Anda di halaman 1dari 5

 Pengertian Defribillator

Defibrillator adalah perangkat elektronik yang mengirimkan sinyal listrik (pulsa) ke


otot jantung untuk mempertahankan depolarisasi otot jantung selama fibrilasi (fibrilasi
ventrikel atau fibrilasi atrium). Fibrilasi jantung adalah kondisi di mana sel-sel otot jantung
berkontraksi secara asinkron (non-sinkron). Ketika fibrilasi ini terjadi di ventrikel, hal itu
menyebabkan penurunan tajam aliran darah curah jantung (CO) dan dapat berakibat fatal
dalam beberapa menit. Dengan fibrilasi atrium, CO menurun, tetapi tidak terlalu fatal.
Kejutan listrik diulang maksimal 45 detik setelah henti jantung. Energi luar 50-400
joule. Energi yang disuplai secara internal hingga 1/10 Posisi eksternal elektroda (paddles):
anterior-anterior (apex sternum) atau depan-belakang. Diameter elektroda 8-10 cm untuk
orang dewasa. Pengaturan energi dan pengiriman energi dikendalikan oleh mikrokontroler.
(Sari, 2014)
Defibrillator DC selalu dikalibrasi dalam watt-detik atau joule sebagai ukuran energi
listrik yang tersimpan dalam kapasitor. Energi dalam detik dalam watt adalah setengah dari
kapasitas dalam farad dikalikan tegangan, yaitu kuadrat volt. (Kelompok et al., 2018)

Gambar 7.8 Rangkaian Dasar Defibrillator


(Sumber: https://liveisflow.blogspot.com/2012/04/defibrilator.html?m=1 )

Energi yang tersimpan pada C:

1
U = 2 CV 2

U adalah energi dalam joule (j), C adalah kapasitansi C1 dalam farad (F), dan V adalah
tegangan melintasi kapasitor CI dalam volt.
 Prinsip Kerja Defribillator
Pada dasarnya prinsip kerja defibrillator adalah membangkitkan rangsangan energi
listrik dalam satuan joule, yang dihasilkan oleh alat defibrillator yang dioperasikan dengan
baterai. Energi dilakukan oleh elektroda paddle (berbentuk besi). Penggunaannya
ditempelkan pada dada pasien. Defibrillator memiliki mode asinkron dan sinkron untuk
mengirimkan rangsangan energi listrik, yang dipengaruhi oleh pemilihan mode yang kami
gunakan dengan menekan tombol pengaturan mode. Setiap pemilihan mode mempengaruhi
pengatur pelepasan pada bagaimana perangkat menghasilkan energi listrik dalam satuan
joule sesuai dengan mode yang kita tentukan untuk pasien.

Gambar 7.8 Prinsip DC Shock


(Sumber: https://sentralalkes.com/blog/fungsi-defibrilator/)

Defibrillator paddle dilengkapi dengan tombol pengisian daya untuk "mengisi" energi
dan tombol untuk mendefibrilasi atau "menghantarkan" energi listrik. Dalam keadaan irama
jantung yang kacau, seseorang menganalisisnya dengan melihat grafik EKG di layar
monitor. Menentukan berapa banyak energi yang digunakan dan berapa lama waktu yang
diperlukan untuk mengisi kapasitor dengan energi, sekitar 15 detik, mengacu pada pedoman
Kementerian Kesehatan tahun 2001 untuk pengujian dan kalibrasi alat kesehatan.

 Jenis Defribillator
Mengingat sifat mode pelepasan, ada dua jenis defibrillator, yaitu kegagalan sinyal
ECG-R (asinkron) dan kegagalan sinyal ECG-R (sinkron). Kondisi itu sendiri nantinya
mempengaruhi proses pelepasan energi dayung ke pasien. Jika kita lihat di pasaran, ada dua
jenis defibrillator yang dapat kita bedakan menurut karakteristik dan spesifikasi
penggunaannya, yaitu defibrillator manual dan otomatis.
1. Defibrillator Manual
Meski ada beberapa jenis, fungsi defibrillator tetap sama. Defibrillator ini disebut
manual karena kita dapat mengatur energi yang dipancarkan secara manual. Fungsi
defibrillator manual biasanya dilengkapi dengan monitor EKG yang dapat mendeteksi
dan menganalisis berapa banyak energi yang disalurkan.
2. Defribillator Otomatis (AED)
Tidak seperti defibrillator manual, AED (Automated External Defibrillator)
adalah defibrillator otomatis di mana perangkat secara otomatis menganalisis irama
jantung pasien, sehingga AED sendiri dapat menentukan berapa banyak energi yang
dilepaskan. Fungsi defibrilasi eksternal otomatis biasanya digunakan untuk penggunaan
di lapangan karena selain ukurannya yang kecil, ia ringan dan mudah dibawa. (Sentral
Alkes, 2018)

Gambar 7.9. Autimatic Exsternal Defibrillator (AED)


(Sumber: https://www.kurniasafety.com/id/product/zoll-aed-plus/)

 Konversi Joule
Kapasitor menyimpan energi dalam bentuk medan listrik. Jumlah energi [W] yang tersimpan
dalam kapasitor dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

1Q 1 1
W = = QV = C
2C 2 2
Dimana:
W= jumlah energi yang tersimpan dalam kapasitor (Joule).
Berdasarkan prinsip di atas, konstanta waktu elemen RC dapat dirumuskan secara matematis
sebagai berikut:

τ=RxC
Dimana:
τ = Konstanta Waktu dalam satuan detik (s)
R = Resistansi /Hambatan dalam Ohm (Ω
C = Kapasitansi dalam Farad (F)

Gambar 7. 10 Konsep DC Shock


(Sumber: http://liveisflow.blogspot.com/2012/04/defibrillator.html/)

Arus awal yang mengalir pada rangkaian (io);

I 0= ( VR )
¿

Hubungan tegangan dan waktu dalam kapasitor;

Durasi proses pelepasan kapasitor juga ditentukan oleh nilai R-C yang digunakan dalam
rangkaian. Berikut ini adalah rumus umum untuk pengosongan tegangan kapasitor ketika
kapasitor dikosongkan selama t detik, Vc(t).

Vs adalah tegangan melintasi kapasitor sebelum habis. Vs sama dengan tegangan input
kapasitor pengisi daya, ketika kapasitor terisi penuh, arus pelepasan setelah t detik.
Energi yang diherikan ke pasien;
t
k=
∆t
1 2
E=∆ t ∑ R
V
k=0

Dimana:
E = Energi (Joule);
∆ t = imterval waktu yang diinginkan At interval waktu yang diinginkan (second)

t = lama waktu saat pengambilan data (second) .


v = tegangan saat interval waktu (volt)
R = resistansi (Ω)

Anda mungkin juga menyukai