Anda di halaman 1dari 6

RANGKAIAN INVERTER DC TO AC

Inverter berfungsi untuk mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC. Inverter sangat
berperan sebagai penyedia listrik cadangan, baik di kendaraan maupun di rumah, sebagai
emergency power saat aliran listrik rumah padam. Selain itu inverter DC to AC memegang
peranan penting dalam mengubah energy DC dari sumber energy terbarukan sel surya
menjadi energy listrik AC yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
aplikasinya, inverter DC to AC dapat digunakan pada perangkat rumah tangga, computer,
peralatan pertukangan, pompa air, kipas angina, system suplai energy pada rumah di daerah
terpencil, dan berbagai barang elektronik lainnya. Inverter DC to AC pada perangkat rumah
tangga sangat banyak digunakan, terutama pada saat listrik padam dan pada sumber energy
DC yang dihasilkan oleh sel surya. Sumber AC dibutuhkan untuk penggunaan pada lampu dan
system elektronika lainnya.

1. Inverter dan Prinsip Kerjanya


Inverter adalah rangkaian yang mengubah DC menjadi AC. Dengan kata lain, inverter
adalah alat yang digunakan untuk memindahkan tegangan dari sember DC ke beban AC.
Sumber tegangan inverter dapat berupa baterai, solar panel, aki kering, dan sumber
tegangan DC lainnya. Keluaran dari inverter adalah tegangan AC 220 V atau 120 V, dan
frekuensi output 50 Hz atau 60 Hz.
Pada dasarnya, inverter adalah alat yang membuat tegangan bolak-balik dari tegangan
searah dengan cara membentuk gelombang tegangan. Namun, gelombang yang
terbentuk dari inverter tidak berbentuk gelombang sinusoida, tetapi gelombang persegi.
Pembentukan tegangan AC tersebut dilakukan dengan menggunakan dua pasang sakelar.
Berikut ini gambar yang menerangkan prinsip kerja inverter dalam pembentukan
gelombang tegangan persegi.

Prinsip dasar inverter

Prinsip kerja inverter dapat dijelaskan dengan menggunakan empat sakelar seperti
ditunjukkan pada gambar di atas. Jika sakelar S1 dan S2 dalam kondisi on, aliran arus DC
akan mengalir ke beban R dari arah kiri ke kanan. Jika yang hidup adalah sakelar S3 dan
S4, aliran arus DC akan mengalir ke beban R dari arah kanan ke kiri. Inverter biasanya
menggunakan rangkaian modulasi lebar pulsa (pulse width modulation-PWM_ dalam
proses konversi tegangan DC menjadi tegangan AC. Pembentukan gelombang sakelar
dapat dilihat pada gambar berikut.
Bentuk gelombang tegangan

a. Full-Bridge Converter Theory


Full bridge converter adalah rangkaian teori dasar yang digunakan untuk mengubah
DC ke AC. Full bridge converter mempunyai pasangan sakelar )S1, S2) dan (S3, S4).
Keluaran AC didapatkan dari masukan DC dengan membuka dan menutup sakelar-
sakelar pada urutan yang tepat. Tegangan keluaran V0 bisa berupa +Vdc, -Vdc, atau
nol, tergantung pada sakelar yang tertutup.
Pada full bridge converter, S1 dan S4 tidak boleh menutup pada saat yang bersamaan,
begitu juga dengan S2 dan S3, yang akan menyebabkan terjadinya short circuit pada
sumber DC. Sakelar yang nyata tidak bias on atau off secara seketika.

Tegangan Keluaran Pasangan Sakelar pada Rangkaian Full Bridge Converter


Sakelar Tertutup Tegangan Keluaran (V0)
S1 dan S2 +Vdc
S3 dan S4 -Vdc
S1 dan S3 0
S2 dan S4 0

Walaupun waktu transisi switching harus diberikan pada kendali sakelar, overlap pada
waktu sakelar on juga akan mengakibatkan short circuit, yang disebut shoot-through.
Waktu yang diberikan untuk transisi switching disebut blanking time.
b. Inverter gelombang kotak (square-wave inverter)
Inverter gelombang kotak (square-wave inverter) merupakan pola switching yang
paling sederhana agar full bridge converter dapat menghasilkan keluaran tegangan
gelombang kotak. Sakelar-sakelar akan menghubungkan beban ke +Vdc ketika S1 dan
S2 tertutup atau ke –Vdc ketika S3 dan S4 tertutup. Periodic switching dari tegangan
beban antara +Vdc dan –Vdc menghasilkan tegangan gelombang kotak pada beban.
Walaupun selang keluaran ini nonsinusoidal, namun mampu mencukupi bentuk
gelombang AC untuk beberapa aplikasi.
Bentuk gelombang arus pada beban tergantung pada komponen beban. Untuk beban
resiistif, bentuk gelombang arus sesuai dengan bentuk tegangan keluaran. Beban
induktif akan mempunyai arus yang lebih bersifat sinusoidal daripada tegangannya
karena sifat filtering dari induktansi. Pada beban induktif, ada beberapa
peretimbangan dalam mendesain sakelar-sakelar pada rangkaian full bridge converter
karena arus sakelar harus bidirectional.
Berikut ini beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan inverter :
a. Kapasitas beban dalam watt, usahakan memilih inverter yang beban kerjanya
mendekati beban yang hendak digunakan agar efisiensi kerjanya maksimal.
b. Input DC 12 volt atau 24 volt.
c. Sinewave ataupun square wave output AC.
True sine wave inverter diperlkan terutama untuk beban-beban yang masih
menggunakan motor agar bekerja lebih mudah, lancer, dan tidak cepat panas.
True sine wave inverter memiliki harga yang mahal di antara yang lainnya karena
alat ini mampu mendekati bentuk gelombang asli dari jaringan listrik PLN. Dalam
perkembangannya di pasaran juga beredar modified sine wave inverter yang
merupakan kombinasi antara square wave dan sine wave. Bentuk gelombangnya
bila dilihat melalui oscilloscope berbentuk sinus denga nada garis putus-putus di
antara sumbu y=0 dan grafik sinusnya. Perangkat yang menggunakan kumparan
masih bias beroperasi dengan modified sine wave inverter, hanya saja kurang
maksimal. Sementara itu pada square wave inverter, beban-beban listrik yang
menggunakan kumparan/motor tidak dapat bekerja sama sekali.
Selain itu, dikenal juga istilah grid tie inverter yang merupakan spcial inverter yang
biasanya digunakan dalam system energy listrik terbarukan, yang mengubah arus
listrik DC menjadi AC yang kemudian diumpankan ke jaringan listrik yang sudah
ada. Grid tie inverter, dikenal juga synchronous inverter. Perangkat ini tidak dapat
berdiri sendiri, apalagi jaringan tenaga listriknya tidak tersedia. Dengan adanya
grid tie inverter, kelebihan kWh yang diperoleh dari system PLTS bias disalurkan
kembali ke jaringan listrik PLN untuk digunakan dalam kebutuhan sehari-hari dan
sebagai penggantinya besarannya kWh yang disuplai harus dibayar PLN ke
penyedia PLTS dengan tarifnyang telah disepakati sebelumnya. Rugi/loss yang
terjadi pada inverter biasanya berupa disipasi daya dalam bentuk panas.
Grid tie inverter memiliki efisiensi tertinggi, yaitu 95-97% bila beban outputnya
hamper mendekati rated bebannya. Pada umumnya, efisiensi inverter berkisar 50-
90% tergantung dari beban outputnya. Bia beban outputnya makin mendekati
beban kerja inverter yang tertera maka efisiensinya makin besar, demikian pula
sebaliknya. Modified sine wave inverter ataupun square wave inverter bila
dipaksakan untuk beban-beban induktif maka efisiensinya akan jauh berkurang
dibandingkan dengan true sine wave inverter. Perangkatnya akan menyedot daya
20% lebih besar dari yang seharusnya.

2. Macam-Macam Inverter
Inverter dapat diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu inverter satu fase dan inverter tiga
fase. Setiap jenis inverter tersebut dapat dikelompokkan dalam empat kategori ditinjau
dari jenis rangkaian komutasi pada SCR, yaitu modulasi lebar pulsa, inverter resonansi,
inverter komutasi bantu, dan inverter komutasi komplemen.
Inverter disebut sebagai catu-tegangan apabila tegangan masukan selalu dijaga konstan.
Inverter disebut inverter catu-arus (current-fed-inverter-CFI) apabila arus masukan selalu
dijaga konstan. Inverter disebut inverter variable apabila tegangan masukan dapat diatur.
Jika ditinjau dari proses konversi, inverter dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu inverter
ser, inverter parallel, dan jembatan. Inverter jembatan dapat dibedakan menjadi inverter
setengah-jembatan (half bridge) dan jembatan (bridge). Menurut jenis gelombang
keluarannya, inverter dibedakan menjadi dua, yaitu inverter sumber arus (current source
inverter) dan inverter sumber tegangan (voltage source inverter).
a. Inverter Sumber Arus (Current Source Innverter)
Berikut ini ciri-ciri inverter sumber arus (ISA):
1) ISA didesain hanya untuk mengontrol frekuensi sehingga diperlukan suatu
rangkaian chopper untuk mengatur tegangan keluar.
2) Output yang dihasilkan adalah black modulation sehingga dibutuhkan solusi
tambahan untuk menekan harmonic dan pulsating torque, yaitu dengan
memperbesar induktansi motor.
3) Control traksi yang diaplikasikan relative sederhana sehingga dapat direalisasikan
dengan menggunakan teknik TTL (Transistor-Transistor Logic) atau analog.

b. Inverter Sumber Tegangan (Voltage Source Inverter)


Berikut ini ciri-ciri inverter sumber tegangan (IST)
1) IST mengontrol baik frekuensi maupun tegangan output dengan mempergunakan
teknik PWM (Pulse Width Modulation). Oleh sebab itu, diperlukan system control
yang kompleks (Microproessor)
2) PWM menghasilkan output yang menyekati sinus sehingga karmonik dan pulsating
torque dapat ditekan, yaitu dengan melakukan pengaturan software untuk
menghasilkan patron-patron pulsa yang diinginkan.
3) Kontrol traksi yang diaplikasikan sangat kompleks sehingga diperlukan teknik
control digital dengan mikrokomputer atau mikroprosesor dan software
programming yang memerlukan kualifikasi personel yang secara khusus
mendalami bidang tersebut.
Inverter sumber tegangan dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Inverter sumber tegangan dengan frekuensi dan tegangan keluaran konstan.
2) Inverter sumber tegangan dengan frekuensi dan tegangan keluaran berubah.
Keluaran inverter inilah yang menjadi masukan bagi motor AC yang banyak digunakan
di perusahaan ini, terutama motor induksi (AC) untuk mesin-mesin agar diperoleh
hasil produksi yang sesuai dengan keinginan perusahaan.

3. Rangkaian Inverter DC 12 V to AC 220 V


Rangkaian inverter adalah sebuah kesatuan elektronika yang mempunyai kegunaan untuk
mengubah arus tegangan dari DC ke AC. Tidak hanya berfungsi untuk mengubah sebuah
arus tegangan, rangkaian inverter juga bias digunakan untuk menurunkan maupun
menaikkan tegangan. Dengan fungsi kedua tersebut maka bias dihasilkan tegangan
output yang sesuai keinginan. Rangkaian inverter sederhana mempunyai tegangan tinggi
dengan kapasitas yang cukup besar. Salah satu jenis inverter sederhana yang banyak
digunakan, yaitu inverter DC 12 V to AC 220 V.

a. Blok Diagram Rangkaian Inverter DC to AC


Rangkaian inverter DC ke AC ini berfungsi untuk mengubah tegangan 12 volt DC
menjadi 220 volt AC. Trafo yang digunakan pada rangkaian ini adalah trafo adaptor.
Trafo ini menentukan seberapa besar beban yang dapat disambungkan pada
rangkaian ini.
INPUT

PENGUBAH

FILTER

PENGUAT

OUTPUT

Blok diagram rangkaian inverter DC to AC

1) Input
Pada rangkaian diberi tegangan searah sebesar +12 volt DC sebagai input. Pada
umumnya, contoh tegangan searah yang digunakan sebagai input bias berupa
baterai ataupun aki, sesuai keperluan.
2) Pengubah
Diode berfungsi sebagai pengubah tegangan searah menjadi tegangan bolak-balik
yang berasal dari kapasitor. Kapasitor menyimpan tegangan dan mengeluarkan
kembali tegangan listrik tersebut karena muatan listrik pada kapasitor. Tegangan
yang diberikan sebesar 12 volt DC diubah menjadi 90-150 volt AC. Disini, diode
berfungsi sebagai pengubah tegangan searah menjadi tegangan bolak-balik.
3) Filter (Penyaring)
Tegangan yang sudah diubah akan dianalisis apakah tegangan yang telah diubah
benar-benar menjadi tegangan AC dengan menggunakan diode. Tegangan akan
disaring menggunakan kapasitor yang akan mengubah tegangan searah menjadi
bolak-balik. Kapasitor berperan penting sebagai alat untuk menstabilkan tegangan
sesudah diubah.
4) Penguat
Penguat dipengaruhi oleh besarnya watt yang dihasilkan oleh transistor dan
dipengaruhi oleh transformator yang menghasilkan daya 20 watt dengan
menggunakan 1 ampere. Pada rangkaian, arus inputnya menggunakan arus DC
dengan penguat oleh transistor jenis NPN wN3055 dan transformator.
5) Output
R4 dan R3 terhubung ke input +12 volt DC dan arus yang masuk disimpan terlebih
dahulu oleh C1 dan C2. Jika R4 terhubung dengan Q2 dan diberikan inputan +12
volt DC sementara R3 tertutup karena R4 lebih dahulu menerima input +12 volt
DC dan disimpan oleh C1. Setelah muatan listrik yang disimpan telah penuh,
muatan listrik akan dilepaskan dan arus yang dilepaskan adalah arus AC
Jika R3 terhubung dengan Q1 dan diberikan inputan +12 volt DC karena memiliki
besar resistor yang sama, yaitu 180 ohm, R3 dan R4 akan saling bergantian.
Dengan demikian, hal itu akan menghasilkan tegangan sebesar 150 volt AC.
b. Analisis Rangkaian secara Detail
Pada rangkaian inverter DC ke AC, tegangan mengalir melalui R1 dan R2, yang
menuju kapasitor ialah C1 dan C2 masing-masing mulai dalam pengisian muatan-
muatan listrik. Dalam pengisian muatan-muatan listrik, kapasitor bergantung pada
besarnya arus yang mengalir melalui R1 dan R2 sebesar 12 volt DC, sedangkan Q1
dan Q2 dihubungkan dengan ground. Misalnya, dipilih C2 lebih dulu mengisi muatan-
muatan listrik dan lebih dahulu untuk melepaskan muatan-muatan listriknya untuk
mengalir menuju basis transistor Q1 yang kemudian menyulutnya sehingga transistor
Q1 menjadi aktif dan menghantarkan arus dari kolektor ke emitornya.
Selama proses tersebut berlangsung, kapasitor C1 masih dalam pengisian muatan-
muatan listrik sampai transistor Q1 dalam kondisi penjenuhan dan menuju cut off.
Ketika kapasitor C1 sudah penuh terisi muatan-muatan listrik dan transistor Q1 masuk
ke kondisi cut off, kapasitor C1 mulai melepaskan muatan-muatan listsriknya menuju
basis Q2. Tegangan yang adapada basis Q2 menyulut basisnya dan mengakibatkan
transistor Q2 menjadi aktif untuk menghantarkan tegangan kolektor munuju
emitornya.
Bersamaan dengan peristiwa tersebut, Q2 sedang dalam pengisian muatan-muatan
listrik dan arus yang mengalir melewati R1 menuju resistor R2 untuk menyulut basis
dari transistor Q2 dan mengaktifkannya untuk menghantarkan tegangan. Tegangan
yang mengalir dari C1 dan C2 masuk melalui diode dan R1 dan R2. Setelah itu,
tegangan DC diubah menjadi tegangan-tegangan AC, T1 berfungsi sebagai penguat
arus maupun tegangan. Hal yang paling penting berpengaruh dalam penguatan suatu
tegangan adalah pada jenis transistor yang digunakan.

c. Cara Mengoperasikan Alat


Cara mengoperasikan rangkaian inverter ini cukup dengan alat untuk mengukur
tegangan yang dikeluarkan oleh alat ini. Inverter berfungsi sebagai penguat tegangan
DC ke AC dengan menggunakan tegangan yang telah ditentukan, yaitu menggunakan
tegangan 12 volt DC sehingga output yang dihasilkan sebesar 150 volt AC dengan
mengubah tegangan AC ke DC.
Dengan menggunakan satu input dan satu output, dapat dihubungkan ground ke
ground dari power supply, dan input +12 volt DC. Pada power supply menggunakan
arus DC sehingga dapat menentukan besarnya tegangan yang dihasilkan dengan
menggunakan multimeter dari outputnya. Jika outputnya menghasilkan tegangan 150
volt AC, artinya alat ini berjalan dengan baik. Tegangan output dapat ditambah bila
menggunakan transistor yang nilainya lebih besar daripada transistor yang digunakan
dalam alat ini.

Anda mungkin juga menyukai