Vol 2 No 1 (2021)
Abstract— A rectifier circuit or semiconverter is a circuit that converts AC voltage into DC. A controlled rectifier is a circuit
that uses a thyristor as a rectifier component. The controlled rectifier can control the DC output voltage. Controlled rectifier
can be divided into fully controlled rectifier and half controlled rectifier. This controlled rectifier can also be used as a drive
and regulator of direct current motors. The method in this research includes software and hardware design. Hardware design
is done by making a power supply circuit, a TCA 785 gated driver circuit, and using a DC motor. Software design is done by
creating a program for IC TCA 785. Testing is done by giving an initial value of 50V constant input voltage, then continued by
measuring the output voltage on each component. From the results of tests that have been carried out with loads; R, L, C, and
a combination of RL, RC, and RLC, it was found that the cutting angle of the phase varied from 0⁰, 30⁰, 60⁰, 90⁰, 120⁰, 150⁰, and
180⁰. This study concludes that the angle formed will vary according to the magnitude of the phase cut angle given.
Abstrak—Rangkaian penyearah atau Semikonverter merupakan suatu rangkaian yang mengkonversikan tegangan AC
menjadi DC. Penyearah terkontrol merupakan suatu rangkaian yang menggunakan thyristor sebagai komponen penyearah.
Penyearah terkontrol dapat mengendalikan tegangan keluaran DC. Penyearah terkontrol dapat dibedakan menjadi
penyearah terkontrol penuh dan penyearah setengah terkontrol. Penyearah terkontrol ini juga dapat digunakan sebagai
penggerak dan pengatur motor arus searah. Metode dalam penelitian ini meliputi perancangan software dan hardware.
Perancangan hardware dilakukan dengan membuat rangkaian catu daya, rangkaian gatedriver TCA 785, serta menggunakan
sebuah motor DC. Perancangan Software dilakukan dengan cara membuat program untuk IC TCA 785. Pengujian dilakukan
dengan memberi nilai awal tegangan input sebesar 50V konstan, kemudian dilanjutkan dengan mengukur tegangan output
pada tiap komponen. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dengan beban; R, L, C, serta kombinasi RL, RC, dan RLC,
didapati sudut pemotongan fasa bervariasi mulai dari 0⁰, 30⁰, 60⁰, 90⁰, 120⁰, 150⁰, dan 180⁰. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa sudut yang terbentuk akan bervariasi sesuai dengan besarnya sudut pemotongan fasa yang diberikan.
fasa adalah rangkaian penyearah tegangan listrik arus keluaran dari penyearah thyristor dapat diatur dengan
bolak balik dengan sumber tiga fasa.[3] mengatur sudut penyalaan pada gerbang thyristor,
dengan cara memberi pulsa pada gerbang yang dapat
diatur dari sudut α = 0º sampai sudut α = 180º.[4]
Konverter AC – DC berfungsi untuk mengubah tegangan
bolak balik (AC) menjadi tegangan searah (DC). Dalam
aplikasi satu fasa, konverter AC - DC satu fasa topologi
jembatan digunakan secara luas didunia industri, seperti
catu daya tak terputus, perbaikan dari faktor daya,
penggerak kecepatan motor, dan filter daya aktif. Kinerja
Gambar 1 . Blok Diagram Konverter AC-DC Satu dari konveter AC – DC bergantung pada kondisi arus
Fasa. masukan dan tegangan keluaran. Sifat dari Konverter AC –
DC yang baik digunakan adalah konverter yang dapat
Bentuk sederhana dari rangkaian penyearah satu fasa menarik arus masukan tanpa distorsi (berbentuk
dengan menggunakan komponen trafo centre tap (CT) gelombang sinusoidal murni) dan mempunyai faktor daya
yang dihubungkan dengan beban resistif, serta bentuk satu, sementara tegangan keluaran selalu konstan/tetap
gelombang sumber dan gelombang keluaran dapat pada nilai yang telah ditentukan.[5]
dilihat pada gambar 2 dibawah.
PWM (Pulse Width Modulation)
PWM atau pengaturan lebar pulsa modulasi adalah
suatu metode memanipulasi lebar sinyal atau tegangan
yang dinyatakan dengan pulsa dalam suatu periode, yang
bertujuan untuk mendapatkan tegangan rata-rata yang
berbeda. Pulse Width Modulation (PWM) dapat diartikan
dengan sinyal digital berupa gelombang kotak (square
wave) dimana sudut pemotongan dari gelobang kotak
tersebut dapat diatur sesuai dengan kebutuhan daya
pemakainya.[6] Gelombang kotak F(t) yang ideal dengan
periode T ditunjukan pada gambar 3 dibawah.
Sesuai dengan rumus diatas, tegangan keluaran bisa Catu Daya (Power Supply)
berubah-ubah dengan cara mengubah dari nilai, apabila Catu daya merupakan piranti penyuplai daya untuk
adalah nol, maka akan nol. Apabila adalah Ttotal, maka peralatan elektronik. Catu daya mengubah tegangan
itulah nilai maksimumnya. listrik yang tersedia dari jaringan distribusi transmisi
listrik menjadi tegangan terukur yang sesuai dengan
IC TCA 785 kebutuhan komponen pada alat. Output dari catu daya
Dalam pembuatan tugas akhir ini, dibuat suatu alat dapat berupa tegangan bolak balik maupun tegangan
dengan penerapan dari TCA 785 dengan menggunakan searah.[10]
transformator penggeser fasa pada penyearah 1 fasa
II. METODE PENELITIAN
jembatan terkontrol penuh. Penyulutan untuk penyearah
1 fasa dihasilkan oleh IC TCA 785. Tegangan sinkronisasi A. Blok Diagram
pada rangkaian kontrol diberikan pergeseran sudut fasa
Merupakan penjelasan singkat dari sistem kontrol
terlambat (lagging) sebesar 30⁰ dari tegangan fasa ke
kerja alat yang terdiri dari sejumlah komponen yang
netral yang berasal dari sumber. Mekanisme pergeseran terhubung, dan menjalankan sesuai dengan fungsi yang
sudut fasa ini dibuat dengan menggunakan transformator diperintahkan, yang mana akan dijelaskan dengan singkat
hubung bintang – zigzag angka angka jam 1 (Yz1). dalam serangkaian blok-blok yang dihubungkan oleh
Pergeseran sudut fasa pada tegangan sinkronisasi garis-garis panah.
menyebabkan penyulutan yang diberikan tepat pada titik
pemicuan untuk menyearahkan tegangan arus bolak –
balik fasa ke fasa. Sudut penyulutan (α) dapat diatur
dengan mengatur resistor variabel pada IC TCA 785 dalam
rentang sudut dari 0⁰ – 180⁰ . Pengaturan sudut
penyulutan menyebabkan tegangan keluaran penyearah
terkontrol dapat dikendalikan mulai dari tegangan
minimum hingga tegangan maksimum [7].
Dioda Freewheling
Pada tugas akhir ini, untuk mencegah terjadinya
kerusakan komponen maka digunakan dioda
freewheling pada rangkaian yang berbeban induktif,
karena pada saat sumber dimatikan akan terjadi
perubahan arus terhadap perubahan waktu yang
bernilai besar. Dioda ini akan mengalirkan arus yang
tersimpan didalam beban induktor dengan tingkat
penurunan arus yang tidak terlalu cepat. Dioda yang Gambar 4. Blok Diagram
digunakan adalah dioda tipe MUR 460 yang memiliki
kemampuan arus maksimal 40A dan kemampuan Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa blok diagram ini
tegangan maksimal 600V.[8] menjelaskan cara kerja alat dimana setpoint dari potensio
akan diatur oleh gatedrive TCA 785 untuk menentukan
Thyristor besarnya sudut pemotongan fasa agar sesuai dengan yang
Thyristor merupakan suatu komponen elektronik diinginkan.
yang cara kerjanya mirip dengan dioda, dilengkapi
dengan gate yang bisa diatur besar fasa konduksinya.[9]
Thyristor adalah komponen semikonduktor yang
digunakan dalam bidang elektronika daya, yang pada
umumnya diaplikasikan untuk rangkaian pengendali.
Beberapa komponen yang termasuk dalam kelompok
komponen thyristor diantaranya adalah; Gate Turn-Off
Thyristor (GTO), Silicon Control Rectifier(SCR), dan
TRIACS.[3]
26
JTEIN: Jurnal Teknik Elektro Indonesia
Vol 2 No 1 (2021)
A. Rangkaian Keseluruhan
Rangkaian keseluruhan merupakan suatu perancangan
komponen elektronik, dengan adanya penjelasan dari
diagram blok yang dapat memberikan kemudahan dalam
mengetahui prinsip kerja sebuah alat secara keseluruhan,
dan juga memberikan petunjuk dalam mengetahui sebuah
kesalahan pada alat secara keseluruhan.
27
JTEIN: Jurnal Teknik Elektro Indonesia
Vol 2 No 1 (2021)
28
JTEIN: Jurnal Teknik Elektro Indonesia
Vol 2 No 1 (2021)
Tabel 1. Pengujian dengan Beban R Tabel 2. Pengujian Alat dengan Beban L (Motor 12V)
< Idc Vdc Bentuk Gelombang < Idc Vdc Bentuk Gelombang
(Sudut) (mA) (Volt) (Sudut) (mA) (Volt)
29
JTEIN: Jurnal Teknik Elektro Indonesia
Vol 2 No 1 (2021)
0⁰ 0,004 70,2
Tabel 4. Pengujian Alat dengan beban RL (Lampu 25W
dan Motor 12V) Vin = 50V
0⁰ 0,195 31,1
30⁰ 0,003 69,2
30
JTEIN: Jurnal Teknik Elektro Indonesia
Vol 2 No 1 (2021)
0⁰ 0,251 65,5
31
JTEIN: Jurnal Teknik Elektro Indonesia
Vol 2 No 1 (2021)
Tabel 6. Pengujian Alat dengan beban RLC (Lampu 15, 25, 60, dan 75W) dengan sudut pemotongan 0⁰ -
25W, Motor 12V dan Capasitor 220) Vin = 50V 180⁰, menghasilkan tegangan output (Vdc) yang
< Idc Vdc Bentuk Gelombang semakin kecil, ini terjadi dikarenakan sifat dari
(Sudut) (mA) (Volt) karakteristik SCR, yaitu jika diberi sudut pemotongan
yang awal mulanya kecil, maka tegangan yang dihasilkan
0⁰ 0,858 59,2 akan besar, jika diberi sudut pemotongan yang semakin
besar, maka tegangan yang dihasilkan akan semakin
kecil. Dan arus keluaran (Idc) yang dihasilkan juga
semakin kecil. Ini dikarenakan beban yang digunakan
akan menyerap arus pada saat dihubungkan dengan
rangkaian kerja alat semikonverter 1 fasa.
Pada saat pengujian dengan beban motor, motor
30⁰ 0,855 52,1 yang digunakan adalah motor DC 12V, dan didapatkan
analisa, yaitu pada saat sudut pemotongan 30⁰ sampai
sudut pemotongan maksimal 180⁰, tegangan turun
secara bertahap. ini terjadi dikarenakan sifat dari
karakteristik SCR, yaitu jika diberi sudut pemotongan
yang awal mulanya kecil, maka tegangan yang dihasilkan
akan besar, jika diberi sudut pemotongan yang semakin
60⁰ 0,846 43,6 besar, maka tegangan yang dihasilkan akan semakin
kecil. Dan arus keluaran (Idc) yang dihasilkan juga
semakin kecil. Ini dikarenakan beban yang digunakan
akan menyerap arus pada saat dihubungkan dengan
rangkaian kerja alat semikonverter 1 fasa.
Pada saat pengujian dengan beban C (capasitor 100
µF, 220 µF, 330 µF dan 470 µF), saat sudut pemotongan
90⁰ 0,785 33,6 0⁰ sampai 90⁰ menghasilkan (Vdc) yang konstan 69V -
70V dan pada sudut pemotongan 120⁰ - 180⁰ tegangan
mulai menurun secara bertahap. ini terjadi dikarenakan
sifat dari karakteristik SCR, yaitu jika diberi sudut
pemotongan yang awal mulanya kecil, maka tegangan
yang dihasilkan akan besar, jika diberi sudut
pemotongan yang semakin besar, maka tegangan yang
120⁰ 0,674 19,1 dihasilkan akan semakin kecil. Dan arus keluaran (Idc)
yang dihasilkan juga semakin kecil. Ini dikarenakan
beban yang digunakan akan menyerap arus pada saat
dihubungkan dengan rangkaian kerja alat semikonverter
1 fasa.
IV. PENUTUP
150⁰ 0,396 6,7 Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan
terhadap alat “Rancang Bangun Penyearah Terkendali
Semikonverter Satu Fasa Menggunakan IC TCA 785”
diatas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Alat ini dapat mengamati bentuk gelombang keluaran
sesuai dengan setpoint yang diberikan dengan nilai
tegangan input (Vin) konstan 50V.
2. Semakin besar sudut pemotongan yang diberikan,
180⁰ 0,073 0,90 maka nilai tegangan dan arus output yang didapatkan
semakin kecil.
Analisa Data
Pada saat pengujian, diberikan tegangan input (Vin)
sebesar 50V, dan pada saat diberikan beban R (Lampu
32
JTEIN: Jurnal Teknik Elektro Indonesia
Vol 2 No 1 (2021)
REFERENSI
Biodata Penulis
[1] K. A. W. Hudaya, A. Warsito, and M. Facta,
“Pembuatan Penyearah Terkontrol Penuh Satu Willy Buana, lahir di Padang, 30 Desember 1996.
Fasa Sebagai Pengemudi Motor DC 3 HP.” Sekarang sedang menempuh jenjang sarjana pada
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Undip, Program Studi Teknik Elektro Industri di jurusan Teknik
2002. Elektro FT UNP.
[2] P. Tawakal, A. Nugroho, and M. Facta, “Penyearah
Terkontrol Penggerak Motor Arus Searah Pada Aswardi, dilahirkan di Kubang Putih, pada tanggal 21
Purwarupa Konveyor,” Transient J. Ilm. Tek. Februari 1959. Menyelesaikan studi S1 di Jurusan
Elektro, vol. 5, no. 3, pp. 389–394, 2017. Pendidikan Kejuruan IKIP Padang pada tahun 1983.
[3] Aswardi, M. Yuhendri dan D. T Yanto, Teknik Pendidkan S2 Jurusan Teknik Elektro di Institut
Elektronika Daya, Indonesia : IRDH Book Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1999. Saat ini
Publisher, 2020. menjadi staf/dosen pengajar di Jurusan Teknik Elektro
[4] D. Setiawan, “Studi Penggunaan Semikonverter Universitas Negeri Padang.
AC-DC Untuk Mengatur Kecepatan Motor DC,”
SainETIn, vol. 3, no. 2, pp. 33–41, 2019.
[5] I. Khalid, “Penerapan Kendali Satu Siklus Untuk
Memperbaiki Kinerja Konverter AC–DC Satu Fasa
Topologi Jembatan Pada Kondisi Baban Berubah-
ubah,” SMARTek, vol. 4, no. 1.
[6] B. A. Prabowo, “Pemodelan Sistem Kontrol Motor
DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu,”
INKOM J., vol. 2, no. 1, pp. 39–43, 2010.
[7] M. R. Fajar, T. Andromeda, and M. Facta,
“Implementasi Ic Tca 785 Dengan Transformator
Penggeser Fase Pada Penyearah Tiga Fase
Jembatan Terkontrol Penuh,” Transient J. Ilm.
Tek. Elektro, vol. 6, no. 1, pp. 89–96, 2017.
[8] A. Zachariace Nugraha, A. Warsito, And A. Syakur,
“Perancangan Modul Inverter Frekuensi Tinggi
Sebagai Pemanas Induksi Untuk Aplikasi
Pengering Pakaian.” University Diponegoro,
2011.
[9] M. Facta, A. Warsito, and N. Susilo, “Aplikasi
Magnetik Kopling Dengan Tegangan Injeksi Dc
Terkontrol Menggunakan Mikrokontroler
At89s51 Sebagai Pengatur Kecepatan Motor
Induksi Satu Fasa,” J. Sains Mater. Indones., vol. 7,
no. 1, pp. 111–118, 2019.
[10] D. Almanda and H. Yusuf, “Perancangan
Prototype Proteksi Arus Beban Lebih Pada Beban
DC Menggunakan Mikrokontroller,” eLEKTUM,
vol. 14, no. 2, pp. 25–34, 2017.
33