Anda di halaman 1dari 14

BAB 3

RANGKAIAN INVERTER DC to AC

A. Pengertian Inverter
Inverter adalah perangkat elektronika yang dipergunakan untuk mengubah tegangan DC (Direct
Current) menjadi tegangan AC (Alternating Curent). Output suatu inverter dapat berupa
tegangan AC dengan bentuk gelombang sinus (sine wave), gelombang kotak (square wave) dan
sinus modifikasi (sine wave modified). Sumber tegangan input inverter dapat menggunakan
battery, tenaga surya, atau sumber tegangan DC yang lain. Inverter dalam proses konversi
tegangn DC menjadi tegangan AC membutuhkan suatu penaik tegangan berupa step up
transformer.

Satu jenis inverter sederhana yg paling banyak digunakan ialah inverter DC 12v to AC 220v.
Karenanya sekarang telah banyak toko elektronik yg menjual inverter dengan ukuran yg kecil,
harga yg murah, serta mempunyai kapasitan penyimpanan watt yg besar.Kebanyakan skema
rangkaian inverter yang dibuat, selalu memakai IC CD 4047 sebagai penghasil gelombang
kotak-kotak. IC itu harus diperkuat ampere-nya dgn memakai sejumlah transistor yakni D313
serta 2n3055 / jengkol
B. Fungsi Inverter
Seperti yang telah dikatakan tadi, inverter memiliki fungsi mengubah tegangan searah “DC”
menjadi tegangan bolak-balik “AC”, perubahan tersebut dilakukan dengan mengubah
kecepatan motor AC dengan cara mengubah frekuensi outputnya. Jadi bisa dibilang inverter ini
multifungsi dapat mengubah arus AC ke DC, lalu mengembalikannya lagi ke AC. Inverter
banyak digunakan pada bidang otomatisasi industri, pangaplikasian inverter biasanya terpasang
di proses linear “parameter yang bisa diubah-ubah”. Linear yang diamksud memiliki bentuk
seperti grafik sinus atau sistem axis “servo” yang membutuhkan atau memerlukan putaran yang
presisi.

C. Prinsip Kerja Inverter

• Prinsip kerja inverter dapat dijelaskan dengan menggunakan 4 sakelar seperti ditunjukkan
pada diatas.

• Bila sakelar S1 dan S2 dalam kondisi on maka akan mengalir aliran arus DC ke beban R
dari arah kiri ke kanan, jika yang hidup adalah sakelar S3 dan S4 maka akan mengalir aliran
arus DC ke beban R dari arah kanan ke kiri.

• Inverter biasanya menggunakan rangkaian modulasi lebar pulsa (pulse width modulation –
PWM) dalam proses conversi tegangan DC menjadi tegangan AC.
Cara Kerja Inverter
Cara kerja inverter ini yaitu inverter dapat melakukan pengubahan yakni mengubah input motor
tenaga listrik AC menjadi tegangan listrik DC, kemudian dipecah lagi menjadi AC dan
frekuensi, sehingga motor listrikmuamg digunakan dapat dikontrol sesuai kecepatan yang
dikehendaki
Perlu anda ketahui bahwa ada cukup banyak beberapa teknik yang kendali yang bisa digunakan
untuk menjaga inverter agar dapat menghasilkan sinyal sinusoidal. Cara yang sering digunakan
umum adalah cara dari modulasi lebar pulsa (PWM).

D. Jenis-jenis inverter dc to ac
Berdasarkan jumlah fasa output inverter dapat dibedakan dalam :
 Inverter 1 fasa, yaitu inverter dengan output 1 fasa.
 Inferter 2 fasa, yaitu inverter dengan output 3 fasa.
Inverter juga dapat dibedakan dengan cara pengaturan tegangan-nya, yaitu :
 Voltage Fed Inverter (VFI) yaitu inverter dengan tegangan input yang diatur konstan
 Current Fed Inverter (CFI) yaitu inverter dengan arus input yang diatur konstan
 Variable dc linked inverter yaitu inverter dengan tegangan input yang dapat diatur

Berdasarkan bentuk gelombang output-nya inverter

 Sine wave inverter, yaitu inverter yang memiliki tegangan output dengan bentuk gelombang
sinus murni. Inverter jenis ini dapa memberikan supply tegangan ke beban (Induktor) atau
motor listrik dengan efisiensi daya yang baik.

 Sine wave modified inverter, yaitu inverter dengan tegangan output berbentuk gelombang
kotak yang dimodifikasi sehingga menyerupai gelombang sinus. Inverter jenis ini memiliki
efisiensi daya yang rendah apabila digunakan untuk mensupplay beban induktor atau motor
listrik.

 Square wave inverter,yaitu inverter dengan output berbentuk gelombang kotak, inverter jenis
ini tidak dapat digunakan untuk mensupply tegangan ke beban induktif atau motor listrik.

Adapun jenis-jenis inverter yang ada di pasaran Indonesia ialah sebagai berikut:

 Car / Portable Inverter

Bilamana di dalam mobil, kita ingin menggunakan tegangan AC untuk keperluan seperti
charge HP, laptop, dll, maka dibutuhkan car inverter. Kekurangan dari car inverter ini
biasanya kapasitas outputnya kecil, tidak lebih dari 200W, mengingat satu dayanya diambil
dari aki mobil yang bilama dayanya diambil berbarengan dengan daya yang diambil untuk
kebutuhan operasional mobil, maka aki mobilnya akan cepat rusak. Dan juga inverter ini
biasanya hanya squre wave ataupun modified square wave saja, tidak ada yang pure sine
wave.

 Solar Inverter

Solar Inverter ini digunakan untuk mengubah tegangan DC dari solar panel ataupun
baterai/aki menjadi tegangan AC. Sebagian Solar Inverter juga diperlengkapi dengan battery
charger, untuk sekalian ngecharge battery. Teknologi untuk ngisi baterai pada inverter, rata-
rata sudah termasuk kategori MPPT.

 UPS “Interruptible Power Supply”


UPS ini merupakan gabungan dari rectifier dan inverter serta stabilizer. Rectifier merupakan
perangkat yang mengubah tegangan AC menjadi DC dan Inverter merupakan perangkat
yang mengubah tegangan DC menjadi AC. Rectifier berguna untuk mengisi tegangan ke
baterai, sedangkan Inverter berguna mendischarge tegangan baterai ke tegangan PLN.
Sedangkan stabilizer berguna untuk menstabilkan tegangan pada rectifier, sehingga baterai
dapat berisi pada tegangan yang optimum.

 Variable Speed Drive

Variable Speed Drive juga merupakan gabungan dari rectifier serta inverter, namun tidak
diperlengkapi dengan baterai. Tujuan dari konversi tegangan AC menjadi DC ialah untuk
dilakukan digitizing dari gelombang tegangan DC, supaya dapat diatur frekuensinya dan
setelah diatur, maka dilakukan konversi kembali menjadi tegangan AC untuk menggerakan
perangkat listrik yang berjenis induksi, seperti motor listrik, dll. Dengan adanya perubahan
frekuensi, maka kecepatan putar dari rotor motor listrik tersebut dapat berubah dengan
perbandingan lurus.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih inverter DC ke AC

 Kapasitas beban yang akan disupply oleh inverter dalam Watt, usahakan memilih inverter yang
beban kerjanya mendekati dengan beban yang hendak kita gunakan agar effisiensi kerjanya
maksimal.

 Sumber tegangan input inverter yang akan digunakan, input DC 12 Volt atau 24 Volt.

 Bentuk gelombang output inverter, Sinewave ataupun square wave untuk tegangan output AC
inverter. Hal ini berkaitan dengan kesesuain dan efisiensi inverter DC ke AC tersebut.
BAB 4
RANGKAIAN KONVERTER DC to DC

Secara umum, konverter DC-DC berfungsi untuk mengkonversikan daya listrik searah (DC) ke
bentuk daya listrik DC lainnya yang terkontrol arus, atau tegangan, atau dua-duanya. Ada lima
rangkaian dasar dari konverter DC-DC non-isolasi, yaitu buck, boost, buck-boost, cuk, dan sepic.

DASAR TEORI

Konverter DC-DC berlaku seperti halnya trafo/transformer yang mengubah tegangan AC tertentu
ke tegangan AC yang lebih tinggi atau lebih rendah. Tidak ada peningkatan ataupun pengurangan
daya masukan selama pengkonversian bentuk energi listriknya.

Konverter DC-DC dapat dibagi menjadi 2 kategori besar, yaitu yang terisolasi dan yang tak
terisolasi. Kata ’isolasi’ disini secara sederhana bermakna adanya penggunaan trafo (isolasi
galvanis) antara tegangan masukan dan tegangan keluaran konverter DC-DC. Beberapa sumber
menyebutkan bahwa konverter DC-DC yang tak terisolasi dengan istilah direct converter, dan
konverter yang terisolasi dengan istilah indirect converter.
BAB 5
RANGKAIAN KONVERTER BUCK-BOOST
Konverter adalah perubah tegangan DC ke tegangan DC lainnya dalam level atau polaritas yang
berbeda. Ketika tegangan DC yang tersedia tidak sesuai dengan tegangan yang dibutuhkan oleh
suatu perangkat atau rangkaian elektronik, maka digunakanlah konverter. Karena itu konverter
merupakan bentuk power-supply juga

Dc–dc konverter merupakan suatu alat yang mengkonversikan daya listrik searah dari suatu bentuk
ke bentuk daya listrik searah lainya. Secara umum, ada tiga rangkaian (topologi) dasar dari
konverter dc-dc yaitu buck, boost, dan buck-boost. Contoh dari konverter dc-dc yang dianggap
sebagai turunan rangkaian buck adalah forward, push-pull, half-bridge, dan full-bridge. Sedangkan
contoh dari turunan rangkaian boost adalah konverter yang bekerja sebagai sumber 7 arus dan
tegangan. Jika dari rangkaian buck-boost adalah konverter flyback. Aplikasi untuk konverter seperti
buck converter banyak digunakan untuk laptop adapter, charger battery dan lainnya. Konverter ini
berguna untuk menurunkan tegangan. Untuk boost converter banyak digunakan untuk sumber
energi terbarukan seperti photovoltaic system dan fuel cells. Konverter ini berguna untuk
menaikkan tegangan

A. Buck-converter.

Buck-converter adalah konverter penurun tegangan khusus yang menerapkan sistem SMPS
(Switching Mode Power Supply). Ia adalah konverter dengan efisiensi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan power-supply penurun tegangan biasa (sistem linier). Efisiensinya dapat
mencapai lebih dari 90%.

Buck-converter memanfaatkan sifat induktor terhadap guncangan listrik berfrekwensi tinggi


dan bekerja dengan adanya denyut-denyut tegangan (sebagaimana layaknya SMPS). Karena itu
di dalam sebuah rangkaian buck-converter selalu terdapat generator sinyal, transistor penguat,
dioda, kondensator dan induktor. Konsep dasar rangkaiannya dapat digambarkan sebagai
berikut :

Gambar di atas memperlihatkan rangkaian dasar buck-converter.

Induktor ditaruh di sirkit emitor jika yang digunakan adalah transistor bi-polar (NPN). Jika
yang digunakan adalah transistor FET/MOSFET (kanal N) maka induktor ditaruh di sirkit
source.
Apabila basis T1 sedang mendapatkan denyut tegangan positif, T1 akan menghantar sesaat
meluluskan tegangan V+in ke emitornya yang terangkai dengan induktor L1 dan katoda D1.
Dengan demikian tegangan pada titik x (emitor T1) sesaat nyaris sama dengan tegangan pada
kolektor T1. Pada saat ini mengalirlah arus melalui L1 mengisi muatan C1 dan mengaliri beban
(load).

Karena adanya arus yang mengalir itu maka pada titik y (hanya sesaat) terdapat tegangan yang
lebih kecil daripada titik x. Pada waktu yang hanya sesaat ini tersimpanlah energi listrik di
dalam induktor.

Manakala denyut tegangan pada basis T1 telah hilang (berganti menjadi nol Volt) T1 tidak lagi
menghantar, dengan demikian tegangan pada titik x menjadi nol Volt. Namun karena adanya
energi listrik yang tersimpan di induktor maka energi ini lalu dilepaskan oleh induktor sehingga
tegangan pada titik y kini menjadi lebih tinggi daripada titik x yang telah menjadi nol Volt itu.
Mengalirlah arus sehingga C1 tetap terisi dan beban tetap teraliri arus meskipun T1 tidak lagi
menghantar. Arus ini terus mengalir ke ground dan menembus dioda D1, hingga kemudian
berakhir di titik x.

Keadaan ini berlangsung sesaat, yaitu selama tidak adanya denyut tegangan pada basis T1.
Karena itu untaian L1, C1 dan D1 disebut juga sebagai untaian “fly-wheel”.

Ketika basis T1 kembali mendapatkan denyut tegangan positif, maka proses seperti yang telah
diterangkan di atas akan kembali berulang dari awal, begitulah seterusnya selama generator
sinyal tetap memberikan denyut-denyut tegangan kepada basis T1.

Umumnya buck-converter bekerja dalam “continuous-mode” di mana arus dari induktor (ketika
pelepasan energi) senantiasa diupayakan agar tidak mencapai nol sebelum terjadinya proses
penyimpanan energi selanjutnya. Untuk mencapai hal ini maka biasanya nilai induktansi dibuat
cukup besar bagi frekwensi yang dihasilkan oleh generator sinyal.

Adapun level tegangan keluaran yang dihasilkan oleh buck-converter secara praktis didapatkan
dengan perhitungan :

V+out = V+in (tON / T)

V+out adalah tegangan keluaran dalam Volt

V+in adalah tegangan masukan dalam Volt

tON adalah waktu munculnya denyut tegangan positif dalam detik/second

T adalah periode waktu satu putaran dalam detik/second. Dengan kata lain T adalah tON +
tOFF di mana tOFF adalah waktu kosong denyut dalam satu putaran.

Bagi yang belum memahami tentang periode putaran gelombang dapat mengikuti sekilas
ulasannya dalam : Pengertian AC .

Apabila waktu munculnya denyut tegangan adalah sama dengan waktu kosongnya (duty-cycle
50 persen) maka tegangan keluaran yang dihasilkan adalah setengah dari tegangan masukan.

Apabila waktu munculnya denyut tidak sama dengan waktu kosongnya, maka tegangan
keluaran bisa bervariasi, sebagaimana pada perhitungan di atas.

Contoh : V+in = 12V, tON = 0,007s, T = 0,01s, maka

V+out = 12 (0,0007 / 0,001) = 8,4V.


Dengan cara lainnya, perhitungan di atas dapat juga ditulis :

V+o D adalah faktor duty-cycle. Apabila duty-cycle adalah 60% maka D = 0,6. Apabila duty-
cycle adalah 75% maka D = 0,75. Dan seterusnya.

Semakin besar tON akan semakin besar tegangan keluaran dan semakin kecil tON akan
semakin kecil pula tegangan keluaran. Karena itu pada buck-converter untuk menyetel level
tegangan keluaran dapat dilakukan dengan menyetel “duty-cycle” dari denyut-denyut yang
dihasilkan oleh generator sinyal.

Fasilitas pengontrol tegangan keluaran biasa ditambahkan pada rangkaian-rangkaian buck-


converter untuk mendapatkan tegangan keluaran yang stabil dan akurat. Pengontrolan tegangan
keluaran ini dilakukan dengan memasukkan sebagian tegangan keluaran ke rangkaian
pengontrol melalui saluran feed-back (FB).

Dengan adanya sirkit pengontrol tegangan maka tegangan keluaran dapat dibuat stabil
meskipun tegangan masukan tidak tetap/bervariasi.

Pada masa sekarang ini telah banyak beredar rancangan-rancangan power-supply buck-
converter dalam bentuk IC. Satu di antaranya (sebagai contoh) adalah LM2674 dari National
Semiconductor, rangkaiannya adalah sebagai berikut :ut = V+in.D

C1 = 47µF/50V

C2 = 103 (keramik)

C3 = 100µF/16V

L1 = 100µH

IC1 = LM2674-3.3 / LM2674-5 / LM2674-12

D1 = IR 30WQ05F atau dioda schottky 3A/50V

Seri LM2674 menghasilkan tegangan keluaran sebesar (dapat dipilih) 3,3V, 5V, atau 12V
dengan kemampuan arus hingga 500mA. Efisiensinya lebih dari 96%.

Type LM2674-3.3 untuk tegangan keluaran/V+out 3,3V, LM2674-5 untuk tegangan keluaran
5V dan LM2674-12 untuk tegangan keluaran 12V. Semuanya dengan skema rangkaian yang
sama.

Tegangan masukannya bisa bervariasi, antara 8 – 40V dengan catatan bahwa tegangan
masukan harus beberapa Volt lebih tinggi dari tegangan keluaran yang ditetapkan. Apabila
tegangan keluaran yang dikehendaki (misalnya) 12V maka tegangan masukan harus lebih
tinggi dari itu, setidaknya 15V atau di atas itu hingga limit tertinggi 40V.

Tegangan ini diberikan ke pin 7 IC.

Generator sinyal (osilator) internal LM2674 menghasilkan guncangan listrik 260kHz yang
kemudian diberikan kepada gate power-MOSFET yang ada di dalam rangkaian internal IC.
Source power-MOSFET berada pada pin 8 (Vsw) yang disambungkan ke induktor L1 pada
rangkaian eksternalnya.

Saluran FB berada pada pin 4 untuk mengontrol level tegangan keluaran. Adapun CB (pin 1)
adalah pin untuk kondensator bootstrap. Kondensator ini diperlukan untuk memperbaiki
penguatan.

Pada LM2674 digunakan transistor power-MOSFET di dalam rangkaian internalnya dan dioda
schottky D1 pada rangkaian eksternalnya, ini dimaksudkan untuk memaksimalkan kinerja buck
converter. Power-MOSFET bekerja sebagai “switch” yang lebih sempurna ketika ON
(menghantar), sedangkan dioda schottky mempunyai tegangan maju (FVD) yang nyaris nol
Volt sehingga meminimalisir tegangan hilang ketika dioda itu menghantar.

B. Boost Converter

Boost converter berguna untuk mengubah tegangan masukan yang rendah ke tegangan keluaran
yang tinggi (penaik tegangan). Konverter ini bekerja secara periodik saat saklar terbuka dan
tertutup. Untuk konverter ini, parameter yang dibutuhkan untuk dapat memperoleh
rangkaiannya terdiri dari beberapa komponen yaitu saklar daya, dioda frekuensi tinggi,
induktor, kapasitor, dan beban resistor. Saklar yang dipakai harus mempunyai respon yang
cepat saat keadaan on dan off. Saklar yang dapat digunakan adalah saklar semikonduktor
seperti MOSFET.

Boost-converter adalah konverter penaik tegangan DC ke level yang lebih tinggi.

Ia merupakan bentuk power-supply yang diperlukan ketika tegangan yang dibutuhkan oleh
suatu perangkat atau rangkaian elektronik lebih tinggi dari tegangan suplai yang tersedia.

Prinsip Kerja Boost Converter

Kemampuan boost converter untuk menaikan tegangan dc berkaitan dengan prinsip switch
duration ( ton dan toff switch ). Saat saklar atau switch mosfet pada kondisi tertutup (ton), arus
akan mengalir ke induktor sehingga menyebabkan energi akan tersimpan di induktor. Saat
saklar mosfet terbuka (toff), arus induktor ini akan mengalir menuju beban melewati dioda
sehingga energi yang tersimpan di induktor akan menurun. Jika dilihat pada Gambar 2.2. Pada
saat toff, beban akan disuplai oleh tegangan sumber ditambah dengan tegangan induktor yang
sedang melepaskan energinya. Kondisi ini yang menyebabkan tegangan keluaran menjadi lebih
besar dibandingkan dengan tegangan masukannya. Rasio antara tegangan keluaran dan
tegangan masukan konverter ini sebanding dengan rasio antara periode penyaklaran dan waktu
pembukaan saklar.

Cara kerja boost-converter.

Boost-converter memanfaatkan sifat induktor terhadap guncangan listrik berfrekwensi tinggi


dan bekerja dengan adanya denyut-denyut tegangan.

Konsep dasar rangkaian boost-converter dapat digambarkan sebagai berikut :


Induktor ditaruh di sirkit kolektor jika yang digunakan adalah transistor bi-polar (NPN) dan
ditaruh di sirkit drain jika yang digunakan adalah transistor FET/MOSFET (kanal N). Dalam
gambar di atas diperlihatkan rangkaian dengan transistor bi-polar.

Apabila basis T1 sedang mendapatkan denyut tegangan positif, maka T1 menghantar dan
meng-ground-kan titik x. Akibatnya titik x menjadi praktis nol Volt, namun ini hanya
berlangsung sesaat saja, yaitu ketika basis T1 mendapatkan denyut tegangan positif. Pada saat
itu juga, tersimpanlah energi listrik di induktor L1.

Manakala denyut tegangan pada basis T1 telah hilang, transistor tidak lagi menghantar
sehingga tegangan pada titik x mendadak meninggi. Seharusnya tegangan pada titik x meninggi
sekira tegangan V+in, namun karena adanya energi listrik yang tersimpan di induktor, energi
ini pun kemudian dilepaskan sehingga tegangan pada titik x menjadi meninggi berlipat ganda
melebihi tegangan V+in. Begitulah tegangan dinaikkan.

Arus kemudian mengalir melalui dioda D1, mengisi C1 dan mengaliri beban. Ini berlangsung
hanya sesaat, sampai munculnya denyut tegangan selanjutnya di basis T1.

Ketika basis T1 kembali mendapatkan denyut tegangan positif, titik x kembali di-ground-kan.
Namun beban tetap teraliri arus karena pada saat ini kondensator C1 yang telah terisi muatan
membuang muatannya melalui beban. Begitulah kontinuitas suplai terhadap beban
dipertahankan.

Pada saat titik x kembali di-ground-kan itu tegangan di titik y menjadi lebih tinggi daripada
titik x. Namun arus tidak mengalir dari titik y ke titik x karena D1 menyumbat (ingatlah tentang
sifat-sifat dioda).

Apabila denyut tegangan pada basis T1 kembali kosong, keadaan kembali berulang
sebagaimana telah diterangkan di atas.

Adapun level tegangan keluaran yang dapat dihasilkan oleh boost-converter secara praktis
didapatkan dengan perhitungan :

V+out = V+in / (1-D)

V+out adalah tegangan keluaran dalam Volt

V+in adalah tegangan masukan dalam Volt

D adalah faktor duty-cycle.


D adalah bilangan antara 0 dan 1 sebagaimana duty-cycle yang dinyatakan dalam persen. Jika
duty-cycle adalah 50% maka D = 0,5. Jika duty-cycle adalah 75% maka D = 0,75. Dan
seterusnya.

Karena boost-converter lazimnya bekerja dalam “discontinuous-mode” di mana arus dari


induktor perlu mencapai titik nol terlebih dahulu (ketika pelepasan energi) sebelum terjadinya
proses penyimpanan energi selanjutnya, maka dalam penerapannya D dibuat agar tidak lebih
besar dari 0,8. Dengan demikian diupayakan agar cukup waktu bagi induktor mengeluarkan
arus hingga kembali mencapai titik nol setelah melepaskan energi listrik yang tersimpan,
sebelum dimulainya proses penyimpanan energi selanjutnya. Sebab jika hal ini tidak tercapai
bisa menyebabkan terjadinya kegagalan kinerja konverter.

Contoh hitungan : V+in = 12V, D = 0,7 maka

V+out = 12 / (1-0,7) = 40V.

Faktor duty-cycle bisa didapatkan dari perbandingan tON dan T (lihat kembali tulisan tentang
buck-converter).

Jadi, D = tON / T.

Akan tampak bahwa semakin besar faktor duty-cycle maka akan semakin besar pula tegangan
keluaran yang dihasilkan. Karena itu di dalam boost-converter pengaturan tegangan keluaran
juga dapat dilakukan dengan mengatur faktor duty-cycle ini.

Dalam prakteknya, tegangan keluaran dapat membesar oleh suatu sebab ke level yang tidak
diinginkan. Untuk mengatasi masalah ini maka pada rangkaian-rangkaian boost-converter biasa
diterapkan sirkit tambahan pembatas dan pengontrol tegangan keluaran. Sirkit pengontrol
tegangan ini mengambil sebagian tegangan keluaran melalui saluran umpan balik (FB).

Besar-kecilnya tegangan yang diumpan-balikkan akan menentukan faktor duty-cycle sehingga


menentukan level tegangan keluaran.

Dengan adanya sirkit pengontrol tegangan ini maka tegangan keluaran dibuat menjadi tetap
stabil pada level yang telah ditentukan meskipun tegangan masukan tidak tetap/bervariasi.

Contoh rangkaian boost-converter.

Kini telah banyak beredar rancangan-rancangan power-supply boost-converter dalam bentuk


IC. Satu diantaranya (sebagai contoh) adalah LM2585 dari National Semiconductor.

LM2585 mempunyai beberapa seri, di sini dicontohkan tipe LM2585-adj.

Rangkaian dapat menaikkan tegangan DC 12V menjadi 24V dengan arus maksimal 600mA,
efisiensi 93%.

Skema rangkaiannya adalah sebagai berikut :


R1 = 33k

R2 = 3k9

R3, R4 = 1k

R5 = 2k7

C1 = 100µF/25V

C2 = 104

C3 = 474

C4 = 1000µF/35V

D1 = MBR340/1N5822 atau dioda schottky 3A/40V

IC1 = LM2585-adj

Catatan bahwa tegangan masukan untuk rangkaian ini perlu beberapa Volt lebih rendah dari
tegangan keluaran, yaitu (maksimal) 16V, namun tetap tidak boleh lebih rendah dari 8V.
Rangkaian akan bekerja efektif pada range tegangan masukan di antara 8 sampai dengan
16V.

Generator sinyal/osilator internal LM2585 menghasilkan guncangan listrik pada frekwensi


100kHz. Di dalam IC ini digunakan transistor power bi-polar yang berperan sebagai
transistor switching. Kolektor transistor berada pada pin 4 (Sw).

R1+R2 dan R3+R4 membentuk pembagi tegangan untuk diberikan kepada FB (pin 2).
Perbandingan R1+R2 dan R3+R4 menentukan derajat pengumpan balikkan sehingga
menentukan level tegangan keluaran.

Adapun untaian seri R5 dan C3 pada pin “comp” (compensation) berfungsi untuk meredam
tegangan naik sesaat manakala rangkaian pertama kali dihidupkan. Dengan adanya dua
komponen ini maka fungsi “soft-start” pada rangkaian dapat berjalan dengan baik.
BAB 6
SMPS (SWITCHED MODE POWER SUPPLY)

 Blok Switched-Mode Power Supply (SMPS)

Hampir semua power supply saat ini menggunakan SMPS, hal ini karena regulator switching
mempunyai beberapa keuntungan jika dibanding dengan regulator linear, seperti :

Lebih ringan dan ukuran lebih kecil. Regulator linear membutuhkan trafo 50Hz yang mempunyai
inti besi yang berat. Makin besar daya (Watt) makin besar dan berat ukuran tranfonya. Sedang
SMPS menggunakan frekwensi diatas 20Khz. Makin tinggi frekwensi switching, maka ukuran
tranfo dan kapasitor filter semakin kecil.

Lebih efisien pemakaian daya listrik. Regulator switching lebih sedikit menghasilkan panas,
berarti lebih sedikit daya listrik yang hilang.

Range tegangan masukan yang lebih lebar. SMPS mempunyai toleransi range tegangan masukan
yang lebar. Dengan tegangan masukan bervariasi antara dc 150~300V (atau tegangan ac antara
90~265V), switching regulator masih mampu memberikan tegangan keluaran yang stabil.

 Pengertian SMPS

SMPS mempunyai dua buah arti kata, yaitu :

 Power Supply – Artinya suatu peralatan yang berfungsi untuk menyediakan sumber daya
listrik yang cocok dengan suatu peralatan. Pada umumnya sumber listrik yang tersedia
adalah tegangan ac 220V sedangkan tegangan yang dibutuhkan untuk suatu peralatan
umumnya adalah tegangan dc.
 Regulator Switching – adalah suatu sirkit elektronik yang berfungsi untuk membuat agar
tegangan keluaran stabil terhadap perubahan-perubahan seperti, tegangan masukan yang
tidak konstan, arus beban yang tidak konstan, temperature ruangan yang tidak konstan.
 Prinsip dasar kerja SMPS

Berikut ini adalah rangkaian dari SMPS, lihat gambar 4.13

Gambar 4.13 Rangkaian SMPS.


SMPS secara garis besar meliputi kerja :

Penyerahan – merubah tegangan masukan AC menjadi tegangan keluaran DC.


Konverter – merubah tegangan dc menjadi tegangan keluaran yang sesuai dengan kebutuhan
Filtering – menghilangkan denyut (ripple) pada tegangan keluaran
Regulasi – membuat agar besarnya tegangan keluaran stabil terhadap perubahan tegangan
masukan dan perubahan beban.
 Isolasi – mengisolasi bagian sekunder dari bagian primer, dengan tujuan agar chasis bagian
sekunder kalau dipegang tidak timbul bahaya kena sengatan listrik.
 Proteksi – mampu melindungi peralatan dari tegangan keluaran yang over dan melindungi
power supply dari kerusakan jika terjadi suatu kesalahan.
 Bagian-bagian pokok dari rangkaian SMPS

Bagian-bagian pokok dasar kerja sebuah SMPS adalah sebagai berikut :

 Bagian penyearah. Disini tegangan masukan dari listrik ac 220v disearahkan menjadi
tegangan dc menggunakan diode bridge dan 3 buah elco filter besar yaitu sebuah elco
480V680UF dan 2 buah elco 250V2200UF.
 Bagian pencacah atau power-switching. Tegangan masukan dc dicacah dengan
menggunakan “power switch on-off ” sehingga menghasilkan tegangan pulsa-pulsa dc
dengan frekwensi tinggi. SMPS mesin las Inverter umumnya bekerja pada frekwensi sekitar
50Hz hingga 60Hz. Sebagai power switch dapat menggunakan IC K2611, IRFZ24N dan
IRF9Z24N.
 SMPS Controller driver sebagai pembangkit pulsa PWM (Pulse Wave Modulation). Sebagai
sinyal drive untuk pencacah digunakan IC PC 817 yang berisi rangkaian osilator dan PWM
sebagai pembangkit pulsa-pulsa PWM. Ada rangkaian SMPS yang tidak menggunakan
SMPS controller driver, dalam hal ini transistor power switching dibuat agar dapat bekerja
dengan cara “ber-osilasi sendiri”
 Trafo switching. Tegangan dc yang telah dicacah mempunyai karakteristik seperti tegangan
ac sehingga dapat dilewatkan sebuah trafo atau induktor untuk dinaikkan ataupun
diturunkan tegangannya. Pada rangkaian ini menggunakan trafo E25 15:15
 Penyearahan dan filtering tegangan keluaran. Tegangan keluaran dari trafo masih berupa
pulsa-pulsa frekwensi tinggi dan kemudian dirubah menjadi tegangan dc menggunakan
diode penyearah dan filter elco.
 Loop umpan balik untuk membuat tegangan keluaran agar stabil. Sirkit loop umpan balik
dari tegangan keluaran B+ ke bagian primer digunakan untuk mengendalikan PWM.
 Rangkaian komparator atau pembanding sebagai “error detektor”. Sebuah sirkit komparator
pada bagian sekunder dipakai untuk mendeteksi jika terjadi perubahan tegangan keluaran
B+. Komparator bekerja dengan cara membandingkan tegangan keluaran B+ dengan sebuah
tegangan “referensi” (biasanya berupa tegangan diode zener 6.8v). Output komparator
berupa arus yang kemudian diumpan balikkan ke bagian primer melalui sebuah photo
coupler. Kopling menggunakan photocouler bertujuan untuk meng-isolagi ground bagian
primer yang menyetrum jika dipegang (HOT chasis) dengan ground bagian sekunder
(COLD chasis).

Bagan alir cara kerja dari SMPS dapat dilihat pada gambar 4.14

Gambar 4.14 Bagian-bagian pokok dasar kerja SMPS

Anda mungkin juga menyukai