:
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
deteksi dini adanya kurang pendengaran tidak invasif, waktu pengerjaannya cepat,
dan efektif untuk mengukur aktifitas proses biomekanik dari koklea, terutama
outer hair cell (OHC). Sensitivitas OAE sebesar 98- 100% dan spesifitas 94%. 1
The Joint Committe on Infant Hearing tahun 2019 merekomendasikan deteksi dini
bulan.2
neural terhadap suara. Kriteria hasil pemeriksaan yaitu pass atau refer. Jika
terdapat gelombang OAE maka bayi dapat melewati tes OAE (pass), berarti bayi
gelombang OAE berarti ada gangguan pendengaran (refer). Tujuan dari penulisan
ini adalah untuk dapat mengetahui tentang OAE agar dapat memahami dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga dalam atau organ corti terdiri dari dua bagian yaitu bagian anterior
sakulus3
Organ corti berisi sel reseptor auditori, terdiri dari satu baris inner hair
cells (IHC) yang merupakan reseptor auditori utama, dan tiga baris OHC
tersebut berhubungan dengan dendrit dari sel ganglion spiral. Inervasi IHC
dimulai pada usia kehamilan 11 minggu dan lengkap pada usia kehamilan 14
jalur auditori kortikal akan terus berlanjut hingga usia 2 tahun setelah kelahiran.3,4
Proses pendengaran dimulai dari energi bunyi yang ditangkap oleh daun
telinga. Energi suara masuk melalui liang telinga dan menyebabkan membran
timpani bergetar. Energi akustik diubah oleh membran timpani menjadi energi
tulang pendengaran yaitu maleus, inkus dan stapes. Kaki dari stapes
bergerak seperti gelombang dari bagian basal menuju ke apeks. Sel-sel rambut
sehingga kanal ion akan terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari
badan sel.
potensial aksi pada neuron-neuron saraf auditorik. Energi mekanis yang telah
pergerakan di dasar koklea, dan frekuensi yang lebih dalam bekerja di puncak.
stimulus yang diterima. Gerak gelombang membran basilaris yang timbul oleh
oleh bunyi berfrekuensi sangat tinggi tidak dapat mencapai bagian apeks,
sedangkan bunyi berfrekuensi sangat rendah dapat melalui bagian basal maupun
bagian apeks membran basilaris. Sel rambut luar dapat meningkatkan atau
membran basilaris pada frekuensi tertentu. Keadaan ini disebut sebagai cochlear
amplifier.7,8,9
rambut luar yang dipancarkan dalam bentuk energi akustik. Sel-sel rambut luar
menunjukkan bahwa emisi otoakustik adalah gerakan sel rambut luar dan
aferen yang berfungsi mengubah suara menjadi bangkitan listrik dan tidak ada
dalam liang telinga luar. Dalam probe tersebut terdapat mikrofon dan pengeras
6
timbul dari koklea. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan di ruangan yang sunyi atau
kedap suara10
Cara kerja alat ini dengan memberikan stimulus bunyi yang masuk ke
liang telinga melalui insert probe, dengan bagian luarnya dilapisi karet lunak
(probe tip) yang ukurannya dapat dipilih sesuai besarnya liang telinga,
koklea. Saat stimulus bunyi mencapai OHC koklea yang sehat, OHC akan
arah luar (echo) menuju telinga tengah dan liang telinga. Emisi akustik yang tiba
di liang telinga akan direkam oleh mikrofon mini yang juga berada dalam insert
probe, selanjutnya diproses oleh mesin OAE sehingga hasilnya dapat ditampilkan
pada layar monitor mesin OAE. Kerusakan pada OHC misalnya akibat virus,
muncul pada hilangnya pendengaran lebih dari 30-40 dB. Pemeriksaan OAE
7
neural terhadap suara. OAE dipengaruhi oleh verniks kaseosa, debris, dan kondisi
telinga tengah (cavum tympani). Neonatus usia kurang dari 24 jam liang telinga
terisi verniks kaseosa yang akan keluar dalam 24-48 jam setelah lahir, sehingga
hasil refer 5-20% bila skrining dilakukan 24 jam setelah lahir. Angka refer <3%
dicapai bila skrining dilakukan usia 24-48 jam Karena perjalanan stimulus bunyi
menuju koklea maupun emisi akustik yang dipancarkan oleh koklea ke liang
telinga harus melewati telinga tengah; maka sebelum pemeriksaan OAE harus
timpanometri. Kelainan pada telinga tengah akan memberikan hasil positif palsu.12
Faktor lain yang mempengaruhi hasil tes OAE yaitu ukuran probe (harus
sesuai dengan ukuran liang telinga), posisi penempatan probe (tidak ada
kebocoran atau celah udara dan posisi probe harus lurus ke arah gendang telinga)
disfungsi OHC pada koklea. Pemeriksaan OAE juga cukup efektif sebagai alat
screening karena selain sensitif juga mudah dikerjakan tidak memerlukan tempat
pendengaran.12
8
Pemeriksaan OAE dikenal 2 macam yaitu spontan OAE dan evoked OAE.
Spontan OAE dapat timbul tanpa adanya stimulus bunyi, namun tidak semua
evoked OAE adalah OAE yang terjadi pasca pemberian stimulus, dibedakan
1. SFOAE
panjang dan terus menerus, jenis ini tidak mempunyai arti klinis, dan jarang
digunakan. 13
2. TEOAE
TEOAE adalah 500 - 4500 Hz untuk orang dewasa dan 5000–6000 Hz pada
bayi. TEOAE tidak terdeteksi pada ketulian >40 dB. Bila TEOAE pass berarti
tidak ada ketulian koklea, sebaliknya bila TEOAE refer berarti ada ketulian
koklea lebih dari 40 dB. TEOAE umumnya hanya digunakan untuk skrining
pendengaran bayi/anak.13
3. DPOAE
9
frekuensi tinggi (12.000 Hz). Sehingga DPOAE selain untuk skrining dapat juga
fisiologis pada pendengaran karena usia dan ototoksisitas yang paling menonjol,
pada frekuensi di atas 8kHz. Penilaian ambang pendengaran dan emisi otoakustik
di atas 8kHz yang paling diteliti dengan baik adalah dalam memantau fungsi
dalam pendengaran juga muncul pada frekuensi di atas 8kHz sebelum adanya
pada frekuensi di atas 8kHz yang menunjukkan sensitivitas yang lebih besar
terhadap kerusakan yang disebabkan oleh kebisingan daripada frekuensi yang lain
telinga saat suara menstimulasi koklea. Teknik ini sensitif untuk mengetahui
kerusakan pada OHC, kriteria hasil pemeriksaan yaitu pass atau refer. Jika
terdapat gelombang OAE maka stimulus dapat melewati telinga luar telinga
tengah sampai ke OHC dan berespon terhadap stimulus yang disampaikan oleh
alat dan muncul hasil OAE (pass), berarti tidak mengalami gangguan
Deteksi dini pada bayi baru lahir digunakan yang 4 frekuensi atau 6 frekuensi
dengan interpretasi pass dan refer. Pass jika 3 dari 4 frekuensi memiliki rasio SNR
(stimulus to noise ratio) > 6, refer jika 3 dari 4 frekuensi memiliki rasio SNR < 6.
Bila menggunakan yang 6 frekuensi interpretasi pass jika 4 dari 6 frekuensi yang
diperiksa memiliki rasio SNR > 6 dan refer jika 4 dari 6 frekuensi yang diperiksa
memiliki rasio SNR < 6. Pemeriksaan 12 frekuensi digunakan untuk deteksi dini
atau evaluasi kejadian ototoksik dan kurang pendengaran akibat kebisingan dengan
interpretasi hasil dilihat pada setiap frekuensi, refer pada frekuensi tinggi ≥ 8 kHZ
sebagai kejadian ototoksik. Bila terdapat riwayat paparan bising maka dinyatakan
11
4. Rentang waktu
6. Frekuensi (f2)
dilakukan
Amplitudo respons yang ditimbulkan oleh klik memiliki nilai yang sama
pada bayi seperti pada dewasa muda. Kegunaan dari TEOAE untuk skrining
juga berguna pada individu yang lebih tua yang sulit untuk diuji karena gangguan
pendengaran fungsional. OAE dapat menilai pasien yang tidur atau koma karena
koklea dari penggunaan cisplatin dan obat ototoksik lainnya dengan DPOAEs
murni. OAE juga terbukti berguna untuk membedakan antara sensorik dan saraf
TEOAE cepat dan mudah untuk menilai bayi yang baru lahir selama tidur
alami dan adalah metode tes yang paling umum untuk bayi baru lahir dalam
mungkin tidak ada karena debris di saluran telinga luar, atau cairan telinga tengah
dan karena itu ditunggu setidaknya sampai hari kedua untuk pemeriksaan ulang
BAB III
RINGKASAN
dipakai umtuk deteksi dini kurang pendengaran pada bayi dan anak, deteksi
ruang kedap suara dan waktu pengerjaannya cepat. OAE efektif untuk mengukur
aktifitas proses biomekanik dari koklea, terutama outer hair cell. Sensitivitas OAE
sebesar 98- 100% dan spesifitas 94%. Interpretasi hasil pass dan refer.
Hasil pass dari OAE menandakan fungsi koklea normal <30dB, terbukanya
saluran liang telinga, fungsi telinga tengah normal. Hasil refer menandakan
14
telinga yang disebabkan serumen, debris atau kelainan bentuk, adanya cairan atau
kelainan bentuk di telinga tengah, level suara terlalu tinggi dan salah pemasangan
probe OAE.
15
DAFTAR PUSTAKA